17 0 237 KB
LAPORAN PENDAHULUAN PADA An “R” DENGAN DIAGNOSA PJB + GEA DI RSI FAISAL MAKASSAR
NAMA
:
NIM
:
CI LAHAN
CI INSTITUSI
(.....................................)
(.........................................)
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAPIKA MAKASSAR
LAPORAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian pada
masa
neonatus.
Perkembangan
di
bidang
diagnostik,
tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008). Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian pada
masa
neonatus.
Perkembangan
di
bidang
diagnostik,
tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008).
Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan sosial ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebagian besar dari kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung (Dikutip dari IdeBagus : 2008). Congenital heart diseases (CHD) yang berat dan tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan dan kematian pada awal kehidupan bayi. Selain faktor tenaga dan fasilitas medis yang terbatas, problem finansial banyak menjadi penyebab bayi-bayi CHD tak dapat hidup. Kebanyakan orangtua bayi CHD adalah pasangan muda yang ekonominya masih rendah. Insidensi penyakit jantung bawaan di dunia diperkirakan 8/1000 kelahiran hidup. Data mengenai penyakit jantung bawaan sangat bervariasi bergantung pada hasil penelitian terhadap anak atau orang dewasa, serta berdasarkan autopsy dan pemeriksaan kateterisasi. Di Indonesia sekitar 40.000 bayi dengan penyakit jantung bawaan. Saat ini, hanya sekitar 2% penderita yang bisa diselamatkan. Dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir dengan CHD/ PJB (IdeBagus : 2008). Sebagai
kalangan
mahasiswa
kesehatan
selayaknya
mengetahui bahaya congenital heart diseases (CHD) bagi kehidupan anak-anak yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka dan bisa berujung pada kematian. Sebagai mahasiswa kesehatan sepatutnya mampu mengidentifikasi faktor penyebab serta tanda dan gejala dari Congenital heart diseases (CHD), serta dapat bertindak dalam
memberikan pelayanan terbaik pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) ?” C. Tujuan Tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dapat memberikan informasi dan
pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD).
BAB II PEMBAHASAN A.
Definisi Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI : 1996) Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997)
B.
Etiologi Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal : a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox. b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun. d. Ibu
menderita
penyakit
Diabetes
Mellitus
(DM)
yang
memerlukan insulin. e. Ibu
meminum
obat-obatan
penenang
atau
jamu
dan
sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obatobatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin). f. Terpajan radiasi (sinar X). g. Gizi ibu yang buruk. h. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio. 2.
Faktor Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan. c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down. d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
C.
Klasifikasi Terdapat congenital.
berbagai
cara
Penggolongan
penggolongan
yang
penggolongan
yang
sangat
penyakit
jantung
sederhana
adalah
didasarkan
pada
adanya
Diseases
(CHD)
non
sianosis
serta
vaskuiarisasi paru.
Congenital
Heart
sianotik
dengan
vaskularisasi paru bertambah, misalnya defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP).
Congenital
Heart
Diseases
(CHD)
non
sianotik
dengan
vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.
Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).
Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar (TAB).
CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan. 1. Defek Septum Ventrikel (VSD) DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole. Manifestasi
klinik :
Pada
pemeriksaan
selain
didapat
pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran,
ujung-ujung
jari
hiperemik.
Diameter
dada
bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik. Penatalaksanaan : Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang 2. Duktus Arteriosus Persisten (PDA)
DAP
adalah
terdapatnya
pembuluh
darah
fetal
yang
menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas. Manifestasi
klinik
: Neonatus
menunjukan
tanda-tanda
respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan
dengan
pertumbuhan
anak,
maka
anak
akan
mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur jantung akibat aliran darah turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri. Penatalaksanaan : Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi. 3. Tetralogi fallot Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu: a. stenosis pulmonal b. hipertropi ventrikel kanan c. kelainan septum ventrikuler d. kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel. Manifestasi klinik : Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nyata yaitu adanya sianosis, letargi dan lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian
disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang.
Bersamaan
dengan
pertambahan
usia,
bayi
diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan kateterisasi jantung. Penatalaksanaan : Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara : a. Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula
kanan
atau
arterikarotis
menuju
arteri
pulmonalis kanan. b. Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
D.
Patofisiologi Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir kedalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola
pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, Perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal. E.
Manifestasi Klinis 1.
Infants a.
Dyspnea
b.
Difficulty breathing (Kesulitan Bernafas)
c.
Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit)
d.
Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang.
2.
e.
Failure to gain weight (kesulitan penambahan berat badan)
f.
Heart murmur
g.
Cyanosis
h.
Cerebrovasculer accident/ CVA
i.
Stridor and choking spells/ mencekik
Children a.
Dyspnea
b.
Poor physical development ( perkembangan fisik yang kurang)
c.
Decrease exercise tolerance (aktitas menurun)
d.
Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)
e.
Heart murmur and thrill
f.
Cyanosis
g.
Squatting
h.
Clubbing of fingers and toes
i.
Elevated blood pressure (tekanan darah tinggi)
F.
Komplikasi Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai komplikasi antara lain: 1.
Gagal jantung kongestif / CHF.
2.
Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.
3.
Aritmia.
4.
Endokarditis bakterialistis.
5.
Hipertensi.
6.
Hipertensi pulmonal.
7.
Tromboemboli dan abses otak.
8.
Obstruksi pembuluh darah pulmonal.
9.
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).
10.
Enterokolitis nekrosis.
11.
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner).
G.
12.
Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.
13.
Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).
14.
Gagal tumbuh.
Pemeriksaan Penunjang 1.
Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2.
Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
3.
Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah.
4.
Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
5.
Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya
hipertropi
ventrikel
kiri,
kateterisasi
jantung
yang
menunjukan striktura. 6.
Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
7.
Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.
H.
Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a.
Riwayat Keperawatan 1)
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
2)
Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin.
3)
Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4)
Proses kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
5)
Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetik yang menunjang.
6)
Riwayat pertumbuhan, biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. 7)
Riwayat psikososial/ perkembangan : - Kemungkinan mengalami masalah perkembangan. - Mekanisme koping anak/ keluarga. - Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.
b.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah: 1)
Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas).
2)
Observasi adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.
3)
Observasi adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
4)
Observasi adanya hiperemia pada ujung jari.
5)
Observasi pola makan, pola pertambahan berat badan.
6)
Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
7)
Observasi apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
8)
Observasi
diameter
dada
bertambah,
sering
terlihat
benjolan dada kiri. 9)
Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium
10)
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang
hiperdinarnik. 11)
Observasi anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi
saluran
pernafasan,
sedangkan
neonatus
menunjukan
tanda-tanda
respiratory
distress
seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi. 12)
Observasi apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
13)
Observasi apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temporal.
14)
Pengkajian
psikososial
meliputi
:
usia
anak,
tugas
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress. 2. Diagnosa Keperawatan a.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung.
b.
Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal.
c.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
e.
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
f.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelelahan,
ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan. g.
Peningkatan
volume
cairan
tubuh
kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
berhubungan
dengan
h.
Kurang
pengetahuan
ibu
tentang
keadaan
anaknya
berhubungan dengan kurangnya inforrnasi. i.
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak.
3. Rencana Keperawatan a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung. Tujuan :
Pasien
dapat
mentoleransi
gejala-gejala
yang
ditimbulkan akibat penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga keadaan normal. Kriteria
Hasil
: Anak
akan
menunjukkan
tanda-tanda
membaiknya curah jantung/cardiac output. Intervensi :
Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien. Rasional : Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output. Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam. Rasional : permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi
cepat,
peningkatan
peningkatan
tekanan
darah,
suhu,
nadi
semuanya
meningkat, dapat
cepat
dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.
Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat. Rasional : istirahat yang adekuat dapat
meminimalkan
kerja
dari
jantung
dan
dapat
mempertahankan energi yang ada.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi. Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis. Rasional : pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder
terhadap
ketidakadekuatan
curah
jantung,
vasokonstriksi dan anemi.
Monitor
tanda-tanda
CHF
seperti
gelisah,
takikardi,
tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali. Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas. Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan digoxin. Rasional : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan
kekuatan
kontraksi
miokard
dan
memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlambat periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung. b. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal. Tujuan
: Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru dan efektif pola nafasnya Intervensi
:
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output. Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan. pengobatan
Rasional : pengenalan dini dan
ventilasi
abnormal
dapat
mencegah
komplikasi.
Observasi penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada. Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
Observasi ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi. Rasional : pantau keefektifan
terapi
pernafasan
dan
catat
terjadinya
komplikasi.
Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak. Rasional : menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard. Tujuan
: Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.
Kriteria hasil : Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada
Intervensi
:
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan penanganannya. Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis. Rasional : Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam. Rasional : Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.
Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan. Rasional : penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan penggunaan nitrat.
Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan. Rasional : aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu. Rasional : dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan respon nyeri.
Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak. Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
Kolaborasi
dengan
team
medis
analgesic.
Rasional
:
analgesik
dalam
pemberian
bekerja
dengan
menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. Tujuan
: Anak dapat makan dan menyusu dan tidak
terjadi penurunan berat badan selama terjadi perubahan status nutrisi. Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dalam menopang pertumbuhan Intervensi
:
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri. Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit
tetapi
sering.
Rasional
:
air
susu
akan
mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP). Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.
Jika
anak
menunjukkan
kelemahan
akibat
ketidakadekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang infuse. Rasional : infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi melalui oral.
Observasi selama pemberian makan atau menyusui. Rasional : selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama. Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar. Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
e. Peningkatan
volume
cairan
tubuh
berhubungan
dengan
kongestif vena, penurunan fungsi ginjal. Tujuan
: Menunjukan keseimbangan masukan dan
keluaran, berat badan stabil,tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema. Kriteria hasil : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan. Intervensi
:
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan. Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan cairan, timbangberat badan anak setiap hari. Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretic, keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal jantung.
Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,ronchi, penambahan berat badan. Rasional : menunjukan kelebihan cairan tubuh.
Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi. Rasional : menurunkan retensi natrium.
Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian diuretic (furosemid) sesuai
indikasi.
Rasional
: menghambat
reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh. f. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelelahan,
ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan. Tujuan
: Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai
tanpa adanya kelemahan. Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat Intervensi
:
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang
aktifitas.
Rasional
:
lebih
meningkatkan
pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak. Rasional : menunjukan gangguan
pada
jantung
yang
kemudian
akan
menggunakan energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
Bantu
pasien
dalam
aktivitas
yang
tidak
dilakukannya. Rasional : teknik penghematan energi.
dapat
Support dalam pemberian nutrisi anak. Rasional : nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akan meningkatkan produksi energi.
Batasi
aktifitas
meminimalkan
anak
yang
kerja
dari
berlebihan. jantung
Rasional dan
:
dapat
mempertahankan energi yang ada. g. Kurang pengetahuan ibu/keluarga tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan
: Ibu/keluarga tidak mengalami kecemasan dan
mengetahui
proses
penyakit
dan
penatalaksanaan
keperawatan yang dilakukan. Kriteria hasil : Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. Intervensi
:
Berikan pendidikan kesehatan (health education) kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan. Rasional : informasi akan meningkatkan pengetahuan ibu/keluarga sehingga cemas yang dialami ibu/keluarga melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
4. Implementasi Implementasi adalah tindakan keperawatan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk
tenaga
kesehatan
lainnya.
Sedangkan
tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan berdasarkan hasil keputusan bersama denagn dokter atau tenaga kesehatan
lainnya.
Implementasi
keperawatan
pada
studi
kasus
ini
disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosa keperawatan prioritas. 5. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah hasil perkembangan berdasarkan tujuan keperawatan yang hendak dicapai sebelumnya. Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan terus-menerus terhadap tindakan keperawatan yang tela dilakukan. Evaluasi keperawatan pada aasuhan keperawatan ini disesuaikan dengan tujuan dan kriteria
hasil
yang
keperawatan prioritas.
telah
disusun
berdasarkan
diagnosa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “R” DENGAN DIAGNOSA PJB + GEA DI RSI FAISAL MAKASSAR
NAMA
:
NIM
:
CI LAHAN
CI INSTITUSI
(.....................................)
(.........................................)
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAPIKA MAKASSAR
2020 ASUHAN KEPERAWATAN Tgl. Masuk RS Tgl. Pengkajian No. MR Diagnosa medis Ruangan A. Pengkajian 1. Pengumpulan data a. Biodata 1) Identitas pasien : a) Nama
: An. R
b) Umur
: 5 tahun
c) Jenis kelamin
: Laki-laki
d) Agama
: Islam
e) Pendidikan
: TK
f)
Pekerjaan
: Siswa
g) Kawin/belum
: Belum
h) Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
i)
: Takalar
Alamat
2) Identitas penanggung: a) Nama
: Ny. T
b) Umur
: 20 tahun
c) Jenis kelamin
: Perempuan
d) Pendidikan
: SMA
e) Pekerjaan
: IRT
f)
: Islam
Agama
g) Kawin/belum
: Kawin
h) Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
i)
Hubungan dengan klien : Ibu pasien
j)
Alamat
: Takalar
: : : : :
b. Riwayat kesehatan sekarang 1) Keluhan utama : ibu klien mengatakan klien lemas selama 3 hari dirumah 2) Riwayat keluhan utama : ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit, klien lemas selama 3 hari dirumah, tidak ada nafsu makan, setiap makan selalu dimuntahkan, lemas dari hari ke rabu sampai hari jumat dan akhirnya jumat siang dibawa ke puskesmas, dipuskesmas di diagnosa PJB + GEA. c. Riwayat kesehatan masa lalu : 1) Penyakit berat yang pernah diderita
: tidak ada
2) Riwayat dirawat di RS
: tidak pernah
3) Riwayat operasi
: tidak pernah
4) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : tidak ada 5) Alergi
: tidak ada
6) Kebiasaan merokok/alkohol/lainnya
: tidak ada
7) BB sebelum sakit
: 38 kg
d. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga pasien mengatakan di keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun atau menular. Genogram : ?
?
34
9
7
5
?
?
?
30
2
Keterangan : : Perempuan
: Pasien
: Laki-laki
: Menikah
: meninggal
: Tinggal serumah
e. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum
: Klien lemah
2) BB : 16 kg
TB : 80 cm
3) Tanda-tanda vital : Nadi
: 96x/menit
Pernafasan : 24x/menit Suhu
: 36,5C
4) Kepala dan leher a) Kepala Simetris, rambut tipis, penyebaran rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada benjolan b) Penglihatan Mata simetris, isokor,sclera tampak pucat c) Hidung Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinusitis, epitaksis (-) d) Tenggorokan dan mulut Terdapat sianosis, simetris e) Leher Simetris, tidakada serumen 5) Pernafasan (breathing) a) Inspeksi Ictus cordis
b) Palpasi Ictus Cordis di ICS 4 dan 5 c) Perkusi Pekak d) Auskultasi BJ 1 dan 2 ada suara tambahan 6) Kardiovaskuler (bleding) a) Inspeksi Tidak ada luka, pernafasan simetris, retraksi dada (-) b) Palpasi Tidak ada benjolan c) Perkusi Sonor d) Auskultasi Mur-mur (+), Gallop (+) 7) Pencernaan a) Inspeksi Tidak ada lesi b) Auskultasi Bising usus +, 20x/menit c) Perkusi Thympani d) Palpasi Tidak ada benjolan 8) Ekstremitas a) Ekstermitas atas Tidak ada luka, kekuatan otot 55 b) Ekstremitas bawah Tidak ada luka, kekuatan otot 55
c) Kulit Bersih, tidak ada luka, sianosi (+), anemis (-), akral dingin, CRT