BIODIVERSITAS MINI RISET - Edited [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEANEKARAGAMAN MANGROVE (STUDI KASUS : PANTAI MEKAR KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) Nevta Fatikha Ariyani ABSTRAK Ekosistem mangrove merupakan salah satu kawasan yang penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan mendukung kehidupan organisme di sekitar pantai. Kini keberadaan hutan mangrove sudah mulai terkikis oleh kebutuhan penduduk akan lahan. Seperti yang kita tahu penduduk sekitar sering membangun rumah di sekitar pantai yang mengakibatkan ekosistem mangrove tidak dapat berkembang atau bahkan sudah mulai jarang terlihat di sekitar pantai. Salah satu cara untuk menjaga hutan mangrove adalah dengan melakukan upaya konservasi terhadap hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk melihat beberapa keanekaragaman yang ada di hutan mangrove dan mengamati beberapa perubahan yang terjadi. Kajian untuk tulisan ini berasal dari beberapa jurnal yang berkaitan dengan hutan mangrove. Metode yang dilakukan pada penelitian ini berupa pengolahan data satelit citra Sentinel 2A, Landsat 8, dan Landsat 5 untuk menganalisa sebaran mangrove pada tahun 2009, 2014, dan 2019, serta perubahan yang terjadi. Keanekaragaman mangrove diukur melalui indeks keanekaragaman (H’). Untuk memastikan data tersebut benar, akan dilakukan pengamatan langsung ke lapangan. Hasil dari pengamatan tersebut menunjukkan dari tahun 2016-2019 terjadi perubahan ekosistem secara bertahap dari tahapan ekosistem yang tertekan menjadi lebih stabil. Sedangkan untuk perubahan lahan mangrove yang terjadi di Kecamatan Muara Gembong cenderung mengalami pertambahan luasan lahan mangrove, yaitu sebesar 66% lahan mangrove yang bertambah. Kata kunci : Mangrove, lahan, Ekosistem ABSTRACT The mangrove ecosystem is one of the essential areas in maintaining biodiversity and supporting the life of organisms around the coast. However, now the existence of mangrove forests has begun to be eroded by the population's need for land. As we know, residents often build houses around the coast, which results in the mangrove ecosystem being unable to develop or rarely being seen around the coast. One way to protect mangrove forests is to make conservation efforts to mangrove forests. This study aims to see some of the diversity in mangrove forests and observe some of the changes. The analysis for this paper comes from several journals related to mangrove forests. The method used in this study is in the form of processing satellite data on Sentinel 2A, Landsat 8, and Landsat 5 images to analyze the distribution of mangroves in 2009, 2014, and 2019, as well as the changes that have occurred. Mangrove diversity is measured through the diversity index (H'). To ensure the data is correct, we will make direct



observations in the field. These observations show that from 2016-2019 there has been a gradual change in the ecosystem from a depressed ecosystem stage to a more stable one. Meanwhile, changes in mangrove land that occurred in Muara Gembong District tended to experience an increase in the area of mangrove land, which was 66% of the mangrove area increased. Keywords: Mangrove, land, Ecosystem PENDAHULUAN Ekosistem mangrove mempunyai peranan penting dalam melindungi dari erosi di pesisir pantai. Kondisi mangrove sendiri sangat sensitif akan adanya gangguan dari luar yang kebanyakan dari manusia. Lahan mangrove yang dijadikan perkebunan, perusakan kayu bakau untuk arang dan masih banyak hal yang mengganggu pertumbuhan mangrove. Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia karena mangrove merupakan salah satu ekosistem langka yang luasnya hanya 2% di bumi. Hutan mangrove dapat tumbuh pada pantai karang, yaitu pada karang koral mati yang di atasnya ditumbuhi selapis tipis pasir atau ditumbuhi lumpur atau pantai berlumpur. Hutan mangrove berada di pantai yang pasti terendam oleh air laut karena terjadi pasang surut. Secara harafiah, luasan hutan mangrove ini hanya sekitar 3% dari luas seluruh kawasan hutan dan 25% dari seluruh hutan mangrove didunia [ CITATION Cah07 \l 1057 ] Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung keberlangsungan kehidupan di pesisir pantai dan juga menjaga kestabilan alam. Beberapa fungsi hutan mangrove adalah penyedia nutrien bagi biota perairan, mencegah abrasi pantai, dan juga tempat tinggal ikan, udang, dan kepiting. Hutan mangrove juga merupakan tempat pemijahan (spawning grounds) dan asuhan (nursery ground) berbagai macam biota, pemecah angin dan gelombang tsunami, penyerap limbah dan pencegah intrusi air laut. Kabupaten Bekasi adalah salah satu daerah yang memiliki pesisir pantai dengan hutan mangrove yang cukup luas. Salah satu yang memiliki hutan mangroe tersebut adalah Kecamatan Muara gembong. Potensi ekosistem mangrove yang cukup luas dan dapat dijadikan wilayah penyangga untuk mengurangi potensi dampak pemaasan global menjadikan kecamatan Muara Gembong ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung (Ambinari et al., 2016). Beberapa kawasan di hutan mangrove mengalami masalah lahan. Masyarakat sekitar menggunakan lahan mangrove untuk kepentingan lain yang membuat kawasan hutan mangrove mulai terkikis. Meskipun demikian, upaya pelestarian hutang mangrove di Muara Gembong tetap terus dilakukan mengingat potensi kerusakan yang tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut, Pertamina EP ASSET 3 Tambun Field melakukan Program Pendampingan Keanekaragaman Hayati di Desa Pantai Mekar,



Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi sebagai salah satu bentuk konservasi lingkungan. Perubahan hutan mangrove juga banyak terjadi seperti, penambahan dan pengurangan lahan. Dikarenakan data yang tidak cukup lengkap untuk mengetahui bentuk perubahan apa saja yang terjadi, maka dilakukan penelitian sekitar tahun 2009-2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan dan keanekaragaman yang ada di hutan mangrove di daerah Bekasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan, terutama yang terkait dengan pengelolaan kegiatan di wilayah pesisir pantai.



METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Perubahan Hutan mangrove dilakukan pengambilan data di lapanganyang dilaksanakan pada September 2019-Mei 2020. Tahapan pengambilan data lapangan dilaksanakan pada Bulan Desember 2019 di pesisir Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi yang bertujuan untuk memvalidasi hasil pengolahan data citra satelit dan mengetahui kondisi vegetasi mangrove. Sedangkan untuk mengamati keanekaragaman hutan mangrove dilakukan di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 8 –12 Juli 2019. Pengumpulan Data Jenis metode yang dilakukan adalah menelusuri beberapa jurnal terkait dengan topik yang dibicarakan yaitu hutan mangrove di daerah Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Dari tulisan yang didapatkan, penelitian dilakukan dengan cara survei langsung ke lapangan. Seperti yang diketahui, mini riset ini mengambil 2 kasus berbeda di tempat yang sama. Yang pertama adalah mengamati perubahan hutan mangrove dan yang kedua adalah mengamati keanekaragaman hutan mangrove. 1. Perubahan hutan Mangrove Penelitian ini dilakukan untuk memvalidasi yang telah diolah melalui citra satelit (Wirandha et al., 2015). Titik pengamatan ditentukan dengan metode purposive sampling. Lalu dilakukan dengan pengambilan beberapa titik sampel yang akan didatangi kemudian bisa dilakukan pendataan beberapa informasi penting. Data yang diambil adalah data rekam koordinat titik pengamatan lapangan dari GPS, kondisi tutupan lahan sekitar titik lapangan yang dilengkapi dan didokumentasikan menggunakan kamera digital, serta menganalisis faktor penyebab



perubahan dan dampak perubahan lahan mangrove melalui wawancara kepada masyarakat. 2. Keanekaragaman hutan Mangrove Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 8–12 Juli 2019. Hutan mangrove di Desa pantai Mekar memiliki formasi yang tidak teratur. Hal ini terjadi karena sebagian besar lahan terjadi akibat kegiatan penanaman. Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap pohon-pohon di kawasan tersebut. Di penelitian ini mengambil sampel seperti semai, pancang, dan pohon. Ukuran petak yang digunakan adalah 2m x 2m untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, 5m x 5m untuk tingkat pancang, serta 10m x 10m untuk tingkat pohon. Dari data pengambilan diameter batang pohon tersebut, akan digunakan untuk perhitungan biomassa dalam kategori pohon dan anakan yang akan dimasukkan dalam persamaan allometrik pada masing-masing jenis mangrove yang ada di kawasan tersebut. Untuk menentukan nilai biomassa maka yang akan digunakan adalah persamaan allometrik. Selanjutnya dapat diketahui bahwa estimasi karbon yang tersimpan bisa ditentukan dari biomassa mangrove yang sudah diketahui.



DAFTAR PUSTAKA



Alin Maulani*, N. T.-S. (2021). Perubahan Lahan Mangrove di Pesisir Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat. Jurnal of Marine Research, 9. Edi Mulyadi, O. H. (2011). KONSERVASI HUTAN MANGROVE SEBAGAI EKOWISATA . Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus, 8. Ilham Majid, M. H. (2016). KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI KOTA. Jurnal BIOEDUKASI, 10. Saparinto, C. (2007). Pendayagunaan ekosistem mangrove. Semarang: Semarang Dahara Prize. Shinta Nur Rahmasari, F. A. (2019). STUDI KEANEKARAGAMAN MANGROVE PANTAI MEKAR KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI. Jurnal Resolusi Konflik, CSR, dan Pemberdayaan, 8.