10 0 435 KB
MODUL 1 BEDAH MINOR DAN KELAINAN KONGENITAL
Skenario 1 Kok banyak banget ya penyakitku ?
Pasien laki-laki usia 20 tahun datang ke RSGM Unand dengan keluhan ingin dioperasi langitlangitnya yang bolong. Pasien datang bersama orang tua dan adek pasien. Orang tua pasien mengaku bahwa pasien pernah dioperasi labioplasty saat labioplasty saat usia 1 tahun, dan pernah didiagnosis kelainan jantung bawaan, serta mempunyai mempunyai riwayat pernah terkena penyakit bells palsy. palsy. Pada pemeriksaan klinis ditemukan cleft pada pada gnatus dan palatum sinistra, impacted gigi gigi 38 dan 48. Dokter gigi menjelaskan bahwa akan dilaksanakan operasi palatoplasty oleh palatoplasty oleh tim dokter di kamar operasi. Pasien harus puasa dan melakukan pemeriksaan lab darah serta prosedur aseptic sebagai bagian dari patient safety. safety. Dokter gigi membuatkan surat konsul terlebih dahulu kepada dokter kardiologist / internist terkait dengan jantung bawaan. Dokter gigi juga menyampaikan rencana operasi odontektomi jika operasi palatoplasty sudah palatoplasty sudah selesai dan sembuh, karena gigi yang impaksi bisa menjadi focus infeksi. Orang tua pasien juga memeriksakan gigi adek pasien ( laki-laki usia 7 tahun ) ke dokter gigi. Pada pemeriksaan pemeriksaan klinis terlihat sisa akar gigi 51, sementara gigi 11 sudah keluar. Dokter gigi menyarankan agar sisa akar tersebut dicabut. Dokter gigi menjelaskan prosedur pencabutan kepada orang tua pasien yang harus didahului dengan anastesi supaya pasien tidak sakit. Bagaimana saudara menjelaskan kasus di atas?
Langkah 1. Mengklarifikasi terminology yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
Labioplasty : prosedur bedah untuk memperbaiki kondisi mulut dan hidung untuk memperbaiki fungsi dan bentuk Bedah minor : bedah ringan dengan anastesi lokal Bells palsy : kelumpuhan pada salah satu sisi wajah sehingga menyebabkan wajah asimetris yang menyerang N.Facialis Palatoplasty : prosedur bedah bedah untuk memperbaiki memperbaiki celah bibir dan langit-langit mulut Aseptic : prosedur sebelum dan sesudah bedah untuk mencegah mikroorganisme masuk agar tidak infeksi Odontektomi : suatu tindakan bedah atau operasi yang dilakukan untuk mengeluarkan gigi yang impaksi Cleft : suatu celah karena kelainan kelainan congenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit Patient safety : upaya untuk mencegah bahaya pada pasien sebelum dan sesudah bedah
Langkah 2. Menentukan masalah
1. Kenapa langit-langit pasien bercelah ? 2. Bagaimana teknik palatoplasty dan labioplasty ? 3. Berapa usia yang tepat untuk melakukan palatoplasty ? 4. Apa gejala dan penyebab bells palsy ? 5. Apa saja kelainan congenital oral dan maksilofasial ? 6. Apa penyebab gigi impaksi ? 7. Kenapa gigi yang impaksi bisa menjadi focus infeksi ? 8.
Apa saja indikasi dan kontraindikasi odontektomi ?
9. Komplikasi paska odontektomi dan ekstraksi ? 10. Mengapa harus konsul ke kardiologist sebelum bedah ? 11. Kenapa harus puasa sebelum operasi ? 12. Bagaimana prosedur aseptic sebelum bedah ? 13. Bagaimana penatalaksanaan pasien kompromis medis ? 14. Apa saja macam-macam anastesi ?
16. Apa saja jenis bedah minor di kedokteran gigi ? 17. Apa tindakan untuk adik pasien sesuai kasus di scenario ?
Langkah 3. Menganalisis masalah melalui brain storming dengan menggunakan pr pr i or know knowled ledge
1. Penyebab langit-langit pasien bercelah yaitu -
Kelainan kongenital
-
Herediter
-
Defisiensi nutrisi
-
Trauma
2. Teknik palatoplasty -
Teknik double flap : membutuhkan 2 flap periosteal ( palatum durum ) dan dijahit ( palatum molle molle ) . Bisa dengan 2 cara yaitu Palatum durum pertama lalu palaum molle atau palatum molle pertama dan dan palatum durum ditunda
-
Teknik 3 flap
-
Double z plasty
-
Von Langenbeck
Teknik labioplasty -
Bilateral
-
Unilateral
3. Syarat pembedahan mengacu pada “The Rule of Tens”, yaitu berat bayi mencapai 10 pound ( 4,5 kg ), jumlah leukosit dibawah 10.000 per milimeter kubik, HB di atas 10 gr%, dan umur di atas 10 minggu. Sedangakan Sedangakan menurut Fisher, rekonstruksi celah bibir sebaiknya dikerjakan sedini mungkin
4. Tanda : -
Asimetris pada salah satu sisi wajah
-
Mata berair
-
Mengeces karena peradangan N.Facialis sehingga otot lemah
Gejala : Sakit pada telinga, kepala, rahang. Penyebab karena trauma, genetic atau virus 5. Kelainan :
-
Cleft lip
-
Kombinasi cleft palate dan cleft lip
-
Cleft hingga uvula
-
Perlekatan frenulum tinggi
-
Bentuk rahang
-
Anodontia
6. Penyebab gigi impaksi yaitu -
Karena pada saat gigi erupsi terhalan karena gigi disebelahnya, persistensi dan jaringan mukosa tebal
-
Gigi abnormal
-
Malnutrisi
-
Kekurangan ruang
7. Gigi yang impaksi bisa menjadi focus infeksi karena dapat menyebabkan impaksi makanan yang akan menyebabkan menyebabkan infeksi dan lokasi l okasi yang sulit untuk dibersihkan
8. Indikasi -
Pencegahan karies
-
Gigi impaksi dibawah protesa
-
Pencegahan Pencegahan penyakit periodontal
Kontraindikasi -
Usia lanjut
-
Radang akut
-
Kelainan sistemik
9. Komplikasi paska odontektomi dan ekstraksi yaitu -
Jahitan terbuka
-
Fraktur
-
Gigi tetangga mobility
-
Perforasi pada sinus
-
Ngilu pada rahang rahang
-
Pendarahan
-
Oedema
-
Paraestesi
10. Konsul ke kardiologist sebelum bedah untuk mengetahui kelainan bawaan, bisa dilakukan operasi atau tidak dan untuk mencegah komplikasi paska bedah
11. Harus puasa sebelum operasi karena jika mengkonsumsi makanan dan minuman akan meningkatkan kadar glukosa, lemak dan zat besi yang akan menyebabkan perubahan hasil pemeriksaan sebenarnya
12. Operator : -
Memakai masker dan penutup kepala
-
Mencuci tangan
-
Memakai jubah dan handscoon
Pasien : -
Sterilisasi daerah operasi
-
Teknik operasi aman
-
Sterilisasi ruangan, alat dan pakaian
-
Menggunakan antiseptic
13. Penatalaksanaan pasien kompromis medis -
Antibiotic profilaksis : amoxicilin peroral, clindamicin 600 mg 1 jam sebelum bedah
-
Anastesi umum : amoxicillin IV dan amoxicillin peroral 1 gr pd induksi dan 0,5 gr 6 jam kemudian
14. Macam-macam anastesi -
Anastesi local : topical dan injeksi
-
Anastesi regional
-
Anastesi umum
-
Sedation anastesi
15. Mekanisme anastesi yaitu blok potensial aksi pada saraf sehingga tidak sampai ke system saraf pusat
16. Bedah minor di kedokteran gigi
-
Prepostetik
-
Odontektomi
-
Bedah sebelum konservasi
-
Bedah sebelum tindakan orthodonti
17. tindakan untuk adik pasien sesuai kasus di scenario yaitu ekstraksi sisa akar dengan pemberian anastesi local
Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.
septum dan mengeras. Nasal dermoid dapat didiagnosis dengan studi pencitraan seperti radiografi, CT- scan dan MRI sangat membantu dalam membuat diagnosis diferensial yang benar dari kista dermoid.
Gambar A. Bayi dengan nasal dermoid daerah pangkal hidung. B. Nasal dermoid menggunakan CT- scan untuk membedakan encephalocele.28
Nasal dermoid merupakan salah satu kelainan kongenital pada daerah nasal yang sering terjadi. Nasal dermoid memiliki persentase sebesar 12% dari angka kejadian dermoid di daerah kepalaleher. Sekitar sebesar 1,1% dari angka kejadian dermoid di seluruh tubuh. Paling sering terjdi di garis tengah nasi dan dorsum nasi. Sebesar 75% didiagnosis pada awal-awal tahun kehidupan. 3 .Anophthalmos
True anophthalmos atau primary anophthalmos sangat jarang terjadi. Kondisi tersebut terjadi bila terdapat absensi dari jaringan okular di dalam rongga orbita. Anophthalmos sekunder diakibatkan dari kegagalan di berbagai tahap pada perkembangan mata dalam pertumbuhan vesikula optika. Anopthtalmos dapat menyebabkan masalah yang serius pada anak karena tidak hanya ketidakadanya bola mata untuk melihat tetapi juga kecacatan sekunder dari orbita, kelopak mata dan rongga mata.
Gambar 7. Pasien dengan anophtalmos.
Anophthalmos dapat didiagnosis dengan melalui pencitraan seperti CT-scan dan MRI kepala dan bagian orbita serta dapat menggunakan ultrasound sebagai penegakan diagnosis. Misalnya untuk B-scan ultrasound (brightness-scan ultrasound ) akan menunjukkan tidak adanya jaringan yang lengkap pada okular di anophthalmos. Pemeriksaan USG transvaginal dapat mendeteksi kelainan mata setelah usia kehamilan 22 minggu. Kelainan kongenital anophthalmos terjadi di USA merupakan kelainan kongenital yang sangat jarang
4.Coloboma Coloboma dapat terjadi jika fisura koroidea gagal menutup. Secara normal, fisura ini menutup pada minggu ketujuh perkembangan janin. Jika tidak menutup, akan terbentuk celah. Meskipun biasanya hanya terdapat di iris atau coloboma iridis. Coloboma sendiri adalah kelainan mata umum yang sering berkaitan dengan cacat mata lainnya. Coloboma pada kelopak mata juga dapat terjadi dan dapat meluas ke korpus silare, retina, koroid dan nervus optikus. Coloboma dapat didiagnosis dengan direct atau indirect ophtahalmoskopi atau dengan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan
CT-scan dan
MRI.
Penggunaan
optical
coherence
tomography untuk
memperlihatkan celah optik dan coloboma pada retinokoroidalis. CT-scan juga dapat membuktikan adanya syndrome lain seperti Treachers Collins Syndrome. Sebuah literatur mengatakan bahwa prevalensi kelahiran untuk coloboma 2-14 per 100.000 kelahiran bayi hidup (terutama mengenai daerah iris atau coloboma iridis).35 Studi lain mengatakan bahwa 33 anak terdiagnosis memiliki coloboma okular (kejadian tahunan, 2,4 per 100.000 penduduk dengan usia kurang dari 19 tahun; dengan angka prevalensi, 1:2.077 kelahiran bayi hidup). Dari 33 penderita 22 pasien penderita coloboma (67%) memiliki unilateral coloboma. Dari 33 pasien, 12 pasien (36%) memiliki coloboma pada bagian segmen anterior bola mata, 13 pasien coloboma (39%) mengenai segmen posterior saja dan 8 pasien coloboma (24%) terdapat di keduanya.
5.Cleft Li p, Cleft Palate, Cleft Lip-Palate Bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing palatum adalah cacat bawaan kraniofasial yang paling banyak ditemukan (lihat gambar 10). Penyebab sumbing cukup kompleks dan melibatkan banyak faktor genetik dan lingkungan. Derajat dan kompleksitas sumbing sangat bervariasi yang nantinya akan menentukan tata laksana dan hasil akhir rekonstruksi untuk tiap individu. Sumbing dibentuk saat bagian kanan dan kiri bibir atau palatum tidak berfusi secara sempurna saat pertumbuhan intrauterin. Sehingga menghasilkan gap atau celah diantaranya. Sumbing bibir dengan atau tanpa sumbing palatum menitik beratkan pada fungsi, struktur dan estetika organ tersebut. Sumbing
dapat didiagnosis dengan menggunakan USG dan MRI pada saat masa kehamilan. Biasanya terdeteksi saat kunjungan rutin antenatal care.
Gambar 10. Pasien dengan oral cleft . Cleft lip atau cleft palate adalah salah satu kelainan kongenital pada manusia yang sering sekali ditemukan. Kelainan kongenital ini diperkirakan terjadi pada 1 dari setiap 700 hingga 1000 kelahiran bayi. Paling sering terjadi pada orang-orang di Asia dan Amerika Latin (1:500 kelahiran), ditemukan beberapa kasus terjadi pada ras Kaukasia (1:1000 kelahiran) dan sangat jarang ditemukan pada ras Amerika-Afrika (1:2000 kelahiran).Dalam jurnal lain dikatakan bahwa diperkirakan di Amerika Serikat angka kejadian kelainan kongenital sumbing (termasuk bibir sumbing tanpa atau dengan sumbing pada palatum dan sumbing pada palatum terisolasi) mencapai angka 7500 bayi baru lahir tiap tahunnya. Kelainan kongenital bibir sumbing tanpa atau dengan sumbing palatum serta sumbing pada langitlangit dapat berupa suatu syndromic misalnya sumbing yang terjadi merupakan bagian dari sekumpulan beberapa anomali organ-organ tubuh, namun yang sering sekali terjadi adalah kelainan sumbing terisolasi atau sering disebut dengan nonsyndromic. Literatur lain menyebutkan bahwa angka kejadian sumbing juga bervariasi dimana sumbing bibir lebih sering terjadi pada anak lakilaki, sementara sumbing palatum lebih sering pada anak perempuan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Kelainan Kongenital
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor yang diduga dapat memengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain: a.
Kelainan Genetik dan Kromosom.
bilateral dapat terjadi karena adanya gangguan perkembangan nervus fasialis dan seringkali bersamaan dengan kelemahan okular (sindrom Moibeus). 2. Infeksi Proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah dapat menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis. Infeksi intracranial yang menyebabkan kelumpuhan ini seperti pada Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes otikus.
Gambar. Sindrom Ramsay-Hunt.
Infeksi Telinga tengah yang dapat menimbulkan parese nervus fasialis adalah otitis media supuratif kronik ( OMSK ) yang telah merusak Kanal Fallopi. Otitis media akut dan kronik dapat menyebabkan terjadinya paresis nervus fasialis. Terdapat dua mekanisme yang dapat menyebabkan paralisis nervus fasialis yaitu : 1. Hasil toksin bakteri di daerah tersebut 2. Dari tekanan langsung terhadap saraf oleh kolesteatoma atau jaringan granulasi. Pada otitis media akut, penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis khususnya pada anak terjadi ketika kanalis nervus fasialis pada telinga tengah mengalami congenital dehiscent atau saraf terkena akibat kontak langsung dengan materi purulen sehingga dapat menimbulkan inflamasi dan edema pada saraf dan menyebabkan paresis.
Pada otitis media kronik bisa mengikis kanal nervus fasialis atau sarafnya dapat dilibatkan dengan osteitis, kolesteatom dan jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis. Manifestasi klinik yang tampak yaitu paralisis nervus fasialis bagian bawah, ipsilateral terhadap telinga yang sakit 3.
Tumor Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru, dan prostat. Juga dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor regional dan sel schwann, kista dan tumor ganas maupun jinak dari kelenjar parotis bisa menginvasi cabang akhir dari nervus fasialis yang berdampak sebagai bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus yang sangat jarang, karena pelebaran aneurisma arteri karotis dapat mengganggu fungsi motorik nervus fasialis secara ipsilateral
4. Trauma Parese nervus fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika terjadi fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal. Selain itu luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi penyebab. Nervus fasialis pun dapat cedera pada operasi mastoid, operasi neuroma akustik/neuralgia trigeminal dan operasi kelenjar parotis. 5. Gangguan Pembuluh Darah Gangguan pembuluh darah yang dapat menyebabkan parese nervus fasialis diantaranya thrombosis arteri karotis, arteri maksilaris dan arteri serebri media. 6. Idiopatik ( Bell’s Palsy ) Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui penyebabnya atau tidak menyertai penyakit lain.Pada parese Bell terjadi edema nervus fasialis. Karena terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN yang disebut sebagai Bell’s Palsy.
7. Penyakti-penyakit tertentu
Parese fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu, misalnya DM, hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi, infeksi telinga tengah, sindrom Guillian Barre
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang bedah minor
Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu prosedur bedah minor dalam bidang kedokteran gigi yang bertujuan untuk mengeluarkan gigi dari soketnya. Tindakan ini dilakukan karena adanya beberapa indikasi, antara lain penyakit periodontal parah, karies gigi dan kegagalan perawatan saluran akar, trauma pada gigi yang mengakibatkan dislokasi, impaksi gigi, atau untuk kebutuhan perawatan ortodontik (Ghosh, 2006). Gigi Impaksi
Definisi gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi keposisi fungsional normalnya, karena itu dikategorikan sebagai patologik dan membutuhkan perawatan.7 Tidak semua gigi yang tidak erupsi adalah gigi impaksi, gigi yang disebut impaksi apabila gigi tersebut gagal untuk bererupsi secara keseluruhan kedalam kavitas oral dalam jangka waktu perkembangan yang diharapkan. Penyebab impaksi ini biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi. Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan posisinya berlawanan dengan gigi lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena adanya jaringan patologis. Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir dapat dipastikan bila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi Etiologi Gigi Impaksi
Etiologi gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista, gigi supernumeri, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik. Faktor yang terjadinya
impaksi gigi
paling
berpengaruh
terhadap
adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya
dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi. Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena : o
Tulang yang tebal serta padat
o
Tempat untuk gigi tersebut kurang
untuk pasien lain. Ketika menghadapi luka terbuka, harus menggunakan perangkat peralatan yang steril. -
Gunting untuk Kegunaan secara Umum Gunting dengan dua ujung yang tumpul biasanya digunakan sebagai gunting benang. Gunting dengan salah satu atau kedua ujungnya runcing digunakan untuk membagi jaringan dengan mendorong ujungnya yang runcing di bawah jaringan. Gunting dengan ujung yang runcing tidak digunakan di dalam rongga karena dapat melubangi organ atau pembuluh darah. 3.
-
Pinset
Pinset Anatomis (thumb forceps) Pinset anatomis terdiri dari dua bilah logam yang bersatu pada salah satu ujungnya dan digunakan untuk mengangkat jaringan atau memegang jaringan di antara permukaan yang berhadapan. Jika pada permukaannya terdapat gerigi (teeth), pinset dapat memegang jaringan tanpa tergelincir dan tanpa menggunakan tekanan yang berlebihan. Pinset dipegang di antara ibu jari, jari tengah dan jari telunjuk.
-
Pinset Jaringan (tissue forceps) Pinset jaringan dilengkapi dengan gerigi agar tidak tergelincir. Karena geriginya dapat menggigit jaringan, maka hanya diperlukan sedikit tekanan untuk memegang jaringan dengan kuat. Bentuk spesifik dari kepala pinset tergantung dari tujuan khusus yang diharapkan. Jenis pinset anatomis dapat digunakan untuk memegang sebagian besar jaringan tapi tidak pernah digunakan untuk viskus yang berongga atau pembuluh darah.
-
Klem Pemegang Peralatan ini dibentuk terutama untuk memegang jaringan dan memungkinkan untuk melakukan traksi. Permukaan yang berhadapan dari setiap kepala klem bervariasi tergantung dari tujuan yang spesifik. Semuanya mempunyai lubang untuk jari dan sistem pengunci.
-
Klem Hemostatik (hemostatic forceps) Peralatan ini mempunyai arti penting dalam menghentikan perdarahan selama operasi. Terdapat sejumlah variasi. Sebagian besar dari alat ini bergerigi dengan susunannya yang paralel terhadap arah bilah, sedangkan lainnya tegak lurus. Dalam dan lebar gerigi juga bervariasi. Sebagian besar klem hemostatik menjepit dengan cukup kuat sehingga jaringan-jaringan yang kecil dapat terjepit. Klem hemostatik juga dapat digunakan untuk membantu membuat ligasi pada pembuluh darah kecil (Kozol, 1999).
4.
Pemegang Jarum (Needle H older )
Semua alat pemegang jarum mempunyai kepala yang lebar dengan berbagai macam bentuk gerigi pada kepalanya. Alat ini dipasang pada kurang lebih seperempat panjang jarum dari ujung tumpulnya. Biasanya jarum menonjol pada sisi kiri dari alat pemegang jarum untuk ahli bedah yang tidak kidal. 5.
Benang (Catgut )
Benang memiliki dua tipe, yang benang yang dapat menyatu dengan kulit dan benang yang tidak dapat menyatu dengan kulit (Kozol, 1999). Benang yang dapat menyatu dibuat dari usus kucing (Catgut ), digunakan pada luka yang dalam dan untuk kegunaan kosmetik. Benang yang tidak dapat menyatu dengan kulit digunakan untuk menjahit luka yang tidak terlalu dalam. Pada benang yang tidak dapat menyatu dengan kulit dilakukan pelepasan benang setelah luka kering dan ini akan menimbulkan bekas pada kulit atau disebut dengan jaringan parut.
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 18 MODUL 1 " BEDAH MINOR DAN KELAINAN KONGENITAL"
Kelompok 5
Tutor: drg. Fildzah Nurul Fajrin Ketua: Syntha Mustika Y.D. Sekretaris Papan: Shafira Aulia Fikrie Sekretaris Meja : Velya Apro Anggota: -
Sarah Nabila Wiguna
-
Siti Hartsur Rahmy
-
Syntha Mustika Y.D.
-
Tatha Febilla K.
-
Ulfa Rizalni
-
Varen Nadya Antoni
-
Vikra Prasetya
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2019