6 0 618 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ACUTE LIMB ISCHEMIA (ALI) STAGE IIa RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Pelatihan Keperawatan Kardiovaskular Tingkat Dasar Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta Pembimbing : Ns. Sofiawati S. Kep
Oleh: KELOMPOK B Arif Sumiaty Netti Ovianti Syamsul Putra Tyas Ratna Puri
Divisi Pendidikan dan Latihan Program Pelatihan Keperawatan Kardiovaskular Tingkat Dasar Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita 2016
5
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penyakit tidak menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar di Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 bahwa dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% (Kemenkes, 2009). Dari hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka mortalitas dari tahun ke tahun dan prevalensi penyakit tidak menular yang masih sangat tinggi. Salah satu penyakit pembuluh darah yang mengancam adalah Acute Limb Ischemic (ALI). ALI merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan perfusi perifer akibat trombus ataupun emboli mengakibatkan perfusi jaringan tidak adekuat kurang dari 14 hari. Kondisi seperti ini diperkirakan mendekati 150 kasus orang per tahunnya (Norgren et al dalam Creager et al, 2012). Angka mortalitas pada kasus ALI ini pun akan semakin tinggi apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jivegard pada tahun 1980, angka mortalitas pada kasus ALI mencapai 25% dari total kasus yang ada. Studi lainnya yang dilakukan oleh Blasidell pada tahun 2002mengatakan bahwa mortalitas ALI dapat diakibatkan oleh cedera reperfusi iskemik.Studi deskriptif ini menujukkan bahwa pasien dengan iskemia berat, paralisis, dan mottle kebiruan mengalami mortalitas 85% setelah menjalani revaskularisasi. Hal ini disebabkan oleh adanya inflamasi yang cukup hebat pada tungkai bawah. Respon inflamasi ini dapat mengakibatkan
kerusakan
jaringan
dan
komplikasi
berupa
sindroma
kompartemen, serta kematian jaringan otot (Juzar et al, 2007). Penanganan
kasus
ALI
yang
cepat
dan
tepat
diharapkan
dapat
menurunkanangka mortalitas akibat ALI. Selain menurunkan angka mortalitas, penanganan terhadap kasus ALI juga harus meminimalisasikan angka morbiditas.
6
Berdasarkan
The
Trans-Atlantic
Inter-Society
Consensus
Document
on
Management of Peripheral Arterial Disease (TASC II) tahun 2007, angka morbiditas ALI meliputi 10-15% diakibatkan oleh perdarahan pre atau post operasi, lebih dari 25% akibat amputasi, 5%-25% akibat fasiotomi, dan 20% akibat gangguan fungsi ginjal (Norgren et all, 2007) . Oleh karena itu, penanganan terhadap kasus ALI ini harus dilakukan secara holistik meliputi aspek biologis-psikologis-sosial-spiritual. Pemantauan pre dan pasca revaskularisasi yang dilakukan pada pasien dengan ALIharus diberikan secara optimal untuk mengurangi risiko komplikasi yang terjadi seperti stroke hemoragik, kompartemen syndrom, melena, bleeding,dan lain lain. Peran perawat sangat penting dalam melakukan pemantauan pada pasienALI. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas tentang ALI dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan ALI. 2. Metode Penulisan Kelompok menggunakan metode penulisan deskriptif, di dalamnya meliputi sistematika sebagai berikut : BAB I
Membahas latar belakang kasus, tujuan dari penulisan makalah, dan batasan masalah yang penulis ambil dari makalah ini.
BAB II
Membahas teori yang berhubungan dengan kasus berdasarkan pada literatur yang penulis dapatkan baik dari studi kepustakaan maupun jurnal.
BAB III Membahas kasus beserta analisa dan asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan pada pasien dengan ALI stadium IIa BAB IV Merupakan pembahasan kasus yang dikaitkan dengan teori yang telah dibahas pada bab II BAB V
Merupakan kesimpulan dari penulisan makalah dan saran yang penulis berikan terkait kasus ALI.
7
3. Tujuan Penulisan 3.1 Tujuan umum Mampu
melakukan
Asuhan
Keperawatan
secara
langsung
dan
komprehensif pada pasien dengan ALI yang meliputi aspek biologipsikologi-sosial-spiritual melalui pendekatan standar proses keperawatan. 3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Mampu memahami teori ALI b. Mampu memahami tindakan yang diberikan pada pasien dengan ALI c. Mampu memahami komplikasi dari penanganan ALI d. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan ALI Stadium IIa e. Mampu merumuskan analisa data pada klien dengan ALI Stadium IIa f. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ALI Stadium IIa g. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada pasien dengan ALI Stadium IIa h. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan ALI) Stadium IIa i. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan ALI Stadium IIa j. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan ALI Stadium IIa 4. Ruang Lingkup Penulis membatasi pembahasan tentang asuhan keperawatan
pasien Akut
Limb Iskemik (ALI) Grade IIa Ekstremitas Bawah Sinistra di intensif care unit dewasa Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
8
5. Manfaat Penulisan Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi para perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan ALI sehingga intervensi keperawatan yang dilakukan dapat lebih optimal. Selanjutnya, hasil penulisan ini juga diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi para perawat mengenai penyakit ALI.
BAB II TINJAUAN TEORI 9
1. Anatomi Sistem Kardiovaskuler Sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang bertugas untuk menyampaikan nutrisi (seperti asam amino dan elektrolit), hormon, sel darah dan lainnya dari dan menuju sel-sel tubuh manusia, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. Sistem ini terdiri atas organ jantung dan pembuluh-pembuluh darah. Jantung merupakan organ yang terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Sistem ini bekerja dengan mengikuti pola sebagai berikut:
Gambar 2.1.1: Sistem Sirkulasi Darah yang rendah kandungan oksigen dan tinggi CO2 yang berasal dari sirkulasi sistemik dihantarkan melalui vena kava superior dan inferior menuju atrium kanan masuk ke ventrikel kanan lalu dihantarkan melalui arteri pulmonalis menuju ke paru untuk di oksigenasi kembali. Selanjutnya darah yang telah kaya akan oksigen akan masuk melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri, lalu masuk ke ventrikel kiri untuk dihantarkan menuju sirkulasi sistemik melalui pembuluh aorta,demikian seterusnya.
10
2. Pembuluh Darah Secara umum, pembuluh darah yang ada di dalam tubuh dapat dibagi menjadi: pembuluh yang membawa darah menjauhi jantung (arteri) dan menuju jantung (vena). Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima, tunika media,tunika adventitia:
Gambar. lapisan Pembuluh Darah a. Tunika Intima Adalah lapisan pembuluh darah paling dalam yang bersentuhan langsung dengan darah terdiri dari sel-sel endotel. b. Tunika Media Adalah lapisan pemuluh darah tengah yang terdiri dari otot polos dan jaringan elastis. c. Tunika Adventitia Adalah lapisan pemuluh darah paling terluar berupa jaringan kolagen dan elastis. Lapisan ini berfungsi melindungi dan menguatkan pembuluh darah dengan jaringan sekitarnya. 2.1 Arteri
11
Arteri disebut juga dengan pembuluh nadi. Pembuluh jenis ini adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang memiliki dinding tebal dan kaku. Pembuluh darah arteri terdiri dari dua jenis, yaitu pembuluh aorta dan pembuluh pulmonalis. 2.2 Aorta Merupakan pembuluh arteri yang datang dari bilik jantung sebelah kiri dan bertugas mengangkut oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Pangkal aorta memiliki diameter sekitar 3 cm dan memberikan cabang sinus-sinus coroner dekat annulus aorta asenden yang kemudian menjadi arkus aorta dan bercabang brakiosefalika, left comon carotid artery, dan left subclavian artery. Di mediastinum superior aorta berputar 180 O dari arah kranial menjadi kaudal, pada arah anteroposterior dan sedikit ke kiri. Aorta torakalis desenden berjalan ke kaudal pada mediastinum posterior dari arkus aorta, dan menjadi aorta abdominalis pada diafragma (Gray, Dawkins, Morgan, & Simpson, 2005). Aorta berakhir di bagian depan corpus vertebrae lumbalis IV dengan membagi menjadi arteria iliaca communis, dextra dan sinistra. Setiap arteria iliaca communis berjalan ke bawah dan ke luar dan membagi menjadi arteria iliaca interna dan externa. 2.3 Vena Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke jantung (atrium kanan), kecuali vena pulmonalis yang berasal dari paru menuju atrium kiri. Semua vena-vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan vena cava inferior. Vena mengandung banyak darah kaya karbon dioksida, kecuali vena pulmonalis mengandung banyak oksigen. Vena merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang elastis, dan lubang pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini mempunyai beberapa katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah. 2.4 Kapiler
12
Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai perpanjangan arteri dan vena. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel sehingga cairan tubuh zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui
dinding
karbondioksida,
selnya.
Selain
zat-zat makanan,
itu,
juga
pertukaran
serta hasil-hasil
oksigen, ekskresi
dengan jaringan yang ada disekeliling kapiler. Beberapa pembuluh darah kapiler mempunyai lubang berukuran sempit sehingga sel darah dapat rusak jika melewatinya. Diameter pembuluh darah inid apat berubah-ubah. kapiler dapat menyempit karena pengaruh temperatur lingkungan yang rendah dan membesar bila ada pengaruh temperatur lingkungan yang tinggi sertabahan kimia, sererti bahan histamin. Meskipun ukuran arteriole dan kapiler lebih kecil dibandingkan dengan arteri dan vena, tetapi jumlah volume darah secara keseluruhan lebih besar di areriole dan kapiler. Volume darah di dalam kapiler 800 kali volume darah di dalam arteri dan vena.
3. Anatomi Pembuluh Darah Ekstremitas a. Arteri ekstremitas atas
13
Gambar Anatomi arteri lengan b. Vena ekstremitas atas
Gambar Anatomi vena lengan c. Arteri Tungkai
14
Gambar Anatomi arteri tungkai Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka menjadi arteri femoralis, yang bergerak turun di sebelah anterior paha. Arteri femoralis mengalirkan darah ke kulit dan otot paha dalam. Pada bagian bawah paha, arteri femoralis menyilang di posterior dan menjadi arteri tibialis anterior dan tibialis posterior. Arteri tibialis bergerak turun disebelah depan dari kaki bagian bawah menuju bagian dorsal/ punggung telapak kaki danmenjadi arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior bergerak turun menyusuri betis dan kaki bagian bawah dan bercabang menjadi arteri plantaris di dalam telapak bagian bawah. Arteria iliaca interna adalah arteri untuk struktur bagian dalam perlvis dan region gluteal. Arteria iliaca externa merupakan lanjutan arteria iliaca communis untuk berjalan dibawah ligamentum inguinalis dan menjadi arteria femoralis. Arteria femoralis adalah arteri utama pada tungkai. Arteri ini merupakan sambungan arteria iliaca externa, dimulai pada ligamentum inguinalis, berjalan ke bawah pada sisi dalam paha dan berlanjut ke belakang pada sisi medial femur melalui lubang pada musculus adductor
15
magnus untuk menjadi arteria popliteal. Arteri ini memberi cabangcabang untuk otot paha dan femur. Arteria popliteal, merupakan lanjutkan arteria femoralis, berjalan ke bawah di dalam rongga popliteal di belakang lutut terbagi menjadi arteria tibialis anterior dan arteria tibialis posterior. Arteria tibialis anterior berjalan menuruni bagian depan tungkai ke dorsum pedis. Arteria tibialis posterior berjalan ke bawah dibagian belakang tungkai, kemudian di dalam sulcus pada sisi dalam pergelangan kaki dibelakang malleolus medialis menuju telapak kaki.(Gibson, 2003) d. Vena Tungkai
Gambar Anatomi vena tungkai
Darah yang meninggalkan kapiler-kapiler di setiap jari kaki bergabung membentuk jaringan vena plantaris. Jaringan plantar mengalirkan darah menuju vena dalam kaki (yaitu vena tibialis anterior, tibialis posterior, poplitea dan femoralis). Vena safena magna dan safena parva supervisialis mengalirkan darah di telapak kaki dari arkus vena dorsalis menuju vena poplitea dan vena femoralis.
16
4. Acute Limb Ischemia (ALI) 4.1 Pengertian Acute Limb Ischemia didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadinya penurunan mendadak atau memburuknya iskemia ekstremitas yang terjadi kurang dari 14 hari (Limpijankit, 2008) 4.2 Etiologi ALI timbul dari obstruksi mendadak dalam aliran arteri yang menuju ke ekstremitas yang disebabkan karena emboli atau trombolisis yang berasal dari jantung atau dari luar jantung. 4.2.1
Emboli Emboli adalah hambatan pada aliran pembuluh darah. Hambatan yang dimaksud di sini bisa berupa gelembung udara atau darah yang menggumpal. Emboli yang muncul pada tubuh manusia dapat mengganggu organ tubuh karena kekurangan oksigen. Organ-organ vital tubuh manusia, seperti otak, jantung dan paru-paru, tidak bisa berfungsi dengan baik ketika pasokan oksigen terhambat. Pada otak, emboli menyebabkan stroke. Sedangkan pada paru-paru, emboli menyebabkan embolisme paru. Bukan hanya fungsi organ saja yang terganggu, namun terlalu lama kekurangan oksigen bisa membuat jaringan organ tersebut rusak secara permanen. Emboli merupakan etiologi yang paling umum dari ALI karena proses emboli, biasanya tromboemboli dan umumnya bersumber dari jantung (di lebih dari 75% kasus). Lokasi umum terkena emboli adalah saluran aorta, saluran femoral atau arteri popliteal. Emboli akut pada arteri, biasanya terjadi pada arteri yang sehat. Emboli dapat berasal dari jantung (Atrial Fibrilasi, MI, MS, CHF) atau dilated disease arteries (aneurisma aorta, flap). Emboli tiba-tiba menyumbat percabangan arteri yang sehat, biasanya
17
emboli menetap pada bifurkasio arteri, misalnya bifurkasio aorta, bifurkasio iliaka, bifurkasio femoral dan bifurkasio popliteal. Dimana emboli akan mengakibatkan aliran darah kejaringan yang terkena berhenti. Tanda dan gejala yang muncul secara tiba-tiba dalam beberapa menit, tidak terdapat klaudikasio, ada riwayat atrial fibrasi, ekstremitas yang terkena tampak kekuningan (yellowish), pulsasi pada kontralateral ekstremitas bisa normal bisa tidak, dapat terdiagnosa secara klinis dan dilakukan pengobatan dengan pemberian warparin atau embolektomi. 4.2.2
Trombus Trombus adalah bekuan darah yang menempel di dinding vaskuler, hal ini terjadi karena permukaan tempat darah mengalir yaitu endothel maupun jantung mengalami kerusakan yang dikenal sebagai disfungsi endothel atau endothel injured. Adanya difungsi endothel ini akan mengundang thrombosit untuk melakukan adhesi dan selanjutnya dengan bantuan faktor-faktor pembekuan
darah
akan
terjadi
agregasi
trombosit
dan
terbentuklah bekuan darah yang komponen utamanya adalah trombosit. Adanya trombus yang masih melekat pada dinding ini mengakibatkan
gangguan
aliran
karena
trombus
tersebut
berpotensi untuk membesar. Trombus berpotensi untuk lepas yang selanjutnya akan berjalan didalam aliran darah yang disebut sebagai embolus Trombosis akut pada arteri terjadi pada arteri yang sebelumnya terdapat kelainan (disease). Dimana atherosclerosis menyebabkan penyempitan cabang arteri secara progresif, yang akan menstimulus pembentukan kolateral, kemudian aliran darah akan melambat, dan permukaan pembuluh darah yang kasar dapat
18
menyebabkan thrombosis akut, sehingga aliran darah kejaringan yang terkena menurun atau berhenti. Tanda dan gejala yang muncul dapat terjadi dalam beberapa jam
sampai
berhari-hari,
ada
klaudikasio,
ada
riwayat
aterosklerotik kronik, ekstremitas yang terkena tampak sianotik dan lebam, pulsasi pada kontralateral ekstremitas bisa ada bisa tidak, dapat terdiagnosa dengan angiography dan dilakukan tindakan
bypass
fibrinolitik.Perawat
atau
pemberian
harus
obat-obatan
pahamanatomi
dan
seperti fisiologi
vaskulersehingga dapat menjadi waspada menghadapi perubahan yang tiba-tiba menjadi dingin atau berbintik-bintik, mengetahui letak denyut nadi yang dangkal, terampil merabanya, dan melaporkan setiap perubahan yang mendadak. (Pearce, 2009) 4.3 Tanda dan Gejala ALI Menurut Trans Atlantic Inter-Society (TASC) tahun 2007, ditemukan tanda dan gejala yang termasuk dalam ALI yang disebut “6P” yaitu : 4.3.1
Pain/ Nyeri Serangan hebat waktunya terus menerus didaerah ekstremitas yang terlokalisasi dan muncul secara tiba-tiba intensitasnya tidak menunjukan tingkat iskemia yang terjadi
4.3.2
Pulselessness/ Tidak Ada Nadi Akurasi nadi saat di palpasi sangat bervariasi bisa menunjukkan kelemahan atau tidak teraba sama sekali.
4.3.3
Pallor/ Pucat (mottle) Terjadinya perubahan warna kulit pada ekstremitas yang mengalami gangguan perfusi yang diakibatkan oleh aliran darah yang dialirkan tidak sampai atau pelan.
4.3.4
Paresthesia/ Baal Terjadinya mati rasa pada ekstremitas yang mengalami gangguan perfusi.
4.3.5
Paralysis/ Kelumpuhan
19
Kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas, adanya parasthesia dan paralisis merupakan pertanda yang buruk dan membutuhkan penanganan segera. 4.3.6
Perishingly cold Ektremitas
yang
mengalami
sumbatan
terasa
dingin
(poikilothermia) 4.4 Faktor Resiko Rangkuti (2008) dan Al-Thani et al (2009) mengatakan bahwa beberapa faktor resiko untuk penyakit arteri perifer dapat diklasifikasikan menjadi faktor resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah. a. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah 1) Usia 2) Ras/ Etnis 3) Genetik b. Faktor resiko yang dapat dirubah 1) Merokok 2) Inflamasi 3) Gagal ginjal kronik 4) Diabetes mellitus 5) Hiperkoagulasi 6) Hiperlipidemia 7) Hipertensi 4.5 Klasifikasi ALI Acute Limb Ischemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan : a. Terminologi: 1. Onset a) Akut : kurang dari 14 hari b) Akut on kronik : perburukkan tanda dan gejala kurang dari 14 hari
20
c) Kronik iskemik stabil : lebih dari 14 hari 2. Severity a) Inkomplit : tungkai tidak terancam b) Komplit : tungkai terancam c) Irreversible : yang tidak dapat dirubah b. Tingkat/ Stadium Keparahan : Kategori I. Viable
Deskripsi Tidak
Capilla
Parali
Kehilang
ry
sis
an
return lengkap
otot Tidak
sensorik Tidak
segera IIa.
mengancam Bila
Threatned
dilakukan
Utuh/pe
Tidak
Sebagian
lan
tindakan
Signal Doppler Arteri
Vena
terden
Terden
gar
gar
Tdk
Terden
terden
gar
gar
bisa diselamatka IIb.
n Bisa
Pelan/
Sebagi
Threatned
diselamatka
tidak
an
n
jika
Sebagian
ada
Tdk
terdeng
terden
ar
gar
dilakukan tindakan III.
Irrevers
emergensi Amputasi
ible
primer
Tidak ada
biasanya
Utuh
utuh
Tdk
Tdk
terden
terdeng
gar
ar
diperlukan Tabel Tingkat keparahan Acute Limb Ischemia
4.6 Komplikasi ALI a. Hyperkalemia b. Compartment Syndrome(bisa disebabkan reperfusi pembuluh darah)
21
c. Nekrose jaringan d. Perdarahan termasuk didalamnya stroke hemorragik, perdarahan gusi, hematemesis melena dll. e. Sepsis 4.7 Pemeriksaan Penunjang a. Doppler Vaskular/ Duplex Sonografi Vaskular Pemeriksaan diagnostic non invasif dengan menggunakan tranduser untuk melihat pembuluh darah arteri atau vena secara langsung baik normal atau abnormal (lokasi obstruksi). b. MSCT Prosedur diagnostic ini dalam bidang vascular memberikan gambaran langsung dinding pembuluh darah sehingga dapat dengan jelas dibedakan antara pembuluh darah yang mengalami oklusi atau tidak. c. Arteriografi Dilakukan pada saat pasien sebelum dan setelah tindakan diagnostic invasif non bedah (PIAT, Trombosuction/ manual atau mekanikal, PTA, Stent). d. Pemeriksaan Laboratorium Uji laboratorium harus diperlukan untuk menilai fungsi ginjal, hematologi awal, profil koagulasi serta bukti hiperkalemia dan asidosis. Koreksi ketidakseimbangan elektrolit yang mendasari dan antikoagulan
sistemik
harus
dilanjutkan
bersamaan
dengan
pemeriksaan lainnya. (Limpijankit, 2008)
4.8 Penatalaksanaan dan Pengobatan 4.8.1
Penatalaksanaan Awal 1. Pertahankan posisi kaki atau tangan sedikit lebih rendah dari jantung
22
2. Hindari penekanan 3. Hindari
temperatur
yang
ekstrim
(dingin
memicu
vasospasme, panas meningkatkan metabolisme) 4. Segera beri antikoagulan dengan heparin/ LMWH untuk mencegah bekuan lebih lanjut 5. Analgetik yang tepat 6. Beri oksigen (Oxygen inhalation) 7. Pengobatan untuk masalah jantung (mis : CHF, AF) supaya ALI tidak berulang. 4.8.2
Penatalaksanaan Lanjutan Penatalaksanaan (manajemen) pada keadaan iskemik tungkai akut adalah tindakan revaskularisasi. Pilihan dan timing revaskularisasi sangat tergantung pada penilian klinis tingkat iskemia tungkai. (tergantung Stadium ALI pada saat datang di pelayanan kesehatan). 1) CLASS
I:
PIAT
(Percutaneous
Intra
Arterial
Thrombolysis) a) Dosis PIAT – Fibrinolitik Dissolusi thrombus dihasilkan melalui stimulasi proses konversi dari fibrin-bound plasminogen ke enzim aktif plasmin. Plasmin adalah protease yang dapat mendegradasi fibrin sehingga thrombus kembali melarut (dissolusi). Tindakan trombolisis pada iskemia akut tungkai sangat berbeda dengan trombolisis pada infark miokard akut oleh karena terbukti bahwa zat trombolitik tidak dapat diberikan secara sistemik pada tromboemboli tungkai dan harus diberikan intralesi.
23
Cara pemberian trombolitik : 1) Infus Infus streptokinase 5000 U/jam atau t-PA 0,5 mg/jam selama beberapa jam. 2) High Dose Bolus Bolus t-PA 5 mg tiap 10 menit sebanyak 3 kali, kemudian dilanjutkan infus 3,5 mg/jam sampai 4 jam (bila diperlukan). Umumnya kontraindikasi terapi trombolisis pada setiap pasien dengan kelainan pendarahan atau lesi anatomik yang bisa terjadi pendarahan. Dibawah ini adalah kontraindikasi yang absolut dan relatif terhadap pemberian terapi trombolisis pada ALI menurut Limpijankit (2008). Absolut - Secara klinis adanya pendarahan yang aktif dan signifikan - Pendarahan intrakranial Relatif
- Adanya tanda-tanda kompartemen sindrom - Riwayat RJP 10 hari terakhir - Pembedahan mayor non vaskular atau trauma pada 10 hari terakhir - Hipertensi tidak terkontrol >180 mmHg sistolik atau >110 mmHg diastolik - Tumor intrakranial - Riwayat operasi mata yang masih baru - Bedah saraf (intrakranial/ spinal) dalam 3 bln terakhir - Trauma intrakranial 3 bln terakhir - Pendarahan gastrointestinal kurang dari 10 hari terakhir - Pendarahan internal yang masih baru - Kegagalan fungsi hati biasanya pada kasus dengan koagulopati 24
- Endocarditis bacterial - Kehamilan dan status postpartum yang masih baru - Pendarahan Retinopati diabetic - Harapan hidup kurang dari 1 tahun Tabel Kontraindikasi untuk terapi trombolitik 2) CLASS IIa : PIAT or Trombo Suction (Manual atau mekanikal percutaneous embolectomi atau embolectomi secara bedah) Dilakukan pada pasien dengan kontraindikasi trombolitik, dan bisa digunakan sebagai prosedur tambahan untuk trombolisis yang incomplit atau embolisasi distal. Dilakukan di ruang cathetherisasi dengan langsung memberikan thrombolitik pada area thrombus. 3) CLASS IIb
:
Percutaneous
embolectomi
atau
embolectomi secara bedah Tindakan operasi revaskularisasi tungkai bawah umumnya adalah tindakan embolektomi. a) Teknik Embolektomi Kedua tungkai sampai umbilicus dipersiapkan untuk akses operasi. Dilakukan insisi oblique lipat paha untuk ekspos bifurcation femoralis, dan kemudian keseluruhan cabang dilingkari dengan silastic band. Hindari penggunaan klem oleh karena dapat memecah thrombus sehingga menyulitkan pengambilan thrombus secara utuh. Insisi arteriotomi transversal dilakukan pada arteri femoralis komunis proksimal dari bifurcation sambil menghindari adanya plaque di tempat tersebut. Setiap tombus di tempat arteriotomi dapat dilepaskan dengan menggunakan suction atau forceps sambil sebentar-sebentar melepas jipratan silastic.
25
Jika tidak ada aliran pulsasi dari proksimal, maka kateter fogarty dengan balon 4 Fr atau 5 Fr dimasukkan ke
proksimal
sampai
ke
aorta
kemudian
balon
dikembangkan dan ditarik perlahan. Jangan lupa menekan arteri femoralis kontralateral untuk mencegah embolisasi ke tungkai kontralateral. Bila aliran tetap tidak ada maka diperlukan tindakan bypass femoro-femoral atau aksilofemoral. Jika ada embolus pelana (saddle-embolus) biasanya dapat diambil melalui embolektomi bilateral. Selanjutnya dengan menggunakan kateter fogarty 3 Fr atau 4 Fr dilakukan embolektomi ke distal sejauh mungkin melalui femoralis superfisialis dan profunda. Tidak diperbolehkan memaksa bila ditemukan tahanan dalam memasukkan kateter; karena dapat menyebabkan diseksi atau perforasi. Balon kateter dikembangkan bertahap sambil menarik kateter sehingga tekanan berlebihan ke lapisan intima dapat dihindari. Prosedur diatas diulangi sampai beberapa kali bila perlu. b) Kegagalan Tindakan Embolektomi Bila arteriogram menunjukkan kegagalan tindakan embolektomi dapat dilakukan pemberian streptokinase 100.000 U atau t-PA 15 mg intravaskular dan setelah 1 jam dilakukan kembali pemeriksaan arteriogram. Adanya
stenosis
yang
persisten
memerlukan
tindakan eksplorasi pada percabangan di bawah lutut. Bila ditemukan lokasi tromboemboli yang persisten dapat dikerjakan embolektomi ulang atau langsung membuat bypass.
26
4) CLASS III :
Amputasi
Dilakukan pada Iskemik yang
irreversibledengan
kerusakan jaringan yang permanen (ALI Class III ). Level amputasi ditentukan berdasarkan level pulsasi : bila pulsasi teraba di arteri poplitea diamputasi dibawah lutut, dan bila pulsasi tidak teraba di arteri poplitea maka diamputasi diatas lutut.
27
Suplai O2 ↓
Patoflow Acute Limb Ischemia (ALI)
Penyebab lain
Faktor Resiko
EMBOLI
TROMBUS
Lepas & beredar di dalam pembuluh darah
Terjadi penyempitan lumen cabang arteri secara progresif
Ukuran emboli lebih besar dari lumen pembuluh darah
2. Menstimulus pembentukan kolateral
Terjadi sumbatan pada percabangan arteri
3. darah melambat dan Aliran permukaan kasar dapat menyebabkan thrombosis akut
Aliran darah ke distal ekstremitas berkurang/ berhenti 4. Iskemia jaringan ekstremitas
Acute Limb5. Ischemia (ALI) STADIUM ALI
Heparini sasi
PALLOR
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Suplai O2 ↓
PERISHING LY COLD
Resiko Perdarahan Perfusi Sel ↓
Stadium I : PIAT Ansietas
Metabolisme Aerob menjadi anaerob
Stadium IIa : PIAT/Trombosuction
Stadium IIb : Embolectomi Surgery
6.
Penurunan Produktivitas
Pergerakan otot motorik ↓
Penurunan energi (ATP ↓)
Pergerakan otot motorik ↓
Stadium III : AMPUTASI
Sensori ↓ PARASTES
PARALISIS
Intoleransi Aktifitas
Asam Laktat ↑
PAIN
Gangguan Mobilitas Fisik
Resiko Cedera
28
5. Asuhan Keperawatan Acute Limb Ischemia 5.1 Pengkajian a. Riwayat Penyakit Untuk mengetahui apakah gejala yang timbul adalah ALI atau bukan, mengetahui onset waktu terjadinya dan termasuk severitas ALI dan penyebabnya. Serta pengkajian riwayat penyakit dalam pengkajiannya berfokus kepada tanda dan gejala ALI yaitu “6 P”. b. Keluhan Utama Alasan pasien masuk atau datang kepelayanan kesehatan (difokuskan dalam tanda dan gejala ALI : 6 P) c. Riwayat Penyakit Sekarang Pengkajian hanya berfokus dalam penyakit yang diderita sekarang, mulai dari kapan mulai terjadi, lokasi, tanda dan gejala, penyebab dan apakah pasien rujukan dari rumah sakit lain?. d. Riwayat Penyakit Dahulu 1) Pengkajian penyakit dahulu juga berfokus kepada tanda dan gejala ALI, contoh : menanyakan apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki sebelumnya (riwayat klaudikasio). 2) Adakah masalah pada sirkulasi yang buruk pada masa lalu? 3) Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit jantung? 4) Apakah pasien memiliki riwayat penyakit yang serius dan memiliki faktor resiko? 5.2 Pemeriksaan Fisik Berfokus mengkaji pulsasi, warna, temperatur, fungsi sensorik dan fungsi motorik. 5.3 Pemeriksaan Diagnostik a. Angiografi b. Doppler vaskuler c. MSCT d. Echokardiografi e. Ekg
29
5.4 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan
Nanda
(2012)
dapat
disimpulkan
bahwa
diagnosa
keperawatan yang dapat ditemukan pada kasus ALI diantaranya: 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen kejaringan perifer 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan 3. Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
dasar
berhubungan
dengan
kerusakan neuromuskular 4. Gangguan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
kerusakan
neuromuscular akibat penurunan suplai oksigen ke jaringan yang mengakibatkan paralisis 5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan program pengobatan 6. Resiko perdarahan berhubungan dengan pemberian antikoagulan (heparin) 7. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
30
5.5 Intervensi Keperawatan Perencanaan asuhan keperawatan pada ALI yang disusun berdasarkan diagnosa keperawatan Nanda (2012) yang muncul diantaranya: No 1
Diagnosa Tujuan Ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukana.
Kriteria Hasil tekanan darah dalam batas a.
Intervensi Keperawatan observasi tanda-tanda vital:
perifer
dengan tindakan keperawatan
normal
tekanan darah, frekuensi nadi,
oksigen diharapkan gangguan b. perfusi jaringan dapat
mmHg frekuensi
penurunan
berhubungan suplai
kejaringan perifer
teratasi
c.
110/70-130/90 nadi
60- b.
100x/menit Pada ekstremitas yang ALI:
frekuensi nafas, dan temperatur. kaji tingkat keadekuatan perfusi jaringan dan saturasi oksigen pada
akral hangat, nadi teraba c.
ekstremitas yang ALI kaji CRT, perhatikan
kuat, keluhan baal dapat
pengisian
kapiler,
lihat
terkontrol, fase pengisian
ada/tidaknya
sianosis
perifer,
kapiler
tanda
90% d.
ekstremitas yang ALI perhatikan tingkat
e.
terapi yang telah didapatkan klien minimalkan penekanan pada area
efektifitas
ekstremitas (kurangi penekanan
31
akibat pakaian, selimut) yang f.
mengalami ALI menurunkan posisi tungkai yang mengalami ALI lebih rendah dari
2
Gangguan rasa nyaman (nyeri) Setelah dilakukan
a. Frekuensi
berhubungan
x/menit b. Frekuensi
sirkulasi jaringan
dengan
arteri
dan
penurunan tindakan keperawatan oksigenasi diharapkan gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi
nafas nadi
x/menit c. Klien mengatakan
16-20 a.
posisi kepala Monitor
tanda-tanda
vital, terutama frekuensi nafas. 60-100 b. Kaji skala, frekuensi, intensitas, dan penyebab nyeri nyeri
pada ekstremitas yang mengalami
berkurang/terkontrol ALI d. Skala nyeri 2-4 c. Kaji pola aktivitas e. Sianosis pada ekstremi- tas yang masih dapat ditoleransi oleh yang mengalami ALI klien, serta mekanisme mengatasi berkurang nyeri yang dapat dilakukan oleh d.
klien secara mandiri Ajarkan/ingatkan klien teknik relaksasi nafas dalam
dan pengalihan fokus e. Berikan
kompres
hangat bila diperlukan
32
f.
Berikan posisi yang
g.
nyaman pada klien Minimalkan aktivitas khususnya
daerah
ekstremitas
yang mengalami ALI h. Kolaborasi pemberian 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan Setelah dilakukan dasar
berhubungan
kerusakan neuromuskular
a.
dengan tindakan keperawatan
Klien
menunjukkan a.
kemandirian
dalam
diharapkan gangguan
kebutuhan makan, minum,
pemenuhan kebutuhan b. dasar dapat teratasi
dan personal hygiene Klien tidak tergantung seluruhnya medis
c.
pada
dalam
aktifitas Klien
petugas
d.
mobilitas
analgetik sesuai indikasi Kaji tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi oleh klien b. Motivasi klien untuk memaksimalkan fungsi tubuh yang c.
lain dengan latihan secara teratur Monitor alat-alat yang dibutuhkan
melakukan
pasien
untuk
perawatan diri, makan, berpakaian, menunjukkan
d. kemandirian mobilitas e. dalam menggunakan tempat tidur Klien
terapai
terlibat
dalam
fisik
dengan
toiletting Berikan posisi semifowler Bantu pasien dalam menerima
kebutuhan f. Anjurkan
ketergantungan pasien
untuk
menjalankan ADL, untuk melihat
33
e.
bantuan minimal Klien berinisiatif
untuk g.
melakukan mobilitas fisik di
tingkat kemampuan pasien Anjurkan untuk mandiri tetapi tetap membantu pasien jika
tempat tidur h.
pasien tidak mampu menjalankan Ajarkan pada keluarga untuk tetap memandirikan pasien dan tetap membantu jika pasien tidak
mampu i. Kolaborasi dengan fisioterapi 4
Gangguan
mobilitas
berhubungan
dengan
fisik Setelah dilakukan
b.
aktivitas yang diinginkan menggerakkan anggota tubuhnya Pasien dapat memenuhi b. Jelaskan akibat dari
c.
perawatan diri sendiri immobilisasi Pasien mencapai c. Jelaskan
kerusakan tindakan keperawatan
neuromuscular akibat penurunan diharapkan gangguan suplai oksigen ke jaringan yang mobilitas fisik dapat mengakibatkan paralisis
a.
dalam latihan aktivitas Pasien berpartisipasi pada a. Motivasi pasien
teratasi
peningkatan
toleransi
aktivitas yang dapat diukur, ini
dibuktikan
untuk
latihan
melakukan
rentang gerak aktif pada anggota
dengan
menurunnya kelemahan dan kelelahan
gerak aktif d. Ajarkan
manfaat
dalam
e.
gerak yang sehat Evaluasi tingkat kemampuan pasien
dalam
menggerakkan
anggota badannya yang sehat
34
f.
Rubah posisi pasien tiap 2 jam dan
libatkan
kemampuan
pasien g. Kolaborasi dengan fisioterapi 5
Cemas berhubungan dengan kurang Setelah dilakukan
a.
Ekspresi
pengetahuan tentang kondisi dan tindakan keperawatan b. program pengobatan diharapkan cemas
wajah a. b.
menunjukkan rileks Pasien mengatakan penurunan
klien dapat teratasi
ansietas
atau
perasaan takut Pasien mengerti dan mampu
c.
atau menyangkal dalam mengikuti program medik c. Orientasikan informasikan
menjalani koordinasi dengan tenaga
kesehatan
dan
tentang
semua
prosedur yang akan dilakukan
dalam d.
pengobatan
dalam melakukan latihan Catat adanya kegelisahan dan adanya rasa ketakutan
terhadap pasien Informasikan
dan
jelaskan
tentang kondisi dan prognosis 6
Resiko
perdarahan
berhubungan Setelah dilakukan
dengan
pemberian
antikoagulan tindakan keperawatan
(heparin)
pasien dengan kolaborasi Tidak ada tanda-tanda a. Kaji adanya tanda-tanda
a.
perdarahan:
hematuri,
perdarahan: hematuri, perdarahan
diharapkan
perdarahan gusi, hematoma
gusi, perdarahan ditempat lain
perdarahan tidak
dan perdarahan di tempat
terjadi
lain
dan hematoma b. Observasi tanda-tanda vital : TD,
35
b.
Tanda-tanda
vital
dalam batas normal c. Nilai PT/APTT dalam batas normal
HR, RR c. Pertahankan
IV
kondisi lancar d. Kolaborasi laboratorium pertahankan
line
dalam
pemeriksaan PT/APTT nilai
dan
PT/APTT
dalam batas normal selain itu cek Hb
36
5.6 Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Patricia A. Potter, 2009). Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri atau mungkin bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya misalnya ahli gizi dan fisioterapis. Hal ini sangat tergantung jenis tindakan, kemampuan/keterampilan pasien serta perawat itu sendiri. Proses implementasi keperawatan terdiri dari 5 tahap, yaitu: 1. Mengkaji ulang pasien 2. Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan 3. Mengidentifikasi bidang bantuan 4. Mengimplementasi intervensi keperawatan 5. Mengkomunikasikan intervensi keperawatan Rencana keperawatan biasanya mencerminkan tujuan intervensi keperawatan. Setelah itu respon pasien terhadap pengobatan di catat di lembar catatan. Dengan menuliskan waktu dan rincian tentang intervensi mendokumentasikan bahwa prosedur telah diselesaikan. Pada saat tenaga keperawatan memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan dan analisa data berjalan terus-menerus guna perubahan atau penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perawatan aantara lain fasilitas / alat yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana harus dilakukan. 5.7 Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan (Patricia A. Potter, 2009). Langkah-langkah perkembangan
evaluasi pasien,
terdiri
dari
mengintrepetasikan
pengumpulan perkembangan
data-data pasien,
membandingkan data keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan kriteria pencapaian tujuan yang ada telah ditetapkan, mengukur
34
dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku. a. Tujuan tercapai, tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. b. Tujuan tercapai sebagian, tujuan tercapai sebagian adalah bila pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan c. Tujuan sama sekali tidak tercapai, tujuan sama sekali tidak tercapai jika pasien menunjukkan perubaha perilaku perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah baru. Evaluasi dari revisi rencana perawatan dan berfikir kritis sejalan dengan hasil evaluasi, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Setelah melakukan evaluasi keperawatan tahap selanjutnya adalah mencatat hasil tindakan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti jadi pelaksanaan keperawataan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan respon klien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan atau reaksi klien tehadap penyakitnya.
35
BAB III TINJAUAN KASUS SKEMA KASUS
Pemasangan IABP
EMBOLI
Atrial Fibrilasi ( EF 31% )
Perokok
DM Tipe II
Viscositas meningkat
Aliran Darah Menurun
Flow Melambat
TROMBUS
Terjadi sumbatan pada arteri / percabangan arteri
Aliran darah ke distal ekstremitas berkurang/ berhenti
Acute Limb Ischemia (ALI) GanguanPerfusi Jaringan Perifer
Iskemia jaringan ekstremitas
Suplai O2 ↓
Antikougulan
Acute Limb Ischemia (ALI)
PALLOR
PERISHINGL Y COLD
Resiko Infeksi
Resiko
36
3. 1
PENGKAJIAN
3.1.1
Identitas Pasien Nama
: Tn.KS
No. RM
: 2015_39-02-80
Tempat/Tanggal Lahir
: 05-06-1954
Alamat
: Jln. Sedap Malam No.16 Medan Tuntungan Sempaka Medan
Pendidikan terakhir
: SLTA
Agama
: Kristen
Tanggal masuk RS
: 09 Agustus 2016, pkl 13.19 WIB
Tanggal Pengkajian
: 18Agustus 2016, pkl 09.00 WIB
Diagnosa medis
:
Post Operasi OPCAB X3 + ALI stage II a tungkai Kanan
Dokter Penanggungjawab : dr. DH 3.1.2
Keluhan Utama Tampak kelima jari kaki kanan kehitaman, ada bulae di betis kanan
3.1.3
Riwayat penyakit saat ini Pada tanggal 09-08-2016 pasien masuk dari poliklinik. Telah dilakukan operasi CABG pada tanggal 10-08-2016.dengan graft SVGDiagonal, LIMA-LAD dan SVG-RCA.Selama perawatan produksi urine pasien tidak ada sehingga pasien dipasang CRRT,hemodinamik tidak stabil dan sering terjadi perubahan gambaran EKG VT dan atrial fibrilasi maka pada tanggal 12-08-2016 pasien dipasang IABP dengan kateter no 7.5 fr Pada tanggal 17-08-2016IABP dicabut karena diketahui bahwa pasien mengalami gangguan perfusi pada tungkai kanan. Pada kelima jari kaki kanan kehitaman dan terasa dingin.dilakukan duplek sonografi femoralis dengan hasil Tungkai 1. Stenosis + 60-65% pada bifurcatio arteri femoralis dextra. 2. Flow arteri positif sampai dengan tungkai kanan ( arteri tibialis posterior)
37
3. Flow vena positif sampai dengan distal kedua tungkai 4. Flow arteri negatif pada arteri dorsalis pedis kanan Obat-obat yang digunakan adalah : 1. Heparin 600ui/jam 2. Allupurinol 3 x 500mg 3. Trental 1200mg/ 24 jam 4. Bicnat 10 meq/ jam 5. Morphin 10 mcg/ kgbb/jam 6. Cordaron 380 mg/ 24 jam 7. Dobutamin 5 microgram/kgbb/menit IV 3.1.4
Riwayat Penyakit Dahulu Tahun 2004 pasien serangan jantung,dirawat di ICU RS Herna Medan, dilakukan angiografi di RS Murni Teguh dengan hasil LM middistal 80% stenosis, RCA total Oklusi, LCx total oklusi di proksimal (3VD).
3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga Istri pasien mengatakan bahwa orangtua pasien tidak ada mengalami penyakit jantung. 3.1.6
Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan ekstremitasbawah ( Tanggal 18-08-2016): Aspek Dinilai Nadi Dorsalis Pedis Nadi Tibialis Posterior CRT
Kaki kanan Kaki kiri Tidak teraba Teraba ++ 90x/menit Tidak Teraba Teraba ++ 90x/menit Tidak bisa dinilai Ibu jari kaki kurang karena ke lima jari dari 2 detik
Suhu
kakihitam. Dingin
Hangat
2. Sistem respirasi
38
Suara napas vesikuler di kedua lapang paru.Pergerakan dada simetris.Sesak tidak ada.Pasien terpasang ventilator dengan mode PSIMV, FiO2 40% ,SaO2 98%, RR 12 x/mnt 3. Sistem Kardiovaskuler: Pemeriksaan tanda-tanda vital (18-08-2016) pada tangan kanan a. TD: 136/90 mmHg, b. Nadi 90 x/menit, ireguler kuat c. Pernapasan 16x/menit, d. Suhu 37 C, e. SaO2 : 98% f. Terdengar BJ I dan BJ II normal g. CRT ekstremitas atas < 2 detik. 4. Sistem Eliminasi: BAB tidak ada selama pasien di ICU dan BAK tidak ada, pasien terpasang CRRT 5. Status Neurologis: Tanggal 18-08-2016, Kesadaran SAS 3. 6. Status Nutrisi: 18/8/2015Terpasang NGT, Pasien mendapat diit Nephrisol 6 x 200 ml. 7. Pola interaksi social (sebelum MRS): Menurut keluarga Pasien mempunyai hubungan dengan keluarga dan tetangga baik.
39
3.1.7
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium NO
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksaan
08-08-2016
86.2 28.9 33.5
33450 79.000 30 82.5 27.9 33.9
18-08-2016 8.8 26.8 2.80 40870 79.000 32 83.2 28.6 34.3
RDW(CV)
13.4
156
16
10
APTT
31.7
45.6
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 22 23 24 25 26 27 28 29
Kontrol CRP PH PaO2 PaCO2 HCO3 BE SaO2 Kalium Natrium Chlorida Kalsium Magnesium GDS Ureum Kreatinin BUN Asam Laktat
29,0 3
29.0
1 2 3 4 5
13.8 41.2 4.78 14510 267.000
6 7 8
HB Ht Eritrosit Leukosit Trombosit Hct VER(MCV) HER(MHV) KHER(MCHC)
9
17-08-2016 8.3 22.9
7.4 90.8 35.8 22.4 -4.5 973 4.31 131.6 93.4 4.31 0.55 206 58.9 2.10 23 2.8
7.4 90.8 37.4 20.2 -4.5 97.2 5.38 129 92 1.23 0.53 413 56.2 2.62 26 2.5
Nilai Rujukan 13,7-17,5 40,1-51 4,63-6,68 4,23-9,07 163-337 40-48
25-33
22-26 -2.4-2.3
2. EKG
40
No
Interpretasi
12 / 8 /2016
19/8/2016
1
Irama
Tidak teratur
Tidak teratur
2
HR
100 (HR QRS)
80 (HR QRS)
3
Axis
Normal
Normal
4
Gel P
Tidak teratur
Tidak teratur
5
PR Interval
-
-
6
QRS Kompleks
Sempit
Sempit
7
ST Segmen
ST Elevasi di V1 – V4
ST Elevasi di V1 – V4
8
Gambaran
AF Rapid Ventrikular
AF normo Ventrikular
Respon
Respon
Stemi Antero Septal
Stemi Antero Septal
3. Rontgen thorax CTR 57% (Cardio Megali), segmen pulmonal tidak menonjol 4. Angiografi post CABG SVG-diagonal dan LIMA-LAD Patent; SVG-RCA non Fungsional.
5. Pemeriksaan DUS Tanggal 04-08-2016
Duplex Ultra Sonografi Tungkai -
Plague stabil pada arteri femoralis kanan
-
Tidak ditemukan thrombus pada vena tungkai
41
12/8/2016
- Normal flow pada arteri kedua tungkai Terpasang IABP pada femoralis kanan Tungkai -
Flow arteri positif sampai dengan tungkai kanan ( arteri tibialis posterior)
17-08-2016
-
Flow arteri positif sampai dengan distal tungkai kiri
-
Multiple Plague pada arteri kedua tungkai
-
Flow vena positif sampai dengan distal kedua tungkai
-
Stenosis + 60-65% pada bifurcatio arteri femoralis dextra.
-
Thrombus parsial mengisi pada arteri femoralis superfisial proksimal sampai dengan arteri femoralis superfisial distal kanan.
-
Multiple plak pada arteri kedua tungkai
-
Flow arteri negatif pada arteri dorsalis pedis kanan
Tungkai -
Stenosis + 60-65% pada bifurcatio arteri femoralis dextra.
-
Thrombus parsial mengisi pada arteri femoralis superfisial proksimal sampai dengan arteri femoralis superfisial distal kanan.
18-08-2016
-
Multiple plak pada arteri kedua tungkai
-
Flow arteri negatif pada arteri dorsalis pedis kana
-
Flow arteri positif sampai dengan distal kedua tungkai kanan ( arteri tibia posterior dan arteri tibia anterior )
-
18-08-2016
Flow positif pada vena s/d distal.
Carotis -
Plague tidak stabil pada pada bulbus arteri karotis kiri
-
Plague stabil pada pada bulbus arteri communis kiri
-
Normal flow arteri karotis
-
Normal flow dan normal diameter pada areteri vertebralis kiri
-
Arteri karotis kanan tidak tersosialisasi oleh kardia.
42
-
Terpasang akses vena dalam pada vena jugularis
6. Myocardial Perfusion Imaging Kesimpulan: LV function ; LVEF =31% EDV =202ml ESV = 140 ml 3.2 ANALISA DATA N o 1
Data Ds:Negatif Do: - Terpasang
Masalah Keperawatan Gangguan
Ventilatordengan
mode
PSIMV 12, FiO2 40% , RR 12 x/mnt,PEEP 5 -
Kesadaran sas 3
-
Kelima jari kaki kanan berwarna hitam
-
Terdapat bulae dibetis kanan
Jaringan
Perfusi ke
perifer
Tungkai kananberhubungan dengan adanya thrombus di arteri tungkai kanan post pemasangan IABP
Hasil DUS : -
Stenosis + 60-65% pada bifurcatio arteri femoralis dextra.
-
Thrombus parsial mengisi pada arteri femoralis superfisial proksimal sampai dengan arteri femoralis superfisial distal kanan.
-
Multiple plak pada arteri kedua tungkai
-
Flow arteri negatif pada arteri dorsalis pedis kanan
-
CRT Tidak bisa dinilai karena ke lima jari kaki kanan hitam.
2
-
Suhu kaki kanan dingin
-
Nadi pada dorsalis pedis kaki kanan
tidak teraba. DS :Negatif DO : -
Pasien menggunakan terapi pengencer
Resiko perdarahanberhubungan dengan pemberian terapi 43
darah: Heparin 600 iu/jam, trental anti koagulan 1200mg/24 jam -
Hasil pemeriksaan labor : APTT = 45 Thrombosit = 79.000 Hb = 8.3
3
-
Terpsang CRRT
-
Adanya luka bekas pemasangan IABP
dan luka operasi dikaki dan dada Ds : Negatif DO : -
Bekas luka terbuka (bekas puncture, luka operasi)
Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
pemasangan alat invasif dan luka terbuka.
-
Terjadi ALI pada tungkai kanan
-
Leukosit : 40870
-
Terpasang
alat
invasif
:
CRRT,
Vetilator, vena dan arteri line, NGT, Cateter urin.
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan Perfusi Jaringan ke perifer Tungkai kanan b/d adanya thrombus di arteri tungkai kanan post pemasangan IABP 2. Resiko perdarahan berhubungan dengan pemberian terapi anti koagulan 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasif dan luka terbuka.
44
3.4 RENCANA, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN NO 1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Perencanaan
Gangguan Perfusi Setelah dilakukan 1) Observasi Jaringan perifer
ke intervensi Tungkai keperawatan
kanan b/d adanya kolaboratif thrombus di arteri selama 2x 24 jam tungkai
kanan perfusi ke perifer
post pemasangan ekstremitas IABP
bawah
adekuat
dengan kriteria : 1. Nadi perifer teraba
kuat
kedua bawah 2. Tidak
asi
vital
tanda
dan
klinis pasien 2) Pantau sirkulasi
kelemahan
dan
klinis
pasien 2. Memantau
keempat
darah
ekstremitas
terutama
terutama
ekstremitas
pada
dan
CRT) 3) Bandingkan
akral
dan
CRT) 3. Membanding kan
asi
pasien
tanda
terpasang
dan
Ventilator O: mmHg N: 90 x/ menit 2. Denyut Nadi pada dorsalis
bawah
warna
Implementasi (Tgl 19-082016) 07.00 – 14.00 1. Mengobserv
dikaji karena
1. TD : 136/90
(denyut nadi,
(denyut nadi,
S : Tidak bisa
vital
sirkulasi
ekstremitas
Evaluasi (Tgl 18-082016)
tanda-
darah
akral ada
1. Mengobserv
tanda-tanda
bawah
ekstremitas
Implementasi 18-08-2016 07.00 – 14.00
pedis kanan tidak teraba,
S : Tidak bisa
tanda-
dikaji karena
vital
pasien
klinis
pasien 2. Memantau sirkulasi darah
Evaluasi (Tgl 19-082016)
terpasang Ventilator O: 1. TD : 143/54
pada
mmHg N: 83
terutama
x/
ekstremitas
SpO2 100%
bawah (denyut nadi, akral
dan
menit
S : 37 c 2. Denyut Nadi pada dorsalis
nadi dorsalis
pedis kanan
kiri
CRT) tersa 3. Membanding
tidak teraba,
kuat
kan
warna
nadi dorsalis
45
ekstremitas
warna
bawah 3. Warna kulit tidak pucat 4. Suhu
2detik
pada keempat ekstremitas 4) Posisikan
ekstremitas hangat 5. CRT
kulit
kaki