Askep Hepatitis Dalam Kehamilan Ibu New Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS I ‘ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HEPATITIS’ DOSEN: Siti Maryati, S.Kep ,Ns.MPH



Disususn oleh KELOMPOK 10



NONI WIDIAWATIE RIFKI HERYADI RUDI



PRODI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93) Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan. Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169) Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758) Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan



klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.



BAB II PEMBAHASAN



HEPATITIS A.



Definisi Penyakit Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia, obat atau agen penyebab infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G.



B.



Penyebab Hepatitis diisebabkan oleh beberapa jenis virus yang diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G. Hepatitis juga terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis itinfeksiosa,



demam



kuning



dan



infeksi



Virus



Mumps,



Virus



Rubella,



Virus



Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes. Penyebab hepatitis non - virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. C.



Jenis – Jenis



1. Hepatitis A 2. Hepatitis B 3. Hepatitis C 4. Hepatitis D 5. Hepatitis E 6. Hepatitis G Berikut adalah penjelasan mengenai masing – masing jenis Penyakit Hepatitis



A. HEPATITIS A 1.



Definisi Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali



menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A). Penyakit Hepatitis A



disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran / tinja penderita biasanya dengan penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Penyebaran melalui tinja / kotoran terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita. 2.



Masa inkubasi Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak waktu terkespos



atau terpapar terjadi, kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A. 3. Tanda dan Gejala Penderita akan mengalami gejala – gejala subyektif dan obyektif ( berdasarkan pemeriksaan klinis). •



Gejala – gejala subyektif berupa lemah, letih, lesu, hilang nafsu makan, seringkali



terjadi mual dan muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. •



Gejala – gejala obyektif yang ditemukan setelah pemeriksaan adalah Demam ( suhu



tubuh di atas 37,20C), mata dan kulit menjadi kuning, urin berwarna tua dan pekat, dan tinja pucat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus. Berdasarkan stadium yang diderita Hepatitis A dibagi menjadi 3 stadium: (1) Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual; (2) Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan (3) Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT karena pada hepatitis A bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama - GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.



4. Masa Pengasingan yang disarankan Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan. 5. Pencegahan Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis A. Jenis imunisasi hepatitis A dibagi menjadi : 1. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) 2. Kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6 - 12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah. 6. Pengobatan Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya , diharapkan tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan



daya



tahan



tubuh



dan



nafsu



makan



dan



obat



mual.



B. HEPATITIS B 1. Definisi Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui



kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain. Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai serum hepatitis dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. 2. Proses Penularan Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih berisiko terkena penyakit. Proses penularan penyakit Hepatitis B dibedakan menjadi dua : •



Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.







Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita atau mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.



3. Tanda dan Gejala Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih / sklera). Penderita hepatitis B kronik cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih berisiko. Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama



seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh. 4. Diagnosa Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. 5. Pencegahan Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin atau imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Hal ini ditujukan terutama pada orang-orang yang berisiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan / homosexual), pekerja



kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada di daerah rentan banyak kasus Hepatitis B. 6. Pengobatan Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. a. Pengobatan oral yang terkenal adalah •



Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.







Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.







Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.



b.



Pengobatan dengan injeksi / suntikan adalah







Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.







Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.



 Selain itu, pengobatan tradisional dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati.



 Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu 1.



Temulawak (Curcuma xanthorrhiza),



2.



Kunyit (Curcuma longa),



3.



Sambiloto (Andrographis paniculata),



4.



Meniran (Phyllanthus urinaria),



5.



Daun Serut/mirten,



6.



Jamur Kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum),



7.



Akar alang-alang (Imperata cyllindrica),



8.



Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa),



9.



Pegagan (Centella asiatica), 10.



Buah Kacapiring (Gardenia augusta),



11.



Buah Mengkudu (Morinda citrifolia),



12.



Jombang (Taraxacum officinale).



 Selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B seperti hijamah / bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga dengan standar medis. 7. Hasil Akhir Perawatan Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. 1.



Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh.



2.



Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif.



3.



Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.



C. HEPATITIS C 1.



Definisi Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC). Infeksi virus ini menyebabkan peradangan hati atau hepatitis yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati.



2.



Proses Penularan



Proses penularan penyakit Hepatitis C sebanyak 80 % akibat transfusi darah dan jarum suntik yang terkontaminasi. Virus hepatitis C ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita hepatitis C. Proses penularannya dapat pula melalui kontak darah serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain di sekitarnya. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi hati di Amerika Serikat 3. Tanda dan Gejala Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan / kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut jaundice (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. 4. Pencegahan Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis C. 5. Pengobatan Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.



D. HEPATITIS D Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat. Hepatitis D menular melalui darah yang terinfeksi. Penyakit ini hanya timbul pada orang-orang yang telah terinfeksi dengan hepatitis B sebelumnya. Orang-orang yang berisiko terkena hepatitis D adalah pengguna obat-obatan yang sering memakai jarum suntik bersama-sama. Penderita hepatitis B juga berisiko terkena jika berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis D, atau jika mereka tinggal dengan orang yang terinfeksi.



Untuk mencegahnya



adalah dengan mencegah terkena hepatitis B, yaitu dengan imunisasi hepatitis B; selain itu dengan menghindari terkena darah yang terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, atau barang-barang pribadi penderita (sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku). Hepatitis D kronik diterapi dengan interferon alfa.



E. HEPATITIS E Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara - negara terbelakang. Hepatitis E adalah virus hepatitis (peradangan hati) yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). HEV memiliki rute transmisi fecal-oral (kotoran ke mulut). Infeksi dengan virus ini pertama kali didokumentasikan pada tahun 1955 selama wabah di New Delhi, India. Epidemiologi Insiden hepatitis E tertinggi terdapat pada remaja dan orang dewasa berusia antara 15 – 40 tahun. Meskipun anak-anak sering terkena infeksi ini juga, namun mereka jarang menunjukkan gejala. Tingkat kematian umumnya rendah, Hepatitis E biasanya akan hilang dengan sendirinya dan pasien sembuh. Namun selama durasi infeksi (biasanya beberapa minggu), penyakit ini sangat mengganggu aktivitas keseharian. Hepatitis E kadang-kadang berkembang menjadi sebuah penyakit hati akut yang parah, dan fatal pada sekitar 2% dari semua kasus. Secara klinis, penyakit ini sebanding dengan hepatitis A, tetapi pada wanita hamil penyakit ini lebih sering parah dan berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut kegagalan hati



fulminan. Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, mengalami tingkat kematian tinggi dari penyakit ini (sekitar 20%). Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah dilaporkan. Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering dikaitkan dengan wabah besar dan epidemi di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4 menginfeksi manusia, babi dan spesies hewan lainnya dan telah bertanggung jawab untuk kasus-kasus sporadis hepatitis E di negara-negara berkembang dan industri. Penyebaran Hepatitis E adalah lazim di kebanyakan negara berkembang, dan umum di negara manapun dengan iklim panas. Hal ini meluas di Asia Tenggara, Afrika bagian utara dan tengah, India, dan Amerika Tengah. Ini menyebar terutama melalui kontaminasi tinja pada pasokan air atau makanan; transmisi orang-ke-orang jarang ditemukan, namun bisa terjadi saat berhubungan seks oral-anus (misalnya menjilat anus). Wabah epidemi Hepatitis E paling sering terjadi setelah hujan lebat dan musim hujan karena gangguan pasokan air. Hewan peliharaan telah dilaporkan sebagai reservoir untuk virus hepatitis E, dengan beberapa survei menunjukkan angka infeksi melebihi 95% yang diantaranya berasal dari babi. Kemungkinan Ini berlaku juga jika seseorang mengkonsumsi daging babi hutan dan daging rusa mentah. Namun, tingkat penularan pada manusia melalui rute ini masih diperdebatkan para ahli. Sejumlah mamalia kecil lainnya telah diidentifikasi sebagai reservoir potensial: tikus Bandicoot lebih rendah (Bandicota bengalensis), tikus hitam (Rattus rattus brunneusculus) dan cecurut rumah Asia (Suncus murinus). Sebuah virus flu burung telah digambarkan terkait dengan gejala HepatitisSplenomegaly pada ayam. Virus ini secara genetis dan antigenically terkait dengan HEV mamalia dan mungkin merupakan sebuah genus baru. replikasi virus telah ditemukan dalam usus kecil, kelenjar getah bening, usus besar serta hati babi yang terinfeksi. Pencegahan Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari perawatan kebersihan pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar yang lebih tinggi untuk persediaan air masyarakat, baik prosedur kebersihan pribadi maupun persiapan makanan sanitasi.



Sebuah vaksin, berdasarkan protein-protein virus yang di-re-kombinasi, telah dikembangkan dan baru-baru ini diuji dalam suatu populasi berisiko tinggi (personil militer dari negara berkembang). Vaksin tampak efektif dan aman, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai perlindungan vaksin jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi hepatitis E.



F. HEPATITIS G 1. Definisi Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan. 2. Penyebab Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus hepatitis C. Kontak dengan darah yang terinfeksi HGV. 3. Gejala Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari penderita hepatitis C juga menderita hepatitis ini. 4. Diagnosa Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek untuk mengetahui adanya antibodi HGV. Namun ketika antibodi telah ditemukan, virus itu sendiri telah menghilang. 5. Pengobatan Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita harus banyak istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi. 6. Pencegahan Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahannya dengan menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan gunakan jarum suntik atau peralatan lain secara bersamaan.



HEPATITIS DALAM MASA KEHAMILAN Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan wanita tidak hamil pada wanita yang tidak hamil namun memiliki klasifikasi usia yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan ialah 1.



Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy)



2.



Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.







Hepar dalam Kehamilan Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal ini bertentangan dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna. Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan, meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler. Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit - penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada kehamilan, akibat meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang disintesis dalam hepar mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedangkan fibrinogen justru mengalami kenaikan.







Pengaruh Hepatitis Pada Kehamilan dan Janin Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang



timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit. Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose. Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat. Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC (Disseminated Intra Vascular Coagulation). Penularan virus ini pada janin terjadi dengan beberapa cara, yaitu: 1. Melewati placenta 2. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan 3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya 4. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi. 5. Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari



Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang menderita hepatitis B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik. Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejalagejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenital janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai perubahanperubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.







Pencegahan Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan. Gamma globulin tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk kehamilan berikutnya diberi jarak sekurang - kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.







Pengobatan



Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurunnya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain. •



Penanganan Khusus



1.



Rawat inap dan tirah baring



2.



Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik



3.



Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein



4.



Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang berlebihan dan demam



5.



Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma



6.



Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin



7.



Penatalaksanaan neonatal



8.



Evaluasi sistem pembekuan darah Tabel di bawah ini menyajikan Hepatitis dan risiko Ibu dan Neonatus JENIS VIRUS HEPATITIS A



RISIKO POTENSIAL IBU HEPATITIS BERAT



NEONATUS HEPATITIS NEONATORUM



HEPATITIS B



HEPATITIS KRONIS SIROSIS HEPATITIS



ANTIGENEMIA PERSISTENS NEKROSIS HEPATITIS NEOPLASMA HEPATOSELULARE



HEPATITIS C



PERLEMAKAN HATI



PRIMER



( FATTY LEVER ) SUBLIKINAL HEPATITIS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “M” HAMIL 38 MINGGU DENGAN HEPATITIS B



Hari/ Tanggal Waktu : Tempat Pengkaji I.



:



Jumat, 29 Januari 2010 Pkl 14.00 Wib



: BPS ARUANI : SEPTI ARUANI



PENGKAJIAN



A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Ibu Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat :



: Ny “M” : 26 Tahun : Islam : D3 : PNS Jl. Arka Lestari 25



Nama Ayah Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat :



: Tn “T” : 30 Tahun : Islam : S1 : Swasta Jl. Arka Lestari 25



2. Keluhan utama Hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran. Mulai merasakan pergerakan janin saat umur kehamilan 5 bulan, janin bergerak kuat, dan tidak nyeri saat janin bergerak. Akhir-akhir ini sering BAK dan beberapa hari ini sering merasakan mules dari pinggang menjalar ke depan, tapi setelah itu hilang. Selama hamil telah memeriksakan kehamilan sebanyak 4 kali. Tablet penambah darah, vitamin dan obat penyakit kuning yang diberikan bidan selalu diminum. Makan sehari-hari teratur dan bervariasi, serta selalu minum susu.



3. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Ibu menderita penyakit Hepatitis B. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu pernah menderita penyakit Hepatitis B. Riwayat kesehatan keluarga Suami menderita Hepatitis B 4. Riwayat Haid Menarche



: Umur 14 tahun



Lama Haid



: 6 hari



Siklus



: 28 hari



Banyaknya



: 3 kali pembalut/hari



Masalah



: Tidak ada



5. Riwayat Perkawinan Status



: Syah



Perkawinan Ke



: 1 (Satu)



Usia Kawin Lama Perkawinan



: 24 tahun : 1 tahun



6. Riwayat KB Tidak Ada 7. Riwayat kehamilan Ibu Sekarang Jumlah kunjungan ANC



: 4 kali



Tempat kunjungan



: Bidan



Keluhan saat hamil



: Demam, sering BAK, sakit pinggang



obat-obatan yang didapat



: Vitamin, Obat Penambah Darah, Vitamin K, Glukosa dan



Kurkuma rhizoma 8. Riwayat Imunisasi TT TT1



: 13 September 2009



TT2



: 13 Oktober 2009



9. Riwayat persalinan 10. Riwayat sosial dan Spiritual Struktur keluarga



: Suami, Istri



Hubungan dengan keluarga



: Baik



Hubungan dengan masyarakat sekitar



: Baik



Penerimaan terhadap kehamilan



: Senang



: Sholat Lima Waktu, Mengaji 11. Kebutuhan sehari-hari a. Makan



:



Pola makan



:3x / hari



Jenis makanan:Nasi, lauk pauk, buah Jumlah



:Satu piring sedang



Minum



: Setiap kali makan



Jenis minuman : Air mineral, Susu Jumlah



: ± 10 gelas



Masalah



: Tidak Ada



B Eliminasi



:



BAK



:



Frekuensi



: > 5x/ hari



Konsistensi



: Cair



Warna



: Kuning Jernih



Bau



: Khas amoniak



BAB



:



Frekuensi



: 1 x/ hari



Konsistensi



: Lunak



Warna



: Kuning



Bau



: Khas feces



C Istirahat Tidur : Tidur siang



: ± 2 jam



Tidur malam



: ± 8 jam



D Kebersihan



:



Mandi



: 2 x/ hari



Cuci Rambut : Setiap hari Gantipakaian : 3 x/ hari B. Data objektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum



: Baik



Kesadaran



: Composmetris



TTV TD



: 110/80 mmHg



Temp



: 37,50C



RR



: 20 x/ menit



Pols



: 85 x/ menit



BB Sekarang



: 54 Kg



BB Sebelum Hamil



: 40 Kg



Lila



: 23Cm



Distansia Spinarum



: 26 Cm



Distansia Cristarum



: 28 Cm



Conjugata Externa



: 19 Cm



Lingkar Panggul



: 89 Cm



2. Pemeriksaan fisik a



b



Rambut



:



Warna



: Hitam



Distirbusi



: Merata



Masalah



: Tidak ada



Muka Warna



: : Pucat



c



d



e



f



g



h



Oedema



: Tidak Ada



Mata



:



Konjungtiva



: Anemis



Sclera



: Ikterik



Hidung



:



Bentuk



: Normal



Kebersihan



: Bersih



Masalah



: Tidak Ada



Telinga



:



Bentuk



: Normal



Kelengkapan



: Lengkap



Kebersihan



: Bersih



Mulut



:



Mukosa bibir



: Lembab



Gusi



: Tidak ada masalah



Lidah



: Tidak ada masalah



Pembesaran kelenjar limfe



:-



Pembesaran kelenjar tyroid



:-



Pembesaran vena jugularis



:-



Payudara Bentuk



: Simetris



Kebersihan



: Bersih



Bekas Op



:Tidak Ada



Papila



: Menonjol



Areola



: Hiperpigmentasi



Benjolan



:-



Patologis



: Kolostrum



Pengeluaran Ki/Ka i



Abdomen Kebersihan



: Bersih



Bekas Op



: Tidak Ada



Linea



: Alba



Strie



:-



Palpasi Leopold I



: TFU 3 jari di bawah Px (29 cm), pada fundus teraba bagian agak bundar, lunak, dan tidak melenting (bokong)



Leopold II



: Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin, pada bagian kanan perut ibu teraba bagian yang mempunyai tahanan dan mempunyai memeanjang dari atas ke bawah



Leopold III



: Pada bagian bawah peut ibu teraba bagian yang keras, bundar, melenting, serta masih dapat digoyangkan



j



k



Leopold IV



: Konvergen (4/5)



DJJ



:+



partum Maximum



: 3 jari di bawah pusat sebelah kanan perut ibu



Frekuensi



: 140x/menit



Irama



: Teratur



Kekuatan



: Kuat



TBJ



: (TFU-12) x 155 = (29-12) x 155 = 2635 gram



Ekstremitas Atas



:



Bentuk



: Simetris



Oedema



: Tidak Ada



Ekstremitas Bawah Bentuk



: Simetris



Oedema



: Tidak Ada



Varices l



Genitalia



: Tidak Ada : Tidak Ada Masalah



m CVA



:-



n



: +/+



Reflek Patella Ki/Ka



3. Pemeriksaan penunjang Hb



: 11 gr%



Pemeriksaan Urine Urine Protein



II.



: :-



Urine Reduksi



:-



Serologi



: HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5)



INTERPRETASI DATA



Diagnosa



: Ny “M”, umur 26 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, intra uterin, janin



tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan jalan lahir dalam batas normal, keadaan umum ibu dan janin kurang baik dengan penyakit Hepatitis B Ds



: Ibu mengatakan Hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran Sering merasa tidak enak badan, lemah dan pucat Mulai merasakan pergerakan janin saat umur kehamilan 5 bulan, janin bergerak kuat, dan tidak nyeri saat janin bergerak Akhir-akhir ini sering BAK dan beberapa hari ini sering merasakan mules dari pinggang menjalar ke depan, tapi setelah itu hilang Selama hamil telah memeriksakan kehamilan sebanyak 4 kali. Sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali



Do



:



Keadaan umum Kesadaran TTV BB Palpasi



: Baik : Composmentis : Temp : 36,30C Pols : 85 x/ menit RR : 23 x/ menit TD : 120/80mmHg : 54 Kg TB : 153 cm Lila : 23 cm



: TFU 3 jari di bawah Px (29 cm), pada fundus teraba bagian agak bundar, lunak, dan tidak melenting (bokong) : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin, pada bagian kanan perut ibu teraba bagian yang mempunyai tahanan dan mempunyai memeanjang dari atas ke bawah : Pada bagian bawah peut ibu teraba bagian yang keras, bundar, melenting, serta masih dapat digoyangkan Leopold IV



: Konvergen (4/5)



:+ Punctum Maximum



: 3 jari di bawah pusat sebelah kanan perut ibu



Frekuensi



: 140x/menit



Irama



: Teratur



Kekuatan



: Kuat



TBJ : (TFU-12) x 155 = (29-12) x 155 = 2635 gram Urine Protein dan Reduksi : - (Negatif) Hb : 11 gr% Serologi : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5)



Masalah



: Ibu menderita penyakit Hepatitis B



Kebutuhan



:



Penkes tentang tanda-tanda persalinan Penkes tentang persiapan persalinan



III.



DIAGNOSA POTENSIAL -



IV.



KEBUTUHAN SEGERA -



V.



INTERVENSI



No Dx



Hari/ Tanggal Jumat,



29



Tujuan/ Kriteria



JanuariTujuan



:



Intervensi



Kehamilan-



normal



Rasionalisa si Dengan



2010



berjalan



sampaiInformasika diinformasi



Pkl 14.30 WIB



persalinan



n



Kriteria :



pemeriksaa diharapkan



hasilkan



Keadaan umum ibu dann janin baik, TTV normal



ibu mengerti dengan keadaannya -Dengan -Jalaskandijelaskan



perubahan diharapkan fisiologis



dapat



kehamilan megerti dan TM III



dapat



- Penkesberadaptasi tentang



:



nutrisi,



-Dengan



olashraga



diberikan



ringan,



penkes



istirahat,



diharapkan



kebersihan, ibu mengerti



pemberian dan ASI,



KBpengetahuan



pascasalin, ibu tanda-tanda bertambah bahaya hamil TM III, aktivitas seksual, kegiatan sehari-hari, pakaian, dan obatbatan/mero kok -Jelaskan



-Dengan



tanda-tanda dijelaskan persalinan tanda-tanda persalinan diharapkan ibu mengerti -Beritahu



-Dengan



tentang



diberitahu



persiapan



tentang



kelahiran



pwersiapan



bayi



persalinan diharapkan ibu menjadi



-Beritahu



lebih siap



jadwal kunjungan -Dengan ulang



diberitahu jadwal kunjungan ulang



diharapkan ibu



akan



dating memeriksak an kehamilan kembali



VI.



IMPLEMENTASI



No Hari/ Tanggal Implementasi Respon Paraf Dx Jumat, 29 Menginformasikan hasil pemeriksaan : Ibu mengerti dengan Januari 2010



keadaan umum : baik, Kesadaran :penjelasan



Pkl 14.35 WIB composmentis, temp : 36,30C, RR :diberikan 23x/menit, Pols : 85 x/menit, BB : 54 Kg,Lila 23,5 cm . Palpasi abdomen : Leopold I (29 cm),



: TFU 3 jari di bawah Px pada fundus teraba bagian



agak bundar, lunak, dan tidak melenting (bokong) Leopold II



: Pada bagian kiri perut



ibu teraba bagian-bagian kecil



janin,



pada bagian kanan perut ibu teraba bagian yang mempunyai tahanan dan mempunyai memeanjang dari atas ke bawah Leopold III



: Pada bagian bawah peut



ibu teraba bagian yang keras, bundar, melenting,



serta



masih



digoyangkan Leopold IV



: Konvergen (4/5)



dapat



yang



DJJ : + (140x/menit) TBJ : 2635 gram Pkl 14.40 WIB



Menjelaskan



perubahan



fisiologis



OIbu



kehamilan TM III : perubahan yangdengan



mengerti penjelasan



normal terjadi pada kehamilan TM III,yang diberikan yaitu sering BAK, karena rahim yang semakin besar dan menekan kandung kemih, sakit pinggang yang diakibatkan tubuh menopang beban yang di depan, keputihan Pkl 14.45 WIB Memberikan penkes tentang : -nutrisi,- Ibu mengerti dengan ibu harus banyak makan makanan yangpenjelasan bergizi, teratur, dan juga minum susudiberikan



yang dan



mau



untuk asupan bagi ibu dan janin, sertamengikuti saran yang persiapan untuk tenaga, -olahraga ringan,diberikan sebaiknya



ibu



banyak



melakukan



aktivitas olahraga ringan, seperti jalan pagi untuk melemaskan otot, - istirahat, ibu harus istirahat cukup jangfan terlalu lelah



untuk



mempersiapkan



tenaga



persalinan, - kebersihan diri harus dijaga, pakaian dalam diganti setiap kali lembab, sering cuci rambut, gosok gigi setiap kali sudah makan dan sebelum tidur, - rencanakan untuk



memberikan



sebaiknya



ASI



ASI



pada



eksklusif,



bayi yaitu



memberikan ASI saja pada bayi selama 6 bulan,



-



pemakaian



rencanakan alat



pula



kontrasepsi



untuk setelah



bersalin, tetapi dengan memberikan ASI eksklusif dapat dijadikan sebagai alat KB alami, - tanda-tanda bahaya kehamilan



TM III : perdarahan pervaginan, sakit kepala berat, hipertensi, bengkak pada muka dan tangan, penglihatan kabur, gerakan janin berkurang atau hilang, ketuban pecah sebelum persalinan, -melakukan



aktivitas



sekual



harus



berhati-hati karena dapat merangsang kontraksi uterus, - lakukan pekerjaan rumah untuk menggerakkan otot-otot sekaligus sebagai olahraga ringan,n – jangan merokok dan menggunakan obatobatan sembarangan, - gunakan pakaian yang longgar, menyerap keringat, dan gunakan sepatu atau sandal yang biasa saja jangan yang bertumit Pkl 14.50 WIB Menjelaskan tanda-tanda persalinan, Ibu mengerti dengan yaitu



keluar lendir bercampur darah,penjelasan



yang



nyeri pinggang yang menjalar ke depan,diberikan ada keinginan untuk mengedan, ada keinginan seperti ingin BAB Pkl 14.55 WIB - Memberitahu tentang persiapan Ibu mengerti dengan persalinan



perlengkapan ibu dan bayi, penjelasan



dana,persiapan



donor



yang



darah,diberikan



kendaraan, penolong dan tempat bersalin, pendamping persalinan, psikis Pkl 15.00 WIB Memberitahu jadwal kunjungan ulang,



Ibu berjanji akan



yaitu satu minggu lagi, tanggal 6dating kembali Februari 2010 VII.



EVALUASI No Hari/Tanggal Evaluasi Dx Jumat, 1. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan 29 Januari 20102. Ibu mau mengikuti saran yang diberikan Pkl 15.10



3. Ibu berjanji akan memeriksakan kehamilan kembali



Paraf



4. Keadaan umum ibu dan janin baik 5. Ibu sudah merasakan His palsu



BAB III PENUTUP a. Kesimpulan 1. Hepatitis adalah penyakit hati kronik yang di sebabkan oleh virus yang ditandai dengan hilangnya sebagian besar fungsi hati 2. Penanganan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan Hepatitis harus dilakukan melalui tindakan keperawatan yang berurutan dan sistematis yang terdiri dari pengkajian, perumusan masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi



3. Peningkatan pengetahuan penyakit, perawatan dan pengobatan pada keluarga dan masyarakat untuk mengenal manifestasi klinik yang dialami pasien Hepatitis serta cara untuk mengatasinya. b. Saran Diharapakan mahasiswa/i agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya seluruh komponen proses keperawatan seiring dengan perkembangan penemuan baru di dunia keperawatan.