Asuhan Keperawatan Atresia Esofagus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atresia esophagus merupakan suatu kelainan kongenital dimana esophagus tidak terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Fistula trakeoesofageal (TEF) dan esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah lahir. Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskripsi klinis dan patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan TEF. Pada saat itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan tidak fatal lagi sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah Amerika Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal. Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung kongenital, kelainan traktus urinarius dan kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeoesofageal ditangani dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus yang mengeluakan banyak mukus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan pernapasan. Atresia esophagus (AE) merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan tindak menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea.



1



2



Atresia Esophagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi AE di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup. B. Tujuan Tujuan Umum Setelah membaca dan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti tentang sistem pernapasan berhubungan dengan Atresia Esofagus. Tujuan Khusus a. Untuk memahami Konsep Dasar Penyakit Atresia Esofagus. b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Penyakit Atresia Esofagus.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR 1. Definisi Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi



karina



(disebut



sebagai



atresia



esophagus



dengan



fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus) (Wong, Donna L. 2003: 512).



Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata). Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu: esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakea (fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung



3



4



selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya (congenital) dan tetap sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran. Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus. Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea. 2. Etiologi Atresia Esophagus Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2% jika salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi 21, 13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus berlanjut. Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan dan belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus. Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran seperti : 



Trisomi







Gangguan



saluran



pencernaan



lain



(seperti



diafragmatika, atresia duodenal, dan anus imperforata).



hernia



5







Gangguan



jantung



(seperti



ventricular



septal



defect,



tetralogifallot, dan patent ductus arteriosus). 



Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).







Gangguan Muskuloskeletal







Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac, tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).







Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki kelainan lahir



Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut : 



Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali domine .







Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen







Faktor gizi







Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing-masing menjadi esopagus dan trachea.







Perkembangan



sel



endoteal



yang



lengkap



sehingga



menyebabkan terjadinya atresia. 



Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea esophagus







Tumor esophagus.







Kehamilan dengan hidramnion







Bayi lahir prematur,



Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal



6



untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima. 3. Klasifikasi Atresia Esophagus Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut:  Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)  Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal ( Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini. d) Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus. e) Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea. f) Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea. g) Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontak dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen. 10. Prognosis Prognosis bergantung pada jenis kelainan anatomi dari atresia dan adanya komplikasi. -



Saat ini tingkat keberhasilan operasi atresia esofagus mencapai 90%.



-



Adanya defek kardiovaskular dan berat badan lahir rendah mempengaruhi ketahanan hidup.



-



Kematian dini biasanya disebabkan kelainan kardiovaskular dan abnormalitas kromosom.



-



Kematian lanjut biasanya akibat gangguan pernapasan.



14



B. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapan-tahapan pada proses keperawatan.



tahap



pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat mengumpulkan semua imformasi



baik dari klien dengan cara observasi dan dari



keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu. 1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir  Saliva berlebihan dan mengiler  Tersedak  Sianosis  Apnea  Peningkatan distres pernapasan setelah makan  Distensi abdomen 2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus 3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen tersebut tersumbat. 4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan 5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung buntu Pengkajian setelah operasi: 1. Kaji Monitor pernafasan dan suhu tubuh 2. Berikan oksigen dan ventilator pernapasan jika perlu 3. Beri analgetik jika perlu 4. Lakukan scaning untuk evaluasi fungsi esofagus 5. Kaji fungsi tube (pemberian makan) berfungsi dengan baik



15



6. Hisap sekret dengan selang nasogastrik b. Diagnosa Keperawatan Preoperasi 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi. 2. Ansietas



berhubungan



dengan



kesulitan



menelan



dan



ketidaknyamanan. 3. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis. Postoperasi 1. Ketidakseimbangan



nutrisi



kurang



dari



kebutuhan



tubuh



berhubungan dengan anoreksia. c. Intervensi NO Diagnosa



Tujuan dan



Keperawatan 1



Intervensi



Kriteria Hasil



Bersihan jalan napas NOC



 Respiratory status: Airway suction



tidak efektif berhubungan dengan



lubang



abnormal



antara



esophagus



dan



trakea atau obstruksi untuk sekresi.



NIC



menelan



 Pastikan kebutuhan



ventilation  Respiratory status: airway patency



suctioning  Auskultasi



Kriteria hasil:  Mendemonstrasi kan



bentuk



efektif dan suara nafas



yang



bersih, tidak ada sianosis



oral/tracheal



dan



suara



nafas sebelum dan sesudah suctioning  Informasikan



pada



klien dan keluarga rentang suction  Minta klien nafas



dyspnea



dalam



(mampu



suction dilakukan



mengeluarkan



sebelum



 Berikan O2 dengan



16



sputum, mampu



menggunakan nasal



bernafas dengan



untuk memfasilitasi



mudah , tidak



suction nasotrakeal



ada pursed lips)  Menunjukkan jalan nafas yang



 Monitor



status



oksigen pasien  Ajarkan



keluarga



paten(klien



bagaimana



tidak



melakukan suksion



merasa



 Hentikan



tercekik,



cara



suksion



frekuensi



dan berikan oksigen



pernafasan



apabila



dalam



menunjukkan



rentang



normal,



tidak



pasien



bradikardi,



ada suara nafas



peningkatan saturasi



abnormal)



O2,dll.



 Mampu



Airway Management



mengidentifikasi dan



mencegah



factor



yang



dapat menghambat jalan nafas



 Buka



jalan



nafas,gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu  Posisikan



pasien



untuk memaksimalkan ventilasi  Identifikasi



pasien



perlunya pemasangan



alat



jalan nafas buatan  Pasang mayo bila perlu  Lakukan fisioterapi



17



dada jika perlu  Keluarkan



secret



dengan batuk atau suction  Auskultasi



suara



nafas, catat adanya suara tambahan  Lakukan



suction



pada mayo  Berikan bronkodilator



bila



perlu  Berikan



pelembab



udara kassa basah NaCl lembab  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan  Monitor



respirasi



dan status O2 2



Ansietas



NOC



NIC



berhubungan dengan



 Anxiety self control



kesulitan



 Anxiety level



menelan,



dan



pendekatan



Kriteria Hasil



yang



menenangkan pasien



ketidaknyamanan  Keluarga



 Gunakan



klien



jelas



mampu



mengungkapkan



dengan harapan



terhadap pasien



mengidentifikasi pasien



 Nyatakan



dan



 Jelaskan



semua



prosedur



kepada



18



gejala cemas



keluarga



 Mengidentifikasi,



menunjukkan teknik mengontrol



cemas  Vital



apa



yang dirasakan klien



mengungkapkan dan



untuk



dan



selama prosedur  Pahami



prespektif



pasien



terhadap



situasi stres sign



dalam



batas normal



memberikan



 Postur ekspresi



tubuh,



kenyamanan



wajah,



megurangi takut



bahasa tubuh tingkat



 Temani pasien untuk



dan



dan



aktivitas



menunjukkan berkurangnya kecemasan 3



Gangguan



menelan NOC



NIC



berhubungan dengan



 Pencegahan aspirasi



obstruksi mekanis



 Ketidakefektifan



Aspiration Precautions



pola menyusui  Statusmenelan: tindakan untuk



pribadi mencegah



pengeluaran cairan dan partikel padat kedalam paru  Status menelan: fase esophagus: penyaluran



cairan



atau partikel padat dari



faring



lambung



ke



 Memantau



tingkat



kesadaran,



reflex



batuk,



reflex



muntah,



dan



kemampuan menelan  Memonitor



status



paru  Menjaga/mempertah anakan jalan nafas  Posisi



tegak



90



derajat atau sejauh



19



 Status menelan: fase oral: persiapan,



penahanan,dan pergerakan



cairan



atau partikel padat kearah



posterior



dimulut



 Jauhkan manset



trake meningkat  Jauhkan pengaturan hisap yang tersedia  Menyuapkan makanan



 Status menelan: fase faring:



mungkin



penyaluran



dalam



jumlah kecil  Periksa penempatan



cairan dan partikel



tabung



padat dari mulut ke



gastrotomy sebelum



esophagus



menyusui



Kriteria Hasil:



atau gastrotomy sisa



mempertahankan makanan didalam mulut



sebelum makan  Hindari makan, jika residu tinggi tempat



 Kemampuan menelan adekuat  Pengiriman bolus



selaras



atau



 Periksa tabung NG



 Dapat



ke



NG



hipofaring dengan



reflex menelan  Kemampuan untuk mengosongkan rongga mulut  Mampu mengontrol mualdan muntah



“pewarna”



dalam



tabung pengisi NG  Hindari cairan atau menggunakan



zat



pengental  Penawaran makanan atau



cairan



dapat



dibentuk



menjadi



bolus



sebelum



menelan  Potong menjadi



makanan potongan



20



 Imobilitas



kecil  Permintaaan



konsekuensi: fisiologis



obat



dalam



 Pengetahuan



bentuk



mujarab



tentang prosedur pengobatan



 Istirahat



atau



menghancurkan pil



 Tidak



ada



kerusakan



otot



sebelum pemberian  Jauhkan



kepala



tenggorokan atau



tempat



otot



ditinggikan



wajah,



menelan,



tidur



atau 30-45



menit stelah makan



menggerakkan



 Sarankan berbicara



lidah, atau reflex



sesuai



muntah



berkonsultasi



 Pemulihan pasca



 Sarankan



patologi



barium



prosedur



menelan kue atau



pengobatan



video fluoroskopi



 Kondisi pernafasan, ventilasi adekuat  Mampu melkaukan perawatan terhadap



non



pengobatan parenteral  Mengidentifikasi factor emosi atau psikologis menghambat menelan



yang



21



 Dapat mentolerasnsi ingesti



makanan



tanpa



tersedak



atau aspirasi  Menyusu adekuat  Kondisi menelan bayi  Memelihara kondisi makanan



gizi: dan



asupan cairan ibu dan bayi  Hidrasi



tidak



ditemukan  Pengetahui mengenai



cara



menyusui  Kondisi pernafasan adekuat  Tidak



terjadi



gangguan neurologis 4



Ketidakseimbangan nutrisi



kurang



darikebutuhan tubuh



NOC  Nutritional



NIC status: Nutrition Management  Kaji adanya alergi



food and fluid



berhubungan dengan



 Intake



anoreksia



 Nutritional nutrient intake



makanan status:



 Kolaborasi ahli



gizi



dengan untuk



23 22



 Weight control



menentukan jumlah



Kriteria hasil:



kalori



 Adanya peningkatan



yang



berat badan sesuai



dan



nutrisi



dibutuhkan



pasien  Anjurkan



dengantujuan  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi



pasien



untuk meningkatkan intake Fe  Anjurkan



badan  Mampu



pasien



untuk meningkatkan



mengidentifikasi



intake protein dan



kebutuhan nutrisi



vitamin



 Tidak



ada



tanda-



tanda malnutrisi



 Yakinkan diet yang



peningkatan



fungsi



pengecapan



dan



menelan



penurunan



substansi



gula



 Menunjukkan



 Tidak



 Berikan



dimakan mengandung



serat



untukmecegah terjadi berat



badan yang berarti



konstipasi  Brikan



makanan



yang terpilih(sudah konsultasi



dengan



ahli gizi)  Ajarkan



pasien



bagaiaman membuat catatan



makanan



harian  Monitor



jumlah



nutrisi



dan



kandungan kalori  Berikan



informasi



tentang kebutuyhan



23



nutrisi  Kaji kemampuanpasien untuk mendapatkan nutrisi



yang



dibutuhkan Nutrition Monitoring  BB



pasien



dalam



batas normal  Monitor



adanya



penurunan BB  Monitor



tipe



jumlah



dan



aktivitas



yangbiasa dilakukan  Monitor



interaksi



anak atau orang tua selama makan  Monitor lingkungan selama makan  Jadwalkan pengobatan tindakan



dan tidak



selama jam makan  Monitor kulit kering dan



perubahan



pigmentasi  Monitor turgor kulit  Monitor kekringan, rambut kusam dan mudah patah



24 24



 Monitor mual dan muntah  Monitor



kadar



albumin,total protein,HB,



Dan



kadar Ht  Monitor pertumbuhan danperkembangan  Monitor



pucat,



kemerahan,



dan



kekeringan jaringan konjungtiva  Monitor kalori dan intake nutrisi  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik,



papilla



lidah, dan cavitas oral  Catat



bila



berwarna



magenta,



scarlet



d. Implementasi Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.



lidah



25



e. Evaluasi Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah dilakukan, berdasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan. Apabila terdapat masalah–masalah klien yang belum teratasi, perawat hendaknya mengkaji kembali hal–hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali melakukan intrvensi keperawatan. Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya serangan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Atresia esofagus adalah kelainan konginetal yang ditandai dengan tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengen esofagus bagian distal. Atresia esofagus dapat terjadi bersama fistula trakeosfagus yaitu kelainan konginetal dimana terjadi persambungan abnormal anatara esofagus dengan trakea. Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L. 2003: 512) B. Saran Diharapkan bagi wanita hamil untuk mencukupi kebutuhan nutrisi khususnya asam folat untuk mengurangi resiko cacat konginetal pada janin yang dikandung.



26



DAFTAR PUSTAKA Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2010. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. Suriadi dan Rita Yulianti. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto Esther,



Laura. https://www.academia.edu/8319081/IDK_Atresia_Esophagus.



15



Januari 2017. Keliat, Budi Anna, dkk. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan NANDA Edisi 10. Jakarta : EGC.



27