Askep Abortus Imminens 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.J DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABORTUS IMMINENS DI RUANG CEMPAKA RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



Oleh : Congky NIM :2017.C.09a.0829



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020 BAB 1



2



PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya



dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat. Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010). Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal  karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang di antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia. Hasil survey pendahuluan yang dilakuakan di RSUD ungaran 2015 didapatkan angka kejadian abortus imminene sebanyak 155 kasus (63,3%). Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia dan riwayat baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 2007).



3



Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. 1.2



Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis



Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3



Tujuan



1.3.1 Tujuan Umum Memperoleh kemampuan membuat dan menyajikan laporan dan asuhan keperawatan serta pangalaman nyata dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2



Tujuan Kusus



1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.2 Menganalisa data yang telah diperoleh dari masalah kesehatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.3 Merumuskan diagnosa pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.4 Memprioritaskan diagnosa keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.5 Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.



4



1.3.2.6 Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.7 Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.4



Manfaat Penulisan



1.4.1 Teoritis Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu bagi keperawatan untuk menambah pengetahuan untuk menambah pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, serta memperkuat teori yang sudah ada. 1.4.2 Praktis 1.4.2.1 Bagi Penulis 1) Sebagai suatu syarat kelulusan praktik klinik 2) Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, serta aplikasinya. 3) Memperoleh pengalaman dalam membuat Laporan



dan asuhan



keperawatan dibidang keperawatan dan memberikan informasi sebagai bahan masukan Laporan dan asuhan keperawatan yang akan datang. 1.4.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan Manfaat asuhan keperawatan bagi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khusunya tenaga kesehatan di Ruang Cempaka adalah sebagai bahan masukan dalam pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelaksanaan serta bahan evaluasi dan perbaikan asuhan keperawatan. 1.4.2.3 Bagi Institusi Diharapkan menjadi sumber informasi, bacaan, dan bahan masukan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya yang terkait dalam pelaksanaan



5



asuhan keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.4.2.4 Bagi Mahasiswa Diharapkan menjadi sumber informasi, bacaan, dan bahan masukan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa STIKes Eka Harap Palangka Raya khususnya yang terkait dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.4.2.5 Bagi Masyarakat Diharapkan menjadi sumber informasi, bacaan, dan bahan masukan untuk menambah wawasan bagi masyarakat Palangka Raya khususnya yang terkait dengan asuhan keperawatan pada Ny.J Dengan Diagnosa Medis Abortus Imminens Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.



6



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Definisi Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran



hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim. Manuaba, 2007:683). Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri. Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan. 2.2



Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan



organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.



7



Gambar 1. Organ Interna Wanita 1. Ovarium. Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian. Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.



8



2. Tuba falopii/oviduct (saluran telur) Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus. 3. Uterus (rahim) Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil



disebut



cervix.



Uterus



merupakan



tempat



tumbuh



dan



berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi. 4. Vagina Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual. 5. Mons veneris Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling atas dari vulva. 6. Labium mayora Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut



9



Gambar 2. Organ Eksterna Wanita 7. Labium minora Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah. 8. Clitoris Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena banyak mengandung saraf. 2.3



Etiologi Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian



mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut.



10



1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil mudah. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut: a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks. b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. 2. Kelainan pada plasenta Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. 3. Penyakit ibu Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang. 4. Kelainan traktus genitalis Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat



11



disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit. 5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran) 6. Trauma 7. Gangguan nutrisi 8. Stress psikologis 2.4



Patofisiologi Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian



diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.



WOC



12 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi 2. Penyakit ibu (pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dll) 3. Kelainan endokrin (hyperthiroid, DM)



4. 5. 6. 7.



Kelainan plasenta Trauma Gangguan nutrisi Stress psikologis



Abortus Imminens (mati janin < 20 minggu)



B1



B2



B3



B4



B5



B6



B1



Curetase



Curetase



Curetase



Perdarahan



Curetase



Curetase



Jaringan Terputus/Terlepas



Pendarahan masif



Jaringan Terputus/Terlepas



Hemoglobin



Post Anastesi



Masuknya alat curetase



Nyeri Abdomen



Syok Hipovolemik



Merangsang area sensorik motorik



Perfusi Jaringan



Fungsi saraf Oblongata



Inflamasi



Kerja napas meningkat Dypsnea



COP Distribusi darah ke jaringan Akral dingin



Nyeri Keterbatasan aktivitas



Syok Hipovolemia



Pola Napas Tidak Efektif



Gangguan Perfusi Jaringan



Intolerasi Aktivitas



Fungsi saraf Vegetatif Penyerapan cairan di kolon Konstipasi



Hipertermia



13



2.5



Manifestasi Klinis Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang



setelah beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen. Nyeri pada abortus dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi. Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan. Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau pinggang mulanya belum ada atau ringan saja. Tanda dan gejala pada abortus Imminen: 1. Terdapat keterlambatan datang bulan 2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules 3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot Rahim 4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim 5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.



14



2.6



Komplikasi



1)



Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah .Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya.



2)



Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomie, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomie. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.



3)



Infeksi Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia. Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.



4)



Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena infeksi berat (syok Endoseptik).



2.7



Pemeriksaan Penunjang



1)



Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati.



2)



Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.



15



3)



Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion.



4)



Tes urine.



5)



Hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%).



6)



Menghitung trombosit.



7)



Kultur darah dan urine.



2.8



Penatalaksanaan Medis Penanganan abortus imminens terdiri atas:



1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. 2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya. 3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. 4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg 5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C 6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat 7. Bila perdarahan a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang



bila



terjadi perdarahan lagi. b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).



16



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 3.1



Pengkajian



Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah : a. Data dasar yang meliputi : - Aspek biologi - Aspek psikologis - Aspek sosial kultural - Aspek spritual b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang meliputi : - Riwayat kehamilan - Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair - Pengkajian fisik meliputi :  Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan  Perhatian pendarahan yang terjadi  Adanya infeksi  Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan  Ada riwayat masalah pengobatan  Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan - Masalah psikologis - Adanya dukungan dari keluarga - Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit. - Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin - Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.



17



3.2



Diagnosa Keperawatan



1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan muda. 2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan.. 3) Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin. 4) Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab. 5) Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan dengan kurang informasi. 3.3 No . 1.



Intervensi Keperawatan



Diagnosa Keperawatan dan Tujuan Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan muda Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam diharapkan nyeri akan berkurang NOC: 1. Pain level 2. Pain control 3. Comfort level Kriteria Hasil: 1. Mampu mengontrol nyeri 2. Menyatakan rasa nyaman 3. Mengungkapkan penurunan nyeri 4. Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahankan kontrol nyeri.



Intervensi



Rasional



Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,. 2. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi, intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan) 3. Observasi reaksi nonverbal dari reaksi ketidaknyamanan 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 6. Kolaborasikan dengan



Pain Management 1. Untuk memberikan tindakan keperawatan yang sesuai



2. Untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu



3. Respon dari dirasakan ibu.



nyeri



yang



4. Dapat mengurangi faktor yang memperparah tingkat nyeri



5. Membantu mengurangi nyeri 6. Untuk diberikan tindakan selanjutnya dalam mengatasi nyeri yang tidak berhasil



18



dokter jika ada keluhan dan tindakan penanganan nyeri yang tidak berhasil Analgesic administration 1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi 2. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik pada klien 3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah diberikan analgesik 2.



Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan NOC: Fluid Balance, Hydration, Intake Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil:  Mempertahankan urin output dalam batas normal sesuai dengan usia, dan BB,  TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal  Tidak ada tanda dehidrasi  Elastisitas turgor kulit baik. Membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus tambahan.



NIC : Fluid Management 1. Monitor vital sign 2. Monitor status hydrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan 3. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian 4. Kolaborasi pemberian cairan IV 5. Dorong masukan oral 6. Berikan penggantian nasogastric sesuai output 7. Atur kemungkinan transfusi 8. Persiapan untuk transfuse



tersebut



Analgesic administration 1. Verifikasi dalam pemberian obat, menghindari kesalahan dalam pemberian obat 2. Menurunkan tingkat nyeri dengan teknik farmakologi Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardi



1.



mengetahui keadaan umum pasien 2. mengetahui perkembangan rehidrasi 3. rehidrasi optimal evaluasi intervensi 4.



mengurangi risiko kekurangan voume cairan semakin bertambah 5. mengurangi risiko kekurangan voume cairan semakin bertambah 6. mengurangi risiko kekurangan voume cairan semakin bertambah 7. mengurangi risiko kekurangan voume cairan semakin bertambah 8. mengurangi risiko kekurangan voume cairan semakin bertambah 1. mengetahui



perkembangan



19



Hypovolemia Management 1. Monitor intake dan output cairan 2. Pelihara IV line 3. Monitor adanya kelebihan cairan 4. Monitor BB 5. Monitor tingkat HB dan hemtokrit 6. Pasang urin kateter jika diperlukan 7. Kolaborasikan pemberian diuretic sesuai interuksi



3.



Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin NOC: Anxiety self-control, anxiety level, coping. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1x30 menit) Ansietas klien teratasi dengan kriteria hasil : 1. Klien mampu mengidentifikas i dan mengungkapka n gejala cemas 2. Mengidentifika si, mengungkapka n dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol cemas



NIC: Anxiety Reduction 9. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan. 10. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa 11. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus. 12. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.



2.



3. 4.



5. 6. 7.



rehidrasi mencegah infeksi dan mempertahankan input cairan yang adekuat mencegah masuknya cairan berlebihan mengetahui BB dan membandingkan BB pasien sebelum dan sesudah diberikan intervensi memonitor status kebutuhan cairan pasien mengetahui jumlah output cairan membantu mempermudah output cairan, menjaga keseimbangan cairan



1. mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan kemungkinan pilihan/ intervensi. 2. dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan membantu keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara positif terhadap pilihan. 3. kesempatan bagi klien untuk mencari pemecahan situasi. 4. dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.



20



3. Vital sign dalam batas normal 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan



4.



Risiko Infeksi f.r NIC:  perdarahan, dan kondisi 1. Kaji kondisi vulva lembab keluaran/dischart NOC: yang keluar ; jumlah, 1. Imune Status warna, dan bau 2. Knowledge: 2. Terangkan pada klien Infection pentingnya Control perawatan vulva 3. Risk Control selama masa Setelah dilakukan perdarahan tindakan keperawatan 3. Lakukan perawatan selama 4 jam vulva diharapkan diharapkan 4. Amati luka dari tidak terjadi infeksi tanda infeksi Kriteria Hasil (flebitis) 1. Tidak ditemukan 5. Anjurkan pada ps tanda-tanda adanya untuk melaporkan infeksi. dan mengenali tanda2. Jumlah Leukosit tanda infeksi dalam batas normal 6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan Infection Control 1. monitor tanda dan gejala infeksi 2. Pantau hasil



1. Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi 2. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar 3. Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi. 4. Daerah ini merupakan port de entry kuman Penanda proses infeksi 5. Mencegah infeksi 6. Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.



1. Proteksi diri dari infeksi



21



2. Mengetahui hasil laboratorium status imunitas terhadap kemungkinan infeksi 3. Mencegah infeksi sekunder 4. Mengetahui keadaan umum pasien



4.



Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan dengan kurang informasi. Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 1×1 jam diharapkan terjadi peningkatan



laboratorium 3. Amati faktor-faktor yang bisa meningkatkan infeksi 4. monitor Vital Sign 5. Kontrol infeksi 6. Ajarkan tehnik mencuci tangan 7. Ajarkan tanda-tanda infeksi 8. Batasi pengunjung 9. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat ps 10. Tingkatkan masukan gizi yang cukup 11. Anjurkan istirahat cukup 12. Pastikan penanganan aseptic daerah IV 13. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi NIC: teaching disease process 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab dari gangguan kehamilan, misalnya adanya penyakit ibu, kelainan traktur genitalis,



5. Meningkatkan tubuh



daya



tahan



6. Mencegah terjadinya perpindahan infeksi



7. membantu proteksi infeksi 8. Mencegah terjadinya infeksi 9. Mencegah terjadinya infeksi



10. Meningkatkan asupan nutrisi pasien agar meningkatkan status imunisasi 11. Meningkatkan relaksasi 12. Mencegah terjadinya infeksi melalui IV 13. Meningkatkan pengetahuan pasien terhadap risiko infeksi 1. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang penyakitnya 2. Agar pasien mengetahui sebab adanya gangguan dari kehamilan 3. Untuk mengetahui perkembangan kehamilan pasien



22



pengetahuan pasien dan trauma, gizi keluarga dengan kriteria 3. Anjurkan untuk hasil : memeriksakan Knowledge : disease kehamilan secara teratur process, health behavior 1. Pasien/Keluarg a dapat menyebutkan penyebab abortus 2. Pasien/keluarga dapat menyebutkan kembali tanda gejala abortus 3. Pasien/keluarga dapat menyebutkan kembali efek samping abortus 4. Pasien/keluarga dapat menyebutkan kembali penanganan terhadap efek samping yang timbul akibat abortus



BAB 4



23



ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN Nama Mahasiswa



: Congky



NIM



: 2017.C.09a.0829



Ruang Praktik



: Cempaka



Tanggal Praktik



: 23-28 Maret 2020



Tanggal dan Jam Pengkajian



: 23 Maret 2020 pukul 17.00 WIB



3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas Klien Nama



: Ny. J



Tempat/Tgl Lahir



: Palangka Raya, 04 Oktober 1996



Agama



: Islam



Suku/Bangsa



: Banjar/Indonesia



Pendidikan Terakhir



: S1



Pekerjaan



: PNS



Gol. Darah



:A



Alamat



: Jln. G.Obos XII Gg. Karya Sepakat



Diagnosa Medis



: G2P1A1 dan Abortus Imminens



Penghasilan Perbulan



: > Rp. 3.000.000



Tanggal MRS



: 18 Maret 2020



Tanggal Pengkajian



: 23 Maret 2020



3.1.2 Identitas Suami Nama



: Tn. A



Umur



: 26 tahun



Jeniskelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Suku/Bangsa



: Banjar/Indonesia



Pendidikan Terakhir



: S1



Pekerjaan



: Swasta



Gol. Darah



:O



Alamat



: Jln. G.Obos XII Gg. Karya Sepakat



3.1.3Status Kesehatan 22



24



3.1.3.1 Keluhan Utama Klien mengatakan “badan saya terasa panas”. 3.1.3.2 Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan “selama 2 hari saya mengikuti kegiatan di sekolah dari pagi hingga malam hari, lalu saya merasa demam dan perut saya mulai terasa nyeri serta terjadi perdarahan sedikit seperti haid tetapi lama kelamaan menjadi banyak sekali, oleh karena itu saya segera dibawa ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya oleh suami saya”. Di IGD klien mendapatkan tindakan pemasangan infus RL 20 tpm ditangan sebalah kiri dan mendapatkan paracetamol 500mg per oral. Keadaan umum klien tampak nyeri dan tampak lemah. 3.1.3.3 Riwayat Kesehatan yang lalu (riwayat penyakit dan riwayat operasi) Klien mengatakan “pernah masuk rumah sakit saat melahirkan anak pertamanya”. 3.1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan “Di dalam anggota keluarga tidak ada penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, stroke, jantung. Serta tidak ada penyakit menular seperti hepatitis, TB Paru, dll”. GENOGRAM KELUARGA



Bagan 3.1 Genogram keluarga klien Ny.J



Keterangan:



25



: Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Hubungan keluarga : Tinggal satu rumah : Klien 3.1.3.5 Riwayat Ginekologi dan Obstetric 1) Riwayat Ginekologi 1) Riwayat menstruasi Menarce pada usia 12 tahun dengan lamanya haid 4-5 hari, siklus 28 hari, dalam 1 hari 3x ganti pembalut, dengan sifat darah cair, berwarna merah dan berbau amis. 2) Riwayat perkawinan Lamanya pernikahan sudah 2 tahun dengan pernikahan yang ke 1. 3) Riwayat keluarga berencana Klien tidak menggunakan KB. 2) Riwayat Obstetric a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: G2P1A1 No.



1.



Tgl Partus 10 Des 2018



Umur Hamil 39 mgg



Jenis Partus



Normal



Tempat/ Penolong



RS



Jenis Kelamin



Perempuan



BB



3,2 Kg



Masalah



Keadaan Anak



Hml



Lhr



Nifas



By



-



-



-



-



b. Riwayat kehamilan sekarang Keluhan klien waktu hamil mual,muntah, dan tidak nafsu makan pada tri semester I, penambahan berat badan selama hamil 2 kg, pemeriksaan kehamilan teratur dilakukan di Dokter Kandungan. c. Riwayat persalinan sekarang G2P1A1.



Hidup



26



3) Pemeriksaan Fisik a. Ibu 1) Keadaan umum Kesadaran compos menthis, klien tampak lemah, berat badan sebelum hamil 84 kg, suhu 39,6OC, nadi 98 x/menit, pernapasan 20x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, berat badan saat hamil 86 kg, tinggi badan 163 cm. 2) Kepala Warna rambut hitam dan merata, keadaan rambut bersih, tidak edema pada muka, mukosa mulut dan bibir lembab, keadaan gigi bersih dan tidak ada karies, fungsi pengecapan dapat merasakan asam asin dan manis, keadaan mulut bersih, fungsi menelan baik, konjunctiva merah muda, sclera tidak ikterik berwarna putih, fungsi penglihatan baik klien dapat membaca buku yang diberikan oleh perawat dengan benar, tidak ada peradangan/perdarahan pada hidung dan keadaan hidung bersih, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. 3) Daerah dada Suara napas vesikuler, bunyi jantung S1 S2 (lup, dup), tidak ada retraksi dada, tidak ada hiperpigmentasi aerola, keadaan puting susu bersih, dan tidak ada nyeri pada payudara. 4) Abdomen Tidak teraba tinggi fundus, tidak ada kontraksi uterus,tidak ada asites, dan bising usus 10 x/menit. 5) Genitalia eksterna Tidak ada edema, dan terdapat pengeluaran lochea berwarna merah cerah, berbentuk seperti bekuan darah. 6) Anus Tidak terdapat haemoroid 7) Ekstermitas atas dan bawah Refleks pattela positif kanan dan kiri, ekstermitas simetris, dan tidak ada edema.



27



b. Bayi 1) Berat badan



:-



2) Panjang badan



:-



3) Lingkar kepala



:-



4) Lingkar dada



:-



5) Lingkar perut



:-



6) Lingkar lengan atas



:-



4) Pola Aktivitas Sehari-hari a) Pola nutrisi Frekuensi makan 3x/hari, jenis makanan nasi, sayur, buah dan lauk-pauk dengan porsi makan1 piring, makanan yang disukai soup, tidak ada alergi terhadap makanan, dan jenis minuman seperti susu, air putih dan teh. b) Eliminasi 1) Buang air besar (BAB) BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan, bau khas dengan konsistensi lunak, dan tidak ada keluhan BAB. 2) Buang air kecil (BAK) Frekuensi 4-5 kali/sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak dan tidak ada keluhan BAK. c) Pola tidur dan istirahat Tidur saat siang ± 2 jam dan malam ± 7-8 jam, tidak ada masalah dalam istirahat dan tidur d) Pola aktivitas dan latihan Mengurus rumah. Selama hamil klien beraktivitas seperti biasa saja. Saat di ruangan klien hanya mampu terbaring ditempat tidur. Kegiatan diwaktu luang klien beristirahat. Latihan yang dilakukan klien seperti miring, duduk dan berjalan. e) Personal hygiene Kulit berwarna kuning langsat dan tampak bersih, rambut rapi, mulut dan gigi lembab tidak ada karies gigi, dan cara berpakaian rapi.



28



f) Ketergantungan fisik Tidak ada merokok, minum minuman keras, obat-obatan 5)



Aspek Psikososial dan Spiritual a) Pola pikir dan presepsi Klien bingung dan tidak tahu bagaimana cara perawatan diri setelah melakukan curetase. b) Persepsi diri Klien berharap ingin cepat sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasanya. c) Konsep diri Klien adalah seorang wanita, klien sebagai ibu rumah tangga, klien ingin cepat sembuh, Ny. Y adalah seorang klien yang berusia 23 tahun. d) Hubungan/komunikasi Klien berkomunikasi dengan jelas dan relevan, bahasa utama yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah yaitu bahasa banjar, suami klien mempunyai peranan penting dalam rumah tangganya, dan suami klien tidak merokok. e) Kebiasaan seksual Tidak ada masalah dalam hubungan seksual f) Sistem nilai-kepercayaan Sumber kekuatan adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan klien beragama Islam dan taat beribadah di Mesjid.



29



6) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium tanggal 23 Maret 2020 Jenis pemeriksaan



Hasil



Nilai normal



WBC



5.93 x 10^3/uL



4.50-11.0



HGB



12,0.g/dL



11.0-16.0



HCT



34,4%



37-48%



PLT



208 x 10^3/uL



150-400



GDS



99 mg/dL



< 200



Ureum



25 mg/dL



21-53



Creatinin



0,64 mg/dL



0,7-1,5



7) Pengobatan Penatalaksanaan medis tanggal 25 maret 2020 No. 1.



2.



Jenis ObatRute Infus RL 20 tpm



Indikasi IV



Paracetamol



Oral



500mg



3x1



Mengembalikan keseimbangan elektrolit.



Untuk mengobati rasa sakit ringan hingga sedang serta dapat digunakan untuk meredakan demam.



Palangka Raya, 24Maret 2020 Mahasiswa,



CONGKY



30



3.2 Analisa data Kemungkinan penyebab DS: Curetase Klien mengatakan “badan saya terasa Masuknya alat curetase panas” DO: Inflamasi - Klien tampak lemah - Kulit teraba hangat - Kulit tampak kemerahan - TTV TD = 120/80 mmHg S = 39,6OC N = 98x/mnt RR = 20x/mnt Data subjektif dan data objektif



DS: Klien mengatakan “badan saya terasa lemas”. DO:. - Klien tampak lemah. - Pergerakan klien terbatas. - Kebutuhan ADL klien dibantu oleh keluarga dan perawat. - TTV TD = 120/80 mmHg S = 39,6OC N = 98x/mnt RR = 20x/mnt



Curetase Jaringan terputus/terlepas Merangsang area sensorik motorik Nyeri Keterbatasan aktivitas



Prioritas Masalah 1.



Hipertemia berhubungan dengan respon trauma.



2.



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.



Masalah Hipertermia



Intoleransi Aktivitas



31



32



3.4 Intervensi Keperawatan Nama Pasien: Ny. Y Ruang Rawat: VK cempaka Diagnosa Tujuan (Kriteria Keperawatan Hasil) 1. Hipertemia Setelah dilakukan berhubungan tindakan keperawatan dengan respon kurang lebih 2 × 7 jam trauma diharapkan hipertermia teratasi/berkurang dengan kriteria hasil: - Suhu tubuh dalam batas normal 36,537,5oC. - Klien tidak tampak lemah. - Kulit klien tidak tampak kemerahan.



Intervensi



Rasional



1. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh klien 2. Berikan lingkungan yang nyaman 3. Ajarkan keluarga dalam melakukan kompres hangat. 4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.



1. Untuk mengetahui keadaan umum klien terutama perubahan suhu tubuh klien. 2. Membuat klien lebih nyaman 3. Untuk membantu menurunkan suhu tubuh klien. 4. Membantu menurunkan suhu tubuh klien.



33



2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 2 × 7 jam diharapkan klien dapat beraktivitas dengan kriteria hasil: - Pergerakan klien bebas. - Klien tidak tampak lemah. - Kebutuhan ADL dapat dilakukan secara mandiri. - TTV normal TD = 120/80 mmHg N = 60-100x/mnt RR = 16-20x/mnt S = 36,5-37,5oC



1. Observasi tanda-tanda vital. 2. Kaji tingkat aktivitas klien 3. Libatkan keluarga dalam aktivitas 4. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan positif atau partisipasi dalam aktivitas



1. Tekanan darah, pernafasan, nadi, dan suhu tubuh dapat berpengaruh terhadap aktivitas pasien, sehingga sangat diperlukan 2. Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan berhubungan dengan masalah kurangnya aktivitas 3. Peran keluarga sangat penting untuk mebantu klien dalam melakukan aktivitas. 4. Meberikan arahan untuk keluarga dalam membantu proses pemenuham aktivtas pasien



34



3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/Tanggal Jam



Selasa, 23Maret 2020 Pukul 21.00 WIB



Implementasi



1. Mengobservasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh klien (pukul 21.15 WIB). 2. Memberikan lingkungan yang nyaman (pukul 21.20 WIB). 3. Mengajarkan keluarga dalam melakukan kompres hangat (pukul 21.15 WIB). 4. Berkolaborasi dalam pemberian antipiretik Paracetamol 500mg per oral (pukul 21.30 WIB).



Evaluasi (SOAP)



Tanda Tangan dan Nama Perawat



S: Klien mengatakan “ badan saya sudah tidak terasa panas lagi“ O: - TTV klien : TD = 110/70 mmHg N = 80x/mnt Congky o S = 36,8 C RR = 18 x/mnt (pukul 05.15 WIB). - Klien tampak rileks (pukul 05.15 WIB). - Keluarga mengerti dan dapat melakukan kompres hangat secara mandiri (pukul 21.20 WIB). - Memberikan paracetamol 500mg per oral untuk membantu menurunkan suhu tubuh (pukul 21.30 WIB). A: Masalah Teratasi P: Hentikam Intervensi



35



Selasa, 23Maret 2020 Pukul 21.00 WIB



1. Mengobservasi tanda-tanda vital (pukul S: Klien Mengatakan “badan saya masih terasa lemas 21.15 WIB). dan masih belum bisa beraktivitas seperti biasa 2. Mengkaji tingkat aktivitas klien (pukul O: 21.25 WIB). - TTV klien : 3. Melibatkan keluarga dalam - TD = 110/70 mmHg aktivitas (pukul 23.15 WIB). - N = 80x/mnt 4. Menganjurkan keluarga untuk - S = 36,8oC Congky memberikan dukungan positif atau - RR = 18 x/mnt (pukul 05.15 WIB). partisipasi dalam aktivitas (pukul - Klien hanya dapat beraktivitas diatas tempat tidur 21.45 WIB). (pukul 21.00 WIB). - Keluarga membantu klien dalam melakukan aktivitas (pukul 22.15 WIB). - Keluarga selalu memberi dukungan untuk klien agar agar dapat beraktivitas secara mandiri (pukul 06.15 WIB). A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan Intervensi 1, 3, dan 4



36



DAFTAR PUSTAKA Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Misouri: Mosby, Inc. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Misouri: Mosby, Inc.