Bimbingan Konseling Kelompok Khusus Gender [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



KELOMPOK KHUSUS GENDER (Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Bimbingan konseling kelompok khusus)



OLEH KELOMPOK X



1. MARIANA KONDA NGGUNA 2. ROBEKA MONEMNASI 3. RIKORDO RIWU NAWA 4. YULITA DESILINA ITA LERO



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2019



Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya. makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah BK Kelompok Khusus. Dengan rasa rendah hati, kami menyadari bahwa makalah yang berjudul “KELOMPOK KHUSUS GENDER” ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Walaupun demikian penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



Kupang ,



Agustus 2019



DAFTAR ISI



A. HALAMAN JUDUL.................................................................................................... B. KATA PENGANTAR................................................................................................. C. DAFTAR ISI...............................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Rasional..................................................................................................................... B. Fokus Kajian.............................................................................................................. C. Rumusan Masalah...................................................................................................... D. Tujuan Penulisan....................................................................................................... E. Sistematika Penulisan................................................................................................



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian gender



......................................................................................



B. Klasifikasi kelompok khusus gender



................................................................



C. Ciri-ciri umum kelompok khusus gender ................................................................ D. Ciri- ciri kelompok menurut klasifikasi kelompok gender.......................................... E. Keunggulan dan kelemahan kelompok khusus anak gender......................................... F. Masalah-masalah yang dialami kelompok khusus gender........................................... G. Penyebab terjadinya kelompok khusus gender............................................................ H. Dampak jika masalah kelompok khusus gender........................................................ I. Upaya untuk menangani kelompok khusus gender (upayan preventif dan upaya kuratif) J. Bk yang sesuai untuk menangani kelompok khusus gender........................................ BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................................ B. Saran/ Rekomendasi................................................................................................



DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Rasional Gender merupakan perbedaan jenis kelamin disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kuadrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbentuk melalui proses sosial dan kultural. Gender bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measuer (pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang terkait dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu sendiri. Istilah gender telah menjadi isu penting dan sering diperbincangkan akhir-akhir ini. Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa gender selalu berkaitan dengan perempuan. Sehingga setiap kegiatan yang bersifat perjuangan menuju kesetaraan dan keadilan gender hanya dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa harus melibatkan laki-laki. B. Fokus kajian Berdasarkan rasional diatas maka focus kajian adalah kelompok khusus gender sebagai berikut: 1) Pengertian kelompok gender 2) Klasifikasi kelompok khusus gender 3) Ciri-ciri umum kelompok gender 4) Ciri- ciri kelompok menurut klasifikasi kelompok gender 5) Keunggulan dan kelemahan kelompok khusus gender 6) Masalah-masalah yang dialami kelompok khusus gender 7) Penyebab terjadinya kelompok khusus gender 8) Dampak jika masalah kelompok khusus gender



9) Upaya untuk menangani kelompok khusus gender 10) Bk untuk menangani yang sesuai untuk menangani kelemahan kelompok khusus gender C. Rumusan masalah 1) Apa yang di maksud dengan gender 2) Bagaiman klasifikasi kelompok khusus gender 3) Apa saja ciri-ciri umum kelompok gender 4) Apa sajai ciri- ciri kelompok menurut klasifikasi kelompok gender 5) Apa saja keunggulan dan kelemahan kelompok khusus kelompok gender 6) Apa saja masalah-masalah yang dialami kelompok khusus gender 7) Apa penyebab terjadinya kelompok gender 8) Apa saja dampak jika masalah kelompok khusus gender 9) Bagaimana upaya untuk menangani kelompok khusus gender D. Tujuan penulisan Untuk mengetahui lebih dalam tentang kelompok khusus gender E. Sistematika Penulisan A. HALAMAN JUDUL B. KATA PENGANTAR C. DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A. Rasional B. Fokus Kajian C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penulisan E. Sistematika Penulisan



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian gender B. Klasifikasi kelompok khusus gender C. Ciri-ciri umum kelompok khusus gender



D. Ciri- ciri kelompok menurut klasifikasi kelompok gender E. Keunggulan dan kelemahan kelompok khusus anak gender F. Masalah-masalah yang dialami kelompok khusus gender G. Penyebab terjadinya kelompok khusus gender H. Dampak jika masalah kelompok khusus gender I. Upaya untuk menangani kelompok khusus gender (upayan preventif dan upaya kuratif) J. Bk yang sesuai untuk menangani kelompok khusus gender



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran/ Rekomendasi



DAFTAR PUSTAKA



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Gender Gender adalah : istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaaan Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil. Perbedaan ini sangat penting, karena selama ini sering kali mencampur adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan kodrati(gender). Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia perempuan dan laki-laki untuk membangun gambaran relasi gender yang dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Perbedaan konsep gender secara sosial telah telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakatnya. Secara umum adanya gender telah melahirkan peran, tanggungjawab, fungsi, dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki. Kata ‘Gender ‘dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.



Defenisi gender menurut berbagai pustaka adalah sebagai berikut : 1. “Gender” adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi



setempat. Tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurtut waktu serta kondisi setempat. 2. “ Gender refers to the economic, social, political, and cultural attributes, and opportunities associated with being female and male. The social defenitions of what it means to be female or male vary among cultures and changes over time. (gender merujuk pada atribut ekonomi, sosial, politik, dan budaya serta kesempatan yang dikaitkan dengan menjadi perempuan dsn laki-laki beragam menurut budaya dan berubah sepanjang zaman. 3. ‘Gender should be conceptualized as a set of relations, existing, in social intitutions and reproduced in interpersonal interaction” (Smith 1987; West & Zimmerman 1987 dalam Lloyd et al. 2009: p.8) (gender diartikan sebagai suatu set hubungan yang nyata di institusi sosial dan dihasilkan kembali dari interaksi antar personal. 4.



“Gender is not a property of individuals but an ongoing interaction between actors and structures with tremendous variation across men’s and women’s lives “individually over the life course and structurally in the historical contex of race and Class” (Ferree 1990 dalam Lloyd et al. 2009:p.8) (Gender bukan merupakan property individual namun merupakan interaksi yang sedang berlangsung antar aktor struktur dengan variasi yang sangat besar antara kehidupan laki-laki dan perempuan ‘secara individual’ sepanjang siklus hidupnya dan secara structural dalam ras dan kelas).



5. “At the ideological level, gender is performatively produced” (Butler 1990 dalam Lloyd et al. 2009:p.8) (pada tingkat ideologi, gender dihasilkan). 6. “Gender is not a noun - a ‘being’-but a ‘doing’. Gender is created and reinforced discursively, through talkand behavior, where individuals claim a gender identity and reveal it to others” (West dan Zimmerman 1987 dalam Lloyd et al. 2009: p.8)Gender bukan sebagai suatu kata benda –menjadi seseorang,’ namun suatu ‘perlakuan’. Gender diciptakan dan di perkuat melalui diskusi dan perilaku, dimana individu menyatakan suatu identitas gender dan mengumumkan pada yang lainnya). 7. “Gender Theory is a social Constructionist perspective that simultaneously examines the ideological and the material levels of analysis” (smith 1987 dalam Lloyd et al.



2009: p.8) (Teori gender merupakan suatu pandangan tentang konstruksi sosial yang sekaligus mengetahui ideologi dan tingkatan analisis material).



Dengan demikian gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan perempuan . perbedaan biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; laki-laki membuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat di pertukarkan dan berlaku sepanjang zaman. Namun demikian, kebudayaan yang di motori oleh budaya patriarki mentafsirkan perbedaan biologis ini menjadi indikator kepantasandalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan hak, akses, partisipasi kontrol dan menikmati manfaat dari sumber daya dan informasi. Akhirnya tuntutan pesan, tugas, kedudukan dan kewajiban yang pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Ada sebagian masyarakat yang sangat kaku membatasi peran yang pantas dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk ke dapur atau menggendong anaknya di depan umum dan tabu bagi perempuan untuk sering keluar rumah untuk bekerja. Namun demikian, ada juga sebagian masyarakat yang fleksibel dalam memperbolehkan lakilaki dan perempuan melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya perempuan di perbolehkan bekerja sebagai kuli bangunan sampai kuli bangunan sampai naik ke atap



rumah atau memanjat pohon kelapa, sedangkan laki-laki segagian besar



menyambung ayam untuk berjudi. B. KLASIFIKASI KELOMPOK GENDER Penggolongan gender secara alamiah di bedakan dari jenis kelamin yaitu: laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki di kenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan di kenal sebagai putri, dan perempuan dewasa sebagai wanita. Secara kodrati, laki-laki dan perempuan berbeda dalam beberapa aspek. Dan ini adalah kenyataan aksiomatis yang tidak mungkin di hindari. Jenis kromosom laki-laki



adalah “XY’. Begitu halnya dengan postur dan bentuk tubuh yang cenderung berbeda pula. Semua hal ini, berpengaruh dalam perkembangan fisik, kesenangan, belajar, spiritual, sosial, berbicara dll. Laki-laki sebagai makhluk agresif dan memiliki kekuatan fisik yang cenderung lebih kuatdari perempuan, memiliki hal-hal berikut. a. Berpikir logis (rasional), sistematis, berorientasi ekspansionis dan kompetitif (keluar dirinya) b. Dalam belajar, peserta didik laki-laki menggunakan intelektualnya c. Nalarnya lebih terlihat, mencari dan memberikan alasan’ apa’ dan ‘mengapa’dari suatu kasus d. Jika berkumpul, satu topic bisa di diskusikan berjam-jam, tidak cepat beralih ke topic lain e. Cenderung takut jika konsep, ide, gagasannya di bantah atau di tolak f. Dalam pengajaran agama, senang mendiskusikan tentang dogma, doktrin, yang bersifat konseptual g. Sangat visual yaitu menerima informasi melalui bacaan dan indera penglihatan. Sehingga menuntun mereka masuk ke dalam pencobaan h. Ketika melihat gambar porno, cepat membangkitkan napsu seksualnya. Jika tidak di atasi maka mereka akan jatuh dalam perbuatan zina dan onani. Perempuan, sebagai makhluk yang sedikit banyaknya memiliki sifat sensitif, memiliki hal-hal sebagai berikut : a. Mengutamakan perasaan (emosional) b. Membangun relasi yang harmonis, dan berorientasi ke dalam dirinya. c. Memelihara harmoni dan keserasian d. Tanggung jawab dalam kepribadiannya lebih menonjol dalam keadaan apa saja, dimana saja, e. Sebagai



pemimpin,



perempuan



mengutamakan



negosiasi



melalui



pertemuan informal (lobbying) f. Dalam pengambilan keputusan tertentu, cenderung menghindari disharmoni (konflik)



g. Banyak mengambil informasi dari indera pendengaran (gosip) h. Perasaannya fokus pada hal-hal yang menyentuh hati i. Dapat mendiskusikan sejumlah topic dalam waktu relative singkat (10 menit) j. Bersedia meletakkan dirinya di bawah naungan orang-orang yang di cintai dan di hormati (sikap dependent) k. Keputusan moralnya dalam takaran care (kepedulian) l. Takut jika kehilangan relasi dan hubungan baik dengan orang yang di cintainya



C. CIRI-CIRI UMUM KELOMPOK GENDER 1. Tipe maskulin, yaitu manusia yang sifat kelaki-lakiannya di atas rata-rata, sifat kewanitaannya kurang dari rata-rata. Ciri yang berkaitan dengan gender yang lebih umum terdapat pada laki-laki, atau suatu peran trait maskulin yang di bentuk oleh budaya. Dengan demikian maskulin adalah sifat di percaya dan bentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki. 2. Tipe feminism, yaitu manusia yang sifat kewanitaannya di atas rata-rata, sifat kelaki-lakiannya kurang dari rata-rata. Ciri-ciri atau trait yang umumnya terdapat pada perempuan dari pada laki-laki. Ketika di kombinasikan dengan ‘strereotipikal’, maka ia mengacu ada trait yang di yakini lebig berkaitan pada perempuan dari pada laki-laki secara kulturi pada budaya atau sub kultur tertentu. Berarti, feminim merupakan ciri-ciri atau trait yang di percaya dan di bentuk oelh budaya sebagai ideal bagi perempuan. 3. Tipe androgil, yaitu manusia yang sifat ke laki-lakian maupun kewanitaannya di atas rata-rata. Selain pemikiran tentang maskulin dan feminitas sebagai berada dalam suatu garis kontinum, diman lebih pada satu dimensi berarti kurang pada dimensi yang lain, ada yang menyatakan bahwa individu-individu dapat menunjukan



sikap



ekspresif



perkembangan konsep androgini



dan



instrumental,



pemikiran



ini



memicu



4. Tipe tidak tergolongkan (undiferentiated), yaitu manusia yang sifat kelakilakiannya maupun kewanitaannya di bawah rata-rata. Tingginya kehadiran karakteristik maskulin dan feminine yang diinginkan pada satu individu pada saat yang bersamaan(Santrok, 2003). Individu yang androgini adalah seorang laki-laki yang asertif (sifat maskulin )dan mengasihi (sifat feminine), atau seorang perempuan yang dominan (sifat maskulin) dan sensitive terhadap perasaan orang lain (sifat feminin). Beberapa penelitian menemukan bahwa androgini berhubungan dengan berbagai atribut yang sifatnya positif, seperti selfeksterm yang tinggi, kecemasan rendah, kreatifitas, kemampuan parenting yang efektif (Bem, Spence dalam Hughes & Noppe, 1985).



D. CIRI- CIRI KELOMPOK MENURUT KLASIFIKASI GENDER Pandangan mengenai gender dapat di klasifikasikan, pertama



ke dalam dua



model yaitu equity model dan complementary contribution model, kedua;kedalam dua stereotype yaitu sex role streotypes dan managerial stereotypes. Model pertama mengasumsikan bahwa antara laki-laki dan wanita sebagai professional adalah identic sehingga perlu ada satu cara yang sama dalam mengelola dan wanita harus diuraikan akses yang sama. Model kedua berasumsi bahwa antara laki-laki dan wanita mempunyai kemampuan yang berbeda sehingga perlu ada perbedaan dalam mengelola dan cara menilai, mencatat serta mengkombinasikan untuk menghasilkan suatu sinergi (Trisnaningsih, 2002). Pengertian klasifikasi stereotype merupakan proses pengelompokan individu ke dalam suatu kelompok, dan pemberian atribut karakteristik pada individu berdasarkan anggota kelompok. Sex role stereotypes dihubungkan dengan pandangan umum bahwa laki-laki itu lebih berorientasi pada pekerjaan, obyektif, independen, agresif, dan pada umumnya



mempunyai



kemampuan



lebih



dibandingkan



wanita



dalam



pertanggungjawaban managerial. Wanita di lain pihak di pandang lebih pasif, lembut , orientasi pada pertimbangan lebih sensitive dan lebih rendah posisinya pada pertanggung jawaban dalam organisasi dibandingkan laki-laki. Manajerial stereotypes memberikan pengertian manajer yang sukses sebagai seseorang yang memiliki sikap, perilaku dan



tempramen yang umumnya lebih dimilki laki-laki dibandingkan wanita. Faktor-faktor yang mempengaruhi gender dalam organisasi menurut Palmer &Kasdasaami (1997) yaitu : 1. Latar belakang budaya lingkungan sosial 2. Peran gender yang saling bersinergi E. MASALAH-MASALAH YANG DI ALAMI KELOMPOK GENDER Beberapa permasalahan gender yang ada secara universal, misalnya: 1. Pemberian label pada perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tidak bisa menjaga diri, Ini dikenal dengan istilah “stereotype” (bahasa Inggris). Akibatnya perempuan tidak boleh meninggalkan wilayah rumah tangga. Perempuan itu makhluk lemah, sehingga tidak bisa jadi pemimpin. Anggapan bahwa perempuan sebagai makhluk lemah sehingga laki-laki bisa melakukan kekerasan (Inggris: violence), baik fisik seperti memukulinya, maupun kekerasan psikis seperti mencaci makinya. Stereotipe yang lain, yaitu perempuan hanya dianggap cocok untuk mengambil bidang ilmu sosial dan pendidikan, sedangkan bidang teknik dianggap hanya cocok untuk laki-laki. Hal ini berkaitan dengan bidang pekerjaan yang akan digelutinya nanti. 2. Diskriminasi terhadap perempuan dalam berbagai aspek kehidupan seperti diskriminasi dalam melakukan aktifitas di luar rumah, antara lain: menuntut ilmu dan bekerja untuk mencari nafkah. Diskriminasi dalam menuntut ilmu, terjadi apabila perempuan tidak bisa melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena lokasinya jauh dari rumah. Perempuan dianggap lemah dan tidak bisa melawan kalau ada gangguan terhadap mereka. Dengan alasan keamanan, perempuan hanya boleh diizinkan melanjutkan pendidikan di tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Diskriminasi yang dialami perempuan juga dalam hal promosi pekerjaan dan jabatan. Terkadang seorang suami tidak memberi kesempatan kepada isterinya untuk bekerja di luar rumah, padahal isterinya mempunyai kesempatan yang baik. Larangan suami itu hanya karena merasa gengsi kalau perannya sebagai pencari nafkah diambil alih oleh isterinya. 3. Beban berlebih: Perempuan yang bekerja di luar rumah akan mengalami beban berlebih atau biasa disebut beban ganda. Hal ini disebabkan karena anggapan bahwa



pekerjaan rumah tangga itu adalah tanggung jawab perempuan, sedangkan pekerjaan di luar rumah itu hanya membantu suami mencari nafkah. Sebaliknya, suami yang hanya tinggal di rumah merasa gengsi mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena beranggapan bahwa itu bukan tanggung jawabnya. 4. Marginalisasi atau peminggiran terhadap perempuan. Banyak perempuan sering tidak tersentuh dengan bantuan-bantuan, baik berupa materi atau berupa bantuan teknis yang diberikan kepada masyarakat. Bantuan kepada masyarakat biasanya ditujukan kepada kepala keluarga. Aturan bahwa yang berperan sebagai kepala keluarga itu adalah laki-laki, maka perempuan yang mengepalai keluarga, apakah karena dia janda atau tidak menikah, tidak akan tersentuh dengan bantuan-bantuan tersebut. Akibatnya, perempuan-perempuan itu tidak akan pernah mendapat bantuan. 5. Subordination atau penomorduaan. Perempuan dianggap sebagai warga nomor dua. Mereka dianggap memiliki kualitas rendah/bawah dibandingkan laki-laki, sehingga dalam promosi jabatan dan pemberian gaji, perempuan selalu dinomorduakan. Penomorduaan perempuan terkait juga dengan tanggung jawab mereka dalam rumah tangga dimana perempuan yang bekerja selalu dianggap sebagai pencari nafkah tambahan. F. PENYEBAB TERJADINYA KELOMPOK GENDER Penyebab terjadinya kelompok gender adalah bahwa gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya (Elaine Showalter (ed.), 1989; 9). Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Penyebab terjadinya kelompok gender karena adanya perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh sosial, budaya dan adat istiadat. G. DAMPAK JIKA MASALAH KELOMPOK GENDER TIDAK DITANGANI



1. Anggapan bahwa perempuan sebagai makhluk lemah sehingga laki-laki bisa melakukan kekerasan (Inggris: violence), baik fisik seperti memukulinya, maupun kekerasan psikis seperti mencaci makinya. Stereotipe yang lain, yaitu perempuan hanya dianggap cocok untuk mengambil bidang ilmu sosial dan pendidikan, sedangkan bidang teknik dianggap hanya cocok untuk laki-laki. Hal ini berkaitan dengan bidang pekerjaan yang akan digelutinya nanti. 2. Diskriminasi dalam menuntut ilmu, terjadi apabila perempuan tidak bisa melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena lokasinya jauh dari rumah. Perempuan dianggap lemah dan tidak bisa melawan kalau ada gangguan terhadap mereka. Dengan alasan keamanan, perempuan hanya boleh diizinkan melanjutkan pendidikan di tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. H. UPAYA UNTUK MENANGANI KELOMPOK GENDER (UPAYA PREVENTIF DAN KURATIF) 1. Upaya Preventif a) Pendirian tempat-tempat konseling keluarga b) Kerja sama dengan pihak internal gereja, pemerintah, maupun swasta untuk perberdayaan perempuan, perlindungan anak, maupun kons eling c) sosialisasi tentang kesetaraan gender 2. Upaya Kuratif a) Adanya kesetaraan gender dalam (status sosial, karier, pendidikan dan peran) Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi manusia. Hak untuk hidup secara terhormat, bebas dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukkan bagi para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya. Sayang sampai pada saat ini, perempuan sering dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap. Terlebih lagi adanya polah berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja didapur, sumur, mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya hal di luar itu menjadi tidak penting.



I. BIMBINGAN KONSELING UNTUK MENANGANI KELOMPOK GENDER 1. Ancangan konseling yang sesuai untuk menangani kelompok gender konseling individual berwawasan gender (gender aware counseling), yakni bantuan yang diberikan konselor kepada konseli (laki-laki dan perempuan) untuk meningkatkan kesadaran dan kepekaan gender, memperluas wawasan tentang peran gender,



dan



membantu



meningkatkan



keterampilan



mengatasi



hambatan



pengembangan karier dalam latar relasi gender (Good, G. & Scher, 1990). 2. konsep dasar Dalam sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di manca negara, bias-bias gender dalam praksis bimbingan dan konseling telah direspon oleh para konselor feminist dengan mengembangkan bimbingan dan konseling feminis, sasarannya memberdayakan perempuan. Tetapi, bimbingan dan konseling feminispun dianggap bias gender karena sasarannya hanya berfokus pada pemberdayaan dan pemecahan masalah perempuan. Karena itu para teoretisi dan praktisi bimbingan dan konseling mengembangkan Konseling Berwawasan Gender (gender aware counseling), yakni bantuan yang diberikan konselor kepada konseli (laki-laki dan perempuan) untuk meningkatkan kesadaran dan kepekaan gender, memperluas wawasan tentang peran gender,



dan



membantu



meningkatkan



keterampilan



mengatasi



hambatan



pengembangan karier dalam latar relasi gender (Good, G. & Scher, 1990). Konseling berperspektif gender berkembang secara evolusi sebagai respon terhadap adanya bias-bias gender dalam pelaksanaan konseling konvensional. Biasbias gender tersebut adalah: 1) penekanan pada peran gender tradisional (psikologi berasumsi masalah perempuan akan terselesaikan melalui perkawinan atau dengan menjadi isteri yang baik, 2) bias dalam harapan-harapan atau sikap-sikap yang merendahkan perempuan (menganggap tidak pantas) sikap asertif dan aktualisasi diri perempuan dan menekankan pentingnya ciri-ciri dependensi dan posivitas bagi perempuan yang asertif dan menampilkan dorongan kuat untuk berprestasi sebagai memiliki penis envy, secara langsung maupun tidak langsung mengindikasikan bahwa perempuan adalah obyek seksual laki-laki dan harus menyesuaikan diri dengan peran tersebut. Pada awalnya, terjadinya biasbias dalam pelaksanaan konseling direspon oleh para konselor feminis dengan mengembangkan konseling feminis, sasarannya



memberdayakan prempuan. Tetapi konseling feminis pun dianggap bias gender karena sasarannya hanya berfokus pada pemecahan masalah perempuan sehingga tidak bisa diterapkan dalam mengkonseling laki-laki18. Konseling



berperspektif



gender



merupakan



layanan



konseling



yang



mengintegrasikan pendekatan konseling berlatar teori belajar sosial dengan prinsipprinsip dasar gender. Konseling ini dibangun atas dasar filosofi intersubyektivitas, yakni hubungan lakilaki dan perempuan (relasi gender) adalah hubungan setara. Relasi yang berdasar pada pandangan bahwa “aku” dan “kau” adalah hubungan antar manusia. Artinya “aku” dan “kau” sama-sama manusia meskipun “aku” dan “kau” beda dalam fisik tetapi dalam kehidupan sosial jangan dibedakan. Oleh karena itu, pandangan konseling berperspektif gender ini disebut non-sexism. Konseling berperspektif gender ini berada pada lintas paradigmatik, yaitu integrasi antara psikologi internal (androgini), eksternal (lingkungan) relasi sistemik (relasi gender) dan kontekstual (rasa keberhasilan dalam studi dan karir). Meski demikian, dasar teori utama konseling berperspektif gender adalah teori belajar sosial dalam latar gender. Prinsip perubahan konseling berperspektif gender ini adalah perilaku bermasalah (kognisi, emosi, merupakan hasil unlearning, learning & relearning) dan bisa diubah dengan pengalaman belajar yang baru. 3. Tujuan konseling Adapun tujuan dari teknik gender aware counseling (GAC) yaitu untuk menyelesaikan problem-problem berbasisi kesetaraan gender sehingga menghasilkan solusi-solusi yang responsive gender 4. Teknik konseling yang relevan Konseling individual memiliki 3 tahapan, yakni tahap awal, tahap pertengahan/kerja, dan tahap akhir (Juntika, 2011). Pada ketiga tahapan konseling individual ini, seorang konselor harus menguasai keterampilan dari teknik konseling individual, yang terbagi dalam empat tahapan teknik. Disebut tahapan teknik, karena teknik yang dilakukan harus bertahap dan urut. Dalam setiap teknik tahapan, ada keterampilan yang harus dikuasai. Dari setiap tahapan inilah, teknik Gender Aware Counseling disisipkan ke dalamnya untuk menghasilkan teknik konseling individual berwawasan gender.



Teknik GAC yang digunakan pada perilaku personalizing adalah intervensi konseling. Rentang intervensi pada gender aware therapy meliputi diskusi langsung, memberikan motivasi, memberi klarifikasi, melakukan interpretasi, konfrontasi, memberi informasi, eksperimentasi, modeling, terbuka, bibliotherapy



dan



dukungan



dari



kelompok.



Konselor



membantu



menginternalisasi pemahaman dan pandangan tentang stereotype gender dalam pandangan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan, pemahaman dan perspektif baru individu tentang gender akan bermanfaat untuk memberi peluang melatih keterampilan dan sikap dalam kehidupannya. Setelah individu memiliki pengetahuan, pemahaman dan pandangan baru tentang konsep gender melalui diskusi maka individu didorong untuk melakukan eksplorasi, bagaimana implikasi



perubahan



untuk



mencegah



problem



sosial



terkait



dengan



gender(Sanyata, Tt:8). 1) Personalisasi arti adalah langkah pertama seorang konselor memudahkan pemahaman klien mengapa pengalaman itu penting akan dirinya. dengan demekian mempersonalisasi arti adalah langkah utama menuju pemahaman klien tentang kedudukan dalam hubungan dengan tujuan yang merka inginkan atau kebutuhan kebutuhan yang ingin mereka capai



5. Deskripsikan langkah-langkah pelaksanaan (Pilih salah satu dari teknik pada poin 4) Teknik GAC yang digunakan pada perilaku personalizing adalah intervensi konseling. Rentang intervensi pada gender aware therapy meliputi diskusi langsung, memberikan motivasi, memberi klarifikasi, melakukan interpretasi, konfrontasi, memberi informasi, eksperimentasi, modeling, terbuka, bibliotherapy dan dukungan dari kelompok. Konselor membantu menginternalisasi pemahaman dan pandangan tentang stereotype gender dalam pandangan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan, pemahaman dan perspektif baru individu tentang gender akan bermanfaat untuk memberi peluang melatih keterampilan dan sikap dalam kehidupannya. Setelah individu memiliki pengetahuan, pemahaman dan pandangan baru tentang konsep gender melalui diskusi maka individu didorong untuk melakukan eksplorasi,



bagaimana implikasi perubahan untuk mencegah problem sosial terkait dengan gender(Sanyata, Tt:8). 1)



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa diskriminasi gender telah melahirkan ketimpangan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, selain itu ketimpangan lebih banyak dialami perempuan dari pada laki-laki. Akibat diskriminasi gender yang telah berlaku sejak lama, kondisi perempuan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, politik, hankam dan HAM berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Kondisi yang tidak menguntungkan ini apabila tidak diatasi, maka ketimpangan atau kesenjangan pada kondisi dan posisi perempuan tetap saja akan terjadi. Bahwa status perempuan dalam kehidupan sosial dalam banyak hal masih mengalami diskriminasi haruslah diakui. Kondisi ini terkait erat dengan masih kuatnya nilai-nilai tradisional terutama di pedesaan, dimana perempuan kurang memperoleh akses terhadap pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan dan aspek lainnya. Keadaan ini menciptakan permasalahan tersendiri dalam upaya pemberdayaan perempuan, dimana diharapkan perempuan memiliki peranan yang lebih kuat dalam proses pembangunan. Kurangnya keikutsertaan perempuan dalam memberikan konstribusi terhadap program pembangunan menyebabkan kesenjangan yang ada terus saja terjadi.



B. SARAN Semoga dengan adanya makalah ini tidak hanya perempuan bahkan tiap orang lebih menghargai sesama, kesetaraan gender agar tidak ada lagi diskriminasi gender. Kami mohon kritik dsn saran yang membangung untuk terciptanya makalah yang lebih baik dan tentuhnya akan bermanfaat bagi kita semua.



Daftar pustaka https://yanqdj.wordpress.com/2009/02/25/gender-dan-permasalahannya/



http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah