10 0 372 KB
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan demam berdarah dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. Vector pembawa penyakitnya adalah nyamuk, oleh sebab itu chikungunya tergolong Arthropod borne disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh Arthropoda. Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya demam tinggi mendadak, muncul ruam dikulit, dan nyeri pada persendian, dan otot (Saroso, 2007). Chikungunya biasanya terjadi di daerah yang padat penduduk dan yang beriklim tropis ataupun subtropis. Karena vector utama penyakit ini adalah nyamuk, maka lokasi penyebarannya pun hampir sama dengan DBD. Di daerah yang kemungkinan rawan DBD maka kemungkinan juga merupakan daerah yang rawan terhadap chikungunya (Widoyono, 2008). Demam chikungunya tidak menyebabkan kematian. Pada anak kecil sering terjadi kejang demam serta dapat mengakibatkan perdarahan dan syok walaupun tidak sering dijumpai. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi serta terjadi pembesaran getah bening. Pada orang dewasa rasa nyeri pada bagian sendi dan otot sangat dominan sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual hingga muntah, dengan kata lain seseorang yang menderita penyakit chikungunya dapat terganggu kenyamanan serta aktivitas sehari-harinya (Judarwanto, 2006). Saat ini mungkin masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui apa itu chikungunya, sehingga mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap dalam melakukan pencegahan penyakit tersebut. Sebagian orang mengetahui penyakit ini setelah mereka terkena penyakitnya. Berbeda dengan orang yang sudah tahu, maka mereka tahu sikap apa yang harus
dilakukan untuk pencegahan sejak dini. Pengetahuan tentang kesehatan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah timbulnya suatu penyakit. B. MANFAAT PENULISAN 1. Bagi Pasien Dan Keluarga Memberikan informasi bagi pasien dan keluarga mengenai penyakit chikungunya yaitu mulai dari pengertian, penularan, tanda dan gejala, penanganan serta pencegahannnya. 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mempelajari secara rinci tentang penyakit serta penatalaksanaan klien dengan demam chikungunya, baik dari segi keperawatan maupun medis dengan menerapkan teori yang dipelajari terhadap
fakta
yang
ada
dilapangan
langsung
sekaligus
mengaplikasikannya sehingga ilmu yang sudah didapat berguna dimasa yang akan datang khususnya jika menemukan kasus yang sama. 3. Bagi Perawat Dapat membantu perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang holistik baik dari segi bio-psyco-sosio-spiritual dan mengerti bahwa manusia adalah makhluk sosial dan merupakan individu yang unik sehingga dapat memberikan perawatan yang tepat bagi klien dengan demam chikungunya. 4. Bagi Profesi-profesi Terkait a. Dokter Dalam bidang medis dapat berkolaborasi dengan perawat dalam
memberikan
perawatan
terapi/medikasi yang tepat.
terutama
dalam
pemberian
b. Laboratory Technician Dapat
melakukan
pemeriksaan
laboratorium
yang
mendukung terapi klien dengan teliti agar hasilnya akurat sehingga terapi yang diberikan tepat. c. Dietition Dapat menyajikan diet yang tepat bagi klien dengan demam chikungunya sesuai pedoman pemberian diet klien dengan demam chikungunya sehingga mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan. d. Pharmacist Berguna dalam menyediakan obat yang diperlukan sesuai order dokter pada klien dengan demam chikungunya C. BATASAN MASALAH Penulis memberikan batasan masalah khusus pada Asuhan Keperawatan Pada Klien An.F Dengan Demam Chikungunya pada penulisan laporan ini. D. TUJUAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk menerapkan asuhan keperawatan kepada An.F dengan diagnosa medis demam chikungunya. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk : a. Melakukan pengkajian pada klien dengan demam chikungunya. b. Menganalisa data yang telah diperoleh dari pengkajian masalah kesehatan klien dengan demam chikungunya.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan demam chikungunya. d. Memprioritaskan diagnosa keperawatan pada klien dengan demam chikungunya. e. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan demam chikungunya. f. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan demam chikungunya. g. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien dengan demam chikungunya. h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan demam chikungunya. E. METODE Pada
penulisan
laporan
asuhan
keperawatan
ini
penulis
menggunakan metode-metode sebagai berikut : a. Wawancara Metode yang sifatnya megidentifikasi masalah kesehatan secara langsung melalui tanya jawab kepada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala maupun keluhan yang dirasakan klien dengan demam chikungunya. b. Observasi Pengumpulan data adalah dengan melihat langsung keadaan klien secara umum mulai dari tingkat kesadaran klien baik fisik, sikap dan tingkah laku klien atau respon klien terhadap penyakit yang diderita.
c. Pemeriksaan Fisik Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut : Inspeksi
: Metode dengan cara melihat atau mengobservasi klien mulai dari tingkat kesadaran, respon sensorik, motorik, dan verbal.
Auskultasi : Metode dengan cara mendengarkan dengan stetoscope di area dada, dan abdomen. Perkusi
: Metode dengan cara mengetuk, di area dada dan abdomen.
Palpasi
: Metode dengan cara menyentuh atau meraba untuk mengetahui apakan ada pembengkakan atau pelebaran, nyeri tekan, dan massa atau benjolan.
d. Pemeriksaan Penunjang Pengumpulan data yang diperoleh dari status klien yang berisi program terapi, pemeriksaan diagnostik test (seperti pemeriksaan Laboratorium, X-ray, CT-Scan, USG, dll). e. Rekam Medik Pengumpulan
data
yang
digunakan
untuk
mengetahui
epidemiologi penyakit di RS tersebut. f. Studi kepustakaan Mengumpulkan bahan melalui beberapa literature yang ada diperpustakaan, dan internet mengenai materi-materi yang berhubungan dengan demam chikungunya sebagai bahan referensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI DAN FISIOLOGI B. DEFINISI Virus chikungunya pertama kali diisolasi pertama kali sewaktu terjadi wabah di Tanzania Afrika Timur pada tahun 1952. Karena keluhan nyeri persendian, virus chikungunya masuk genus Alpha virus (Arborirus Grup A). Chikungunya berasal dari kata Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk akibat nyeri hebat dipersendian tangan dan kaki. Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai adanya ruam pada kulit. Nyeri sendi pada penderita dewasa umumnya, lebih berat daripada penderita anak-anak. Sendi bekas trauma lebih mudah diserang, sendi yang diserang chikungunya, bengkak dan nyeri bila ditekan. C. ETIOLOGI Virus penyebab demam chikungunya adalah virus chikungunya ( CHIKV ), termasuk keluarga togaviridae, genus alphavirus atau “group A” antropho borne viruses dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Gejala klinis yang muncul yaitu : 1. Demam tinggi timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan, panas tinggi selama 2-4 hari kemudian kembali normal. 2. Nyeri persendian merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita merasa lumpuh, sebelum berobat. Sendi yang sering dikeluhkan yaitu sendi lutut, pergelangan, jari tangan dan kaki serta tulang belakang.
3. Nyeri otot biasanya pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan bahu, kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki. 4. Bercak kemerahan (ruam) terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam, lokasi biasanya didaerah muka, badan, tangan dan kaki. 5. Sakit kepala 6. Kejang dan penurunan kesadaran biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi. 7. Gejala lain seperti pembesaran kelenjar getah bening dibagian leher.
D. EPIDEMIOLOGI E. PATOFISIOLOGI 1. Narasi Chikungunya disebabkan oleh Virus Chikungunya atau dikenali juga sebagai CHIK Virus (CHIKV) yang berasal dari keluarga alphavirus. Terdapat sekitar 27 jenis alphavirus yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit kepada manusia atau mamalia lain. Virus chikungunya ini merupakan salah satu daripadanya. Di bawah klasifikasi virus, virus chikungunya merupakan kumpulan ke-5 yaitu dari keluarga Togaviridae dan gens Alphavirus. Ia terdiri dari berbagai virus dan kadang kala virus tersebut bisa muncul setelah terjadi mutasi pada genetiknya. Struktur diameter virus chikungunya adalah antara 50 nm - 70 nm. Virus chikungunya mengandung RNA yaitu berbentuk seperti utas benang yang bersifat positif dan terpisah satu sama lain. Tidak ada studi lengkap mengenai patogenesis demam chikungunya. Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, virus bereplikasi di dalam organ-organ limfoid dan mieloid dan kemudian merangsang imunitas seluler dan humoral yang menyebabkan timbulnya manifestasi penyakit ini. Kerusakan akibat peradangan pada tulang rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan fibrosis menyebabkan timbulnya
gejala-gejala persendian. Hal ini terbukti melalui penelitian biokimia yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah mukopolisakarida, hidroksiprolin dan prolin di dalam urine penderita chikungunya. Virus chikungunya masuk ke dalam aliran darah (viremia) selama 4-7 hari
virus melakukan replikasi
selular dan humoral
merangsang imunitas
bila pasien mengalami imunocompromise
maka akan timbul beberapa manifestasi klinis athralgia dan demam
fase demam terjadi ketika virus sudah masuk
ke dalam sistem peredaran darah
merangsang
tubuh akibat adanya respon pada hipotalamus dan myalgia
myalgia (nekrosis),
termostat sementara
dalam athralgia
terjadi karena kerusakan akibat peradangan pada tulang
rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan fibrosis menyebabkan timbulnya gejala-gejala persendian.
2. Skema
Nyamuk Aedes Aegypti yang terinfeksi virus chikungunya ( CHIKV) Hipertermi b/dproses infeksi virus chikungunya
Mengigit manusia
Nyeri disendi, otot, pergelangan kaki dan tangan, lutut, tulang belakang
Pembuluh darah Demam timbul bercak kemerahan dikulit
Merusak jaringan
Sendi,Otot, Dan Otak
Sakit Kepala
Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri sendi, otot
Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses penyakit
Cemas
Cemas b/d kurangnyapengetahuan tentang penyakit
F. MANAJEMEN KOLABORASI 1. Pemeriksaan Penunjang Untuk memperoleh diagnosis
akurat perlu beberapa uji
serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Setelah terjadi infeksi virus ini tubuh penderita akan membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap penyakit ini di kemudian hari. Dengan demikian, dalam jangka panjang penderita relatif kebal terhadap penyakit virus ini. 2. Medikasi Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Dengan istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari. Pada penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas/kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang. Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang ada saja, seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi. 3. Terapi Non Medikasi Pada perawatan di rumah, yang harus dilakukan adalah istirahat yang cukup, membatasi kegiatan fisik, kompres dingin (membantu mengurangi kerusakan sendi), minum banyak air dengan elektrolit (setidaknya 2 liter cairan dalam 24 jam), bila mungkin produksi kencing harus diukur dan lebih dari satu liter dalam 24 jam. Demam diatasi dengan paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan hati. Bila demam lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan, ketidakseimbangan postural dan ekstremitas dingin, penurunan output urin, perdarahan kulit
atau melalui lubang manapun dan muntah terus menerus, pasien harus datang ke sarana kesehatan primer. 4. Pembedahan 5. Diet Bagi penderita demam chikungunya sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin
untuk
menghilangkan
gejala
demam.
Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian dan otot cepat hilang. 6. Aktifitas 7. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada klien dan keluarga yaitu : 1) Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. 2) Menutup tempat penyimpanan air. 3) Mengubur sampah. 4) Menaburkan larvasida. 5) Memelihara ikan pemakan jentik. 6) Pengasapan. 7) Pemakaian anti nyamuk. 8) Pemasangan kawat kasa di rumah.
9) Penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. 10) Penggunaan baju dan celana panjang. 11) Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari.
G. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian 2. Diagnosa Keperawatan 3. Hasil Yang Diharapkan 4. Intervensi Keperawatan 5. Evaluasi H. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK a. Pengertian Tumbuh Kembang Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013). Perkembangan (development) adalah bertambahnya
skill
(kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain. b. Tahap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal. 1. Masa prenatal Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot. 2. Masa postnatal Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah, dan masa remaja. a) Masa neonatus Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh. b) Masa bayi Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus
menerus, khususnya dalam peningkatan sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik. c) Masa usia prasekolah Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson (dalam Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan lakilaki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya. Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008). d) Masa sekolah Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah. e) Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas. c. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak d. Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak e.
BAB III STUDI KASUS A. ANECDOTAL RECORD B. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Data Subyektif Klien mengatakan :
“Pusing”
“Nyeri kaki kiri bila digerakkan”
Ayah klien mengatakan :
“Mulai hari senin badan demam naik turun ±2 hari kepala terasa pusing, paha kiri sakit bila digerakkan, sebelumnya ada muntah”
b. Data Obyektif
Keadaan umum : Tingkat kesadaran composmentis, GCS : E4 V5 M6 Klien tampak lemah Akral teraba hangat
Tanda-tanda vital pukul 10.30 WITA : TD : 100/80 mmHg T : 37,5 0C R : 24 ×/mnt P : 110 ×/mnt
Antopometri : TB : 110 cm BB : 27 Kg BBI : 9 Kg - 11 Kg
Pemeriksaan fisik : Kulit : I : Warna kulit kecoklatan, tidak ada bintik-bintik merah diarea tubuh, kulit bersih, tidak ada edema. P : Turgor kulit elastis, CRT ≤ 2 detik, tidak ada benjolan/massa. Kelenjar limfe : I : Tidak ada pembesaran/pembengkakan kelenjar limfe P : Tidak ada massa/benjolan Kepala : I : Kulit kepala bersih, bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, warna rambut hitam, dan tidak ada lesi. P : Tidak ada massa/benjolan diarea kepala. Leher : I : Tidak ada pembesaran/pembengkakan kelenjar tytoid dan parathyroid, dan tidak ada pelebaran vena jugularis. P : Nadi karotis teraba Mata : I : Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, refleks pupil (+/+), pupil isokor, tidak ada pembengkakan dikelopak mata.
P : Tidak ada nyeri disekitar mata, tidak ada massa/benjolan Telinga : I : Daun telinga bersih, tidak ada lesi, liang telinga bersih tidak ada sekret P : Tidak ada nyeri tekan disekitar telinga, tidak ada massa/benjolan disekitar telinga Hidung : I : Bentuk hidung simetris, mukosa hidung merah muda, tidak ada pembengkakan diarea sinus P : Tidak ada nyeri tekan pada area sinus Mulut dan tenggorokan : I : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih, warna lidah merah muda dan bersih. Dada I : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi pergerakan dinding dada P : Tidak ada nyeri tekan diarea dada, tidak ada lesi, dan tidak ada pembengkakan diarea dada. Paru-paru P : Sonor A : Vesikuler Jantung P : Redup A : S1 S2 tunggal ( lup-dup ) Abdomen I : Bentuk simetris, tidak ada lesi A : Bissing usus (+), peristaltik usus 12 ×/mnt P : Tympani P : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba massa/benjolan Genetalia Tidak terkaji
Anus Tidak terkaji Punggung I : Punggung bersih, tidak ada lesi P : Tidak teraba massa/benjolan, dan tidak ada nyeri tekan Ekstremitas Nyeri dibagian paha kiri Fungsi serebral Kesadaran composmentis GCS : E4 V5 M6 Refleks Refleks dinding abdomen : umbilicus bergerak ketika diberi goresan.
Pemeriksaan diagnostik :
Hari/Tgl/Jam
Jenis
Hasil
Acuan Normal
Analisa
11.7
12-14 g/dL
Low
Hematokrit
34.4
37-43 %
Low
Leukosit
4.700
4.000-10.000 /ul
Normal
194.000
150.000-
Normal
Pemeriksaan Sabtu,
HEMATOLOGI
05/05/2018
Darah Lengkap
(12.48 WITA) Hemoglobin
Trombosit
400.000/ul Eritrosit
4.470.000
3.500.000-
Normal
4.500.000 juta/ul MCV
76.8
81-99 fl
Low
MCH
26.1
28-33 pg
Low
MCHC
34.0
32-36 g/dL
Normal
Positive
Negative mg/L
KIMIA DARAH CRP Test
ELEKTROLIT Natrium
135
135-145 umol/L
Normal
Kalium
3.8
3.5-5.0 umol/L
Normal
Calcium
9.8
8.6- 10.3 mg/dL
Normal
102
92-107 umol/L
Normal
Arsenazo Chlorida
c. Pathway
No.
Data-Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1.
Data Subyektif :
Jaringan Rusak
Klien mengeluh kaki sebelah
Hambatan mobilitas fisik
kiri sakit bila digerakkan. Data Obyektif : Klien tampak lemah
Sendi, Otot, dan Otak
Kategori aktivitas II (Dibantu Sebagian) TTV :
Nyeri
T : 37,5 0C P : 110 ×/mnt R : 24 ×/mnt TD : 100/80 mmHg
Tidak mampu melakukan aktivitas
Hambatan Mobilitas Fisik
2.
Data Subyektif :
Jaringan Rusak
Klien mengeluh pusing, dan
: Nyeri
nyeri kaki kiri. Data Obyektif : Klien tampak lemah Kesadaran Composmentis
Gg. Rasa nyaman
Sendi, otot, dan otak
Pengkajian nyeri : P : tidak diketahui, tiba-tiba
Nyeri
sakit Q : seperti tertekan benda berat R : Paha Kiri S : 6 = sedang (0-10)
Gg.Rasa Nyaman : Nyeri
T : bila digerakkan d. Analisa Data
2. Prioritas Diagnosa Keperawatan 1) Gg. Rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan klien mengeluh pusing, nyeri kaki kiri dengan skala nyeri P : tidak diketahui, tiba-tiba sakit, Q : seperti tertakan benda berat, R : paha kiri, S : 6 = sedang (0-10), T : bila digerakkan. 2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan klien mengeluh kaki kiri sakit bila digerakkan, tampak lemah, kategori aktivitas II (dibantu sebagian). 3. Rencana Asuhan Keperawatan C. CATATAN PERKEMBANGAN