Askep Preeklampsia & Eklampsia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PRE- EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA



Oleh : sri wahyuni 1440119059



AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PRODI D III KEPERAWATAN KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI 2021



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Preeklampsia dan Eklampsia” ini dengan lancar. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Preeklampsia dan Eklampsia, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan sikap sebagai dasar prilaku individu terhadap lingkungan sosial, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan Maternitas. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan Klien Dengan Preeklampsia dan eklampsia, khususnya bagi penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.



Krikilan, 11 September 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI Kata Pengantar...............................................................................................ii Daftar Isi..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang......................................................................................1 B.Rumusan Masalah.................................................................................2 C.Tujuan....................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Dasar Penyakit........................................................................3 1.Definisi..............................................................................................3 2.Etiologi..............................................................................................4 3.Tanda dan Gejala............................................................................5 4.Patofisiologi......................................................................................6 5.Klasifikasi.........................................................................................9 6.Komplikasi........................................................................................9 B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................................13 1.Pengkajian........................................................................................13 2.Diagnosa Keperawatan...................................................................20 3.Intervensi..........................................................................................20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................25 B. Saran ...................................................................................................25 Daftar Pustaka



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklamsia dan eklamsia merupakan suatu komplikasi dari hipertensi pada ibu hamil.Dan preeklamsia dapat dibagi lagi menjadi preeklamsia ringan dan berat. Di indonesia, setelah perdarahan dan infeksi preeklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kekurangan gizi hingga kini masih menjadi masalah besar bagi dunia ketiga, termasuk indonesia. Masalah gizi menjadi serius sebab akan berdampak pada melemahnya daya saing bangsa akibat tingginya angka kesakitan dan kematian, serta timbulnya gangguan kecerdasan dan kognitif anak. Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah ibu hamil, bayi, dan balita.  Kecenderungan semakin tingginya angka kekurangan energi protein pada ibu hamil akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat 2500 gram rentan terhadap gangguan pertumbuhan dan kecerdasan. Anak yang kekurangan gizi saat lahir atau semasa bayi berisiko terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus pada masa dewasa. Resiko kematian akibat kekurangan gizi juga lebih besar, justru dalam usia produktif. Pada kehamilan, selain terjadi perubahan psikologis, juga fisiologi. Oleh karena itu, menegakkan diagnosis dini pre eklamsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi eklamsia merupakan tujuan pengobatan. Diperkirakan pre eklamsia terjadi 5 % kehamilan, lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama. Juga pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau menderita penyakit pembuluh darah. 1



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian pre eklampsia dan eklampsia? 2. Apa saja etiologi dari pre eklampsia dan eklampsia? 3. Apa saja manifestasi klinis dari pre eklampsia dan eklampsia? 4. Bagaimana patofisiologi dari pre eklampsia dan eklampsia? 5. Apa saja klasifikasi dari pre eklampsia dan eklampsia? 6. Apa saja komplikasi dari pre eklampsia dan eklampsia? 7. Bagaimana konsep askep pada klien dengan pre eklampsia dan eklampsia? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian pre eklampsia dan eklampsia 2. Untuk mengetahui etiologi dari pre eklampsia dan eklampsia 3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari pre eklampsia dan eklampsia 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari pre eklampsia dan eklampsia 5. Untuk mengetahui klasifikasi dari pre eklampsia dan eklampsia 6. Untuk mengetahui komplikasi dari pre eklampsia dan eklampsia 7. Untuk mengetahui konsep askep pada klien dengan pre eklampsia dan eklampsia



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik pada kehamilan berupa berkurangnya perfusi plasenta akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang akhirnya dapat mempengaruhi seluruh sistem organ, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria pada pertengahan akhir kehamilan atau diatas 20 minggu kehamilan. (Kusnarman K., 2014, hal. 1) Preeklampsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat disertai proteinuria, biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu ke atas atau dalam triwulan ketiga dalam kehamilan, tersering pada kehamilan 37 minggu, ataupun dapat terjadi segera sesudah persalinan. Preeklampsia merupakan sindroma spesifik kehamilan yang terutama berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang bermanifestasi dengan adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Preeklampsia dapat berkembang dari ringan, sedang, sampai dengan berat, yang dapat berlanjut menjadi eklampsia. Superimposed preeklampsia adalah kondisi dimana ditemui gejala dan tanda hipertensi yang disertai dengan munculnya proteinuria setelah kehamilan 20 minggu ke atas, pada wanita yang sebelumnya telah menderita hipertensi kronis. Penderita PEB yang menunjukkan gejala maupun tanda ke arah kejang (tanda prodromal akan terjadiya kejang) disebut impending eklampsia atau imminent eklampsia atau PEB dengan ancaman eklampsia. Tanda-tanda ancaman eklampsia dapat berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, serta kenaikan tekanan darah yang progresif. 3



Eklampsia adalah kondisi dimana pasien memenuhi pasien preeklampsia, dengan disertai kejang atau kejang yang tidak diketahui penyebabnya, yang bukan merupakan kelainan neurologis misalnya epilepsy, yang bisa disertai penurunan kesadaran, pada wanita dengan preeklampsia. Eklampsia didefinisikan sebagai kondisi kejang yang berhubungan dengan preeklampsia. Pra-eklampsia berat didefinisikan sebagai preeklampsia dengan hipertensi berat dengan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg, tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan / atau dengan gejala, dan / atau kerusakan biokimia dan / atau hematologis. Eklampsia merupakan satu atau lebih bangkitan kejang yang berhubungan dengan preeklampsia. Hal ini dapat terjadi sekalipun tekanan darah masih dalam batas normal. (Diana Christine L., 2018, hal 7-8) 2. Etiologi Etiologi dan patogenesis Preeklampsia dan Eklampsia saat ini masih  belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya. Preeklampsia adalah: factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus  ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsia. a. Vasospasmus menyebabkan : 1) Hypertensi 2) Pada otak (sakit kepala, kejang) 3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin) 4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi) 5) Pada hati (icterus) 4



6) Pada retina (amourose) b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu 1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa. 2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan. 3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. 4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma. c. Factor Predisposisi Preeklamsi 1) Molahidatidosa 2) Diabetes melitus 3) Kehamilan ganda 4) Hidrocepalus 5) Obesitas 6) Umur yang lebih dari 35 tahun 3. Manifestasi Klinis a. Pre Eklampsia 1) Sakit Kepala terutama daerah frontalis 2) Rasa nyeri di daerah epigastrium 3) Penglihatan menjadi kabur 4) Terdapat mual sampai muntah 5) Gangguan pernafasan sampai cianosis 6) Terjadi gangguan kesadaran b. Eklampsia Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi : 1) Tingkat awal atau aura ( invasi )



5



Berlangsung 30–35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri. 2) Stadium kejang tonik Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira–kira 20– 30 detik. 3) Stadium kejang klonik Semua otot berkontraksi dan berulang–ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas, seperti mendengkur. 4) Stadium koma Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam–jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. 4. Patofisiologi Pre-Eklampsia dan Eklampsia a. Pre-Eklampsia Pada preeklampsia terdapat penurunan  aliran darah. Perubahan ini menyebabkan  prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati 6



mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.   b. Eklampsia Pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus.



7



Pathway Peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredaran darah



Volume plasma yang beredar menurun Hemokonsetrasi



Ketidakseimbangan postrasiklin dan tromboksan A2



Angiotensin II



Perfusi organ maternal menurun



Vasospasma



Spasme korteks serebral Sakit kepala Nyeri akut



Hematokrit maternal meningkat



Gangguan perfusi jaringan



Permeabilitas kapiler meningkat Perpindahan cairan dari intra vasculer ke intra seluler



Edema umum



Edema paru



Kelebihan volume cairan



Dispneu



Vasokontriksi pembuluh darah



Vasospasme ginjal



Sel – sel darah hancur



Hipertensi



Hiperfungsi ginjal



Kapasitas O2 maternal menurun



Gangguan pertukaran gas



Kerusakan glomelurus Gangguan pengendalian sejumlah besar darah yang berperfusi di ginjal



8



Proteinuria



5. Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia The



American



College



of



Obstetrician



and



Gynecologists



mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan atas empat kategori sebagai berikut: a. Pre-eklampsia atau kehamilan yang menginduksi preeklampsia/ pregnancy induced eclampsia (PIE) didefinisikan sebagai triad hipertensi, proteinuria dan edema umum, yang berkembang setelah minggu ke 20 kehamilan b. Hipertensi kronis adalah adanya hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan berlanjut sampai pasien dalam keadaan hamil c. Superimposed eclampsia, yang merupakan keadaann dimana terjadi peningkatan tekanan darah selama kehamilan, yang disertai, proteinuria, dan / atau edema, pada gravida yang sebelumnya sudah menderita hipertensi d. Hipertensi gestasional transient, mengacu pada perkembangan hipertensi tanpa proteinuria atau edema pada gravida yang sebelumnya normotensif, dimana sampai dengan 10 hari pasca persalinan, tekanan darah akan kembali normal seperti sedia kala. (Diana Christine L., 2018, hal 8-9) Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan Ringan



Tekanan sistolik 140-149 mmHg Tekanan diastolik 90-99 mmHg



Sedang



Tekanan sistolik 150-159 mmHg Tekanan diastolik 100-109 mmHg



Berat



Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg Tekanan diastolik ≥ 110 mmHg



6. Komplikasi a. Pre Eklampsia Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain : 9



1) Pada Ibu a) Eklampsia b) Solusio plasenta c) Pendarahan subkapsula hepa d) Kelainan pembekuan darah ( DIC r) e) Sindrom HELPP (hemolisis, elevated, liver, enzymes dan low platelet count ) f)



Ablasio retina



g) Gagal jantung hingga syok dan kematian. 2) Pada Janin a) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus b) Prematur c) Asfiksia neonatorum d) Kematian dalam uterus e) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal b. Eklampsia Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia. 1) Terhadap janin dan bayi. a) Solution plasenta Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas. b) Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim. c) Hemolisis Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan



integritas



membran



sel



darah



merah



yang



menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. 10



2) Terhadap ibu a) Hiprofibrinogenemia Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala. b) Perdarahan otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia. c) Kelainan mata Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri. d) Edema paru – paru e) Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya. f)



Sindroma HELLP Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tandatanda: hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.



g) Kelainan ginjal Kelainan



ini



berupa



endoteliosis



glomerulus



yaitu



pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.



11



h) Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC. i)



Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.



12



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin b. Alasan masuk RS Biasanya pasien mengeluhkan pusing c. Keluhan Utama Biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala. d. Riwayat Penyakit Sekarang Terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur. e. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah 2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6) 3) Pemeriksaan Fisik (Persistem): a) Sistem pernafasan Pemeriksaan pernapasan,



biasanya pernapasan mungkin



kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,



krekes mungkin ada,



adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki. b) Sistem kardiovaskuler Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis. Palpasi : Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan. Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun. Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa



13



jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin Auskultasi : untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah. c) System reproduksi Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara. Genetalia: Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak. Abdomen: Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus. d) Sistem integument perkemihan Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun). Oliguria Proteinuria e) Sistem persarafan Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki f) Sistem Pencernaan Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah f. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan darah a)



Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ) 14



b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ) c)



Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)



2) Urinalisis  a)



Ditemukan protein dalam urine



3) Pemeriksaan Fungsi hati a)



Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )



b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat c)



Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul



d) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)  e)



Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= 37 minggu. 2) Pre eklampsi berat 16



Pada usia kehamilan < 37 minggu, jika janin menunjukkan maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut : Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap 4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan (kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu. Pada usia kehamilan > 37 minggu : Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri, suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus tersedia antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus dekstrose 5% dan RL. Berikan obat antihipertensi Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif. Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan.



17



Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri. Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria. Syarat Diet a) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan



diberikan



secara



berangsur,



sesuai



dengan



kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil. b) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu. c) Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan). d) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh ganda. e) Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi. f)



Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.



g) Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien. h) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan. Eklampsia 1) Penanganan Kejang : a) Beri obat anti konvulsan. b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung O2). c) Lindungi pasien dengan keadaan trauma. 18



d) Aspirasi mulut dan tonggorokkan. e) Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi. f)



Beri oksigen 4-6 liter / menit.



2) Penanganan Umum : a) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg. b) Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih). c) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload. d) Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric. e) Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam. f)



Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam.



g) Pantau kemungkinan oedema paru. h) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin. i)



Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam.



j)



Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic.



k) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside. l)



Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4.



m) Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir. 19



n) Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir. o) Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / > p) Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi 2. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas 2. Kelebihan volume cairan 3. Gangguan perfusi jaringan 4. Nyeri akut 3. Intervensi Keperawatan a. Gagguan pertukaran gas (Wilkinson, 2016, p. 232). NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x 24 jam klien akan : Kriteri hasil : 1) Oservasi warna kulit ,membran mukosa dan kuku ,catat adanya sianosis perifer (kuku) / sianosis setral sirkumural 2) Awasi suhu tuuh sesuai indiksi, bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam 3) Pertahankan istirahat tidur 4) Tinggikan kepala , batuk efektif 5) Berikan terapi oksigen misal nasal canul NIC : 1) Sianosis kuku menujukkan vasokotriksi atau respon tubuh terhadap demam. Namun sianosi daun teliga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut menujukkan hipoksemia sistemik 2) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan oksigen 20



3) Mecegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan oksigen 4) Meningkatkan ispirasi maksimala, menigkatkan pengeluaran skret 5) Tujuan terapi oksigen adalah mempertankanpao2 di atas 60 mmhg. b. Gangguan perfusi jaringan (M.Wilkinson, 2016, p. 144) NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x 24 jam klien akan : Kriteri hasil : Menunjukkan status sirkulasi yang dibuktikan oleh indikator gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal: 1) Menunjukkan status sirkulasi dibuktikan oleh indikator suara nafas tambahan, distensi vena eher, edema, atau bising pembuluh besar. Kelelahan dan edema perifer dan asites. 2) Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa yang dibuktikan oleh indikator berikut suhu, sensasi elastisitas hidrasi, keutuhan dan ketebalan kulit. 3) Menunjukkan perfusi jaringan: perifer yang dibuktikan oleh indikator berikut pengisian ulang kapiler (jari tangan dan jari kaki), warna kulit, sensasi, integritas kulit. NIC 1) Pantau pemeriksaan koagulasi misal waktu protombin (PT) waktu tromboplastin parsial (PIT) dan hitung trombosit. 2) Pantau nilai elektrolit yang berkaitan dengan disritmia misal kadar kalium dan magnesium serum. 3) Lakukan pengkajian komprehensif sirkulasi perifer misal nadi perifer, edema, pengisian, warna kulit, suhu kulit. 4) Kaji integritas kulit perifer. 5) Kaji tonus otot, pergerakan motorik, gaya berjalan, dan propriosepsi. 6) Pantau asupan.



21



7) Pantau



status



hidrasi



misal



membran



mukosa



lembab,



keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik, jika perlu. 8) Pantau hasil lab yang berkaitan dengan retensi cairan misal peningkatan berat jenis, peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar osmolalitas urine. 9) Pantau indikasi kelebihan beban atau retensi cairan misal crackle¸ peningkatan CVP atau tekanan baji kapiler pulmonal, edema, distensi vena leher dan asites, jika perlu. c. Kelebihan volume cairan Kriteria hasil: 1) Menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan dan diet 2) Menyatakan



secara



verbal



pemahaman



tentang



obat



yang



diprogramkan 3) Mempertahankan tanda vital dalam batas normal 4) Tidak mengalami pendek napas 5) Hematokrit dalam batas normal (Wilkinson, 2013 : 319) NIC: 1) Tentukan lokasi dan derajat edema, perifer, sakral dan periobital, padaskala 1+ sampai 4+ 2) Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan dengan peningkatan tanda gawat napas, peningkatan pfrekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal, atau suara napas tidak normal 3) Kaji ekstermitas atau bagian tubuh yang edema terhadapgangguan sirkulasi dan integritas kulit 4) Kaji efek pengobatan (misalnya, steroid, diuretik, dan litium) 5) Pantau secara teratur lingkar abdomen atauekstermitas 6) Manajemen cairan (NIC) a) Timbang berat badan setiap hari dari pantau kecenderungannya Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat 22



b) Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (misalnya peningkatan berat jenis urine, peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan kadar osmolalitas urine c) Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan ( misalnya, crakle, peningkatan CVP atau tekanan baji kapiler paru, edema, distensi vena leher, dan asites) sesuai dengan keperluan(Wilkinson, 2013 : 320). Penyuluhan untuk pasien atau keluarga 1) Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema, pembatasan diet, dan penggunaan dosis, dan efek samping obat yang diprogramkan 2) Manajemen cairan (NIC) : anjurkan pasien untuk puasa,sesuai dengan kebutuhan(Wilkinson, 2013 : 321). Aktivitas kolaboratif 1) Lakukan dialisis, jika diindikasikan 2) Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking antiemboli atau balutan Ace 3) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium 4) Manajemen cairan (NIC) a) Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejalan kelebihan volume cairan menetap atau memburuk b) Berikan diuretik, jika perlu(Wilkinson, 2013 : 321). Aktivitas lain 1) Ubah posisi 2) Tinggikan ekstermitas untuk meningkatkan aliran balik vena 3) Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien 4) Manajemen cairan (NIC) distribusikan asupan cairan selama 24 jam (Wilkinson, 2013 : 321). d. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran dan penonjolan sendi (Willkinson, 2015 : 530). 23



Kriteria hasil : 1) Pasien akan memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan. 2) Melaporkan nyeri kepada penyediaan layanan kesehatan. 3) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan non analgesik tekanan darah. 4) Melaporkan pola tidur yang baik. Aktivitas keperawatan : Pengkajian : 1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama mengumpulkan informasi pengkajian. 2) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaran nyeri oleh analgesik dan kemungkinan efek sampingnya. Penyuluhan untuk pasien atau keluarga : 1) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan



interaksi



obat,



kewaspadaan



khusus



saat



mengonsumsi obat tersebut (misalnya pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel. 2) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika perbedaan nyeri tidak dapat dicapai. Aktivitas kolaboratif : 1) Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (misalnya, setiap 4 jam selama 36 jam). 2) Manajemen nyeri (NIC) : gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat, laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan, saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu. Aktivitas lain : 24



1) Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi mengenai pengkajian nyeri dan efek samping. 2) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif dimasa lalu, seperti distraksi, relaksasi atau kompres hangat / dingin. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam trisemster ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post partum. Pre eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak system yang ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria Eklamsia adalah kejang yang dialami oleh ibu hamil pada usia kehamilan 8-9 bulan. Eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya keracunan pada saat mengkonsumsi obat-obatan dan penyakit darah tinggi yang diderita oleh ibu hamil. Selain faktor medisa tersebut, eklamsia bisa disebabkan juga oleh faktor psikis dari sang ibu yaitu, faktor trauma atau ketakutan saat kehamilan sebelumnya. B. Saran 1 Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian ibu benar-benar dijalankan bukan hannya selogan saja. 2 Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibuhendaknya dapat menjangkau seluruh provinsi yang ada di Indonesia



25



3 Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjunganantenatal selama periode antenatal untuk mencegah komplikasikehamilan secara dini. 4 Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting dan diharapkan kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta asuhan keperawatannya. DAFTAR PUSTAKA Keman,



Kusnarman.



Mengungkapkan



2014.



Patomekanisme



Teori-Teori



Terbaru



Preeklampsia Tentang



Terkini



Patomekanisme



Preeklampsia Dilengkapi Dengan Deskripsi Biomokuler. Malang: UB Press. Lalenoh, Diana Christine. 2018. Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana Anestesia Perioperatif. Yogyakarta: CV Budi Utama. Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri Edisi Kesatu. Jakarta: EGC. Sarwono, Prawirohardjo. 2012. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.



26



1