Biofar P 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA Percobaan 2 PENETAPAN WAKTU PENGAMBILAN CUPLIKAN, PEMILIHAN DOSIS DAN ASUMSI MODEL KOMPARTEMEN



Disusunoleh : KelompokJ-2 1. Mira Ramdini



(1041111095)



2. M. Iqbal Fatah M.



(1041111096)



3. Noor Anissa



(1041111106)



4. Nurani Fatimah



(1041111111)



5. Nurizka Febrian N.



(1041111112)



PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI "YAYASAN PHARMASI" SEMARANG 2013



Percobaan 2 PENETAPAN WAKTU PENGAMBILAN CUPLIKAN, PEMILIHAN DOSIS DAN ASUMSI MODEL KOMPARTEMEN I.



TUJUAN 



Mampu memperkirakan model kompartemen kinetika obat berdasarkan kurva semi logaritmik kadar obat dalam darah terhadap







waktu. Mampu menetapkan jadwal dan jumlah cuplikan serta lamanya sampling untuk pengukuran parameter farmakokinetika berdassarkan model kompartemen yang telah ditetapkan.



II.



DASAR TEORI Farmakokinetikadalahilmu yang mempelajarikineticzataktifdalamtubuh (in vivo) dimulaidariabsorpsi,



distribusi,



metabolisme,



danekskresi.Obat



yang



masukkedalamtubuhakanmengikutisuatu model farmakokinetik yang khas. Model tersebut dapat berupa model satu kompartemen atau multi kompartemen yang sangat tergantung pada proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh(Shargel, dkk., 2005). Penetapan kompartemen farmakokinetik dari obat pada setiap tahap perlu ditetapkan secara kuantitatif dan dijelaskan dengan bantuan parameter farmakokinetik. Parameter farmakokinetik ditentukan dengan perhitungan matematika dari data kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang diperoleh setelah pemberian obat melalui berbagai rute pemberian, baik secara intravaskular atau ekstravaskular. Parameter farmakokinetik dapat digunakan sebagai klasifikasi farmakokinetik dari obat-obatan yang digunakan dimana akhirnya akan berguna dalam penggunaannya dalam terapi pengobatan. Profil dan model farmakokinetik yang didapat dari penelitian umumnya dilakukan dengan pemberian obat secara intravena. Tubuh manusia dapat diwakili sebagai suatu jaringan yang tersusun secara sistem seri dari kompartemen-kompartemen yang berhubungan secara reversibel antara organ yang satu dengan yang lainnya. Model kompartemen adalah pendekatan penyederhanaan dari seluruh jaringan di dalam tubuh ke dalam satu atau dua kompartemen yang menggambarkan pergerakan obat di dalam tubuh(Shargel dkk., 2005). Pemodelan farmakokinetik berguna untuk : (1) memprediksikan konsetrasi obat di dalam plasma, jaringan, dan urin, (2) mengkalkulasikan dosis optimum obat bagi



setiap pasien, (3) mengestimasikan kemungkinan terakumulasinya obat dan atau produkproduk metabolismenya, (4) mengkorelasikan konsentrasi obat dengan efek toksisistas dan efek farmakologinya, (5) mengevaluasi perbedaan konsentrasi yangterkandung dalam plasma antara formula yang satu dengan yang lainnya,(6) menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan fisioligi dan efek dari penyakit terhadap absorpsi, distribusi dan eleminisai dari suatu obat, (7) menjelaskan interaksi obat yang mungkin terjadi(Shargel, dkk., 2005). PemodelandalamFarmakokinetika Dalamsuatupenelitianataustudifarmakokinetika,



perkembangankadarjumlahobat



(senyawa yang kontinyu ataumetabolitnya) dalamtubuhdilakukanpadatitik-titikwaktu yang diskontinyu (missalpadawaktu-waktu 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 6 jam, dan 8 jamsetelahpemberianobat), karenasampaisaatinitidakmungkinuntukdapatmenentukankinetikaobatdalamtubuhsecarae ksperimentaldalamwaktu yang kontinyu. Dengan demikian, data eksperimental yang akan kita peroleh hanyalah untuk waktu-waktu tersebut tadi. Model yang paling sering dipakai adalah model kompartemental, dimana keadaan tubuh direpresentasikan ke dalam bentuk kompartemen(Dr. YeyetCahyati S., Apt., 1985). Model-model kompartemen Tubuh dinyatakan sebagai suatu ruangan atau sistem dari kompartemenkompartemen yang berhubungan secara timbal balik satu dengan yang lain. Suatu kompartemen bukan suatu daerah fidiologis atau anatomik yang nyata, tetapi dianggap sebagai suatu jaringan atau kelompok jaringan yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat yang sama. Dalam masing-masing kompartemen obat dianggap diditribusi secara merata. Model Mammillary Model yang paling umum digunakan dalam farmakokinetika. Model terdiri dari satu atau lebih kompartemen perifer yang dihubungkan ke suatu kompartemen sentral. Kompartemen sentral mewakili plasma dan jaringan yang perfusinya tinggi dan secara cepat berkesetimbangan dengan obat (Shargel,1988: 35-38).



1. Model kompartemen satu terbuka intravena



Seluruh dois obat masuk dalam tubuh secara cepat. Obat tersebut didistribusikan ke semua



jaringan



dalam



tubuh



melalui



sistem



sirkulasi



dan



secara



cepat



berkesetimbangan dalam tubuh. Perfusi terjadi sangat cepat seperti tanpa proses distribusi (proses distribusi tidak teramati). Kurva berbentuk monofase : kompartemen 1



:



Kurva monofase :



k



2. Model kompartemen dua terbuka intravena Kompartemen dianggap bukan hanya satu dan ada proses distribusi dari sentral ke perifer atau sebaliknya. Dalam kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua kompartemen. Kompartemen ke satu dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu darah,



cairan



ekstraseluler,



dan



jaringan-jaringan



dengan



perfusi



tinggi.



Kompartemen-kompartemen ini dengan cepat terdistribusi oleh obat. Kompartemen kedua merupakan kompartemen jaringan yang berisi jaringan-jaringan yang berkesetimbangan dengan obat. Model ini menganggap obat dieliminasi dari kompartemen sentral. Kurva berbentuk bifase : kompartemen : k12 1



distribusi K21



2



eliminasi



Model kompartemen dua beranggapan bahwa pada t=0 tidak ada obat dalam kompartemen



jaringan.



Setelah



dosis



iv,



obat



secara



cepat



dipindahkan



kekompartemen jaringan, sedangkan kadar dalam darah menurun secara cepat sehubungan dengan eliminasi obat dan pemindahan obat keluar dari kompartemen sentral ke berbagai jaringan. Suatu ciri yang khas kadar obat dalam jaringan setelah



suatu dosisi iv : kadar obat dalam jaringan akhirnya akan mencapai puncak dan kemudian mulai menurun sehubungan dengan perbedaan konsentrasi antara 2 kompartemen. Dalam praktik, cuplikan darah diambil dari kompartemen sentral dan dianalisis untuk obat yang ada. Kurva kadar obat dalam plasma-waktu menyatakan suatu fase kesetimbangan awal yang cepat dengan kompartemen sentral (fase distribusi) yang diikuti oleh suatu fase eliminasi setelah kompartemen jaringan terdifusi oleh obat. Fase distribusi dapat terjadi dalam beberapa menit atau jam dan mungkin hilang sama sekali jika cuplikan darah diambil terlalu lama setelah pemberian obat. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan penafsiran kompartemen (Shargel,1988: 64-69). 3.



Model kompartemen satu terbuka ekstravaskuler Sebelum masuk kompartemen sentral, obat mengalami aborbsi. Kurva berbentuk bifase : ka



1



k



absorbsi eliminasi



4.



Model kompartemen dua terbuka ekstravaskuler Kurva berbentuk trifase : Absorbsi Distribusi Eliminasi



ka



1 k



k12 k21



Model Non Kompartemen Parameter farmakokinetik dapat diperkirakan dengan cara lain yaitu dengan menggunakan model non kompartemen. Metode ini dikerjakan atas dasar perkiraan luas daerah di bawah kurva kadar obat didalam darah melawan waktu. Model non kompartemen ini semua prosesnya harus mengikuti kinetika orde satu yang berarti farmakokinetiknya harus linier. AUC ini tidak hanya digunakan untuk menghitung bioavaibilitas, tetapi dapat juga digunakan untuk menghitung klirens obat yang sama dengan perbandingan obat ke dalam pembuluh darah dan AUC(Gibaldi dan Perrier, 1982). 



Sulfamethoxazolum NH2



SO2NH N O



CH3



BM = 253,28 Sulfamettoksazolmengandungtidakkurangdari 99,0 % dantidaklebihdari 101,0 % C10H11N2O3S dihitungterhadapzat yang telahdikeringkan. Pemerian :serbukhablur, putihsampai hampir putih, praktistidakberbau. Kelarutan :tidaklarutdalam air, dalameterdandalamasetondandalamlarutanNaOH, agaksukarlarutdalametanol( Depkes RI. 1995). Sulfametoxazole derivat isoxazole. Plasma t ½ nya kurang lebih 10 jam. Diekskresi dalam kemih 25 % dalam keadaan utuh dan 60 % sebagai metabolit asetilnya. Zat ini terutama digunakan erkombinasi dengan trimethoprim disebut kotrimoxazole (Tan HoanTjay,2007: 135). Sulfametoxazole terikat protein plasma kira-kira 65 %. 25-50 % diekskresi melalui urine dalam 24 jam setelah pemberian. Ratio sulfametoxazole : trimetoprim (5 : 1) dapat diperoleh ratio kadar keduanya dalam darah kuramg lebih 20 : 1. Dosis untuk dewasa SMZ 800 mg dan trimethoprim 160 mg. Sedang dosis anak-anak/pediatric SMZ : trimethoprim (100 :20) (farmakologi dan terapi,1996: 591).



Paracetamol



Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat. Kelarutan : larut dalam air mendidih dalam NaOH 1N, mudah larut dalam etanol. (DepKes RI. 1995 : 649) Paracetamolatau acetaminophen adalahderivat



p-aminofenol



yang



mempunyaisifatantipiretik --analgesik.Paracetamolutamanyadigunakanuntukmenurunkanpanasbadanyangdisebabkan olehKarenainfeksiatausebab



yang



lainnya.Sifatantipiretik



yang



dimilikiparasetamoldisebabkanolehgugusaminobenzenedanmekanismenyadidugaberdasar kanefeksentral.Parasetamolmemilikisebuahcincinbenzena, tersubstitusiolehsatugugushidroksildanatomnitrogendarigugusamidapadaposisipara



(1,4).



Senyawainidapatdisintesisdarisenyawaasalfenol



yang



dinitrasikanmenggunakanasamsulfatdannatriumnitrat.Padapenggunaan parasetamoldiserapdengancepatmelaluisalurancerna.Kadar



per



oral



maksimumdalam



plasma



dicapaidalamwaktu 30 menitsampai 60 menitsetelahpemberian.



III.



ALAT DAN BAHAN  Alat -



Labutakar



-



Mikro pipet



-



Tabungreaksi



-



Tabungpenampungdarah



-



Vortex – mixer



-



Sentrifuge



-



Spektrofotometer



 Bahan -



Sulfametoxazol



-



Paracetamol



-



AsamTrikloroasetat (TCA) 5 % dan 20 %



-



NaNO2 0,1 % dan 10 %



-



Asamsulfamat 0,5 % dan 15 %



-



N ( 1 – naftil ) etilendiamin 0,1 %



-



HCl 6N



-



Heparin



-



NaOH 0,1 % dan 10 %



IV.



SKEMA KERJA



Paracetamol ProsedurpenetapankadarParacetamol 1. PembuatanlarutanstokParacetamol DitimbangParacetamol 100,0 mg



Dilarutkan dengan aquadest panas ad 100,0 ml



Kadar PCT 1 mg/ml atau 1µg/ml 2. PembuatanKurva Baku Internal Plasma darah250µl (mengandung heparin)



Ditambah250µllarutanstokparacetamol



Larutanparacetamolkonsentrasi 0, 100, 200, 400, 500, 600,dan 700 µg/ml



Dicampurhomogen



Ditambah 2,0 ml TCA 5%, di vortexing



Di sentrifuge (10 menit ;kecepatan 2500 rpm)



Supernatan yang jernih (1,50 ml) dimasukkan dalam labutakar 10,0ml



Ditambah 0,5 ml HCl 6N dan 1,0 ml NaNO2 10%, diamkan 15 menit Suhu