Bahan Membuat Risol Ayam Mayonaise [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ndut
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI Diajukan Guna Mememenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen



Dosen: Drs. Ali Usman Siregar, M.Si



Oleh: Cut Nurliza Nurul Fadhillah Nurvita Dewi



PROGRAM STUDI akuntansi (Group b) Fakultas ekonomi Universitas medan area (UMA) T.A 2017



Harga Pokok Produksi Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual I.



Harga Pokok Produksi



Menurut Raiborn dan Michael (2011, h. 56) harga pokok produksi (cost of goods manufactured) atau (CGM) adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam persediaan barang jadi selama sebuah periode. Horngren (2008, h. 45) harga pokok produksi adalah biaya yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode berjalan. Hansen dan Mowen (2006, h.48) adalah “Harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu”. Dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi dan harus dikeluarkan untuk mengolah dan membuat bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar unsur-unsur biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Hansen dan Mowen (2006, h.50 h.51) Unsur-unsur biaya produksi adalah : a. Biaya Bahan Baku Langsung Bahan baku langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi c. Biaya Overhead Pabrik Semua biaya produksi selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam satu kategori yang disebut ongkos overhead.



II.



Elemen Biaya Produksi



A. Biaya Bahan a. Pengertian biaya bahan Bahan merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan barang-barang yang diolah dalam proses produksi menjadi produk selesai. Bahan yang diolah dibedakan menjadi bahan baku dan bahan pembantu atau bahan penolong. Bahan baku adalah bahan yang dapat diidentifikasikan secara langsung dengan produk yang dihasilkannya, nilainya relative besar dan umumnya sifat bahan baku masih melekat pada produk yang dihasilkan. Bahan pembantu atau bahan penolong yaitu bahan yang berfungsi sebagai pembantu atau pelengkap dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai dan nilainya relative kecil. Nilai bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dinamakan dengan biaya bahan baku, sedangkan nilai bahan pembantu atau bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi disebut dengan biaya bahan pembantu atau biaya bahan penolong.



b. Penentuan harga pokok bahan yang digunakan dalam proses produksi. Harga pokok bahan yang diperhitungkan dalam proses produksi dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut Biaya Bahan = Kuantitas Bahan dalam Proses Produksi x Harga Beli Bahan



B. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja perusahaan pada dasarnya dikelompokan dalam pengeluaran gaji dan upah. Gaji digunakan untuk menyebutkan kopensasi yang dibayarkan secara regular dalam jumlah relatif tetap dan biasanya dibayar kepada tenaga yang memberi jasa manajerial dan klerikal kepada perusahaan. Upah digunakan untuk menyebut kompensasi yang dibayar berdasakan jam kerja, hari kerja, atau berdasarkan unit produksi atau jasa tertentu. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi lebih lanjut diklasifikasikan kedalam biaya tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan tenaga kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh upah tukang potong dan serut kayu dalam pembuatan mebel, tukang jahit, border, pembuatan pola dalam pembuatan pakaian, tukang linting rokok dalam pabrik rokok, dan operator mesin jika menggunakan mesin. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolaan bahan. Formulasi yang bisa digunakan dalam penentuan upah tenaga kerja langsung dalam perusahaan adalah sebagai berikut: Biaya Tenaga Kerja Langsung = Tarif upah x Jam Kerja Karyawan



C. Biaya Overhead Pabrik a. Pengertian Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan biaya akhir tertentu seperti kontrakkontrak pemerintah. Istilah lain yang dipakai untuk overhead pabrik adalah beban pabrik, biaya pabrikase, biaya pabrikase tidak langsung (Carter dan Usry, 2006: 411). Biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi beberapa elemen sebagai berikut (Mulyadi, 1993): 1. Biaya Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Contoh bahan penolong dalam perusahaan kertas adalah soda, kaporit, tapioca, bahan pewarna, tylose, tawas, dan bahan kimia lainnya.



2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai, dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan. 3. Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung pada suatu produk. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. 4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya depresiasi bangunan pabrik, mesin, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik. 5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung, asuransi mesin, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run. 6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai Apabila perusahaan memiliki departemen pembantu di dalam pabrik semua biaya departemen pembantu merupakan elemen biaya overhead pabrik. Biaya overheadpabrik merupakan biaya yang paling komplek dan tidak dapat diidentifikasi pada produk jadi, maka pengumpulan biaya overhead pabrik baru dapat dilaksanakan pada akhir periode. b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk. Setelah menyusun anggaran biaya overhead pabrik, langkah selanjutnya adalah memilih dasar untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk pengumpulan biaya overheadpabrik kepada produk (Mulyadi, 2000: 17), antara lain:



1) Satuan produk Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk saja. Taksiran biaya overhead pabrik = Tarif biaya overhead pabrik per satuan Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan



2) Biaya bahan baku Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overheadpabrik kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai.



Taksiran biaya overhead pabrik Taksiran biaya bahan baku yang dipakai



x 100% = Persentase biaya overhead pabrik dari bahan baku yang dipakai



3) Biaya tenaga kerja langsung Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Taksiran biaya overhead pabrik Taksiran biaya tenaga kerja langsung



x 100% = Persentase biaya overhead pabrik dari tenaga kerja langsung



4) Jam tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang digunakan untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. Taksiran biaya overhead pabrik Taksiran jam tenaga kerja langsung



= Tarif biaya overhead pabrik per jam tenaga kerja langsung



5) Jam mesin Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Taksiran biaya overhead pabrik Taksiran jam kerja mesin



c.



= Tarif biaya overhead pabrik per jam tenaga kerja mesin



Menghitung tarif biaya overhead pabrik setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut:



tarif BOP =



BOP yang dianggarkan x 100% taksiran dasar pembebanan



III.



Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi



Tujuan penentuan harga pokok produksi menurut Mulyadi adalah untuk: a. Menentukan harga jual produk Dengan diketahuinya harga pokok produksi, maka perusahaan dapat juga menentukan harga jual produknya. Selain itu, manajemen juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berperan dalam penentuan harga jual produk, seperti keadaan pasar dan campur tangan pemerintah. b. Memantau realisasi biaya produksi Manajemen membutuhkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi. Untuk itu akuntansi biaya dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi untuk jangka waktu tertentu tersebut dilakukan dengan menggunakan harga pokok proses. c. Menghitung laba rugi periodik Manajemen membutuhkan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu, agar dapat mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran dalam periode mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto. Informasi laba rugi bruto periodic dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba rugi. d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Didalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produksi yang pada tanggal neraca masih dalam proses untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode. Biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.



IV.



Metode Penentuan Harga Pokok Produksi



Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan penentuan harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption costing atau disebut juga full costingdan variable costing atau juga sering disebut direct costing atau marginal costing(Garrison, 2000: 302). Dua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Absorption Costing (Full Costing) Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variable atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode absorption costing terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap dan variabel. Karena absorption costing meliputi seluruh biaya produksi sebagai harga pokok, metode ini juga disebut metode full costing. 2. Variable Costing Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel. Variable costing juga sering disebut direct costing atau marginal costing.



V.



Perbedaan Metode Full Costing dan Variable Costing



1. Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produk a.



Metode Full Costing Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overheadpabrik sesungguhnya. Metode ini menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biayaoverhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persedian) sebelum persediaan tersebut dijual. Absorption costing (full costing) Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variable Total biaya produksi variabel Biaya overhead tetap Harga produk per unit



xxx xxx xxx + xxx xxx + xxx



b. Metode Variable Costing Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai elemen harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metodevariable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Variable costing Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Harga produk per unit



xxx xxx xxx xxx



+



2. Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Laba Rugi Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian elemen-elemen biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Sedangkan metode variable costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.



VI.



Pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh sifat dari pengolahan produk.



Pengolahan produk dapat dilakukan atas dasar pesanan dari langganan atau proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan lain. Oleh karena itu pengelompokan biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi dua metode, yaitu : a.



Metode Harga Pokok Pesanan



Pada metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan. Metode ini dianggap tepat untuk perusahaan yan menghasilkan berbagai macam produk yang masingmasing bersfat khas, seperti misalnya perusahaan percetakan. Pada metode harga pokok pesananini, harga pokok pesanan harus ditentukan segera pada saat suatu pesanan telah diselesaikan dari produksinya. b.



Metode Harga Pokok Proses



Pada metode harga pokok proses biaya produksi dikumpulkan berdasarkan atas departemen atau pusat-pusat yang dibentuk yang dibentuk sesuai dengan tahap-tahap pengolahan produksinya. System ini dianggap tepat untuk perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk yang sama dan proses produksinya berjalan secara kontinyu, seperti pabrik makanan atau pabrik mainan.



Metode penentuan harga jual ada empat, yaitu : a.



Penentuan Harga Normal ( Normal Pricing )



Dalam keadaan normal, harga jual ditentukan atas biaya penuh masa yang akan datang dan ditambahkan atas laba yang diharapkan. Penentuan harga jual normal biasa disebut dengan CostPlus Pricing, taksiran biaya penuh dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu Full costing dan Variabel Costing. Full Costing : % Mark Up :



Laba yang diharapkan + Biaya non produksi Biaya Produksi



Harga jual Per-unit :



Total harga jual



Jumlah produk yang diproduksi Menghitung harga jual / unit produk dengan pendekatan Full Costing sebagai berikut: HPP Penuh



XXX



Biaya Bahan Baku



XXX



Biaya Tenaga Kerja Langsung



XXX



Biaya Overhead Pabrik variabel



XXX



Biaya Oveerhead Pabrik Tetap



XXX +



Total biaya



xxx



Biaya non Produksi



XXX +



Total biaya penuh



xxx



Mark Up Y% x Total Aktiva



XXX



Total Harga Jual



XXX :



Volume Produk



XXX



Harga Jual Per-Unit



xxx



Variabel Costing : % Mark Up :



Biaya Tetap + Laba Yang Diharapkan x 100% Biaya variabel



Menghitung harga jual per-unit produk dengan pendekatan Variabel Costing sebagai berikut : HPP Penuh : Biaya Bahan baku



XXX



Biaya Tenaga Kerja Langsung



XXX



Biaya Overhead Pabrik Variabel



XXX +



Total Biaya Variabel



xxx



Mark-Up : Y% x Biaya Variabel Total Harga Jual



XXX + XXX :



Volume Produksi Harga Jual Per-unit b.



XXX XXX



Cost Type Contract ( Cost type Contract )



Kontrak pembuatan produk / jasa yang pihak pembeli setuju untuk membeli produk / jasa pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. c.



Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus ( Spesial Order Pricing )



Pesanan diterima oleh perusahaan diluar pesanan reguler perusahaan. Pesanan regular adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya tetap yang akan terjadi dalam tahun anggaran. Pesanan khusus adalah diperkirakan tidak hanya mengeluarkan biaya variabel saja, namun merupakan biaya tetap, karena harus beroperasi diatas kapasitas yang telah tersedia. d.



Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan



Penentuan harga jual dan bahan ini pada dasarnya merupakan Cost-Plus Pricing. Harga jual ditentukan sebesar harga jual perbuah dan ditambah laba yang diharapkan. Metode harga jual seperti ini digunakan oleh perusahaan bengkel mobil, dok kapal, dan perusahaan lain yang menjual jasa reparasi dan bahan, dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa



RENCANA PEMASARAN 6.1 Analisis Persaingan Usaha Setiap kegiatan untuk memulai usaha saya harus mengukur kemampuan saya terhadap lingkungan atau pesaing yaitu melalui analisis SWOT. 1.   



Strength (kekuatan) Kekuatan dari menjual produk ini ialah : Dapat dibeli oleh segala kalangan baik Bahan produk yang terjamin sehat dan higienis



2.   



Weakness (kelemahan) Tidak dapat tahan lama Produknya mudah ditiru Produk tidak terjual banyak



3. Oppurtinity (peluang)  Tempat strategis  Fasilitas yang cukup memadai 4. Threath (ancaman) Adanya pesaing yang menjual produk dengan harga yang relatif rendah dibanding Risol Mayo yang saya jual.



6.2 Analisis 4P  Product Brand : Risol Mayo Quality : Tanpa bahan pengawet Packing : menggunakan plastik sebagai pengemas produk  Price Untuk harga awal, Risol Mayo dijual langsung kepada konsumen dengan harga 3000 per buah  Promotion  Personal Selling : Pemasaran awal produk kami melalui face to face, dimana melalui mulut ke mulut, kemudian terus berkembang.  Media Online : kami juga memasarkan produk kami melalui jaringan internet baik itu melalui social media maupun blog yang tersedia  Place Berlokasi di wilayah perumahan dan dipinggir jalan



6.3 Target Dan Segmentasi Pasar



§ Geografi 1. Wilayah yang kita jadikan target yaitu wilayah Bekasi, alasan kita memilih Bekasi karena bahanbahan untuk membuat produk ini sangat mudah ditemukan dikota ini 2. Kami melihat banyaknya peluang bisnis pada makanan yang siap saji, sehingga kami memanfaatkan peluang ini. § Demografi Berdasarkan demografi, secara pasar kami bertuju pada kalangan mahasiswa, dosen dan lingkungan sekitar Perumahan dan dipinggiran jalan dengan membuka warung untuk mempermudah kami memperoleh informasi pasar.



6.4 Strategi Pemasaran



Ø Perkenalan Bisnis Produk yang kami tawarkan merupakan makanan ringan yang lezat, bergizi, dan harga yang terjangkau. Produk ini bernama “RISOL MAYO” yaitu risol yang disajikan dengan mayonaise yang sehat untuk dikonsumsi. Ø Membangun jaringan dengan usaha lain yang dapat mendukung bisnis Memiliki produk risol mayo ini yang berbahan baku seperti smokebeef, sause, telur, keju, mayonaise. Oleh karena itu kami berniat bekerja sama kepada perusahaan-perusahaan yang menyediakan produk kami demi meningkatkan kualitas produk kami dan mengenali usaha kami lebih luas Ø Menciptakan inovasi pada desain yang ditawarkan. Produk kami kali ini yang pertama : risol mayonaise dengan isi yang sehat dan bergizi telur, daging asap, keju, sause. kedepannya kami ingin berinovasi untuk membuat sause risol mayo yang berbeda. Ø Meningkatkan kualitas pelayanan Menyediakan website untuk wadah para konsumen memberikan saran atas produk yang kami buat. Ø Media pemasaran Kami akan mempromosikan produk kami melalui jejaring social, promosi face to face.



BAHAN MEMBUAT RISOL AYAM MAYONAISE (UNTUK 50-60 BUAH RISOL): Alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Wajan Gas Sendok Mangkok/baskom Sudip Pisau Telenan Saringan Gelas Ukur



Rp.16000/kg



Bahan Kulit: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Tepung Terigu 1 kg Air 1liter Susu Kental Manis 4sdm Telur 4butir Minyak Makan 6sdm Merica Bubuk 1scht Garam 5sdm Gula 2sdm



Rp. 6000,. Rp.500,./1scht Rp.5000,. Rp.14000,./kg Rp.700,./1scht Rp.1000,./1bngks Rp.5000,./ ⅓kg



Bahan Isian: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Bawang Merah 5butir Bawang Putih 7butir Cabe merah ⅓ ons Sosis 25pcs Wortel 7buah Mayonaise 1botol Garam 4sdm Gula 2sdm



Rp.1500,. Rp.1800,. Rp.4000,. Rp.25000,. Rp.5000,. Rp.20000,.



Bahan Pelapis: 1. Telur 10butir 2. Tepung Panir



Rp.11000,. Rp.5000,./bngks TOTAL BIAYA PRODUKSI Rp. 121.500,.



Cara Pembuatan Kulit Risoles: 1. Campuran tepung terigu dengan susu cair, aduk dengan rata. 2. Tambahakan telor yang sudah dikocok, aduk sembari tuangkan air sedikit demi sedikit sampai adonan rata serta licin dan tak ada gumpalan. 3. Tambahkanlah minyak sayur, aduk hingga rata 4. Dadar adonan kulit risol satu persatu hingga adonan habis, sisihkan dipiring yang pipih. 5. Panaskan wajan anti lengket 20cm, olesi tipis-tipissedikit minyak. Supaya tak terlalu banyak minyak, lakukan dengan cara mengusapkan selembar kain atau bisa juga tisu tebal yang sudah icelupkan dalam sedikit minyak 6. Tuangkan 1 sendok sayur adonan wajan digoyangkan atau diputar supaya membentuk lingkaran tipis, balikkan kulit risoles sesudah satu sisi mongering serta mudah dilepas. 7. Angkatlah sesudah kedua sisi sudah mengering, lakukanlah lagi pada sisa adonan kulit.



Isi Risoles: a. Panaskan mergarin, tumis bawang sampai layu. Masukkan wortel serta sosis dan umbu lain. Kemudian taburilah terigu kemudia aduk rata b. Masukkan juga bahan2 lain kecuali mayonnaise c. Siapkanlah kulit risoles kemudian berilah adonan isi, tambahkan mayonnaise. Lipat serta gulung kemudian rekatkanlah dangan larutan terigu dengan sedikit air d. Celupkan dalam kocokan telur e. Goreng sampai kning f. Selanjutnya sajikan 60 buah



TOTAL BIAYA PRODUKSI: HASIL PRODUKSI BIAYA VARIABEL/UNIT: HARGA JUAL/UNIT: LABA/UNIT:



Rp. 121.500,. 60pcs Rp.2.025,. Rp.3.000,. Rp.975



a) Bukti: = 60 x Rp.3000 – 60 x Rp.2025 – Rp.121500 = 0 = Rp. 180000 – Rp.121500 – Rp.121500 = 0 b) Missal, Volume penjualan untuk mendapatkan laba Rp.58500 = y c) Penjualan – Biaya Varibel – Biaya Tetap = Rp. 58500 Y (Rp.3000) – Y (Rp.2025) – Rp.121500 = Rp.58500 = Rp.3000 Y – Rp. 2025 Y – Rp.121500 + 58500 975 Y = Rp.180000



𝒀=



𝐑𝐩.𝟏𝟖𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟗𝟕𝟓



Y = 184,61/ Unit Bukti 184,61 (Rp.3000) – 184,61 (Rp.2025) – Rp.121500 = Rp.58500 Rp. 553830 – Rp.373835,25 – Rp.121500 = Rp.58500



Grafik



60



50



40



30



Column1 Series 3



20



10



0 `



184,61