16 0 622 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASKEP INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) Di susun untuk melengkapi tugas mata kuliah kep.anak
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 1. Krismanda amukti putra
(201701054)
2. Ima amita santi
(201701077)
3. Risa Ainul Hikmah
(201701080)
4. Radiva Kurnia Fitriani
(201701086)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya dengan berkat-Nya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam yang penuh berkah ini. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Keperawatan Anak 2. Makalah ini dibuat satu jilid yang berisi tentang “Laporan Pendahuluan Serta Konsep Askep Pada Kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)”. Kami menyusun makalah ini dengan sungguhsungguh dan semampunya. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun pelajaran yang berarti bagi siapa saja yang membacanya. Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Mojokerto, 04 September 2019
Penyusun
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2 DAFTAR ISI................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 5 1.1
Latar Belakang Masalah ................................................................................... 5
1.2
Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................ 7 2.1
Definisi ............................................................................................................. 7
2.2
Etiologi ............................................................................................................. 7
2.3
Manifestasi klinis ............................................................................................. 7
2.4
Patofisiologi dan Pathway ................................................................................ 8
2.5
Komplikasi ..................................................................................................... 11
2.6
Klasifikasi....................................................................................................... 11
2.7
Diagnosa Banding .......................................................................................... 11
2.8
Prognosis ........................................................................................................ 11
BAB III KONSEP ASKEP ........................................................................................ 12 3.1
Pengkajian ...................................................................................................... 12
3.1.1 Epidimologi .............................................................................................. 12 3.1.2 Identitas klien ........................................................................................... 12 3.1.3 Riwayat Kesehatan kesehatan .................................................................. 12 3.1.4 Pemeriksaan ............................................................................................. 13 3.1.5 Pemeriksaan penunjang ............................................................................ 14 3
3.2
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan ........................................................... 14
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 23 4.1
Kesimpulan..................................................................................................... 23
4.2
Saran ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,rongga telingah tengah, dan pleura. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung hinnga 14 hari. Klasifikasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu infeksi saluran pernapasan bagian atas yang terdiri dari rhinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinositis, dan otitits media. Sedangkan infeksi saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas epiglotis, (laringotrakeobronkitis), bronkitis,bromkiolitis, dan pneumonia. Berdasarkan WHO (2011) ISPA adalah penyebab utama mordibitas penyakit menular di dunia hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anakanak dan orang lanjut usia, terutama di negara-negaa dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. dimana ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap difasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak. WHO memperkirakan insiden infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 12,136 pertahun pada golongan usia balita. Faktor faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak dan faktor perilaku. Faktor lingkunga terdiri dari pencemaran udara dalam rumah, ventilasi, kepadatan hunian dan status sosial ekonomi. Faktor individu anak terdiri dari umur, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan imunisasi. Faktor perilaku yang dilakukan oleh ibu dan anggota keluarga lain misalnya perilaku merokok. Peran orang tua dalam pencegahan ISPA pada balita termasuk dalam peran orang tua dalam perawatan anak. Peran orang tua dalam pecegahan ISPA sangat diperlukan karena yang biasa terkena dampak ISPA adalah usia balita dan anak - anak yang kekebalan tubuhnya masih rentan terkena infeksi. Sehingga diperlukan peran orang tua dalam menangani hal ini. Orang tua harus mengerti tentang dampak negatif dari penyakit ISPA ringan menjadi pneumonia yang kronologisnya dapat mengakibatkan kematian, jika tidak
5
segera ditangani. Pencegahan kejadian ISPA ini tidak terlepas dari peran orang tua yang harus mengetahui cara - cara pencgahan ISPA. ISPA dapat di cegah dengan mengetahui penyakit ISPA, mengatur pola makan balita dan menghindari faktor pencetus. 1.2
Tujuan penulisan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan ISPA 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit ISPA b) Untuk mengetahui cara penanganan penyakit ISPA c) Untuk mengetahui bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA d) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada anak dengan ISPA e) Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA
6
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan. Inkesi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernapasan (hidung, faring dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung(saluran atas)
hingga
alveoli(saluran bawah) serta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah pneumonia. 2.2 Etiologi Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA misalnya dari genus Streptococcus, Haemophylus, Stafilococcus, Pneumococcus, Bordetella, dan Corynebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain golongan Mixovirus (virus influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus), Enterovirus (Coxsackie virus, echovirus), Adenovirus, Rhinovirus, Herpesvirus, Sitomegalovirus. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergillus sp, Candidia albicans, Blastomyces
dermatitidis,
Histoplasma
capsulatum,
Coccidioides
immitis,
Cryptococcus neoformans. Selain itu juga ISPA dapat disebabkan oleh karena inspirasi asap kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak/BBM biasanya minyak tanah dan, cairan amonium pada saat lahir. Etiologi pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernapasan turut berpengaruh
7
didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas 2.3 Manifestasi Klinis 1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60x/menit. Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan secret yang encer sampai membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum 2. Demam Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencapai usia 6 bulan sampai 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh biasanya mencapai 39,5C-40,5C. 3. Meningismus Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodic bayi mengalami panas, gejalannya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski 4. Anorexia Biasanya terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum 5. Vomiting Biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit 6. Diare Biasanya seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus 7. Abdominal pain Nyeri pada abdomen mungkin disebabka karena adanya lymphadenitis mesenteric 8. Sumbatan pada jalan nafas/nasal Pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena kebanyakan secret 9. Batuk
8
Merupakan tanda umum dari terjadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan 10. Suara nafas Biasanya terdapat suara wheezing, stridor, crackles, dan tidak terdapatnya suara pernafasan 2.4 Patofisiologi dan Pathway Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu : 1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tapi belum menunjukkan reaksi apaapa 2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah 3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi 4 yaitu : a) Dapat sembuh sempurnah b) Sembuh dengan atelektasis c) Menjadi kronos d) Meninggal akibat pneumonia
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu system pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibody Antibody setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibody ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibody ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
nafas,
seperti
yang
terjadi
pada
anak.
Penderita
yang
rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan 9
utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih)
10
Pathway
Multi faktor (Bakteri, Virus, mikroplasma,dll)
Respon pada dinding bronkus
Peradangan pada saluran pernapasan (faring/laring dan tonsil)
Inflamasi saluran bronkus
Bronkus menyempit
Peningkatan produksi sekret Kuman melepaskan endotoksin
Bronkospasme
obstruksi jalan nafas Merangsang tubuh mengeluarkan zat Pirogen oleh leukosit
Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Suhu tubuh meningkat
Kesulitan/sakit mengunyah dan menelan Perkembangan penyakit
Perubahan status kesehatan
Koping inefektif
Ansietas
Hipertermi
Malas makan / anoreksia
Merangsang pengeluaran zat mediator, Bradisinin, serotonin, histamin, prostaglandin
Nyeri di persepsikan
Nyeri akut
11
Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.5 Komplikasi Adapun komplikasi ISPA adalah : 1. Meningitis 2. OMA 3. Mastoiditis 4. Kematian 2.6 Klasifikasi 1. ISPA Ringan Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40x/menit, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair 2. ISPA Sedang Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (adentis servikal) 3. ISPA Berat Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis 4. ISPA Sangat berat Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum
2.7 Diagnosa Banding Penyakit infeksi saluran pernapasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu : 1. Difteria 2. Mononukleosis 3. Infeksiosa 4. Agranulositosis 2.8 Prognosis ISPA sangat jarang menyebabkan kecacatan permanen atau kematian, akan tetapi hal ini sering mengganggu aktifitas sehari-hari seseorang. Biasanya ISPA terdiagnosis dan ditangani sendiri dirumah, dan bisa sembuh tanpa peresepan obat. Namun apabila infeksi terjadi terus menerus dan penanganannya lambat atau tidak tepat
dapat
menyebabkan
komplikasi
prognosisnya buruk 12
yang
serius
yang
menyebabkan
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN 3.1.1
Epidimiologi
ISPA : Penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. Penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
3.1.2
Identitas Klien Nama, Umur, Jenis Kelamin, alamat, pendidikan, agama
3.1.3
Riwayat Penyakit a) Keluhan utama Biasanya Klien datang dengan keluhan batuk pilek serta panas b) Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemas, nafsu makan menurun, batuk, pilek dan sakit tenggorokan c) Riwayat Penyakit dahulu Menanyakan tentang penyakit apa yang dialaminya sebelumnya terutama yang mendukung d) Riwayat Penyakit Keluarga Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien e) Riwayat Sosial Biasanya klien mengatakan bahwa mereka tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
3.1.4
Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : composmentis Suhu : 39-40C RR : 25x/menit 13
1. Sistem pernafasan -
Membran mukosa hidung faring Nampak kemeraha
-
Tonsil tampak kemerahan dan edema
-
Batuk tidak efektif
-
Pernapasan cuping hidung
-
Adanya demam
-
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher
2. Sistem kardiovaskuler -
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
-
Denyut nadi cepat
-
Tekanan darah meningkat
3. Sistem persyarafan -
Klien mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti pilek, sakit tenggorokan, demam
4. Sistem perkemihan -
Jarang ditemukan gejala pada system perkemihan
5. Sistem Pencernaan -
Klien mengalami nyeri tekan pada tenggorokan , nyeri perut sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan hingga anoreksi
6. Sistem integument -
Turgor kulit kelihatan kering ,panas dan nyeri saat di tekan
7. Sistem musculoskeletal -
Tidak ada kelainan didalam system ini kecuali ada komplikasi penyakit lain
8. Sistem endokin -
Tidak ada kelainan kecuali ada komplikasi
9. Sistem reproduksi -
Tidak ada kelainan bentuk alat kelamin laki-laki ataupun perempuan
10. Sistem penginderaan -
Pada system penginderaan bagian konjungtiva sclera normal
11. Sistem imun 3.1.5
Biasanya gejala terjadi saat kekebalan tubuh menurun
Pemeriksaan Penunjang
14
a. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count) : laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret 2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakut) 3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membrane mukosa ww faring dan tonsil 4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon pada dinding bronkus 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan 6. Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status keehatan
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN NO
1.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan
Hasil
Intervensi
Rasional
1. Kaji tanda-
1. Beberapa
Ketidakefektifan
Tujuan :
bersihan jalan b/d
Setelah dilakukan
tanda vital
derajat
peningkatan
tindakan
dan auskultasi
spasme
jumlah sekret
keperawatan selama
bunyi napas
bronkus
3x24jam jalan nafas
2. Berikan
terjadi
menjadi efektif.
pasien untuk
dengan
Kriteria hasil :
posisi yang
obstruksi
nyaman
jalan napas
1. Menyatakan/ menunjukkan
15
dengan posisi
2. Peninggian
hilangnya
semi fowler
dipsnea
3. Pertahankan
2. Mempertaha nkan jalan nafas paten
kepala tempat tidur
lingkungan
mempermu
yang nyaman
dah fungsi
4. Tingkatkan
pernapasan
dengan bunyi
masukan
nafas bersih
cairan dengan
tipe reaksi
memberi air
alergi
hangat
pernapasan
3. Mengeluarka n sekret tanpa
5. Dorong atau
3. Pencetus
yang dapat
kesulitan
bantu latihan
mentriger
4. Menujukkan
napas dalam
episode
perilaku
atau batuk
akut
untuk
efektif
memperbaiki
6. Kolaborasi
4. Membantu memperuda
/
dalam
h
mempertahan
pemberian
pengeluaran
kan bersihan
obat seperti
secret
jalan nafas
nebulizer
5. Memberika n cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea, mengeluark an secret 6. Menurunka n kekentalan secret dan mengeluark an sekret
2.
Hipertermi
Tujuan :
1. Kaji/pantau
16
1. Perubahan
berhubungan
Setelah dilakukan
TTV
dengan
tindakan
peningkatan suhu
keperawatan selama
kompres
abnormal
tubuh (proses
3x24jam suhu tubuh
hangat
mengidentif
penyakit)
normal.
3. Anjurkan
ikasi adanya
2. Berikan
TTV dalam rentang
Kriteria Hasil :
klien untuk
respon
Tanda-tanda vital
memperbanya
tubuh
(TTV) dalam batas
k minum air
normal :
putih
1. N :
4. Kolaborasi
80x/menit 2. RR : 20x/menit
2. Terjadinya vasodilatasi sehingga
dalam
suhu tubuh
pemberian
cepat
terapi obat
kembali
3. S : 37,0C
normal 3. Mencegah terjadinya kekurangan cairan karena dehidrasi 4. Pemberian terapi mempercep at proses penyembuh an
3.
Nyeri akut
Tujuan :
1. Tanyakan
berhubungan
Setelah dilakukan
klien tentang
evaluasi
dengan inflamasi
tindakan
nyeri,
gejala nyeri
pada membran
keperawatan selama
tentukan
yang dapat
mukosa faring
3x24jam nyeri
karakteristik
melibatkan
dan tonsil
hilang atau
nyeri
visera, saraf
berkurang.
2. Kaji
17
1. Membantu
atau
Kriteria hasil : 1. Tampak
pernyataan
jaringan
verbal dan
tulang
rileks dan
non verbal
tidur dengan
nyeri klien
baik
3. Evaluasi
2. Ketidaksesu aian antara verbal dan
2. Melaporkan
keefektifan
non verbal
nyeri hilang
pemberian
menunjukka
obat
n derajat
3. Berpartisipas i dalam
4. Berikan
nyeri
aktivitas
tindakan
yang
kenyamanan,
n obat
diinginkan
ubah posisi
berdasarkan
5. Berikan lingkungan tenang 6. Kolaborasi
3. Memberika
aturan 4. Meningkatk an relaksasi dan
dengan tim
pengalihan
medis untuk
perhatian
memberikan
5. Penurunan
analgesic
setress
rutin s/d
6. Mempertah
indikasi
ankan kadar obat, menghindar i puncak periode nyeri
4.
Ketidak efektifan
Tujuan :
1. Kaji frekuensi
pola nafas
Setelah dilakukan
kedalaman
biasanya
berhubungan
tindakan
pernapasan
mencapai
dengan obstruksi
keperawatan
dan ekspansi
kedalaman
bronkospasme,
3x24jam pola napas
dada
pernapasan
respon pada
kembali efektif
2. Auskultasi
18
1. Kecepatan
bervariasi
dinding bronkus
kriteria hasil :
bunyi nafas
1. Pola nafas
3. Tinggikan
efektif
kepala dan
2. Bunyi napas
bentuk
tergantung derajat gagal nafas 2. Ronchi dan
normal
mengubah
mengi
kembali
posisi
menyertai
4. Kolaborasi
obstruksi
3. Batuk berkurang
pemberian oksigen
jalan napas 3. Memudahk an dalam ekspansi paru dan pernapasan 4. Memaksim alkan bernapas dan menurunka n kerja napas
5. Ketidakseimbang
Tujuan :
1. Kaji
1. Pasien
an nutrisi kurang
Setelah dilakukan
kebiasaan
distress
dari kebutuhan
tindakan
diet. Evaluasi
pernapasan
tubuh
keperawatan selama
berat badan
akut sering
berhubungan
3x24jam pasien
dan ukuran
anoreksia
tubuh
karena
dengan penurunan akan menunjukkan intake inadekuat,
perbaikan nutrisi
penurunan nafsu
Kriteria hasil :
makan , nyeri menelan
2. Askultasi bising usus
1. Tidak tampak
3. Berikan
mual dan
makanan
muntah
dalam jumlah
2. Peningkatan pengecapan
19
dipsnea, produksi sputum, dan obat-obatan 2. Membantu
kecil dan
dalam
dalam waktu
menentukan
dan menelan 3. Nafsu makan meningkat
yang sering
respon
dan teratur
untuk
4. Anjurkan
makan atau
perawatan
berkembang
oral, dan cara
nya
mengeluarkan
komplikasi
sekret
3. Meningkatk an proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatk an kerjasama pasien saat makan 4. Rasa tak enak, bau, dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat
20
mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas 6.
Ansietas
Tujuan :
1. Evaluasi
berhubungan
Setelah dilakukan
tingkat
persepsi
dengan
tindakan
pemahaman
melibatkan
perkembangan
keperawatan selama
pasien atau
susunan
penyakit dan
3x24jam ansietas
orang terdekat
tekanan
perubahan status
hilang atau
tentang
perawatan
kesehatan
berkurang
diagnose
individu
Kriteria hasil :
2. Akui rasa
1. Tampak rileks 2. Klien dapat
3. Dapat bekerja sama dalam
dan
takut,
memberikan
masalah
perasaan
pasien dan
beristirahat
1. Pemahaman
2. Memberi
dorong
waktu untuk
mengekspresi
mengidentif
kan perasaan
ikasi
3. Libatkan
perasaan
program
pasien atau
terapi
orang terdekat
memperbaik
dalam
i perasaan
perencanaan
kontrol
keperawatan
21
3. Dapat
3.4 IMPLEMENTASI Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan intervnesi keperawatan secara langsung ataupun tidak langsung.
3.5 EVALUASI Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan sehingga : • Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan) • Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan) • Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian ulang & intervensi dirubah).
22
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dalam penulisan makalah ini adalah : 1. Penyakit ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostic) dan pengolahannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bacterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini, kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik, baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai 2. Asuhan keperawatan klien ISPA berpusat pada peningkatan ventilasi khususnya pada saluran pernapasan dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, pola nafas efektif, meningkatkan masukan nutrisi,
dan
peningkatan
pengetahuan
tentang proses
penyakit
dan
pencegahannya B. SARAN Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini adalah : 1. Diharapkan pada semua calon perawat dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan
klien
dengan
ISPA,
dimana
nantinya
perawat
akan
mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktik keperawatan. Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan memahami ini tersebut 2. Bagi
pasien
diharapkan mengerti
tentang penyebab,
pengobatan
dan
pencegahan dari ISPA, agar pada saat terjadi ISPA dapat melakukan pencegahan dini sebelum dilakukan asuhan keperawatan.
23
DAFTAR PUSTAKA Ngastiah. Perawatan anak sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC : 2015 Donna L wong. Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC : 2014 Terry kyle, MSN, CNCP & Susan Carman, MSN, MBA. Buku ajar keperawatan pediatric edisi 2. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC : 2015 Rosa M. Sacharin. Prinsip keperawatan pediatric. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC : 2012 Dr. Yekti Mumpuni & Romiyanti. Penyakit yang sering hinggap pada anak. Yogyakarta : Rapha publishing :2016
24