Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



DAFTAR ISI



Kata Pengantar………………………………………………………… i Daftar Isi………………………………………………………………. ii Pendahuluan………………………………………………………….... 1 1.1 Latar Belakang.............................................................................1



1.3 Tujuan..........................................................................................2 1.4 Manfaat........................................................................................2 Pembahasan……………………………………………………………. .3 2.1 Sejarah Rumah Adat bugis............................................................3 2.2 Sejarah Rumah Adat Toraja..........................................................8 2.3 Sejarah Rumah Adat Minahasa....................................................13 Penutup………………………………………………………………… 16 3.1 Kesimpulan...................................................................................16 3.2 Saran.............................................................................................16 Daftar Pustaka………………………………………………………….. 17



nusantaraknowledge.blogspot.com



1.2 Rumusan Masalah........................................................................2



ii



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan rumah adat sudah jarang ditemukan dikarenakan berbagai alasan, misalnya kesulitan memperoleh bahan kayu atau ada kayu tetapi harganya cukup



nusantaraknowledge.blogspot.com



mahal. Kayu menjadi sulit didapat karena hutan-hutan di Indonesia telah menjadi gundul akibat penebangan liar tanpa penanaman kembali. Selain itu, sistem pertanian tradisional yang selalu membakar lahan dan berpindah-pindah, juga mempercepat hancurnya hutan.



Jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak, menyebabkan pengusaan lahan



menjadi sempit untuk ditanami. Tanah luas hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang memiliki uang.



Ada juga yang sengaja meruntuhkan rumah adat, karena hendak membangun rumah



modern yang terbuat dari beton. Pemilik rumah merasa bahwa tinggal di dalam rumah adat sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Di lain sisi ada yang merasa bahwa rumah adat



tidak nyaman dan merupakan kebiasaan manusia kuno yang belum mengenal



modernisasi. Pandangan ini yang mempercepat laju kehancuran budaya dan pusaka



masyarakat secara umum. Pandangan dan perilaku ini merupakan tanda-tanda kepunahan budaya suatu kelompok masyarakat. Sebab, perkembangan jaman ditandai dengan peralihan yang mengarah pada punahnya budaya.



Ada juga rumah adat yang sengaja diruntuhkan atau dibiarkan rusak, lapuk dan dengan sendirinya runtuh. Satu rumah yang dianggap sebagai pusaka atau harta warisan orangtua, sulit dibagi-bagikan kepada ahli waris, yaitu para putra pemilik rumah yang terdiri dari beberapa orang. Setelah orangtua meninggal dunia, maka persatuan diantara para putra semakin tidak ada. Muncul berbagai konflik pada pembagian harta warisan terutama rumah dan tanah. Tidak ada satu orang pun yang berani mengurus dan memelihara. Jadi warisan (pusaka) orangtua dibiarkan hancur, ditelantarkan. Kasus – kasus seperti ini pun banyak ditemukan, rumah – rumah warisan dibiarkan tanpa penghuni bagai rumah hantu dan akhirnya busuk di air hujan yang jatuh membasahi badan rumah karena atapnya sudah bolong



1



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



di sana-sini. Kondisi dan perilaku ini sangat tidak sesuai dalam konteks pelestarian budaya atau pusaka. Oleh karena itu untuk ke depannya kita perlu melestarikan rumah adat yang terdapat di Indonesia guna mempertahankan keanekaragaman budaya kita.



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang sejarah, ciri – ciri, desain arsitektural, dan bagian bagian dari Rumah Adat Bugis ?



bagian dari Rumah Adat Toraja ?



nusantaraknowledge.blogspot.com



2. Bagaimana latar belakang sejarah, ciri – ciri, desain arsitektural, dan bagian -



3. Bagaimana latar belakang sejarah, ciri – ciri, desain arsitektural, dan bagian – bagian dari Rumah Adat Minahasa ?



1.3 Tujuan



1. Mengetahui latar belakang sejarah, ciri – ciri, desain arsitektural, dan bagian – bagian dari Rumah Adat Bugis



2. Mengetahui latar belakang sejarah, ciri – ciri, desain arsitektural, dan bagian – bagian dari Rumah Adat Toraja



3. Mengetahui latar belakang sejarah, ciri – ciri, desain arsitektural, dan bagian – bagian dari Rumah Adat Minahasa



1.4 Manfaat



Adapun Mannfaat yang Kita dapat dari pembuatan paper yang berjudul Arsitektur Rumah adat Bugis, Toraja Dan Minahasa antara lain : 1. Kita dapat mengetahui sejarah lahirnya rumah adat istiadat itu sendiri. 2. Mengetahui keanekaragaman budaya Indonesia dari segi Arsitektural. 3. Menambah wawasan dalam hal kebudayaan Indonesia.



2



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Sejarah Rumah Adat Bugis Bentuk rumah adat Bugis ini amat unik. Rumah ini dikenali sebagai 'Saroja' atau 'Balla Lompo' ataupun 'Bollo Lopo'. Dalam bahasa Bugis, 'Bolla' berarti rumah dan 'Lopo'



nusantaraknowledge.blogspot.com



berarti besar. Ke semua kayu yang digunakan untuk membuat rumah ini didatangkan khas dari Kalimantan Indonesia. Kayu Berlian ini dikatakan semakin baik apabila terjemur. Semakin panas semakin kuat.



2.2.1 Bagian dan ciri dari Rumah Adat Bugis Dalam rumah adat Bugis ini terdapat beberapa ruang. Di bahagian hadapan rumah ini terdapat satu ruang dipanggil 'Tamping' yang digunakan untuk menyambut tamu. Di dalam ruang ibu rumah, terdapat satu set meja makan yang usianya sezaman dengan rumah ini. Ukiran-ukiran pada pintu dan tingkap masih asli dan terpelihara. Semua ukiran ini dibuat dengan tangan. Pada bahagian belakang terdapat ruang tengah rumah dan ruang "Kelek Anak". Ruang tengah rumah adalah untuk kegunaan penghuni rumah. Selain itu terdapat sebuah loteng di ruang tengah ini. Pada zaman dulu, apabila seorang gadis telah bertunang, si gadis



dikehendaki tinggal di loteng hinggalah hari pernikahan. Makan minum, mandi dan sebagainya dihantarkan ke loteng ini. Di atas loteng ini terdapat banyak barang-barang lama yang disimpan sejak zaman datuk dan nenek penghuni. Di puncak bumbung rumah ini terdapat sebatang kayu yang dipanggil "tunjuk langit". Sementara di bahagian tepi sudut kaki bumbung ada bentuk ukiran kayu dipanggil "Salu Bayang". Ukiran ini melambangkan gambaran seekor ular atau naga yang kononnya menjadi



3



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



penunggu rumah ini. Kesemua ukiran yang indah-indah pada dinding rumah, tingkap, pintu dinding bilik dan juga sekeliling bumbung adalah ukiran tangan seorang tukang ukir yang mahir di datangkan dari Sulawesi. Rumah Bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain (Sumatera dan Kalimantan). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan yang orang Bugis menyebutnya lego - lego.



Rumah adat



Bugis memiliki



desain dan ciri tersendiri. Berikut adalah bagian - bagiannya utamanya : 1. Tiang utama (alliri), biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. Jumlahnya tergantung jumlah



ruangan



yang



akan



nusantaraknowledge.blogspot.com



2.1.2 Desain Arsitektural Rumah Adat Bugis



dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.



2. Fadongko, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya.



3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling



tengah tiap barisnya. Orang Bugis suka dengan arsitektur rumah yang memiliki kolong, karena konon, orang Bugis, jauh sebelum islam masuk ke tanah Bugis (tana ugi), orang Bugis memiliki kepercayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas 3 bagian, yaitu : bagian atas (botting langi), bagian tengah (alang tengnga) dan bagian bawah (paratiwi). Mungkin itulah yang mengilhami orang Bugis (terutama yang tinggal di kampung) lebih suka dengan arsitektur rumah yang tinggi. Dan juga lebih kepada faktor keamanan dan kenyamanan. Aman, karena ular tidak dapat naik ke atas. Nyaman, karena angin bertiup sepoi-sepoi, meskipun udara panas. Bagian - bagian sebagai ciri dari rumah Bugis ini sebagai berikut :



4



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



1. Rakkeang, adalah bagian diatas langit - langit ( eternit ). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen. 2. Ale Bola, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah ( posi’ bola ). 3. Awa Bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah. Yang lebih menarik sebenarnya dari rumah Bugis ini adalah bahwa rumah ini dapat berdiri bahkan tanpa perlu satu paku pun. Semuanya murni menggunakan kayu. Dan uniknya



nusantaraknowledge.blogspot.com



lagi adalah rumah ini dapat di angkat/dipindah. Rumah adat Bugis memiliki Timpa' Laja' di atapnya. Jika rumah tersebut adalah rumah panggung yang megah, atau rumah seorang raja, tidak akan disebut rumah adat jika tidak



memiliki Timpa' Laja' di atapnya. Sangat khas, karena dengannya kita dapat mengetahui



status sosial pemiliknya dalam masyarakat. Sudah menjadi peraturan -yang tidak tertulisbahwa semakin tinggi status sosial seseorang, maka timpa' laja' rumahnya semakin banyak.



Timpa' laja' adalah susunan atap tambahan di bagian depan atap pelana rumah adat Bugis.



Tersusun rapi secara vertikal, yang jumlahnya adalah merupakan gambaran status sosial sang pemiliknya.



Rumah Bugis sebenarnya tahan gempa dan banjir. Karena Rumah Bugis yang sebenarnya menggunakan parelepang (fattoppo dan fadongko) yang tidak disambung. Karena struktur kayu yang tidak disambung dapat meredam getaran hingga getaran yang frekuensinya tinggi. Namun sekarang mencari kayu yang sangat panjang sangatlah sulit, sehingga parelepang



diganti dengan pattolo (ukurannya lebih kecil). Kalau rumah dikampung tidak menggunakan pattolo semuanya parelepang dan tidak ada yang disambung. Panjang rumah 19 meter berarti



parelepangnya juga panjangnya 19 meter (tidak disambung) begitu juga dengan lebarnya yang 17 meter. Untuk atap menggunakan material daun nipa, sirap atau seng. Tiang kolong berjumlah 20 tiang (4 baris x 5 tiang), 30 tiang (5 baris x 6 tiang), 42 tiang (6 baris x 7 tiang).



5



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



Gambar lama Rumah Bugis sewaktu



Bumbung rumah ini telah digantikan



masih berbumbungkan atap nipah



dengan seng pada 1993



nusantaraknowledge.blogspot.com



2.1.3 Gambar Rumah Bugis



6



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



Seni ukiran yang halus bertukangkan tangan



nusantaraknowledge.blogspot.com



terdapat di segenap ruang dalam rumah.



Kedudukan rumah dari tepi jalan besar Parit Jawa - Batu Pahat



Peralatan dan barangan lama yang antik masih



berkeadaan baik di letakkan di atas loteng rumah ini.



7



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



2.2 Sejarah Rumah Adat Toraja



Di Tana Toraja terdapat 3 desa adat yaitu, Palawa’ (kompleks desa adat terbesar), Ke’te’ Kesu (desa adat terindah), dan Siguntu’ (desa adat yang berukuran sedang). Secara umum jejeran lumbung/alang berada di utara jejeran bangunan induk/tongkonan. Jejeran rumah induk dan jejeran lumbung berhadapan membentuk halaman pemersatu di tengah. Kuburan berada di belakang/selatan deretan rumah induk. Rumah tertua (rumah induk dan lumbung) berada di barat dan berturut-turut ke arah timur yang lebih baru dari sebelumnya. Deretan rumah induk dipandang sebagai unsur I, deretan lumbung sebagai unsur II, halaman



adalah tempat pemakaman.



2.2.1 Bagian dan ciri dari Rumah Adat Toraja



nusantaraknowledge.blogspot.com



terbuka (antara deretan rumah induk dan deretan lumbung) sebagai unsur III, dan unsur IV



Tongkonan berupa rumah panggung dari kayu, dimana kolong di bawah rumah



biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atap tongkonan berbentuk perahu, melengkung hiperbolik, terbuat dari bamboo yang melambangkan asal-usul orang Toraja yang tiba di



Sulawesi dengan naik perahu dari Cina. Ujung depan dan belakang menjorok keluar semakin mengecil disebut longa. Perbandingan badan bangunan dan longa ± 1 : 1,4.



Di bagian depan rumah, di bawah atap yang menjulang tinggi, dipasang tanduktanduk kerbau. Jumlah tanduk kerbau ini melambangkan jumlah upacara penguburan yang



pernah dilakukan oleh keluarga pemilik tongkonan. Di sisi kiri rumah (menghadap ke arah barat) dipasang rahang kerbau yang pernah di sembelih, sedangkan di sisi kanan (menghadap ke arah timur) dipasang rahang babi.



Badan bangunan berbentuk segi empat panjang. Sisi terpendek berada di utara selatan dengan ukuran ± 3 - 4 m x 8 – 10 m. Perbandingan lebar x panjang bervariasi antara 1:2, 1:2, 1:5. Untuk konstruksi tiang kolong, kolom dan balok dari kayu membentuk elemen horizontal dan vertical, dengan lambang ikatan antara manusia dan alam. Di antara tiang kolong, yaitu tengah agak ke belakang ada a’riri posi (tonggak pusat) dihias dengan ukiran dengan ukuran ± 22 x 22 cm atau ± 20 x 20 cm. Balok, kolom, atap hingga detail kontruksi tidak ditutuptutupi. Penyambungan dilakukan dengan system ikat (rotan) dan jepit. Untuk balok-balok digunakan pasak (pen).



8



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem/banga’ yang licin, sehingga tikus tidak dapat naik ke dalam lumbung. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Dalam paham orang Toraja, tongkonan dianggap sebagai ‘ibu‘, sedangkan alang adalah sebagai ‘bapak‘. Tongkonan berfungsi untuk rumah tinggal, kegiatan sosial, upacara adat, serta membina kekerabatan. Pada kolong bagian depan terdapat teras disebut tangdo. Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah,dan selatan. Ruangan di bagian utara disebut ‘tangalok‘, berfungsi sebagai ruang tamu, tempat



nusantaraknowledge.blogspot.com



anak-anak tidur, juga tempat meletakkan sesaji. Ruangan bagian tengah disebut ‘Sali‘, berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, tempat meletakkan orang mati, juga



dapur. Adapun ruangan sebelah selatan disebut ‘sumbung‘, merupakan ruangan untuk kepala keluarga. Ruangan sebelah selatan ini juga dianggap sebagai sumber penyakit.



Mayat orang mati tidak langsung dikuburkan, tetapi disimpan di tongkonan. Sebelum



dilakukan upacara penguburan, mayat tersebut dianggap sebagai ‘orang sakit‘. Supaya tidak busuk, mayat dibalsem dengan ramuan tradisional semacam formalin, yang terbuat dari daun



sirih dan getah pisang. Jika akan dilakukan upacara penguburan, mayat terlebih dulu



disimpan di lumbung padi selama 3 hari. Peti mati tradisional Toraja disebut ‘erong‘,berbentuk babi untuk perempuan dan kerbau untuk laki-laki. Untuk bangsawan, erong dibuat berbentuk rumah adat.



Pada tongkonan terdapat papan berwarna merah yang menopang bangunan dengan



bentuknya bak perahu kerajaan cina, guratan pisau rajut merajut di atas papan benwarna merah membentuk ukiran sebagai pertanda status sosial pemilik bangunan, ditambah lagi



oleh deretan tanduk kerbau yang terpasang/digantung di depan rumah, semakin menambah



keunikan bangunan yang terbuat dari kayu tersebut. Bentuk bangunan unik yang dapat dijumpai dihampir setiap pekarangan rumah masyarakat Toraja ini, lebih dikenal dengan sebutan nama Tongkonan. Konon kata Tongkonan berasal dari istilah "tongkon" yang berarti duduk, dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja. Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi, antara lain: pusat



budaya,



pusat



pembinaan



keluarga,



pembinaan



peraturan



keluarga



dan



9



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan stabilisator sosial. Oleh karena Tongkonan



mempunyai



bertingkat-tingkat



kewajiban



dimasyarakat,



sosial



maka



dan



dikenal



budaya



beberapa



jenis



yang



juga



tongkonan,



antara lain, yaitu: 1. Tongkonan Layuk atau Tongkonan Pesio' Aluk, yaitu Tongkonan tempat menciptakan dan menyusun aturan-aturan sosial keagamaan. 2. Tongkonan Pekaindoran atau Pekamberan atau Tongkonan kaparengngesan



pemerintahan adat, berdasarkan aturan dari Tongkonan Pesio' Aluk. 3. Tongkonan



Batu



A'riri



yang



berfungsi



sebagai



tongkonan



nusantaraknowledge.blogspot.com



yaitu Tongkonan yang satu ini berfungsi sebagai tempat pengurus atau pengatur



penunjang.



Tongkonan ini yang mengatur dan berperan dalam membina persatuan keluarga serta membina warisan tongkonan. Tongkonan merupakan peninggalan yang harus dan selalu dilestarikan, hampir seluruh Tongkonan di Tana Toraja sangat menarik untuk



dikunjungi sehingga bisa mengetahui sejauh mana adat istiadat masyarakat Toraja, serta banyak sudah Tongkonan yang menjadi objek wisata.



4. Tongkonan Barung-barung yaitu rumah pribadi. Setelah beberapa turunan (diwariskan), kemudian disebut Tongkonan Batu A’riri



Pembangunan rumah tradisional Toraja dilakukan secara gotong royong, sesuai dengan kemampuan masing-masing keluarga. Latar belakang arsitektur rumah tradisional



Toraja menyangkut falsafah kehidupan yang merupakan landasan dari perkembangan kebudayaan Toraja. Dalam pembangunannya ada hal-hal yang mengikat, yaitu: 1. Aspek arsitektur dan konstruksi 2. Aspek peranan dan fungsi rumah adat



Rumah tradisional atau rumah adat yang disebut Tongkonan harus menghadap ke utara, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan bumi dan langit merupakan satu kesatuan dan bumi dibagi dalam 4 penjuru, yaitu: 1. Bagian utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia.



10



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



2. Bagian timur disebut Matallo, tempat metahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan. 3. Bagian barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam, lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian. 4. Bagian selatan disebut Pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik.



nusantaraknowledge.blogspot.com



2.2.2 Desain Arsitektural Rumah Adat Toraja Bertolak pada falsafah kehidupan yang diambil dari ajaran Aluk Todolo, bangunan rumah adat mempunyai makna dan arti dalam semua proses kehidupan masyarakata Toraja, antara lain:



1. Letak bangunan rumah yang membujur utara-selatan, dengan pintu terletak di sebelah utara. 2. Pembagian ruangan yang mempunyai peranan dan fungsi tertentu. 3. Perletakan jendela yang mempunyai makna dan fungsi masing-masing.



4. Perletakan balok-balok kayu dengan arah tertentu, yaitu pokok di sebelah utara dan timur, ujungnya disebelah selatan atau utara.



2.2.3 Gambar Rumah Adat Toraja “ Tongkonan



11



nusantaraknowledge.blogspot.com



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



12



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



2.3 Sejarah Rumah Adat Minahasa Minahasa secara etimologi berasal dari kata mina dan esa artinya mina=menjadi, esa=satu atau Maesa. Adapun suku Minahasa terdiri dari berbagai anak suku: Tonsea (meliputi Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung), anak suku Toulour (meliputi Kota Tondano, Kakas, Remboken, Eris, Lembean Timur dan Kombi), anak suku Tontemboan (meliputi Kabupaten Minahasa Selatan, dan sebagian Kabupaten Minahasa), anak suku Tombulu (meliputi Kota Tomohon, Sebagian Kabupaten Minahasa, dan Kota Manado), anak suku Panosakan dan Tonsawang, Tounpakewa (meliputi Kabupaten Minahasa Tenggara).



nusantaraknowledge.blogspot.com



Satu-satunya anak suku yang tidak mempunyai wilayah yang tegas yaitu anak suku Bantik (kecuali sebagian anak suku ini tersebar di perkampungan pantai utara dan barat Sulawesi



Utara). Masing-masing anak suku mempunyai bahasa, kosa kata dan dialek yang berbedabeda namun satu dengan yang lain dapat memahami arti kosa kata tertentu misalnya kata



kawanua yang artinya sama asal kampung. Tanah Minahasa pada jaman purba disebut sebagai Tanah Malesung atau tanah yang berlembah dan bergelombang. Slogan Minahasa: "Si Tou Tumou Tou" yang artinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia yang lain, dengan slogan perjuangan "I yayat u santi" yang artinya maju untuk membangun negeri.



Selain Manado, Propinsi Sulawesi Utara juga memiliki lokasi eksotis lainnya. Sebut



saja Kabupaten Minahasa yang syarat dengan situs menarik, peninggalan sejarah dan



filosofinya. Salah satunya adalah proses pembuatan rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal dengan sebutan Wale atau Bale, yang artinya tempat melakukan aktivitas dalam



kehidupan berkeluarga. Ada pula Sabuwa, yaitu semacam rumah kecil untuk tempat peristirahatan, berteduh ketika hujan, memasak atau untuk menyimpan hasil panen sebelum



dijual. Orientasi rumah menghadap ke arah yang ditentukan oleh Tonaas yang memperolah petunjuk dari Empung Walian Wangko (Tuhan).



2.3.1 Bagian dan Ciri Rumah adat Minahasa Karakteristik yang menjadi ciri khas rumah kayu Minahasa adalah dua buah tangga kembar di bagian depan rumah. 2 buah tangga kembar di samping kiri & kanan depan rumah, terletak segaris berlawanan. Jumlah anak tangga ganjil.



13



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



Selain itu, Ciri utama rumah tradisional ini berupa Rumah Panggung dengan 16 sampai 18 tiang penyangga. Ornamen-ornamen dekoratif yang terdapat di rumah ini juga membuatnya menjadi sangat menarik dan indah. Beberapa abad lalu terdapat rumah tradisional keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-masing keluarga merupakan rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus ekonomi rumah tangga sendiri. Kini, jarang ditemui rumah



atas emperan (setup), ruang tamu (leloangan), ruang tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup) berfungsi untuk menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga, juga tempat makan tamu. Sementara itu, di bagian belakang rumah terdapat



nusantaraknowledge.blogspot.com



adat besar seperti ini. Pada umumnya susunan rumah terdiri



balai-balai yang berfungsi sebagai tempat menyimpan alat dapur dan alat makan, serta tempat mencuci. Bagian atas rumah atau loteng (soldor) berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya. Bagian bawah rumah (kolong) biasanya



digunakan untuk gudang tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat pertanian, gerobak dan hewan peliharaan. Ruang masak terpisah dari bangunan.



Uniknya, rumah warga di Minahasa tak beratapkan genteng. Karena folosofi yang



dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat dari tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen besi lainnya. Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah. Sekali pun ada yang beratapkan



genteng, umumnya rumah tersebut milik kaum pendatang. Dan, lucunya banyak juga rumah orang Minahasa yang beratapkan seng namun didesain seperti genteng.



2.3.2 Desain Arsitektural Rumah Adat Toraja 



Merupakan rumah panggung dengan 16-18 tiang penyangga, ukuran 80-200 cm, tinggi 1,5 - 2,5 m.



14



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA







Merupakan rumah tradisional keluarga besar yang dihuni oleh 6 - 9 keluarga besar, dibangun secara gotong royong.







Bahan material umumnya adalah kayu besi, linggua, jenis kayu cempaka utan atau pohon wasian/michelia celebia, jenis kayu nantu/palagium obtusifolium dan kayu maumbi/artocarpus dayphyla mig.







Kayu besi digunakan untuk tiang, kayu cempaka untuk



kayu nantu untuk rangka atap. 



nusantaraknowledge.blogspot.com



dinding dan lantai rumah,



Untuk masyarakat strata rendah menggunakan bamboo petung/bulu jawa untuk tiang,



rangka atap dan nibong untuk lantai rumah, untuk dinding dipakai bamboo yang dipecah. 



Tangga dari akar pohon besar atau bamboo.







Badan bangunan menggunakan konstruksi kayu dan system sambungan pen.







Pembatas territorial adalah dengan merentangkan rotan atau tali ijuk dan menggantungkan tikar.







Material konstruksi dinding terpasang horizontal.







Material penutup atap berupa rumbia, atap seng. Tidak beratapkan genteng atau



bahan-bahan yang terbuat dari tanah dengan kepercayaan orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah. 



Rangka atap adalah gabungan bentuk pelana dan limas, konstruksi kayu/bamboo batangan, diikat dengan tali ijuk pada usuk dari bamboo.







Material bantalan bawah tempat berdirinya tiang-tiang kolong rumah adalah batu alas watulanei.



15



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



nusantaraknowledge.blogspot.com



2.3.3 Gambar rumah Adat Minahasa



16



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Rumah adat Bugis adalah suatu peninggalan budaya nusantara yang mengandung nilai-nilai arsitektur yang khas yang membedakan rumah adat Bugis dengan rumah adat



nusantaraknowledge.blogspot.com



lainnya di indonesia..Begitu pula rumah adat Toraja dan Minahasa yang memiliki karakteristik dan keunggulan nilai budaya tersendiri. Dengan demikian dapat dikatakan



Bangsa Indonesia memilki keanekaragaman budaya dan arsitektur dalam rumah adat pada masing – masing daerah.



3.2 Saran



Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja, Minahasa membuat kita sadar bahwa di tanah



air yang paling kita cintai ini yaitu indonesia banyak menyimpan nilai-nilai budaya dan arsitaektur yang harus kita lestarikan dan kita kembangkan,seperti arsitektur rumah adat



Bugis, Toraja, dan Minahasa. Karena peninggalan kebudayaan dan arsitektur merupakan aset



yang paling berharga bagi bangsa indonesia di masa kini dan masa akan datang. Bangsa yang baik adalah bangsa yang dapat melestarikan peninggalan kebudayaan bangsa itu sendiri.



17



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



Daftar Pustaka www.toraja-wikipedia, the free encyclopedia.htm www.rumah-adat-indonesia.html



nusantaraknowledge.blogspot.com



Tjahjono, Gunawan.Jakarta.2001.Indonesian Heritage:Architecture.Archipelago Press



18



ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA



KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Berkat waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka kami dapat menyusun paper ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan kami menyusun paper yang berjudul “Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja dan Minahasa”



ini adalah untuk lebih



mengangkat kembali bagaimana pentingnya atau hal – hal apa saja yang terkandung dalam budaya arsitektur yang tekandung dalam rumah adat tersebut. Pada kesempatan ini kami juga



nusantaraknowledge.blogspot.com



ingin mengucapkan rasa terima kasih pada pihak – pihak yang telah membantu kelancaran atas tersusunnya paper ini dengan baik. Kami menyadari paper ini memiliki banyak kekurangan



maka



kritik



dan



saran



yang



membangun



sangat



diperlukan



menyempurnakan paper ini. Om Santi Santi Santi Om.



Badung, 21 Oktober 2008



untuk



i