Askep Cholelithiasis Pada Pasien [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI BAB I



BAB II



1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang



2



B. Tujuan Masalah



2



KONSEP TEORI A. Pengertian Cholelithiasis



3



B. Konsep dalam Transkultural nursing C. Paradigma Transkultural nursing D. Proses Keperawatan Transkultural Nursing



3 5 6



BAB III



CONTOH KASUS TRANSKULTURAL NURSING



10



BAB IV



PEMBAHASAN Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing : A. Pengkajian



12



B. Analisa Data



14



C. Diagnosa



15



D. Intervensi dan Implementasi



BAB V



PENUTUP



15



18



DAFTAR PUSTAKA



19



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang B. Tujuan Masalah



BAB II KONSEP TEORI



A. DEFINISI CHOLELITHIASIS Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011). Batu empedu bisa terdapat pada kantung empedu, saluran empedu ekstra hepatik, atau saluran empedu intra hepatik. Bila terletak di dalam kantung empedu saja disebut kolesistolitiasis, dan yang terletak di dalam saluran empedu ekstra hepatik (duktus koleduktus) disebut koledokolitiasis, sedang bila terdapat di dalam saluran empedu intra hepatik disebelah proksimal duktus hepatikus kanan dan kiri disebut hepatolitiasis. Kolesistolitiasis dan koledokolitiasis disebut dengan kolelitiasis. B. ETIOLOGI CHOLELITHIASIS Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain: 1. Jenis Kelamin Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu. 2. Usia Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. 3. Obesitas Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolism umum, resistensi insulin, diabetes militus tipe II, hipertensi dan hyperlipidemia berhubungan dengan peningkatan sekresi kolesterol hepatica dan merupakan faktor resiko utama untuk pengembangan batu empedu kolesterol. 4.



Statis Bilier



Kondisi statis bilier menyebabkan peningkatan risiko batu empedu. Kondisi yang bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera tulang belakan (medulla spinalis), puasa berkepanjangan, atau pemberian diet nutrisi total parenteral (TPN), dan penurunan berat badan yang berhubungan dengan kalori dan pembatasan lemak (misalnya: diet rendah lemak, operasi bypass lambung). Kondisi statis bilier akan menurunkan produksi garam empedu, serta meningkatkan kehilangan garam empedu ke intestinal. 5. Obat-obatan Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker prostat meningkatkan risiko batu empedu kolesterol. Clofibrate dan obat fibrat hipolipidemik meningkatkan pengeluaran kolesterol hepatic melalui sekresi bilier dan tampaknya meningkatkan resiko batu empedu kolesterol. Analog somatostatin muncul sebagai faktor predisposisi untuk batu empedu dengan mengurangi pengosongan kantung empedu. 6. Diet Diet rendah serat akan meningkatkan asam empedu sekunder (seperti asam desoksikolat) dalam empedu dan membuat empedu lebih litogenik. Karbohidrat dalam bentuk murni meningkatkan saturasi kolesterol empedu. Diet tinggi kolesterol meningkatkan kolesterol empedu. 7. Keturunan Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor predisposisi tampaknya adalah turun temurun, seperti yang dinilai dari penelitian terhadap kembar identik fraternal. 8. Infeksi Bilier Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memgang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mucus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. 9. Gangguan Intestinal Pasien pasca reseksi usus dan penyakit crohn memiliki risiko penurunan atau kehilangan garam empedu dari intestinal. Garam empedu merupakan agen pengikat kolesterol, penurunan garam pempedu jelas akan meningkatkan konsentrasi kolesterol dan meningkatkan resiko batu empedu. 10. Aktifitas fisik Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.



11. Nutrisi intravena jangka lama Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu. C. FAKTOR PREDISPOSISI 



Gangguan metabolism yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu







Stasis empedu







Infeksi kandung empedu



D. GEJALA KLINIS 



Nyeri hebat pada abdomen kanan atas







Jalan mondar-mandir, berguling di tempat tidur







Nausea







Keringat banyak







Flatus berlangsung lama







Intoleran lemak







Urin seperti teh







Feses seperti dempul



E. KOMPLIKASI



F.







Infeksi kandung empedu







Obstruksi duktus sistikus atau duktus koledoktus







Ruptur dinding empedu menjadi peritonitis



PEMERIKSAAN PENUNJANG 



Pemeriksaan Laboratorium ( darah lengkap, bilirubin, amylase serum, SGOT,SGPT,LDH, Protombin)







Pemeriksaan sinar – X abdomen







Foto polos abdomen







USG







Kolesistografi







ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiophancreatography)







PTC ( Percutaneous Transhepatic Cholangiography)







Computed Tomografi ( CT )







MRI with MRCP



G. PENATALAKSANAAN 1. Non-Pembedahan Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden serangan akut nyeri kandung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diit, dan jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyebab dengan farmakoterapi, prosedur-prosedur endoskopi, atau intervensi pembedahan. 



Penatalaksanaan Supotif dan Diet Sekitar 80% pasien dengan inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastric, analgesic dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evaluasi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien semakin memburuk.







Farmakoterapi  Asam Kenodeoksikolat Dosisnya 12-15 mg/kg/hari  Asam ursodeoksikolat. Dosisnya 8-10 mg/kg/hari  Kemungkinan kombinasi asam ursodeoksikolat 6,5 mg/kg/hari dangan 7,5 mg/kg/hari asam kenodeoksikolat lebih murah dan sama efektif.







Pengangkatan batu tanpa pembedahan  Beberapa metode telah digunakan untuk melarutkan batu empedu dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier butyl eter [MTBE]) ke dalam kandung empedu. Pelarut tersebut dapat diinfuskan melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu, atau melalui selang atau drain yang dimasukkan melaui T-tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, atau bisa juga melalui endoskop ERCP, atau kateter bilier transnasal.  Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL). Prosedur noninvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock waves) yang diarahkan pada batu empedu di dalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud untuk memecah batu tersebut



menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik, yaitu piezoelektrik, atau muatan elektromagnetik. Energi ini disalurkan ke dalam tubuh lewat rendaman air atau kantong yang berisi cairan. Gelombang kejut yang dkonvergensikan tersebut dialirkan kepada batu empedu yang akan dipecah. Setelah batu dipecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak spontan dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluatkan melalui endoscop atau dilarutkan dengan pelarut asam empedu yang diberikan per oral.  Litotripsi Intracorporeal. Batu yang ada dalam kandung empedu atau duktus koledokus dapat dipecah dengan menggunakan gelombang ultrasound, laser berpulsa atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoscop, dan diarahkan langsung pada batu. Kemudian fragmen batu atau debris dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi. 2.



Pembedahan: 



Koleksistektomi Terbuka







Mini Kolesistektomi







Kolesistektomi laparoskopi







Bedah Kolesistotomi







Kolesistotomi Perkutan







Koledokostomi



Patofisiologi: 1. Perub. Susunan empedu 2. Stasis empedu 3. Infeksi kandung



Kolelitiasis



Kolesistokinin



Masuk duktus sistikus



Kolesistitis akut



Menutup duktus sistikus



Mukokel



Empiema



Kolesistitis Akut sembuh



Fistel kolesitoduodenal



Menutup duktus koledoktus



Kolik



Pankreatitis



Nekrosis dinding



Ikterus obstruktif



Perforasi → Peritonitis



Kolangitis Kolangiolitis



ASUHAN KEPERAWAATAN PADA NY S DENGAN CHOLELITHIASIS



Pengkajian Pada hari Selasa tgl 12 Nopember 2013 jam 10.00, di ruang paviliun garuda 



Identitas







Nama



: Ny. Sa







Umur



: 52 tahun







Agama



: Islam







Alamat



: Perumda Sukoharjo RT 1 RW VI Margorejo Pati







Pekerjaan : Pegawai Negeri







Tgl masuk



: 11 Nopember 2013







CM



: C255717







Diagnosa medis : Cholelithiasis



Kel. Utama: nyeri perut kanan atas RPS



: 2 Mgg SMRS perut sakit badan panas, perut kanan atas nyeri seperti mencengkram, nyeri dirasa hilang timbul, skala nyeri 5, perut makin membesar, kencing seperti the, berak seperti dempul, kemudian periksa di RS Mardi Rahayu Kudus dilakukan USG : suspect batu di duktus cholekduktus distal dengan cholelithiasis intra/ ekstra hepatal, EKG : RBBB inkomplit, kemudian minta dirujuk ke RSDK sampai sekarang. Nafsu makan kurang, makan sedikit terasa penuh, waktu dikaji klien hanya makan 3 sendok, bila dipaksakan terasa mau muntah. Klien takut operasi kalau bisa minta diobati saja.



RPD



: Belum pernah sakit seperti ini hanya mual-mual sering kemudian periksa kata dokter sakit maag, penyakit jantung (-), HT(-),



Pengkajian fisik: 1. Kardio Respiratori



 TTV: BP: 110/70 mmHg, HR: 96x/mnt, RR: 22x/mnt, Temp: 36,5 0C  Respirasi: dada simetris (+), batuk(-), retraksi dada (-), ronchi(-), Wheezing (-), cianotik(-)  Sirkulasi: nyeri dada (-), sakit kepala (-), capillary refill 2 detik, asites (+), palpebra tak ada oedema, ictus kordis tak terlihat, gallops (-), mur-mur (-).  Sclera Icterik (+), konjungtiva anemis, bola mata tampak kuning 2. System kesadaran Composmentis, E 4 M 6 V5 total 15 3. Makan-minum / Nutrisi Sebelum sakit: makan 3X sehari, nasi, sayur, lauk pauk, buah-buahan, sering mengkonsumsi makanan berlemak. Tidak berpantang makanan kecuali yang dilarang agama minum 5-7 gelas perhari. Sesudah sakit: nafsu makan kurang, BB: 50 kg, mual-mual, muntah (-), makan sedikit terasa penuh, bila dipaksa muntah. Klien makan hanya 3 sendok makan saat dikaji, nyeri tekan pada perut kanan atas, meringis bila di tekan 4. Eliminasi BAB : 1X perhari, seperti dempul, warna putih, kadang konstipasi BAK: 3-4 X perhari warna seperti teh, tak ada kesulitan dalam BAK Keringat banyak, pernafasan tidak berbau 5. Integritas kulit Kering, sawo matang, gatal-gatal (+), turgor baik 6. Mobilisasi Tulang kontinuitas, tangan dominan kiri, bahu simetris, tulang belakang normal, ekstremitas atas mandiri, ekstremitas bawah mandiri, pergerakan sendi tidak ada masalah. 7. Istirahat & tidur Sukar tidur selama sakit karena memikirkan penyakitnya, pengantar tidur dengan membaca majalah 8. Kebersihan diri Mandi 2X sehari, sikat gigi 2-3 X sehari, keramas 2 hari sekali denga sampho Gigi putih, rambut bersih, kuku pendek 9. Sensorik Penglihatan tidak masalah, pendengaran baik, pembauan baik. 10. Lingkungan social Sering ikut kegiatan di masyarakat, aktualisasi diri terpenuhi. 11. Ekonomi Tempat tinggal rumah sendiri, bangunan permanent, lantai keramik, sumber air minum PAM, MCK septic tank



12. Psikologi Selama sakit klien ingin segera sembuh setelah mendapat perawatan dan pengobatan di RS. Klien menyatakan hanya tahu ada batu di empedunya, dan menanyakan nantinya saya bagaimana. Klien menyatakan takut bila di operasi kalau bisa di obati saja Klien tampak sedih bila bicara tentang operasi 13. Spiritual Sudah berangkat haji satu kali bersama suaminya, sering mengikuti pengajian. Selama sakit: melakukan ibadah sholat 5 waktu di tempat tidur Pemeriksaan Penunjang: Laborat: Darah:  Hb : 10,50 gr%  Ht : 30,6 %  Leuko : 9 460 /mmk  Tromb : 219 000 /mmk  Bil Total: 7,78 H  Direk : 3,38 H  SGOT : 87 H  SGPT : 118 H  Gama GT: 585 H  Na : 143  K : 4,0  Cl : 108  GDS : 70  BUN : 21  Cr : 0,78  Prot : 5,7  Alb : 2,4 L  Glob : 3,30



Urin:       



Ca.Ox – Amorf urat – Triple pospat – Ammonium urat – As urat – Ca. phospat CaPO4 17 % Ca. bebas 50 %



USG : suspect batu di duktus cholekduktus distal dengan cholelitiasis intra/ekstra



hepatal Terapi:  O2 – 3 lt/mnt  Infuse D5:RL = 2:1- 20 tts/mnt  Toradol 3 x 1 ampul  Cefotaxime 2 x 1 gram  Ranitidine 3 x 1 ampul



ANALISA DATA Tgl/jam 29/10/2013



DS:



Data Fokus



10.00



 Nyeri perut kanan atas



Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan spasme duktus, iskemik jaringan



DO:  Palpasi: nyeri tekan pada perut 29/10/2013 10.00



kanan atas DS:  Klien mengatakan sering mualmual  Selama sakit nafsu makan kurang



Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya mual, anoreksia, asites



DO:  Klien makan hanya 3 sendok makan  Asites (+)  Makan sedikit terasa penuh bila dipaksa akan muntah 29/510/2013 DS: Cemas berhubungan dengan 10.00



 Klien menyatakan takut bila



dioperasi kalau bisa di obati saja  Klien menyatakan hanya tahu ada



kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan dan pengobatan



batu di empedunya, dan menanyakan nantinya saya bagaimana DO:  Klien tampak sedih bila bicara tentang operasi



DIAGNOSA KEPERAWATAN:



1. Nyeri berhubungan dengan spasme duktus, iskemik jaringan 2. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya mual, anoreksia, asites 3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan dan pengobatan RENCANA KEPERAWATAN NO TUJUAN – KRITERIA 1 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam nyeri berkurang atau hilang KH :



INTERVENSI  Jelaskan proses nyeri yang terjadi



 Kaji skala nyeri  Ukur tanda-tanda vital  Berikan injeksi ranitidine 1 amp



 Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang



 Observasi dan catat nyeri, karakternya, beratnya



 Skala nyeri 1-3



 Berikan posisi yang nyaman



 Tanda-tanda vital d b n



 Ajarkan teknik relaksasi  Lakukan kontak dengan klien sesering mungkin  Catat respon terhadap obat  Berikan propilaksis sesuai indikasi



2



Tujuan :



 Kaji status nutrisi



Setelah dilakukan tindakan



 Kaji/catat pola dan pemasukan diet



keperawatan selam 1x24 jam perubahan pola nutrisi teratasi KH:



 Klien mengatakan tidak mual-mual  Klien makan sesuai porsi yang disajikan  Nafsu makan baik



 Kaji factor yang berperan merubah masukan nutrisi : mual, anoreksia  Berikan makanan sedikit tapi sering, sajikan makanan kesukaan kecuali kontra indikasi  Lakukan perawatan mulut, berikan penyegar mulut  Timbang BB tiap hari  Konsul ahli gizi untuk mengatur diet



3



Tujuan :



 Berikan penjelasan tentang alasan dilakukan



Setelah dilakukan tindakan



tindakan pembedahan, dan rencana perawatan



keperawatan selam 1x24 jam



setelah dilakukan tindakan pembedahan serta



cemas dapat teratasi



mengatasi kecemasan klien



KH:  Klien menyatakan tidak



takut bila dioperasi  Klien menyatakan tahu



 Berikan kesempatan klien mengungkapkan perasaannya/kecemasannya  Libatkan keluarga untuk memberikan dorongan mental pada klien



kondisi yang terjadi



 Libatkan tokoh agama Islam yang ada di RS



dengan tubuhnya



 Kaji sejauh mana pengetahuan klien tentang



DO:  Klien tidak sedih bila bicara tentang operasi



penyakitnya  Diskusikan tentang perawatan dan pengobatan untuk mengatasi penyakitnya  Berikan jawaban yang sesuai pertanyaan klien  Tanyakan kembali apakah klien sudah memahami apa yang sudah dijelaskan perawat  Berikan reinforcement positif



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tanggal : 29 Oktober 2013 No DP



JAM 12.00



IMPLEMENTASI  Memberikan penjelasan pada klien tentang



S:



kanan atas berkurang, kencing seperti teh,



 Klien menyatakan



feses seperti dempul



nyeri berkurang pada perutnya  Klien menyatakan merasa lebih tenang O:  Skala nyeri 5  Klien dapat mengulang teknik relaksasi  Klien tampak relaks  Perut kanan atas masih nyeri tekan  Oksigen kanul terpasang 2 lt/mnt



 Mengajarkan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam lewat mulut, tahan sebentar kemudian keluarkan pelan-pelan lewat mulut R: klien dapat menirukan  Memberikan injeksi ranitidine 1 amp IV R: obat masuk  Memberikan injeksi cefotaxime 1 gr IV R: obat masuk tidak ada tanda alergi



A:



 Mengukur vital sign



 Masalah teratasi



R: BP: 110/70mmHg, HR: 84x/mnt, RR:



P:



18x/mnt, Temp: 36,50C 2



12.00



 Memberikan makan siang dan mencatat makanan yang dihabiskan R: klien makan hanya ¼ porsi



 Mengkaji factor yang berperan merubah masukan nutrisi : mual, anoreksia R: adanya asites perut terasa penuh



 Menimbang BB R: BB: 50 kg



 Mendorong klien untuk makan sedikit2 tapi sering R: klien mengerti



3



12.00



29/10/2010 jam 14.00



kondisi penyakitnya nyeri terjadi pada perut



R: klien dapat mngerti yang dijelaskan perawat



12.00



Evaluasi



 Memberikan penjelasan tentang alasan dilakukan tindakan pembedahan, dan rencana perawatan setelah dilakukan



sebagian



 Lanjutkan intervensi sebelumnya



29/10/2013 jam 02.00 S:  Klien mengatakan msh terasa penuh bila makannya ditambah lagi O:  Klien makan ¼ porsi  Adanya asites  BB: 50 kg A:  Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi  Catat porsi makan yang dihabiskan klien  Kaji makanan yang disukai dan tidak suka oleh klien 29/10/13 jam 02.00



S:  Klien mengatakan



tindakan pembedahan serta mengatasi



jelas dengan penyakitnya, siap untuk dioperasi



kecemasan klien R: klien dapat memperhatikan penjelasan  Memberikan kesempatan klien mengungkapkan perasaannya setelah mendapat penjelasan R: klien mengatakan merasa lebih tenang, klien tersenyum  Memberitahukan bahwa nanti jam 02.00 akan diganti oleh perawat yang lain bila ada apa-apa beritahukan ke perawat pengganti R: klien mengangguk



O:  Klien tampak senang mendapat penjelasan dari perawat ttg program pembedahan dan penyakitnya.  Klien mengatakan dapat mengerti dan memahami penjelasan dengan menganggukkan kepala. A:  Masalah teratasi P:  Hentikan intervensi



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tanggal : 30 Oktober 2013 No DP



JAM 12.00



IMPLEMENTASI  Memberikan penjelasan pada klien tentang



S:



kanan atas berkurang, kencing seperti teh,



 Klien menyatakan



feses seperti dempul



nyeri berkurang pada perutnya  Klien menyatakan merasa lebih tenang O:  Skala nyeri 5  Klien dapat mengulang teknik relaksasi  Klien tampak relaks  Perut kanan atas masih nyeri tekan  Oksigen kanul sudah tidak terpasang lagi



 Mengajarkan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam lewat mulut, tahan sebentar kemudian keluarkan pelan-pelan lewat mulut R: klien dapat menirukan  Memberikan injeksi ranitidine 1 amp IV R: obat masuk  Memberikan injeksi cefotaxime 1 gr IV R: obat masuk tidak ada tanda alergi  Mengukur vital sign R: BP: 110/70mmHg, HR: 84x/mnt, RR: 18x/mnt, Temp: 36,50C 2



12.00



30/10/13 jam 02.00



kondisi penyakitnya nyeri terjadi pada perut



R: klien dapat mngerti yang dijelaskan perawat



02.00



Evaluasi



 Memberikan makan siang dan mencatat makanan yang dihabiskan R: klien makan hanya ¼ porsi



 Mengkaji factor yang berperan merubah



A:  masalah teratasi sebagian P:  Lanjutkan intervensi sebelumnya



30/10/13 jam 02.00 S:  Klien mengatakan msh terasa penuh bila makannya ditambah



masukan nutrisi : mual, anoreksia R: adanya asites perut terasa penuh



 Menimbang BB R: BB: 50 kg



 Mendorong klien untuk makan sedikit2 tapi



lagi O:    A: 



sering R: klien mengerti



Klien makan ¼ porsi Adanya asites BB: 50 kg Masalah belum teratasi



P: Lanjutkan intervensi  Catat porsi makan yang dihabiskan klien  Kaji makanan yang disukai dan tidak suka oleh klien



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tanggal 31 Oktober 2013 No DP



JAM 12.00



IMPLEMENTASI  Memberikan penjelasan pada klien tentang



31/10/13 jam 02.00



kondisi penyakitnya nyeri terjadi pada perut



S:



kanan atas berkurang, kencing seperti teh,



 Klien menyatakan



feses seperti dempul



nyeri berkurang banyak pada perutnya  Klien menyatakan merasa lebih tenang O:  Skala nyeri 3  Klien dapat mengulang teknik relaksasi  Klien tampak relaks



R: klien dapat mngerti yang dijelaskan perawat  Mengajarkan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam lewat mulut, tahan sebentar kemudian keluarkan pelan-pelan lewat 02.00



Evaluasi



mulut R: klien dapat menirukan  Memberikan injeksi ranitidine 1 amp IV R: obat masuk  Memberikan injeksi cefotaxime 1 gr IV R: obat masuk tidak ada tanda alergi  Mengukur vital sign



A:  masalah teratasi sebagian P:  Lanjutkan intervensi sebelumnya



R: BP: 110/70mmHg, HR: 84x/mnt, RR: 2



12.00



18x/mnt, Temp: 36,50C  Memberikan makan siang dan mencatat makanan yang dihabiskan R: klien makan hanya ¼ porsi



 Mengkaji factor yang berperan merubah



31/10/13 jam 02.00 S:  Klien mengatakan msh terasa penuh bila makannya ditambah



masukan nutrisi : mual, anoreksia R: adanya asites perut terasa penuh



 Menimbang BB R: BB: 50 kg



 Mendorong klien untuk makan sedikit2 tapi sering R: klien mengerti



lagi O:    A: 



Klien makan ¼ porsi Adanya asites BB: 50 kg Masalah teratasi sebagian



P: Lanjutkan intervensi  Catat porsi makan yang dihabiskan klien  Kaji makanan yang disukai dan tidak suka oleh klien