BAB 9 Evaluasi Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 9 EVALUASI KURUKULUM DAN PEMBELAJARAN A. Pengertian evaluasi Guba dan Lincoln (1985), menekankan devenisi evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and worth”. Berdasarka beberapa pengerian diatas dapat disimpulakan bahwa evaluasi adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu terhadap suatu sistem, berdasarkan pertimbangan dan criteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan.[1] Dalam evaluasi, pengukuran tidak lagi merupakan bagian integral atapun suatu langkah yang harus ditempuh. Pengukuran hanya merupakan salah satu langkah yang mungkin dipergunakan dalam kegiatan evaluasi, sedangkan penilaian dan evaluasi memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaanya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau satu aspek saja, seperti prestasi belajar siswa. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan secara internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam suatu kegiatan seperti guru menilai prestasi belajar peserta didik dalam suatu mata pelajaran. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran menggambarkan hal-hal yang bersifat kuantitatif, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran. Tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan wawancara. Dalam konteks sistem kurikulum, istilah yang tepat digunakan adalah evaluasi yaitu evaluasi kurikulum.



B.



Kedudukan Evaluasi dalam kurikulum



Kurikulum adalah suatu program, Cirri suatu program adalah sistematik, sistemik dan terencana. Sistematik artinya keteraturan, yaitu kurikulum harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sistemik menunjukan suatu sistem. Artinya, didalam kurikulum terdapat



berbagai komponen antara lain, tujuan, isi/materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru yang slaing berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara terencana, rasional, objektif. Suatu program terdiri atas serangkaian tindakan atau kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang matang. Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, kemudian dilaksanakan dalm situasi nyata. Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dan perencanaan kurikulum, maka harus dilakukan evaluasi.



C. Tujuan dan Fungsi kurikulum Evaluasi banayk digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang dan kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yeng berbeda. Dalam kegiatan bimbingan misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dengan kegiatan supervise, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat diusahakabn langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. dlam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai dari tes untuk jenis pekerjaan atau jabatan tertentu.



Fungsi evaluasi Menurut Scriven, fungsi evaluasi dapat dilihat dari jenis evaluasi itu sendiri, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfungsi untuk perbaikan dan pengembangan bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan, sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem keseluruhan. Fungsi baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai. Menurut Zainal Arifin (2009) fungsi evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan peserta didik dan guru yaitu: Secara psikologis, peserta dididk selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka masih mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang dewasa sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserat didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti bahwa peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan



segala karakteristiknya, bahkan peseta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dakam usaha memperbaiki kurikulum. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui status peserta didik diantara teman-temannya apakah ia termasuk anak yang pandai sedang atau kurang pandai. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya. Jika peserta didik sudah dianggap siap (fisik dan non-fisik), maka program pendidikan dapat dilakukan. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rrangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas. Secara administrative, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan peserta didik itu sendiri. D. Objek evaluasi kurikulum Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sesuatu yang masih dlam pikiran teoritis, kecuali orang tersebut melakukan penelitian. Objek evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Objek evaluasi kurikulum dapat dilihat dari berbagai segi: (a) dimensi-dimensi kurikulum, mencakup dimensi rencana, dimensi kegiatan dan dimensi hasil, (b) komponen-komponen kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses (metode, media, sumber lingkungan) dan evaluasi (formatif dan sumatif) dan (c) tahap-tahap pengembangan kurikulum, mencakup tahap perencanaan (silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar sekolah), monitoring dan evaluasi. Objek evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut: Program pembelajaran yang meliputi: Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yatu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik. Materi, yaitu berupa topik/pokok bahasan dan subtopic/subpokok bahasan beserta perinciannya dlam setiap bidang studi atau mata pelajaran, materi tersebut memiliki tiga unsur yaitu logika (benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan), etika(baik buruk) dan estika (keindahan). Metode pembelajatran yaitu cara guru menyampaikan materi pelejaran, seperti metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah dll.



Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi.materi pelajaran. Sumber belajar, yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan kuluarga. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunkan tes maupun non-tes. Criteria yang digunakan antara lain kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator: kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unsur penting dalam penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuainnya dengan tingkat perkembanagn peserta didik, jenis dan alat penilaian.



E.



Prinsip, Jenis Evaluasi kurikulum



Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka evaluasi kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut: Kontinuitas artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental, karena kurikulum itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Komprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeluruh sebagai bahan evaluasi. Misalnya: jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek kepribasian peserta didik itu harus dievaluasi. Adil dan objektif, artinya proses evaluasi dan pengambilan keputusan hasil evaluasi harus dilakukan secara adil, yaitu keseimbangan antara teori dan praktik, keseimbangan proses dan hasil, dan keseimbangan dimensi-dimensi kurikulum itu sendiri. Kooperatif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas termasuk dengan peserta didik itu sendiri. jenis-jenis evaluasi kurikulum evaluasi perencanaan dan pengembangan hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran utamanya adalah memberikan tahap awal dalam penyusunan kurikulum. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kurikulum. Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan dikembangkan. 



Evaluasi monitoring



Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya.







Evaluasi dampak



Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan criteria keberhasilan sebagai indicator ketercapaian tujuan kurikulum. 



Evaluasi efisiensi-ekonomis



Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk itu diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki tujuan yang sama. 



Evaluasi program kompehensif



Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh mulai ari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak serta tingkat keefekfan dan efisiensi. F. Evaluasi dan Kurikulum Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya. Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal ini disebabkan beberapa faktor: Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah. Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah. Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Ada pihak yang berpendapat antara keduanya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak lain yang menyatakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pihak yang memandang ada hubungan, hubungan tersebut merupakan hubungan sebab-akibat. Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara evolusioner. Pandangan lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, secara berangsur-angsur diganti dengan pandangan baru yang lebih sesuai.



Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas dan sumber-sumber belajar dan lain-lain. Apa yang dikemukaakan diatas merupakan konsep evaluasi kurikulum yang sangat luas yang mencakup seluruh komponen dan kegiatan pendidikan. Evaluasi kurikulum sering juga dibatasi secara sempit yaitu hanya ditekankan pada hasil-hasil yang dicapai murid. Luas atau sempitnya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuannya. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk menilai kesuluruhan sistem kurikulum atau hanya komponen-komponen tertentu dalam sistem kurikulum tersebut. Apakah mengevaluasi keseluruhan sistem atau komponenkomponen tertentu saja, diperlukan persyaratan tertentu. Doll 1976 mengemukakan syarat-syarat suatu program evaluasi kurikulum yaitu ”acknowledge presence of values and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostic worth and validity and integration. Suatu evaluasi kurikulum harus memiliki nilai dan penilaian, punya tujuan atau sasaran yang jelas, bersifat menyeluruh dan terus-menerus, berfungsi diagnostik dan terintegrasi. G. Prosedur strategi evaluasi a.



Evaluasi kebutuhan dan feasibility



Evaluasi ini dapat dilaksanakan oleh organisasi atau administrator tingkat pelaksana. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang sedang disampaikan. - Menetapkan program yang dibutuhkan. - Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes buku, tes intelegensi, dan tes sikap yang ada. - Menilai riset yang ada, baik setempat maupun riset tingkat nasional yang sama atau berhubungan. - Menetapkan feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-sumber yang ada( manusiawi dan materiL. - Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan, Dan - Menentukan bagaimana proyek akan dikembangkan guna berkonstribusi pada system sekolah atau skolah setempat.



b.



Evaluasi masukan ( input)



Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan, dan ahli mata pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini harus diihat dalam hubungannya dengan hambatan ( misalnya penerimaan pemecahan masalah tersebut) dan biaya ekonomi( kaitan antara biaya pemecahan masalah dengan hasil yang diharapkan). Jadi, evaluasi masukan menuju kearah pengembangan berbagai strategi dan prosedur, yang dalam pembuatan keputusannya sangat dibutuhkan informasi yang akurat. Selain itu, masukan juga mengenali daerah permasalahan tersebut agar dapat diawasi selama berlangsungnya implementasi.



c.



Evaluasi Proses



Evaluasi proses adalah system pengelolaan informasi dalam upaya membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi dan klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. Dalam hal ini, staf perpustakaan memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara langsung melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan program, serta memberikan informasi tentang kegiata-kegiatan program.



d.



Evaluasi Produk



Evaluasi ini berkenaan dengan pengukuran terhadap hasil-hasil program dalam kaitannya dengan tercapainya tujuan. Berbagai variabel yang diuji bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbaikan kemampuan dan perbaikan tingkat kehadiran. Evaluasi yang seksama sebaiknya meliputi semua komponen evaluasi tersebut. Namun, seringkali dengan karena keadaan yang tidak memungkinkan, tidak semua komponen mendapat perhatian sepenuhnya. Administrator program harus pandai memilih aspek yang paling penting mendapatkan perhatian intensif. Berdasarkan evaluasi tersebut, akan diperolah data dan informasi yang cukup valid serta dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan.



H. Proses Evaluasi Kurikulum



Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang berbeda pula. Salah satu contoh model yang sering digunakan adalah desain tujuan. Evaluasi ini terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut: Pelaksanaan evaluasi internal → Rancangan revisi → Pendapat ahli → Komentar yang dapat dipercaya → Model kurikulum. Dalam program evaluasi ini masih terdapat perbedaan pendapat tentang apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus juga ahli dalam bidang ilmu tersebut. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa jika ahli tersebut menpunyai kekurangan dalam teknik evaluasi kurikulum, mungkin akan dihasilkan hal-hal yang bias. Oleh karena itu, kurikulum dan ahli disiplin ilmu harus melakukan evaluasi bersama secara kooperatif. Meskipun demikian, ada pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum yang berfokuspada tujuan, yaitu evaluasi awal, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi jangka panjang. Dari dua macam pendapat tadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika dikategorikan secara personal, evaluasi ini berupa evaluasi internal dan eksternal. Evaluasi internal dilaksanakan oleh pengembang kurikulum dan berhubungan dengan model desain kurikulum yang bertujuan untuk memperbaiki proses pengembangan kurikulum. Tugasnya, terutama untuk menegaskan apakah tujuan awal telah tercapai atau belum. Adapun evaluasi eksternal dilaksanakan oleh pihak selain pengembang kurikulum, dengan cara tes dan observasi. Apabila dikategorikan secara sifat, terdapat dua macam evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar menjadi lebih efektif. Evaluasi dituntut dilaksanakan sejak awal dan sepanjang proses pengembangan kurikulum. Adapun evaluasi sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum, dan diadakan setelah pelaksanaan kurikulum untuk memerikasa efisiensi secara keseluruhan. Evaluasi sumatif menggunakan teknik secara numeric dan menghasilkan kesimpulan berupa data yang diperlikan guru dan administrasi pendidikan. I.



Implementasi dan Evaluasi Kurikulum



Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan perhatian besar pada analisis pengetahuan baru yang ada, konsep situasi menuntut penilaian secara rinci tentang lingkungan belajar dan konsep organisasi memberi perhatian besar kepada struktur dan sekuens belajar. Perbedaan-perbedaan dalam rancangan tersebut mempengaruhi langkah selanjutnya. Pengembangan kurikulum yang menekankan isi, membutuhkan waktu mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pengajaran yang cukup lama. Kurikulum yang menekankan situasi, waktu untuk mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan organisasi waktu persiapannya hampir



sama dengan kurikulum yang menekankan isi. Meskipun demikian perhatian harus cukup banyak dipusatkan pada struktur konsep yang tidak tampak dari pada anakisi tujuan yang tampak. Model evaluasi kaitannya dengan teori kurikulum. Perbedaan konsep dan strategi pengembangan dan penyebaran kurikulum, juga menimbulkan perbedaan dalam rancangan evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komparatif menekankan pada objektif sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi. Dalam kurikulum yang menekankan situasi sukar disusun evaluasi yang bersifat komparatif, karena konteksnya bukan terhadap guru atau satutujuan, tetapi terdapat banyak tujuan. Pada kurikulum yang menekankan organisasi, tugas evaluasi lebih sulit lagi, karena isi dan hasil kurikulum bukan hal yang utama, yang utamanya adalah aktivitas dan kemampuan siswa. Salah satu pemecahan bagi masalah ini adalah dengan pendekatan yang bersifat eklektik seperti dalam proyek kurikulum Humaniti dari CARE. Dalam proyek itu dicariperbandingan materi antara proyek yang menggunakan guru yang terlatih dengan yang tidak terlatih , dalam evaluasinya juga diteliti pengaruh umum dari proyek, dengan cara mengumpulkan bahan-bahan secara studi kasus dari sekolahsekolah proyek. Meskipun pendekatan perbandingan banyak memberikan hasil yang berharga, tetapi meminta waktu terlalu banyak dari para evaluator. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata, bahan-bahan dari hasil studi kasus memberikan hasil yang lebih berharga bagi evaluasi kurikulum. Teori kurikulum dan teori evaluasi. Model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan dengan konsep kurikulum yang digunakan, seperti model pengembangan dan penyebaran dihasilkan oleh kurikulum yang menekankan isi. Evaluasi kurikulum yang bebas tujuan dalam kebanyakan kurikulum bukan merupakan slah satu alternatif evaluasi tetapi merupakan satu-satunya prosedur evaluasi yang paling memungkinkan.



J. Peranan Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial. Proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di Negara lain, merupakan institusi sosial mempunyai asal-usul, sejarah, struktur serta interest sendiri. Beberaoa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum yang telah dikembangkan di Inggris, umpamanya 1. Lebih berkenaan dengan inovasi daripada kurikulum yang ada 2. Lebih berskala nasional daripada local 3. Dibiayai oleh Grant dari luar yang berjangka



pendek daripada oleh anggapan tertap 4. Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat psikometris daripada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial. Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu: •) Evaluasi sebagai Moral Judgement. Konsep utama dalam evaluasi adalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut objek evaluasi dapat dinilai. Kedua, evaluasi berisi suatu perangkat criteria praktis berdasarkan criteria-kriteria tersebut suatu hasil dapat dinilai. Evaluasi bukan merupakan suatu proses tunggal, minimal meliputi dua kegiatan, pertama mengumpulkan informasi dan kedua menentukan keputusan. Kegiatan yang pertama mungkin juga mengandung segi-segi nilai(terutama dalam memilih sumber informasi dan jenis informasi yang akan dikumpulkan), tetapi belum menunjukkan suatu evaluasi. Dalam kegiatan yang kedua yaitu menentukan keputusan menunjukkan evaluasi, dasar pertimbangan digunakan adalah suatu perangkat nilainilai. Dalam evaluasi kurikulum salah satu hal yang sering menjadi inti perdebatan antara para ahli adalah pemisahan antara pengumpulan dan penyusunan informasi dengan penentuan keputusan. Pemisahan antara pengumpulan informasi dengan penentuan keputusan merupakan merupakan salah satu karakteristik institusional, hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan pemisahan pekerjaan administrator dan peneliti. Dalam pendidikan perbedaan formal tersebut tidak ada, pengumpulan data adalah pengambilan keputusan juga. •) Evaluasi dan Penentuan keputusan. Siapa mengambil keputusan dalam pendidikan atau khususnya dalam pelaksanaan kurikulum. Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum banyak, yaitu: guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dll. Siap diantara mereka yang memegang peranan paling besar dalam penentuan keputusan. Pada prinsipnya tiap individu di atas membuat keputusan sesuai dengan porsinya. Besar atau kecilnya peranan keputusan yang diambil seseorang sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya seta lingkup masalah yang dihadapinya suatu saat. lain halnya dengan keputusan yang diambil oleh seorang guru, ia mengambil keputusan bagi kepentingan seseorang. Demikian juga lingkup keputusan yang diambil oleh kepala sekolah, inspektur, pengembang kurikulum dsb berbeda-beda. Jadi tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi memegang posisi nilai yang berbeda, sesuai dengan posisinya.



•) Evaluasi dan konsesnsus nilai. Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang turut terlibat dalam kegiatan penilaian atau evaluasi. Secara historis konsensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tes mental serta eksperimen. konsensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian, yang dipusatkan pada tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistik dari pre test dan post test dll. Model penelitian diatas merupakan suatu social engineering dalam pendidikan. Dalam model penelitian tersebut keseluruhan kegiatan dapat digambarkan dalam suatu flow chart yang merumuskan secara operasional input (pre test) cara-cara serta output (post test). Model diatas mendapatkan beberapa kritik, tetapi kritik atau kesulitan tersebut yang paling utama adalah dalam merumuskan tujuan khusus yang dapat diterima oleh seluruh partisipan evaluasi kurikulum serta perencanaan kurikulum. Jadi diantara partisipan harus ada persetujuan tentang tujuan-tujuan mana yang paling penting. Selain harus terdapat konsensus tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dalam penggunaan model diatas juga harus ada konsensus tentang siapa diantara partisipan tersebut yang terlibat secar langsung. Tanpa adanya persetujuan tentang halhal tersebut maka sukar untuk dapat menyusun flow chart yang definitif. Model sistem approach atau model social engineering bersifat goal based evaluation, karena bertitik tolak dari tujuan-tujuan khusus. Karena model ini mempunyai beberapa keberatan, maka berkembang model evaluasi lain yang lebih bersifat goal free evaluation.



Soal Evaluasi Pembelajaran & Kurikulum 1. Jelaskan apa tujuan Evaluasi Pembelajaran! 2. Jelaskan apa manfaat Evaluasi Pembelajaran! 3. Penilaian yang dilakukan oleh seorang guru harus dapat menilai kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum dan meliputi berbagai aspek. Hal ini sesuai dengan prinsip... 4. Jika diketahui bahwa dari hasil tes formatif terdapat 3 dari 8 soal yang diberikan hampir semua siswa tidak dapat menjawab dengan benar, maka tindakan guru yang sebaiknya dilakukan adalah... 5. Dengan melihat hasil pre-test, seorang guru dapat mengetahui bahwa 3 dari 8 soal yang diberikan mampu dijawab hampir seluruh siswa dengan benar. Jika anda sebagai guru, manfaat apa yang dapat dipetik dari informasi tadi. 6. Berdasarkan hasil penilaian portofolio, guru lebih mudah melakukan perbaikan dalam pembelajaran, karena dengan penilaian ini... 7. Evaluasi formatif berbeda dari evaluasi sumatif dilihat dari tujuan pelaksanaannya yaitu... 8. Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan merupakan... 9. Evaluasi yang berhubungan dengan perbaikan bagian-bagian dalam suatu proses agar program yang dilaksanakan mencapai hasil yang maksimal merupakan... 10. Evaluasi yang berhubungan dengan pencapaian suatu hasil yang dicapai suatu program merupakan...



Jawaban :



1. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang disajikan, mengetahui tingkat perubahan prilakunya, dan mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya. 2. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah berlangsung, membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran, dan meningkatkan hasil kualitas proses dan hasil pembelajaran, dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan kualitas keluaran. 3. Menyeluruh. 4. Menjelaskan kembali materi yang belum difahami siswa. 5. Materi yang telah dikuasai siswa tidak perlu diajarkan lagi. 6. Dapat diketahui kemampuan kemampuan yang belum dikuasai siswa. 7. Evaluasi Formatif dilaksanakan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa. 8. Evaluasi Konteks. 9. Evaluasi Formatif. 10. Evaluasi Sumatif.