BAB II Tinjauan Pustaka Melinjo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk yang berasal dari Asia tropik, ifik Barat Melinjo dikenal pula dengan nama melinjo atau bago (bahasa Melayu dan, Khalet ( BahasaKamboja). Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan buah dan daunnya, melinjo berbentuk pohon. Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging. Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100 Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 25 m dari permukaan tanah Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek). Menurut Herbarium Medanense (2015), hasil identifikasi tumbuhan melinjo adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Gnetophyta



Kelas



: Gnetopsida



Ordo



: Gnetales



Famili



: Gnetaceae



Genus



: Gnetum



Spesies



: Gnetum gnemon L.



Nama Lokal



: Melinjo



Di Indonesia, melinjo merupakan tanaman yang tumbuh tersebar di manamana, serta banyak ditemukan di tanah-tanah pekarangan penduduk desa maupun penduduk perkotaan. Buah melinjo yang masih muda kulit luarnya berwarna hijau, kemudian semakin tua warna kulitnya



semakin kuning dan berubah menjadi oranye, dan setelah tua sekali kulitnya berwarna merah tua dan lunak (Sunanto, 1991). Biji melinjo terbungkus 3 lapisan kulit. Lapisan pertama, kulit luar yang lunak, lapisan ke dua agak keras berwarna kuning bila biji muda, dan coklat ke hitaman bila biji tua dan lapisan ketiga berupa kulit tipis berwarna putih kotor. Daging biji terletak di bawah lapisan kulit ketiga, sebagai persediaan makanan, bagi lembaga biji bila akan berkecambah (Sunanto, 1991). Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Hasil panen melinjo berupa buah, bunga dan daun. Bunga dan buah umumnya dikonsumsi sebagai sayuran. Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang dihasilkan. Lain halnya dengan bunga dan daun melinjo untuk sayuran, justru dipilih yang masih muda (Tim Penulis PS, 2000). Melinjo dapat ditemukan di daerah yang kering sampai tropis. Untuk tumbuh dan berkembang, melinjo tidak memerlukan tanah yang bernutrisi tinggi atau iklim khusus. Melinjo dapat beradaptasi dengan rentang suhu yang luas. Hal inilah yang menyebabkan melinjo sangat mudah untuk ditemukan di berbagai daerah kecuali daerah pantai karena tumbuhan ini tidak dapat tumbuh di daerah yang memilik kadar yang tinggi. Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak hanya dapat dijumpai dan beberapa daerah tumbuhan melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung. Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang, seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek, tidak berakar tunggang.



Batang Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter. Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut. Daun Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan. Bunga Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua, yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan, pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus. Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta. Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah warna menjadi kuning dan merah tua setelah masak. Sclerotesta (kulit tengah) berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji masak dan jatuh



dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama, bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah (Tim Penulis PS, 2000). Varietas Berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk pohon, variasi bentuk dan ukuran buah atau biji pada melinjo, terdapat beberapa varietas melinjo. Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1.



Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo



2.



Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku



3.



Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau Nusakambangan. Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo bercangkang keras,



perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh, bibit bermutu serta faktor lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011). Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas, yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan



varietas gentong (buah paling besar diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut, varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan emping melinjo. Syarat Tumbuh Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/ lempung, berpasir, dan berkapur. Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991). Panen Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan MeiJuli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2000).



Daftar pustaka Tim Penulis PS., 2000. Melinjo ; Usaha Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Sunanto H. 1991. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping. Kanisius. Yogyakarta. Herbarium Medanense. (2015). Identifikasi Herbarium Medanense Sumatera Utara.



Tumbuhan.



Medan: