Askep KGD Keracunan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSES KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Keracunan Makanan dan Gigitan Binatang SKENARIO DEWASA 10 : Seorang wanita usia 30 tahun datang ke IGD rumah sakit X diantar oleh keluarga karena mengalami gigitan anjing. Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis, terdapat luka pada area betis kiri. Hasil pemeriksaan triase : - RR 20 kali/mnt dengan tanpa menggunakan otot-otot nafas, - Denyut nadi 90 kali/mnt dan regular. - Tekanan darah 120/80 mmHg. - GCS 15 - Suhu tubuh 36.2oc. TRIASE : Tugas : analisis data diatas ke dalam format triase, simpulkan label apa dan masukan ke ruang berlabel apa? SURVEY PRIMER Tugas : anda lakukan survey primer tahap demi tahap dan tuliskan dalam format survey primer data yang didapat, pilih diagnose keperawatan/atau anda buat kembali diagnose keperawatannya, rencanakan intervensinya, implementasikan dan evaluasi. SURVEY SEKUNDER Tugas : anggap jalan nafas sudah adekuat, nafas sudah paten, cirkulasi sudah stabil. Anda lakukan survey sekunder, coba lakukan dengan teman wawancara dan pemeriksaan fisik, rencanakan tindakan keperawatan mandiri dan rencanakan konsul ke Ners Spesialis/dokter spesialis. TINDAKAN DEFINITIF Tugas : Anda sudah konsultasi dengan dokter dan atau Ners spesialis Emergency, lakukan perencanaan dan pelaksanaan penyelamatan hidup pasien sesuai dengan program. PEMINDAHAN PASIEN Tugas : Anda sudah melakukan tindakan keperawatan klien di ruang emergency, anda rencanakan untuk pemindahan pesien ke ruang rawat atau pulang.



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



TAHAPAN PENANGANAN KLIEN GAWAT DARURAT (INNISIAL ASSESMENT) A. TRIASE NRM : Nama : Ny. W Jenis Kelamin : P Tanggal Tahir :



FORMULIR TRIASE Cara Datang : ( √ ) Sendiri ( ) Ambulan



( ) Diantar Polisi No. Id. :



( ) Asal rujukan : Kota/Kab :



Jam Datang: 13.00 WIB



Alamat Kontak : Jl. Cempaka Raya No. 17, Jakarta Barat



Pengantar Pasien: Keluarga



Keluhan Utama : Nyeri digigit anjing



( √ ) Trauma



Riwayat Penyakit Dahulu : -



( ) Ostetri



Jam Registrasi



( ) DOA Tanda kehidupan (-)



( ) Non trauma Tidak ada denyut nadi : RC = (-/-) EKG Flat Jam DOA =



Kondisi Umum : Kompos mentis, tampak sakit ringan Pemeriksaan Jalan Nafas Pernafasan



Sirkulasi



Disability



Resusitasi (Merah) ( ) Sumbatan



Emergent (Orange) ( √ ) Bebas



( ) Henti Nafas ( ) Frek 10 x/mnt ( ) Sianosis ( ) Henti jantung ( ) Nadi tak teraba ( ) Pucat ( ) Akral dingin



( ) Frek Nafas >30 ( ) Wheezing



( ) GCS < 9



TANDA-TANDA VITAL Tidak ada sumbatan Frek Nafas 20 x/mnt



URGENT (Kuning) ( √ ) Bebas



NON URGEN (Hijau) ( √ ) Bebas



FALSE EMERGENCY (Putih) ( √ ) Bebas



( ) Frek Nafas 24-30 ( ) Wheezing



( √ ) Frek Nafas 20-24 x/mnt



( √ ) Frek Nafas 16-20 x/mnt



( ) Nadi lemah ( ) Frek nadi < 50 atau >150 x/mnt ( ) Pucat ( ) Akral dingin ( ) CRT < 2 detik



Frek. Nadi : 90 x/mnt TD. : 120/80 mmHg



( ) Nadi lemah ( ) Frek nadi >120-150 x/mnt ( ) TD sistol > 150 mmHg ( ) TD diastole > 100 mmHg



( ) Frek nadi 100-120 x/mnt ( ) TD sistol >120-150 mmHg ( ) TD diastole >80-100 mmHg



( √ ) Frek nadi 80-100 x/mnt ( √ ) TD sistol 120 mmHg ( √ ) TD diastol 80 mmHg



( ) GCS 9-12



GCS 15



( ) GCS > 12



( √ ) GCS 15



( √ ) GCS 15



Makanan :Obat :-



Kesimpulan: Pasien tersebut diberi label Putih karena: - Tidak terdapat sumbatan jalan napas - Hasil pemeriksaan TTV: TD: 120/80 mmHg; RR: 20 x/menit; HR: 90 x/menit - Tidak menggunakan otot bantu pernapasan - GCS 15



Dokter,



(



Perawat



)



( M Shandy Ajie )



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



B. PENGKAJIAN PRIMER (ASUHAN KEPERAWATAN SINGKAT) A. IDENTITAS KLIEN Jenis kelamin: ( ) Laki-laki ( √ ) Wanita Nama pasien : Ny. W Umur : 30 tahun No. RM: Nama keluarga : Tn. K Agama: Islam Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat kantor : Jl. Imam Bonjol No. 11, Jakarta Pusat Telp : Alamat rumah : Jl. Cempaka Raya No. 17, Jakarta Barat Telp : Diagnosa Medik : Luka gigitan Datang ke RS tanggal: 21 Oktober 2020 pukul: 13.00 WIB Kendaraan:  Ambulan 118;  Mobil pribadi,  Kendaraan lain. : B. PENGKAJIAN Keluhan utama: Nyeri digigit anjing Pengkajian keperawatan



Masalah/Diagnosa Keperawatan



Tindakan keperawatan



A. Airway  Bebas  Tidak bebas: Pangkal lidah jatuh Sputum Darah Spasme Benda Asing



Aktual  Resiko Gangguan Ventilasi : obstruksi Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif



 Membersihkan jalan nafas  Memberikan posisi nyaman fowler / semi fowler.  Mengajarkan teknik batuk efektif.  Melakukan pengisapan lendir.  Memasang oro/ naso faringeal airway  Melakukan auskultasi paru secara periodic.  Memberikan posisi miring mantap jika pasien tidak sadar.  Melakukan jaw thrust, chin lift. Lain-lain………………



Aktual  Resiko Apnoe Pola nafas tidakefektif



 Mengobservasi frekwensi , irama kedalaman suara nafas.  Mengobservasi penggunaan otot bantu pernafasan  Memberikan posisi semi fowler jika tidak ada kontra indikasi  Memperhatikan pengembangan dinding dada  Melakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontra indikasi Kolaborasi: pemberian O2, dan pemeriksaan AGD



    



Suara nafas: Normal  Stridor  Tidak ada suara napas  Lain-lain……………… B. Breathing Pola nafas:  Apneu  Dyspneu  Bradipneu  Takhipneu  Orthopneu Bunyi Nafas:  Vesikuler Whezing  Stridor  Ronchi Irama Nafas Teratur  Tidak teratur



Lain-lain………………



Penggunaan otot Bantu nafas  Retraksi dada  Cuping hidung Jenis pernafasan:  Pernafasan dada:  Peranafasan perut Lain-lain……………… C. Circulation Akral:  Hangat  Dingin Pucat :  Ya  Tidak Cianosis : Ya  Tidak Pengisian Kapiler  < 2 detik  > 2 detik Nadi: Teraba  Tidak teraba Tekanan darah 120/80 mmHg



 Aktual  Resiko Gangguan perfusi perifer



 Mengawasi adanya perubahan warna kulit.  Mengukur tanda-tanda vital.  Mengkaji kekuatan nadi perifer.  Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.  Mengobservasi keseimbangan cairan.  Meninggikan daerah yang cedera jika tidak ada kontraindikasi.  Memberikan cairan peroral jika memungkinkan.  Mengobservasi tanda-tanda adanya kompartemen syndrom ( nyeri lokal daerah



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



Perdarahan :  Ya Tidak Jika Ya ………. Cc Lokasi pendarahan............... Kelembaban kulit : Lembab  Kering Turgor:  Normal  Kurang Lain-lain……………… Adanya riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar: ( ) diare, ( ) muntah,( ) luka bakar ( ) perdarahan. Akral:  Hangat  Dingin Pucat :  Ya  Tidak Cianosis : Ya  Tidak Pengisian Kapiler  < 2 detik  > 2 detik Nadi: Teraba  Tidak teraba Tekanan darah ..... mmHg Perdarahan :  Ya Tidak Jika Ya ………. cc Lokasi pendarahan............... Kelembaban kulit : Lembab  Kering Turgor:  Normal  Kurang Luas luka bakar …. % Grade: Lain-lain……………… D. Disability. Tingkat kesadaran : kompos mentis Nilai GCS dewasa :E: 4 M : 6 V: 5 Pada Anak : A V P U. Pupil  Normal, Respon Cahaya +/ Ukuran pupil:  Isokor  An Isokor Diameter  1mm  2 mm  3mm  4mm Penilaian Ekstremitas Sensorik  Ya  Tidak. Motorik  Ya  Tidak Kekuatan otot / Skala Lovetts: 5 Lain-lain……………… Exposure. Adanya trauma pada daerah; Adanya jejas/ luka pada daerah betis kiri - panjang: 6 cm, 6 cm - kedalaman luka: 1 cm Lain-lain………………



cedera, pucat, penurunan mobilitas, penurunan tekanan nadi, nyeri bertambah saat digerakkan, perubahan sensori / baal dan kesemutan. Lain-lain………………



 Aktual  Resiko Gangguan keseimbangan cairan :shock hipovolume



 Mengkaji tanda-tanda dehidrasi  Mengkaji tanda-tanda vital, tingkat kesadaran.  Memberikan cairan peroral jika masih memungkinkan.hingga 2000 – 2500 cc/ hr.  Memberikan cairan melalui intra vena.  Memonitor perubahan turgor, membrane mukosa dan kapilary refill.  Memonitor intake –output caitan setiap jam: pasang kateter dll.  Menyiapkan alat-alat untuk pemasangan CVP jika diperlukan.  Memonitor CVP dan perubahan nilai elektrolit tubuh. Kolaborasi:  Melakukan infus dengan jarum yang besar 2 line.  Menyiapkan pemberian tranfusi darah jika penyebabnya perdarahan, koloid jika darah tranfusi susah didapat Lain-lain………………



 Aktual  Resiko Gangguan perfusi jaringan serebral



 Mengkaji karakteristik nyeri .  Mengukur tanda-tanda vital  Mengobservasi perubahan tingkat kesadaran.  Meninggikan kepala15-30o jika tidak ada kontra indikasi.  Mengobservasi kecukupan cairan Kolaborasi;  Pemberian Oksigen  Pemasanagan infuse.  Monitor hasilAGD dan laporkan hasilnya.  Memberikan terapi sesuai indikasi Lain-lain……………………….



 Nyeri



 Mengkaji karakteristik nyeri, gunakan pendekatan PQRST.  Mengajarkan teknik relaksasi.  Membatasi aktifitas yang meningkatkan intensitas nyeri  Kolaborasi untuk pemberian terapi ( √ ) analgetik,( ) oksigen ( ) Infus ( ) perekaman EKG. Lain-lain: vaksin antirabies dan tetanus Paraf dan nama jelas



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



C. PENGKAJIAN SEKUNDER (ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT) 1. Pengkajian : a. Riwayat penyakit sekarang (SAMPLE): - Keluhan Utama : Nyeri digigit anjing - Perjalanan Penyakit : O: 1 jam yang lalu P: digigit anjing Q: nyeri seperti tertusuk R: di betis kiri S: Skala 5 T: nyeri berlangsung selama 1 jam sejak digigit anjing -



Keluhan tambahan : 1) Pusing 2) Pucat 3) Lemas 4) Mual 5) Pasien tampak meringis



-



Alergi obat : tidak ada Obat-obat yang biasa diminum : sanmol Penyakit masa lalu : Makan terakhir : makan siang nasi padang pukul 11.30 WIB Event of leading : di jalan perumahan setelah makan nasi padang



-



-



6) Pemeriksaan Fisik : P. Fisik Fokus : 1) Ekstremitas: terdapat luka gigitan pada betis kiri, luka terlihat berwarna merah, ukuran panjang luka 6 cm dan kedalam 1 cm, daerah sekitar luka terlihat bengkak, terdapat nyeri tekan, kaki kiri masih mampu digerakan namun nyeri saat digerakan. P. Fisik sistem lain dan TTV : Keadaan umum: kompos mentis, GCS 15, tampak sakit ringan TTV: TD: 120/80 mmHg; RR: 20 x/menit; HR: 90 x/menit 1) Kepala Tidak ada massa, warna rambut hitam, tidak ada lesi, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri, bentuk kepala simetris. 2) Mata Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, isokor +/ +, tidak ada edema, bola mata bisa mengikuti arah gerakan tangan, alis rambut tersebar merata dan ada yang sedikit lebih panjang, bulu mata tersebar merata, bentuk bulu mata melengkung ke luar, miopi 3) Telinga Bentuk simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada serumen



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



4) Hidung Bentuk simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri sinus, tidak ada lesi, tidak ada cairan 5) Mulut Bentuk simetris, bibir berwarna merah muda, gigi berlubang, tidak ada sariawan 6) Dada/thorax Bentuk dada simetris, suara napas vesikuler, tidak ada bunyi jantung tambahan, eupnea, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa. 7) Abdomen Bentuk datar, warna kulit abdomen sama dengan warna kulit lain, tidak ada nyeri tekan dan lepas, tidak ada pembesaran hati, turgor kulit elastic, bising usus 7 x/menit 8) Genitalia Tidak ada gangguan, bersih, BAB dan BAK lancar 7) Pemeriksaan Penunjang : -



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (gigitan anjing)



Rencana Inv. Kep.



Rencana Int, Medik



Setelah 1. Pemberia dilakukan n tindakan analgetik keperawatan selama 1x24 jam tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil: 1. Skala nyeri menurun (skala 2) 2. Keluhan mual menurun 3. Pasien tampak tidak merigis 4. TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg; RR: 16-20 x/menit; HR: 60-100 x/menit; suhu: 36,537,50C Intervensi: 1. Identifikasi lokasi, karakteristi k, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan skala nyeri 2. Identifikasi respons nyeri non



Implementasi 13.00 WIB



14.00 WIB 15.00 WIB



1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan skala nyeri 2. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal 3. Mengajarkan teknik relaksasi 4. Berkolaborasi pemberian analgetik



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



Evaluasi S: pasien mengatakan nyerinya berkurang dan keluhan mual menurun O: TD: 120/80 mmHg; RR: 18 x/menit; HR: 80 x/menit; suhu: 36,50C; pasien tampak tidak meringis A: Masalah teratasi P: 1. Monitor TTV 2. Monitor nyeri 3. Kolaborasi pemberian analgetik



verbal 3. Ajarkan teknik relaksasi 4. Kolaborasi pemberian analgetik 2. Risiko infeksi b.d ketidakadeku atan pertahanan tubuh sekunder



Setelah 1. Pemberia dilakukan n vaksin tindakan antirabies keperawatan dan selama 1x24 tetanus jam tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil: 1. Tanda-tanda infeksi menurun (dolor, kalor, tumor, rubor, fungsio laesa) Intervensi: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Pertahankan teknik aseptik pada saat merawat luka 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Anjurkan meningkatka n asupan cairan 2000 ml/hari 5. Kolaborasi



13.00 1. Memonitor tanda WIB dan gejala infeksi 2. Mempertahankan teknik aseptik pada saat merawat 14.00 luka WIB 3. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Anjurkan meningkatkan 15.00 asupan cairan WIB 2000 ml/hari 5. Kolaborasi pemberian vaksin antirabies dan tetanus



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



S: pasien mengatakan nyeri berkurang O: daerah disekitar luka tidak panas, skala nyeri 2, tampak bengkak, warna luka kemerahan. A: Masalah belum teratasi P: 1. Monitor TTV 2. Monitor tanda dan gejala infeksi 3. Pertahankan teknik aseptik pada saat merawat luka 4. anjurkan meningkatk an asupan cairan 2000 ml/hari 5. Kolaborasi pemberian antibiotik



pemberian vaksin antirabies dan tetanus



D. Tindakan Definitif : Pemberian analgetik, pemberian vaksin antirabies dan tetanus, dan pemberian antibiotic E. Pemindahan Pasien dari IGD ke (ruangan rawat/pulang) 1. Nyeri akut: a. Monitor TTV b. Monitor nyeri c. Kolaborasi pemberian analgetik 2. Risiko infeksi: a. Monitor TTV b. Monitor tanda dan gejala infeksi c. Pertahankan teknik aseptik pada saat merawat luka d. anjurkan meningkatkan asupan cairan 2000 ml/hari e. Kolaborasi pemberian antibiotik



MANAJEMEN CAIRAN DAN GIGITAN BINATANG PROSEDUR SERUM ANTI BISA ULAR (SABU) 1. Pengertian : Pemberian anti bias ular ketika klien mengalami gigitan ular. 2. Tujuan : Mencegah kematian sebagai akibat dari bias ular. Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



Jenis ular :  Famili Elapidae: Ular welung,welang sendok, ular anang, ular cabai  Famili Crotalidae: Ular tanah, Ular hijau, alau bandotan puspo 



Famili hydropidae: Ular laut







Famili Colubridae: Ular pohon



Efek Bisa Ular :  Neurotoksik  Hemoragik 



Trombigenik







Sitotoksik







Antifibrin







Antikoalgulan







Kardiotoksik







Gangguan vaskuler (merusak tunika intima)







Menghasilkan zat: kinin, histamin, slow reacting substance



No. 1



2.



Tahapan Prosedur Penanganan pertama : 1. Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium permanganat untuk menghilangkan atau menetralisir  bisa ular yang belum terabsorbsi 2. Insisi atau eksisi luka tidak dianjurkan kecuali bila gigitan ular baru terjadi beberapa menit sebelumnya 3. Anggota badan yang digigit secepatnya diikat untuk menghambat penyebaran racun 4.Lakukan imobilisasi anggota badan yang digigit dengan cara memasang bidai karena gerakan otot dapat mempercepat penyebaran racun 5. Bila mungkin anggota yang digigit didinginkan es batu 6. Penderita dilarang bergerak dan bila diperlukan dapat diberikan analgetika 7.Awasi tanda vital 8.Rujuk segera ke RS terdekat Penanganan lanjutan: 1. Berikan SABU bila dicurigai tergigit ular yang berbisa Dosis: Berikan 2 ampul @ 5ml dalam NaCL diberikan drip/ 6 jam dan apabila diperlukan dapat diteruskan setiap 24 jam sampai maksimum 80-100 ml 2. Berikan ATS, antibiotik dan kortikosteroid IV



Score Nilai : Jumlah score x 25 = _____________ 10



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



4



Nilai 3 2



1



Catatan Pembimbing: …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… Pembimbing



Bekasi, ………………...., 20....... Mahasiswa



( ………………………………)



( M Shandy Ajie )



PROSEDUR PENANGANAN GIGITAN ANJING 1. Pengetrian :  Tata cara pemberian vaksin anti rabies adalah cara pemberian vaksin anti rabies yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Rabies atau Penyakit Anjing Gila.  Penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera. 2. Tujuan Meningkatkan pencapaian terhadap kemungkinan pencegahan, penularan dan terjadinya Rabies di Rumah Sakit Jakarta.



N o.



Tahapan Prosedur



1.



Dalam pelaksanaan kegiatan pemberian vaksin anti rabies ini, dilakukan beberapa langkah, diantaranya : o Anamnesa : Adanya kontak,jilatan atau gigitan. Kejadian didaerah tertular/terancam/bebas, didahului tindakan provokatif/tidak. Hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies, hewan yang menggigit hilang, lari dan tidak dapat ditangkap atau dibunuh. Hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies. Penderita luka gigitan pernah di VAR dan kapan ?. Hewan yang menggigit pernah di VAR dan kapan ?. o Pemeriksaan Fisik : Identifikasi luka gigitan (status lokalis) o Bila ada indikasi pemberian vaksin anti rabies, maka terhadap luka resiko rendah diberi VAR saja. Yang termasuk luka yang tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet, luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki. o Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk luka berbahaya adalah jilatan/luka pada mukosa, luka diatas daerah bahu (muka,kepala,leher), luka pada jari tangan/kaki, genitalia, luka yang lebar/dalam dan luka yang banyak (multiple).



2.



a.



Penanganan luka gigitan hewan penular rabies : o Cuci luka gigitan hewan tersangka rabies dengan air Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



4



Nilai 3 2



1



(sebaiknya air yang mengalir), dengan sabun atau detergent selama 10 – 15 menit. o Beri antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lainlain). o Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. b. Dosis dan cara pemberian vaksin anti rabies : o Vaksin PVRV ( Purufied Vero Rabies Vaccine) terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe.  Dosis dan cara pemberiannya sesudah digigit adalah ; Cara pemberiannya adalah disuntikkan secara intra muskular (im) didaerah deltoideus / lengan atas kanan dan kiri. Dosis untuk anak dan dewasa sama yaitu 0,5 ml dengan 4 kali pemberian yaitu hari ke 0 (dua kali pemberian sekaligus), hari ke 7 satu kali pemberian dan hari ke 21 satu kali pemberian.  Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dengan SAR sesudah digigit ; cara pemberiannya sama diatas. Dosis untuk anak dan dewasa sama yaitu Dasar 0,5 ml dengan 4 kali pemberian yaitu hari ke 0 (dua kali pemberian sekaligus), hari ke 7 satu kali pemberian dan hari ke 21 satu kali pemberian. Ulangan 0,5 ml sama pada anak dan dewasa pada hari ke 90. o Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV) mempunyai kemasan yang terdiri dari dos berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml dan Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra kutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.  Dosis dan cara pemberian susudah digigit adalah ; cara pemberian untuk vaksinasi dasar disuntikkan secara subcutan (sc) disekitar pusar. Sedangkan untuk vaksinasi ulang disuntikkan secara intracutan (ic) dibagian fleksor lengan bawah. Dosis untuk vaksinasi dasar pada anak adalah 1 ml, dewasa 2 ml diberikan 7 kali pemberian setiap hari, untuk ulangan dosis pada anak 0,1 ml dan dewasa 0,25 ml diberikan pada hari ke 11, 15, 30 dan hari ke 90.  Dosis dan cara pemberian bersamaan dengan SAR sesudah digigit ; cara pemberian sama dengan diatas. Dosis dasar untuk anak 1 ml, dewasa 2 ml, diberikan 7 kali pemberian setiap hari, untuk ulangan dosis pada anak 0,1 ml dan dewasa 0,25 ml diberikan pada hari ke 11, 15, 25, 35 dan hari ke 90. 1) Dosis dan cara pemberian Serum Anti Rabies ( SAR ). o Serum heterolog ( Kuda ), mempunyai kemasan bentuk vial 20 ml ( 1ml=100 IU). Cara pemberian ; disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular. Dosis 40 Iu/KgBB diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0, dengan melakukan skin test terlebih dahulu. o Serum homolog, mempunyai kemasan bentuk vial 2 ml ( 1 ml= 150 IU). Cara pemberian ; disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III



muscular. Dosis 20 Iu/kgBB diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0, dengan sebelumnya dilakukan skin test. 2) Dosis dan cara pemberian VAR untuk pengebalan sebelum digigit (Pre Exposure Immunization). o Vaksin PVRV ( Purufied Vero Rabies Vaccine) terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe. Cara pemberian Pertama ; disuntikkan secara intra muskular (im) didaerah deltoideus. Dosisnya ; dasar digunakan dua dosis masing-masing 0,5 ml pemberian pada hari 0, kemudian hari ke 28 dengan dosis 0,5 ml. Diberikan ulangan pada 1 tahun seteleh pemberian I dengan dosis 0,5 ml dan ulangan selanjutnya 0,5 ml tiap tiga tahun. Cara pemberian Kedua ; disuntikkan secara intra kutan (dibagian fleksor lengan bawah) dengan dosis dasar, 0,1 ml pemberian hari ke 0, kemudian hari 7 dan hari ke 28 dengan dosis 0,1 ml. Ulangan diberikan tiap 6 bulan – satu tahun dengan dosis 0,1 ml. o Vaksin SMBV ( Suckling Mice Brain Vaccine ), terdiri dari dus yang berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml, dus berisi 5 ampul @ 1 dosis intrakutan dan 5 ampula pelarut @ 0,4 ml. Cara pemberian ; disuntikkan secara intrakutan (ic) di bagian fleksor lengan bawah. Dosis dasar 0,1 ml untuk anak dan 0,25 nl untuk dewasa, pemberian hari 0, hari 21 dan hari 42. Untuk ulangan dosis 0,1 ml untuk anak dan 0,25 untuk dewasa setiap 1 tahun.



Score Nilai : Jumlah score x 25 = _____________ 13 Catatan Pembimbing: …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… Pembimbing



Bekasi, ………………...., 20....... Mahasiswa



( ………………………………)



( M Shandy Ajie )



Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III