12 0 5 MB
LAPORAN AKHIR
PEMETAANPENGAJARANBAHASA INDONESIA BAGIPENUTUR ASING (BIPA)· Dl ASIA Progran lnsentif Riset bagi Peneliti dan/atau Perekayasa Ketua Tim Peneliti: Ora. Ovi Soviaty Rivai, M.Pd. Anggota : Ora. Ani Mariani Anggota : Ora. Neswita Anggota : Ora. Nurweni Saptawuryandari
PUSAT BAHASA Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta 13220, Kotak Pos 6295 Telepon (021) 4706287, 4706288, 4894564, 4896558; Faksimile 4750407 Laman: www.bahasa-sastra.web.id; Pos-el (E-mail): [email protected] 25 November 2010
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN PEMETAAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAG I PENUTUR ASING (BIPA) Dl ASIA
lembar ldentitas dan Pengesahan
SK Menteri Riset dan Teknolog i No. 053/M/Kpll/2010 ditetapkan tanggal 9 Februari 2010 Halaman Pengesahan
1.
Judul Penelitian
: PEMETAAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAG I PENUTUR ASING (BIPA) 01 ASIA
2.
Ketua Peneliti
a.
Nama lengkap
: Dra. Ovi Soviaty Rivay, M. Pd.
b.
Jenis Kelamin
: Perempuan
c.
NIP
: 196703121993032002
d.
Jabatab Struktural
: Kepala Kantor Bahasa Banten
e. Jabatan Fungsional
: Peneliti Muda
f.
Pusat Penelitian
: Pusat Bahasa
g.
Ala mat
: Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur
h. Telepon/Faks
: 021-4750406/4750407
i.
Alamat Rumah
: Perum Villa Bekasi lndah II Blok G10/18, Tambun, Bekasi
j.
Telepon/Faks/e-mail
:08128325415 [email protected]
3. Jangka Waktu Penelitian
: satu tahun
4.
: Rp200.000.000,00
Pembiayaan
Jakarta, 16 Juli 2010 Me ngetahui, Ketua Peneliti,
~
Ora. Ovi Soviaty Rivay, M.Pd. NIP 196703121993032002
ABSTRAK
lhwal pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) merupakan isu penting bagi perencanaan bahasa Indonesia. Pada Kongres Bahasa Indonesia VI (1993) teramati bahwa pengajaran BIPA di luar negeri (khususnya Australia, Amerika Serikat, Jerman, Rusia, dan Korea) memperlihatkan keragaman dalam motivasi sosial dan politik sebagaimana tampak pada keterlibatan pemerintah, lembaga swasta, universitas, kerja sama internasional, orientasi pengajaran, penyediaan materi ajar, dan manajemen pelatihan. BIPA merupakan bentuk singkat dari bahasa Indonesia untuk penutur asing alias bahasa Indonesia yang diajarkan kepada orang asing, baik di dalam maupun di luar negeri. Para pengajarnya pun saat ini sudah mempunyai suatu organisasi internasional yang disebut Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing atau APBIPA. Salah satu tujuan dibentuknya organisasi itu adalah untuk menjalin kemitraan dan kerja sama dalam pengembangan pengajaran BIPA ke arah yang lebih profesional. Untuk itu, setiap tiga tahun sekali organisasi tersebut menyelenggarakan konferensi internasional Penelitian ini menjaring 14 kuesioner yang disebarkan di perguruan tinggi yang diprediksi mempunyai program pembelajaran BIPA di Asia, yaitu (1) Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi UniversitY. for Nasionalities; (2) Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies; (3) INJ Cultural Center; (4) Language Exchange Cambodia Indonesia (LECI) ; (5) ·Woosong University; (6) Toshio Suanobu, Takushoku University ; (7) Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking ; (8)
Kyoko Funada, Kanda University of International Studies ; (9) Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Universitas Osaka; (10) Universitas Kyoto Sangyo, Fakultas Bahasa Asing; (11) Satomi Ohgata, Kyushu International University;
(12)
Southeast Asia
Studies
Program;
(13)
Interpretation and Translation of Malaysian and Indonesian
Department of languages, Hankuk
University of Foreign Studies; dan (14) BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja.
ABSTRACT
Teaching of Indonesian for foreign speakers (BIPA) is an important issue for the planning of the Indonesian. In Indonesian Congress VI (1993) observed that BIPA teaching overseas (particularly Australia, the United States, Germany, Russia, and Korea) show diversity in social and political motivations that appear on the involvement of governments, private institutions, universities, international cooperation, orientation of teaching, provision of teaching materials, and management training. BIPA is a abbreviation form of the Indonesian for foreign speakers also known as Indonesian is taught for foreigners, both at home and abroad . One of the objectives of the organization is to establish partnership and cooperation in developing training for BIPA more professional. For that, every three years the organization execute international conferences This research netted
14 questionnaires was distributed to university
educations
which is predicted to have BIPA program in Asia, namely (1)
Indonesian
Program,
foreign
language
faculty,
Guangxi
University
for
Nationalities; (2) Indonesian program , Faculty of Language and Culture of II
Eastern, Guangdong University of Foreign Studies; (3) INJ Cultural
Cent~r;
(4)
Language Exchange Cambodia Indonesia (LECI); (5) Woosong University; (6) Toshio Suanobu, Takushoku University; (7) Indonesian Program, University of Peking; (8) Kyoko Funada, Kanda University of International Studies; (9) Indonesian Program, Foreign Language Faculty, University of Osaka; (10) University of Kyoto Sangyo, Foreign Language Faculty; (11) Satomi Ohgata, Kyushu International University; (12) Southeast Asia Studies Program; (13) Department of Interpretation and Translation of Malaysian and Indonesian Languages, Hankuk University of Foreign Studies; and (14) BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Cambodia.
Ill
KATA PENGANTAR
Rasa syukur sepatutnya kami sampaikan ke hadirat Allah swt karena berkat rida-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Pemetaan pengajaran BIPA pada penelitian ini difokuskan di Asia. Penelitian Pemetaan Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Asia ini merupakan Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional dan dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional. Pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing, yang selanjutnya disebut BIPA, merupakan hal penting bagi perencanaan bahasa Indonesia. Pada Kongres Bahasa Indonesia VI (1993) teramati bahwa pengajaran BIPA di luar negeri (khususnya Australia, Amerika Serikat, Jerman, Rusia, dan Korea) memperlihatkan keragaman dalam motivasi sosial dan politik. Dari segi jumlah negara, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah penyelenggara bahasa Indonesia untuk penutur asing. Akan tetapi, dari segi jumlah pembelajar, secara umum, jumlah pembelajaran BIPA mengalamai penurunan. Sehubungan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa perkembangan pengajaran BIPA di dunia mengalami kemajuan sekaligus kemunduran. Dalam hal ini, kemajuan dapat dilihat dari perkembangan jumlah negara penyelenggara BIPA, tetapi perkembangan tersebut temyata tidak diikuti oleh perkembangan
jumlah peminat atau pembelajar BIPA. Berkaitan dengan itu, peneliti9n ini dimaksudkan untuk dapat memetakan pengajaran BIPA di luar Indonesia, yaitu Asia. Ucapan terima Departemen
kasih sepatutnya
Pendidikan
Nasional,
kami
Direktur
sampaikan Penelitian
kepada dan
Menteri
Pengabdian
Masyarakat, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kepala Pusat Bahasa, Para narasumber BIPA di Asia, para narasumber BIPA di Indonesia, dan ternan-ternan di tim BIPA Pusat bahasa yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi perencanaan bahasa Indonesia dan bermanfaat pula bagi masyarakat luas.
Jakarta, 1 Desember 2010
Tim Peneliti
DAFTAR 151
Halaman ABSTRAK ................................................................................................... . ........................................................... KATA PENGANTAR ......................... _
iv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 La tar Belakang .... ... ..... ......... .. .. .. ......... ...................... .... ..... . .. .. .. .. ...... ....
1
1.2 Pengajaran BIPA di Asia..................... .. ... .. ............................................
4
1.3 Pembatasan Masalah .... .. ... ... ... ........ ........ .. ...... ... ......... ......... ........... .. ..
7
1.4 Bagan Alir Penelitian ...... ........................ ... .................. ..... ................... ..
9
1.5 Format Laporan ........... .. ............. ....... ...................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................... ........................................ ......
13
2.1
Teori Pembelajaran Bahasa Kedua (Bahasa Asing) ...........................
17
2.1 .1 Pemerolehan Bahasa Kedua ..... ....... ..... .... ...... ... ..... .... .. ..... .. .. ....... ....
17
2.1.2 Pembelajaran Bahasa Kedua ............................................................
18
2.1.3 Metode Pembelajaran Bahasa Kedua ... ....... .......... ... .. ... ..... ........ .. .. ..
20
2.2
2.3
Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua (Bahasa Asing) ........................................................... :... ~. .................
25
Sejarah Pengajaran BIPA di Asia................... ... ............................. .. ..
28
2.3.1 Jepang
...... ..... .... .. .. ... . ... ... ........................ .......... ...... ...... .... ..... .........
29
2.3.2 Papua Nugini......... ... .. . ... . .. ... . .. . .. ... .. . .. . .. . . .. ... . .. .. . ... . .. ... ... .. . ....
33
2.3.3 Korea . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .. . ... ... .. . .. . ... ... . . . . .. .. . .. . . . . ... . . . . . . . .. ... . . . . . . ..
34
2.3.4 Cina .. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ... ... ... ........ . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
35
2.5 Kajian/Hasil Penelitian Terkait ..... ........ .... ... ..........................................
36
BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... .. ............... .. ...................
38
3.1 Tujuan Penelitian ........... .. ........... .. .... .. ............ .................. ..... ... .... ........
38
3.2 Manfaat Penelitian ......... ...... .. ....... ............... ........ .......... .. ......... .... ..... .. .
39
3.3 Prospek Masa De pan ... ... ......... ....... ... ...... ... ... ....... .. .. .. ...... .. .......... .. .. ...
40
BAB IV METODE PENELITIAN .... ............................................... ... ............
42
4.1 Metode Pengambilan Sampel......... .. ... ..... .... ... ... ............ .. .. .... .......... .. ...
43
4.2 Teknik Pengumpulan Data... .... .......... ........ ....... ... ...... .. .... .. ...................
44
4.3 Teknik Penganalisisan Data.............. .... .................. ..............................
45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .... ...... ..... ... ... ..... .. ..... ... .... ... .. ...............
47
5.1
47
Pengantar ..... .. ................................ ....... .. ..... ... .... ............ ..... ... .......... .
5.2 Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxy University for Nasionalities . . . .. . . .. . . . . . . .. . . . . . .. . .. ... . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. .
50
5.2 1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA .. ....... ... .. ...................................
50
5.2.2 Program Pembelajaran BIPA ...................... ..................................... ..
50
5.2.3 Pembelajar BIPA ........ ............... ............. .. ...... .......... .... ......................
54
5.2.4 Pengajar BIPA ............. .. ..... ........ ..... .. ...... ... .... .. .... .......... : .. .'........ ... .....
55
5.2 .5 Sarana dan Prasarana BIPA .. ..... .. .... .. .. .... ... .... ..... .............................
55
5.2 .6 Dana Pembelajaran BIPA ............. .. ..... .... ........ ...... .. .......... ......... .......
56
5.3 Jurusan Bahasa Indonesia, Faku ltas Bahasa dan Budaya Timur Guangdong University of Foreign Stud ies . . . .. . ... .. . . . . . .. . .. . .. . . . . . . .. . . .. .
57
5.3.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA ....... ....... ...... ... ... .. .... ... .. ........ ....
57
5.3 .2 Program Pembelajaran BIPA .............................................................
57
5.3.3 Pembelajar BIPA ....................................... ... .. ....................................
60
5.3.4 Pengajar BIPA ............................. ..... ......... ............... .. .... .......... .. ... .. ...
61
5.3.5 Sarana dan Prasarana BIPA ..............................................................
62
5.3.6 Dana Pembelajaran BIPA .......... ,. ... .... ...............................................
63
5.4
INJ Cultural Center...................... .. ....... ....... .. ... ........... .......................
63
5.4.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA .......... ..... ... ... .. .. ..... ... ...... ....... ...
63
5.4.2 Program Pembelajaran BIPA ............................................ ...... ...........
63
5.4.3 Pembelajar BIPA .................................................. ....... ...................... :
67
5.4.4 Pengajar BIPA ..... ........................... ..... ...... .........................................
68
5.4.5 Sarana dan Prasarana BIPA ..............................................................
69
5.4.6 Dana Pembelajaran BIPA ... ...... ...... ........ ..... ............ .. ........................
70
5.5
Language Exchange Cambodia Indonesia (LECI) ..............................
70
5.5.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA .... ............................... ..............
70
5.5 .. 2 Program Pembelajaran BIPA .......... ........ ..... ........... ........ .. ................
71
5.5.3 Pembelajar BIPA ........................... ........... ... .......................................
74
5.5.4 Pengajar BIPA ....................... ........... .. ... ....................... ......................
74
5.5.5 Sarana dan Prasarana BIPA ........ .. .. .. ........ .. ... ...................................
75
5.5.6 Dana Pembelajaran BIPA .... ... .............. ...... ... .. .... ........ ......................
76
Woosong University .......................... ........................ ..... .. : .. :. ..............
76
5.6.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA ........ ... ... ...................................
76
5.6.2 Program Pembelajaran BIPA ............. .................. ..............................
77
5.6.3 Pembelajar BIPA ...... ..................................... .............. .................... ...
80
5.6 .4 Pengajar BIPA .... ........ .............................................................. ..........
81
5.6
5.6.5 Sarana dan Prasarana BIPA ........ ... ... ........ ..... .. .. ... .... ...................... ..
81
5.6 .6 Dana Pembelajaran BIPA .. .................. .... .... ...... .......... ......................
82
5.7
Toshio Suanobu, Takushoku University ...... ... ..... .. .............................
83
5.7.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA .............................. ...................
83
5.7.2 Program Pembelajaran BIPA ........................... .... .. ............................
83
5.7.3 Pembelajar BIPA ........................... .. ...... ........ .. ... ......... ........... ........ .. ..
85
5.7.4 Pengajar BIPA .................................. ....... ....... ...... ......... .....................
86
5.7.5 Sarana dan Prasarana BIPA ......................... .... .................................
86
5.7.6 Dana Pembelajaran BIPA .......... .. .. .............. ... .... ...............................
87
5.8
Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking........... .. .....................
88
5.8.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA .... ..... ...... ..................................
88
5.8.2 Program Pembelajaran BIPA .............. ............. .......... .. .. ... .................
88
5.8.3 Pembelajar BIPA ........................... ........ ... .. .. ....... .. .............................
90
5.8.4 Pengajar BIPA ..................................... ....... ........................................
90
5.8.5 Sarana dan Prasarana BIPA .......... :.. ......................... ........................
91
5.8.6 Dana Pembelajaran BIPA ........................................ ...... ....................
92
5.9
Kyoko Funada, Kanda University of International Studies..................
92
5.9.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA ............. .... ................................
92
5.9.2 Program Pembelajaran BIPA .................. ..... .. ....................................
92
5.9 .3 Pembelajar BIPA ............................. .... ....... .. ..... ... .. ....... : .. .'.................
94
5.9.4 Pengajar BIPA ........ ....................... .. .............. .... .. ..... .... ... .. .. ..... ..........
94
5.9 .5 Sarana dan Prasarana BIPA ...... .. ... ... ... ..... .... ............ .... ...... ..............
95
>
5.9.6 Dana Pembelajaran BIPA ....... ..... ..... .. ... .... ... .... .. .. ... .... ....... ............. ..
96
5.10 Jurusan Bahasa Indonesia, Faku ltas Bahasa Asing, Univweersitas OsaKa............. ...... .... ................................................................ ..... ... ...
96
5.1 0.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA ........ ...... .................................
96
5.1 0.2 Program Pembelajaran BIPA ...........................................................
96
5.1 0.3 Pembelajar BIPA ..............................................................................
97
5.1 0.4 Pengajar BIPA ..................................................................................
98
5.1 0.5 Sarana dan Prasarana BIPA ............................................................
98
5.1 0.6 Dana Pembelajaran BIPA ............................ ........ .. ..........................
99
5.11
Universitas Kyoto Sangyo, Fakultas bahasa Asing...........................
99
5.11.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA ... :...........................................
99
5.11.2 Program Pembelajaran BIPA ...........................................................
99
5.11.3 Pembelajar BIPA ..............................................................................
100
5.11.4 Pengajar BIPA ..................................................................................
101
5.11.5 Sarana dan Prasarana BIPA ............................................................
101
5.11.6 Dana Pembelajaran BIPA ................................................................
102
. 5.12
Satomi Ohgota, Kyushu International University..............................
102
5.12.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA .. ............ .... .... .... ............ .........
102
5.12.2 Program Pembelajaran BIPA ...........................................................
102
5.12.3 Pembelajar BIPA ..............................................................................
103
5.12.4 Pengajar BIPA ... ................................................ ...............................
103
5.12.5 Sarana dan Prasarana BIPA .............. ............ ..................................
104
5.12.6 Dana Pembelajaran BIPA ............................................ :... ~...............
105
Southeart Asia Studies Program ...... .. .. .. .. ... ... ... .. .. .... ..... .. .. .. ............
105
5.13.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA ...............................................
105
5.13.2 Program Pembelajaran BIPA ................... ...... ..................................
105
5.13.3 Pembelajar BIPA ....... ........................................ ...............................
108
5.13.4 Pengajar BIPA ..................................................................................
109
5.13
5.13.5 Saran a dan Prasarana BIPA ........... ... .... ......................... ......... ..... ,. .
110
5.13.6 Dana Pembelajaran BIPA .......... .... ...... .... ............. ...... ............ ..... ....
111
5.14
Departement of Interpretation and Translation of Malysian and Indonesian Languages, Hankuk University of Foreign Studies ... .... .
5.14.1 Profil Lembaga
Penyelenggar~
111
BIPA ....................... ....... ...... ... .. ......
111
5.14.2 Program Pembelajaran BIPA ..................... ........ ....... ... ... .................
112
5.14.3 Pembelajar BIPA ................................................................ ...... ........
114
5.14.4 Pengajar BIPA .................................................. ........ .. .............. ....... .
115
5.14.5 Sarana dan Prasarana BIPA ................ .................... ........... .. ...........
116
5.14.6 Dana Pembelajaran BIPA ....... ................................ ..... ....................
117
BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja ....... .. ... ... ..... ...... ........ ....
117
5.15.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA .. ... .... ... .. ....... .. .. . ... ... .. .............
117
5.15.2 Program Pembelajaran BIPA ......................... ....... ... .... ....... .... .........
117
5.15.3 Pembelajar BIPA ....................................... .... .... ..... .. .......... .. ... ...... ...
120
5.15.4 Pengajar BIPA .................................... ........... .. ............ .............. .......
121
5.15.5 Sarana dan Prasarana BIPA ......................... ........ ...........................
121
5.15.6 Dana Pembelajaran BIPA ... .. ........................... ................................
122
BAB VI SIMPULAN.. ... ... ........ ... .......... ... .. ........ ... ... ... ......... . ...................... ...
112
DAFTAR PUSTAKA ... .... .......... ................................ ......... .... .:.. .:. ... ... .... ... ...
130
DAFTAR NAMA NARASUMBER BIPA ASIA.......... ........ .... .... ....................
133
KUESIONER ..... ..... .. ..... ......... .... .. ..... ... .. ...... ......... ... ........... ....... ... ... .... .. ... ..
134
5.15
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara dengan posisi geografis yang sangat strategis. Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat padat, yaitu menempati urutan keempat dunia. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negara yang penting bagi negara-negara lain di dunia, baik dari segi ekonomi, politik, perdagangan, pendidikan, maupun budaya. Seiring dengan kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia di tengah era globalisasi, peranan Indonesia dalam pergaulan antarbangsa juga telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang penting di dunia. Hal itu juga ditunjang oleh posisi Indonesia dalam percaturan dunia yang
semakin hari semakin penting,
terutama melalui
peranannya, baik dalam turut serta menyelesaikan konflik-konflik politik di berbagai kawasan maupun karena posisi geografis Indonesia yang terletak dalam lintas laut yang sangat strategis. Kenyataan seperti itu telah menyebabkan banyak orang asing yang tertarik dan berminat untuk mempelajari .bahasa Indonesia sebagai alat untuk mencapai berbagai tujuan, baik tujuan politik, perdagangan, seni-budaya, maupun wisata. Bahasa
Indonesia
merupa-kan
salah
satu
bahasa
di
dunia
yang
berkembang pesat di abad ke-20 ini. Pengajaran bahasa Indonesia terus
mengalami peningkatan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
De~gan
perkembangan hubungan antara Indonesia dan Negara lain dalam bidang pendidikan, militer, ekonomi, budaya, pariwisata, dan lain-lain menyebabkan bahasa Indonesia makin dikenal. Dengan demikian, makin besar dirasakan perlunya orang asing belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, jenis dan jenjang pendidikan atau kursuspun makin beragam. Pendekatan dan jenis pengajaran biasanya bersifat umum. lhwal pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) merupakan isu penting bagi perencanaan bahasa Indonesia. Pada Kongres Bahasa Indonesia VI (1993) teramati bahwa pengajaran BIPA di luar negeri (khususnya Australia, Amerika Serikat, Jerman, Rusia, dan Korea) memperlihatkan keragaman dalam motivasi sosial dan politik sebagaimana tampak pada keterlibatan pemerintah, lembaga swasta, universitas, kerja sama internasional, orientasi pengajaran, penyediaan materi ajar, dan manajemen pelatihan. Dari segi jumlah negara, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah penyelenggara bahasa Indonesia untuk penutur asing, yang selanjutnya disebut BIPA. Akan tetapi, dari segi jumlah pembelajar, secara umum jumlah pembelajar BIPA mengalami penurunan. Hal ini dibenarkan oleh tokoh BIPA, seperti Drs. I Nyoman Riasa, M.Ed. dan Prof. Hein Steinhauer (dalam Kongres Bahasa Indonesia IX). Karena sifatnya yang melibatkan penutur asing, bukan
ora~g
Jndonesia asli,
pengajaran BIPA saat ini banyak terdapat di luar Indonesia. Minat penutur asing untuk mempelajari Bahasa Indonesia memang makin besar. Hal ini dapat dilihat dari makin banyaknya orang asing baik dari negara tetangga seperti Australia maupun negara-negara lain di Asia,Amerika maupun Eropa yang ingin belajar
bahasa dengan berbagai tujuan. Di Amerika Serikat banyak universitas .seperti Cornell University, Michigan University, dan Hawaii University bernaung dalam sebuah konsorsium pengajaran-bahasa yang antara lain mengajarkan bahasa Indonesia untuk para mahasiswanya. Program pengajaran bahasa Indonesia tidak hanya dilaksanakan di Universitas di Amerika, tetapi juga di Indonesia pada setiap musim panas. Pembelajaran bahasa yang ideal adalah bila proses belajar itu diadakan dalam suatu budaya/negara/tempat bahasa itu digunakan. lnilah faktor pendukung yang sangat kuat untuk berhasilnya pembelajaran bahasa asing tersebut. Pembelajar dapat menghayati budaya tempat bahasa itu dipakai. Demikian juga mengenai pengembangan bahasa ajar, akan lebih mudah diperoleh bahan-bahan yang
outentik.
Kontak
langsung
dengan
pemakai
bahasa
asli
sangat
mempengaruhi pengalaman belajar karena masyarakat merupakan laboratorium bahasa yang alami. Kenyataan yang menunjukkan makin banyaknya peminat atau pembelajar serta makin luasnya hubungan luar negeri tersebut perlu ditanggapi
dengan
usaha
peningkatan,
baik
kualitas
maupu
kuantitas
pengajarannya. Sehubungan
dengan
hal
tersebut,
perkembangan
jumlah
negara
penyelenggara BIPA tidak serta merta tanpa masalah. Perkembangan pengajaran BIPA di dunia mengalami kemajuan sekaligus kemunduran. Dalam hal ini, kemajuan dapat dilihat dari perkembangan jumlah negara
pepy~lenggara
BIPA,
tetapi perkembangan tersebut ternyata tidak diikuti oleh perkembangan jumlah peminat atau pembelajar BIPA. Dengan kata lain, perkembangan pengajaran BIPA juga mengalami kemundur-an. Berkaitan dengan fenomena tersebut,
penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memetakan pengajaran BIPA di luar Indonesia.
1.2 Pengajaran BIPA di Asia
Sonjono
Dardjowidjojo . (2000:797) 1
menyatakan
bahwa
di
kebanyakan negara tempat bahasa Indonesia diajarkan, bahasa ini pada umumnya diajarkan sebagai alat keterampilan dan sebagai ilmu. Sebagai ilmu, bahasa Indonesia mempunyai status sebagai salah satu jurusan di universitas tersebut untuk memperoleh suatu gelar. Oleh karena itu, ada dua macam tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di mancanegara, yaitu untuk keperluan pamrih (utilitarian)
dan untuk peningkatan ilmu pengetahuan bahasa dan sastra
Indonesia. Untuk keperluan pamrih (utilitarian), pengajaran bahasa difoluskan hanya sebagai alat belaka untuk mencapai tujuan yang lain, mungkin disebabkan oleh minat kaum intelektual di negara tersebut terbatas pada kebutuhan jangka pendek. Tabel berikut memperlihatkan beberapa nama negara penyelenggara BIPA. Tabel1 : Negara-Negara Penyelenggara BIPA
1
2
Negara
Tahun
Amerika Serikat
1880-an
Australia
1959, universitas; 1964, SMU
Beland a
Pertengahan abad 19
lnggris
1967
Jepang
1908
Jerman
1931
Korea Selatan
1964
Perancis
1841
Kumpulan makalah dalam Bahasa Indonesia Menjelang Tahu n 2000. Sumber data dalam tabel ini adalah sebagai berikut (menurut urutan negaranya): AS, Colli ns, 1988; Australia, Saunders, 2003; Belanda, Steinhauer. l998: lngris, Kratz, 1998; Jepang, Alwi, 1995; Jerman, othofer, 1998; Korea Selatan, Chung. 1998: Per3Ilcis-Loir, 1998; dan RRC, Liang, 1988).
2
[ RRC
!1950
China telah menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia sejak tahun
•
1950-an. Pengajaran bahasa Indonesia di China pertama kali diselenggarakan di Akademi Bahasa Asing Nanjing, tahun 1940-an.3 Setelah Republik Rakyat China didirikan tahun 1949, ibukota China pindah dari Nanjing ke Beijing. Akibatnya, tenaga pengajar beserta jurusan bahasa Indonesia ikut berpindah dan bergabung di
Universitas
Peking. Tahun
1950-an
Universitas
Peking,
satu-satunya
universitas yang ada di Beijing, membuka jurusan bahasa Indonesia. Awal tahu 1060-an seiring dengan perkembangan hubungan persahabatan China-Indonesia,
lnstitut Bahasa Asing Beijing membuka jurusan bahasa
Indonesia. Pada tahun itu pula, Universitas Huaqiau di Fujian menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia, Namun, setelah terjadinya Revolusi Kebudayaan Besar di China, universitas ini ditutup dan jurusan bahasa Indonesia pun tidak dapat dipertahankan. Pada tahun 1970, lnstitut Bahasa Asing Guangzhou membuka jurusan bahasa Indonesia. Menurut Cai Jinchen, apabila di Negara-negara lain peminat pengajaran bahasa Indonesia mengalami penurunan, di China justru peminat pengajaran bahasa Indonesia makin meningkat. Lembaga penyelenggaran pengajaran BIPA menunjukkan laju pertumbuhan yang sangat pesat. Kalau dalam 50 tahun yang lalu hanya ada 3 perguruan tinggi yang membuka jurusan bahasa Indonesia, tahun
2000-an
ini
sudah
bertambah
sedikitnya
4
perguruan
menyelengarakan BIPA.
3
Prof. Cai Jincheng, M.A. "Pemanfaatan Kesamaan Budaya China- Indonesia dalam Pengembangan Pengaj aran BIPA". Kumpulan makalah sem ir.:!I C...'1 1c•ka.'"arya BIPA. Jakarta
tinggi
Chung (1998) menyatakan bahwa di Korea Selatan bahasa lndo,nesia diajarkan di dua universitas, Universitas Bahasa Asing Hankuk dan Pusan, dan juga di Akademi Bahasa Asing Pusan . Antara tahun 1964 sampai 1991 jumlah siswa sebanyak 1150 orang dengan jurusan bahasa dan budaya Indonesia/ Melayu lulusan dari dua universitas Korea , dan tiap tahun menghasilkan lulusan sebanyak 43 orang. Sayangnya hanya sedikit dari mereka yang memperoleh pekerjaan sesuai dengan kualifikasi mereka. Rupanya perusahaan-perusahaan Korea-seperti di Australia-tidak memperkerjakan orang dari keahlian bahasa.
Berdasarkan data yang diperoleh, Jepang tampaknya merupakan negara kedua terbesar di luar negeri-setelah Australia-yang telah mengajarkan bahasa Indonesia kepada orang asing. Seperti yang disebutkan oleh Yumi Kondo (2003), Ketua Himpunan Penyelenggara Ujian Bahasa Indonesia se-Jepang, bahasa Indonesia di Jepang diajarkan di enam universitas sebagai mata kuliah wajib pada jurusan bahasa Indonesia, yakni di Tokyo University of Foreign Studies, Osaka University of Foreign Studies, Kyoto Sangyo University, Tenri Unuversity, Lembaga llmu-ilmu Bahasa Asia afrika, dan Kyoto Career College of Foreign Languages, serta di 17 universitas sebagai mata kuliah pilihan. Selain itu ada sejumlah universitas lain yang mengajarkan bahasa Indonesia pada kelas malam atau yang mereka sebut open college , terutama untuk para pekerja yang tidak dapat mengikuti kelas siang. Di samping itu masih ada beberapa lembaga kursus
.
atau pusat-pusat kebudayaan yang juga mengajarkan bahasa Indonesia, misalnya INJ Culture Center Yomiuri Culture Center, Asahi Culture Center, Mainichi Culture Center, NHK Culture Center, B & B Language Training School, Japan Asia Culture Center, Asia Bunka Ka ikan, dan IC Nagoya.
Minat orang Jepang untuk belajar bahasa Indonesia meningkat sejak tahun 1990. Namun, serentetan peristiwa yang terjadi di Indonesia sejak 1998 amat berpengaruh terhadap minat orang asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Hal itu tidak hanya di Jepang, tetapi juga di Australia, dan beberapa negara yang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa motivasi orang Jepang mempelajari bahasa Indonesia hampir sama dengan orang Australia, yakni selain untuk kepentingan wisata, juga untuk kepentingan studi dan penelitian di Indonesia, serta untuk kepentingan bisnis atau untuk memperlancar pelaksanaan tugasnya di Indonesia. Hanya saja, perbedaannya, orang Australia lebih banyak yang mempelajari bahasa Indonesia untuk keperluan mencari pekerjaan. Motivasi semacam itu amat sedikit ditemukan pada orang Jepang, Tenaga pengajar bahasa Indonesia yang mengajar bahasa Indonesia di Universitas Papua New Guinea, bisanya dimulai pada awal tahun. Pihak Universitas PNG hanya akan menaggung perumahan, ruang kantor, dan peralatan kantor (alat tulis), tidak menyediakan honor atau gaji bagi ybs. Selain itu, pihak Indonesia bertanggung jawab terhadap gaji dan atau tunjangantunjangan lainnya serta transpor pulang-pergi Indonesia - PNG. Gaji diberikan via KBRI di PNG.
1.3 Pembatasan Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa di dunia yang berkembang pesat di abad ke-20 ini. Pengajaran bahasa ini terus mengalami peningkatan di dalam negeri maupun di luar negeri karena keberadaan bahasa Indonesia yang
makin dikenal di dunia. Hal ini juga merupakan konsekuensi dari kemerd.ekaan serta program pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Indonesia telah membuka diri terhadap hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara lain sehingga orang asing yang datang ke Indonesia pun makin banyak. Hal tersebut jelas mempengaruhi perkembangan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing. Salah
satu
masalah dalam
belajar bahasa
asing
adalah
adanya
kesenjangan antara bahasa pertama dan bahasa target yang akan dipelajari.Hal ini sering terjadi karena kurangnya pengetahuan bahasa target oleh pembelajar bahasa asing. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin jauh kesenjangan itu, makin sulit proses pembelajarannya; dan semakin dekat kesenjangan itu, semakin mudah proses pembelajarannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Grabe (1986) bahwa problem belajar bahasa asing muncul sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan linguistis dan sosiokultural dari bahasa pertama dan bahasa target. Pada situasi seperti ini maka penggunaan pendekatan yang tepat dan pemilihan bahan ajar yang fungsional memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran bahasa asing. Dengan demikian, masalah pada penelitian pemetaan pengajaran BIPA di Asia yang dibahas dibatasi pada enam masalah pokok. a. Profil lembaga penyelenggara BIPA mencakupi,
antara lain,
nama
lembaga, alamat, tahun berdiri, dan status kelembagaan. b. Pembelajaran BIPA mencakupi, antara lain, program, kurikulum, bahan, metode, evaluasi, dan hasil pembelajaran. c. Pembelajar BIPA mencakup i~ antara lain, asal, gender, motivasi, bidang kerja, penempatan, dan jumlah peserta didik.
d. Pengajar BIPA mencakupi, antara lain, asal, latar belakang
pen~idikan ,
latar belakang pekerjaan, gender dan waktu kerja. e. Sarana dan prasarana pendukung pengajaran BIPA mencakupi, antara lain, informasi tentang gedung, ruang ajar, dan ruang pengajar. f.
Dana pembelajaran BIPA yang mencakupi informasi tentang sumber dana.
1.4 Bagan Alir Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap penelitian, yaitu persiapan, pengumpulan data, penganalisisan data, serta penyusunan laporan. Tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. a. Persiapan
Pada tahapan ini secara beruntun dilakukan studi pustaka, penyusunan rancangan penelitian, penyusunan kuesioner penelitian , dan revisi rancangam penelitian serta kuesioner penelitian. Sebelum turun ke lapangan, pada tahap persiapan juga dilakukan pendataan penyelenggara BIPA dan para ahli serta pengamat BIPA yang berada di luar Indonesia, khususnya di Asia. b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian terdiri atas daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis. kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
~ercnasuk
kuesioner
terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka digunakan untuk menjaring data mengenai data penyelenggara BIPA, data sistem penyelenggaraan BIPA, serta masalah yang dihadap• oleh para penyelenggara program BIPA. Sementara itu , kuesioner tertutup digunakan untuk menjaring data mengenai
media pengajaran dan kualitas pengajar BIPA serta data mengenai
p~luang
perkembangan pengajaran BIPA pada masa yang akan datang. Responden dalam penelitian ini adalah penyelenggara program BIPA, baik yang berada di Indonesia serta para ahli atau pengamat BIPA.
c. Penganalisisan Data Dalam tahapan ini dilakukan penyeleksian ulang data, menganalisis data, dan mengonsultasikan hasil analisis data tersebut. Pada tahap penganalisisan data dilakukan penganalisisan hasil kuesioner yang telah diisi para penyelenggara BIPA dan para ahli serta pengamat BIPA yang berada di luar Indonesia, khususnya di Australia Barat. Kuesioner pada penelitian ini disusun dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat objektif karena data yang dikumpulkan berupa kategori.
Pertanyaan-pertanyaan yang berupa kategori tersebut
disusun secara acak dan pilihan jawaban ya atau tidak dan pilihan jawaban disusun tidak disusun berdasarkan peringkat. d. Penyusunan Laporan Pendeskripsian data pada saat menyusun laporan penelitian dilakukan berdasarkan kuesioner, hasil pengamatan, dan wawancara. Penyusunan naskah laporan yang dilanjutkan dengan perevisian naskah laporan penelitian.
0
Secara ringkas, tahapan dalam penelitian ini dapat dirangkum dalam
~agan
alir seperti di bawah ini.
c=
Pemetaan Pengajaran BIPA di Asia
~ Studi pustaka
I
!
Rancangan penelitian
Persiapan
~
Kuesioner penelitian Pendataan responden
J
Penyebaran Kuesioner
J
Studi Kepustakaan
J
Pengorganisasian Data
J
Pengumpulan Data
! Penganalisisan Data
__.
Penyeleksian data Penganalisisan data
!
Konsultasi hasil analisis
Penyusunan Laporan
Pendeskripsian data
__. ~---=====~ Penyusunanlaporan
Perevisian laporan
J
1.5 Format Laporan
Laporan penelitian pemetaan pengajaran BIPA di Asia ini terbagi atas enam bab sebagai berikut. Bab I Pendahuluan berisi infotmasi mengenai latar belakang, pengajaran BIPA di As ia, pembatasan masalah, bagan alir peneliti an, dan format laporan. l
Bab II Tinjauan Pustaka berisi informasi mengenai pemebelajaran
~ahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua dan kajian-kajian pustaka maupun penelitian yang terkait dengan pembelajaran BIPA di Asia. Bab Ill Tujuan dan Manfaat Penelitian berisi informasi mengenai tujuan dan manfaat serta prospek masa depan pembelajaran BIPA di Asia. Bab IV Metode Penelitian berisi informasi mengenai metode pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik penganalisisan data. Bab V Hasil dan Pembahasan berisi informasi mengenai profil lembaga penyelenggara BIPA mencakupi, antara lain, nama lembaga, alamat, tahun berdiri, dan status kelembagaan; pembelajaran BIPA mencakupi, antara lain, program,
kurikulum,
bahan,
metode,
evaluasi,
dan
hasil
pembelajaran;
pembelajar BIPA mencakupi, antara lain, asal, gender, motivasi, bidang kerja, penempatan, dan jumlah peserta didik; pengajar BIPA mencakupi, antara lain, asal, latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaan, gender dan waktu kerja; sarana dan prasarana pendukung pengajaran BIPA mencakupi, antara lain, informasi tentang gedung,
ruang ajar,
dan ruang
pengajar; serta dana
pembelajaran BIPA yang mencakupi informasi tentang sumber dana. Terakhir, Bab VI Penutup berisi informasi mengenai simpulan, saran, dan rekomendasi.
L
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa yang sangat populer di masyarakat negara kita. Bahasa ini mempunyai banyak pengaruh dari bahasa Melayu dan sedikit dari bahasa asing, penggunaannya pun telah banyak diperbaiki contohnya apabila dulu ditulis pemboe/oeh darah sekarang ditulis pembu/uh darah yang disesuaikan dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Apabila dilihat di mata internasional, bahasa Indonesia telah mendapat kedudukan yang tinggi, yang dihargai oleh negara-negara lain. Kesemuanya itu adalah sebuah penghargaan untuk bahasa Indonesia dan sebuah peristiwa yang penting untuk bangsa ini. Dengan banyaknya lembaga penyelenggara pengajaran Bahasa Indonesia di luar negeri tentunya merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyebarluaskan berbagai informasi tentang Indonesia. Dapat dikatakan lembaga penyelenggara pengajaran BIPA di luar negeri itu merupakan agen Indonesia yang potensial untuk ikut serta memperkenalkan Indonesia di dunia internasional. Untuk itu, sudah sepantasnya pemerintah, termasuk perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri,
me.nj~1in
kerja sama
yang lebih erat dengan lembaga-lembaga tersebut. Sejak 15 tahun lalu, perbincangan tentang BIPA telah diselenggarakan dan sampai hari ini penyelenggaraan pengajaran Bahasa Indonesia ini tampaknya
13
semakin tertata dengan rapi. Namun, dalam perjalanannya ,
pengajara~
BIPA
bukan tidak mendapat tantangan atau hambatan yang tidak kecil. Mulyana mengatakan bahwa pembelajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) eksistensinya tidaklah pernah terlepas dari fungsi bahasa dan sastra sebagaimana halnya dipersepsi orang . Kedua hal itu bagaikan dua sisi mata uang, baik antara bahasa dengan sastra, maupun antara BIPA dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Strategi pembelajaran BIPA juga tidak dapat melepaskan diri dari persoalan suasana, proses, substansi, dan evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Strategi yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dapat pula diterapkan dalam pembelajaran BIPA, sudah tentu penggunaannya disertai semangat untuk meningkatkan strategi itu dengan hal-hal baru
yang secara inovatif diharapkan akan mampu
meningkatkan mutu
pembelajarannya, selain mempertimbangkan aspek teoretik pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Dengan demikian, pembelajaran BIPA yang kita laksanakan, secara sistemik dapat mengoptimalkan strategi yang kita kuasai dalam pembelajaran bahasa maupun pembelajaran sastra Indonesia. Pada saat menyampaikan topik materi bahasa Indonesia, misalnya dapat menggunakan bahan ajar sastra dalam bentuk puisi, cerita pendek, novel, dan teks drama. Drs. I Nyoman Riasa, M.Ed. 1 dalam makalahnya yang disampaikan dalam Semiloka lnternasional BIPA tahun 2007 menyatakan bahwa ~o0disi pengajaran BIPA sedang menghadapi suatu dilema. Dilema tersebut dikatakan berasal dari dalam BIPA itu sendiri dan dari luar BIPA. Dilema yang berasal dari dalam BIPA itu sendiri berupa kurangnya komitmen akademik dari kalangan BIPA untuk http://pusatbahasa.diknas.go.id/laman/nawala.php?info=artikel&infocmd=show&infoid=48&row=2 .!~
secara tegas memosisikan bidang ini agar diakui sebagai profesi dan . bidang keilmuan tersendiri. Sementara itu, dilema yang berasal dari luar BIPA adalah kondisi keamanan di Indonesia yang tidak kondusif. Kondisi ini diperburuk dengan munculnya berbagai krisis (ekonomi, politik, dan keamanan). Harus diakui bahwa secara langsung maupun tidak langsung, dilema dari luar BIPA ini mengakibatkan penurunan minat pembelajaran BIPA di luar negeri, terutama di Australia. Dampak lanjutan dari penurunan minat ini adalah penutupan sejumlah program BIPA di berbagai universitas di Australia. Hal
senada juga
disampaikan
oleh
Hein
Steinhauer
pada
saat
menyampaikan perkembangan pengajaran BIPA di Belanda pada Semiloka lnternasional BIPA pada tahun 2007. Hein Steinhauer menyatakan bahwa masa depan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur Belanda masih berada di antara masa yang tidak terlalu murung, tetapi juga belumlah cerah. Penurunan minat untuk belajar bahasa Indonesia di Belanda, senada dengan yang disampaikan oleh Drs. I Nyoman Riasa, M.Ed., juga disebabkan oleh faktor yang berasal, baik dari luar BIPA maupun di dalam BIPA itu sendiri. Faktor di luar BIPA yang disebutkan oleh Hein Steinhauer, di antaranya, adalah perkembangan ekonomi, suasana politik dunia, konflik generasi, politik pendidikan, sistem beasiswa, perkembangan demografis, perkembangan media massa, citra studi humaniora, citra dunia ketiga, dan tentunya citra Indonesia. Lebih lanjut, dampak perkembangan ekonomi , misalnya, membawa bahasa lndone~ia· untuk bersaing dengan studi bahasa Asia yang populer saat ini, seperti bahasa Jepang dan Gina Mandarin-bahasa-bahasa yang dipakai oleh negara-negara di Asia dengan perekonomian yang kuat dan sangat berpengaruh di Asia. Sementara itu, faktor 2
http : I I pusatbahasa. diknas . go . id/ Laman/ nawala . php?info=a rtikel&infocmd=show&infoid=65&row=4
15
dari dalam BIPA yang disebutkan oleh Hein Steinhauer adalah susunan dan keahlian staf pengajar BIPA. lsu pembelajaran BIPA memang cukup dominan karena memiliki peran yang cukup esensial dan strategis dalam program BIPA. Upaya penciptaan dan pengkondisian belajar BIPA berhubungan secara langsung dengan proses belajar mengajar yang dapat diamati mekanisme serta hasilnya (Long, 1987; Rodgers, 1990; Baradja, 1991 ). Program BIPA masih belum memiliki pola acuan dan parameter yang jelas untuk kepentingan penentuan kualifikasi keterukuran sebuah pembelajaran BIPA. Sebagai sebuah sistem, pembelajaran BIPA selayaknya memiliki pola acuan, karakteristik spesifik yang menandai entitas sebuah pembelajaran BIPA. Entitas inilah dapat dibedakan secara jelas antar pembelajaran BIPA dengan bentuk pembelajaran yang lain. Pola acuan pembelajaran tersebut menjadi persyaratan urgen dan semestinya dipenuhi (Stern, 1987). Rambu-rambu yang menjadi dasar acuannya, peranan dan fungsi pola acuan pembelajaran BIPA, penanda program menjadi
landasan
pengembangan
pembelajaran
selanjutnya.
Model
pembelajaran BIPA merupakan perwujudan dari prinsip dasar pembelajaran yang dipilih dan dijadikan sebagai acuannya, misalnya model tutorial, pembelajaran BIPA yang diterapkan di program BIPA, Center for Indonesian Studies, Universitas Negeri Malang sejak tahun 1990.
1-::l
2.1 Teori Pembelajaran Bahasa Kedua (Bahasa Asing)
Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari oleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat, yang diperoleh secara alamiah dan wajar sejak lahir disebut bahasa ibu atau bahasa pertama. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh orang-orang di luar lingkungan kelompok masyarakatnya disebut bahasa asing yang apabila dipelajari oleh orang tersebut akan menjadi bahasa kedua. lstilah
bahasa
kedua
atau
second
language
digunakan
untuk
menggambarkan bahasa-bahasa yang pemerolehan/penguasaannya dimulai setelah masa anak-anak awal (early childhood) termasuk bahasa ketiga atau bahasa-bahasa lain yang dipelajari kemudian. Bahasa-bahasa yang dipelajari itu disebut juga dengan bahasa target (target language).
2.1.1 Pemerolehan Bahasa Kedua
Kondisi saling ketergantungan antara satu negara dan negara lainnya menjadikan penguasaan bahasa kedua menjadi sesuatu yang sangat penting dewasa ini. Bahasa kedua perlu dipelajari untuk kepentingan sektor pendidikan, pariwisata, politik, dan ekonomi. Pada pemerolehan bahasa kedua, siswa sudah menguasai bahasa pertama dengan baik dan perkembangan pemerolehan bahasa kedua tidak seiring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya. Selain itu, pe111er,Piehan bahasa pertama dilakukan secara informal dengan motivasi yang sangat tinggi (siswa memerlukan bahasa pertama ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya), pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara formal dan motivasi siswa pada umumnya tidak terl alu tinggi karena bahasa kedua :.. 7
tersebut tidak dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari di lingkungan
masy~rakat
siswa tersebut.
2.1.2 Pembelajaran Bahasa Kedua
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua. 1.
Kemampuan bahasa Biasanya apabila memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua secara formal, seseorang akan melalui tes kemampuan bahasa atau language aptitude test yang dilakukan oleh lembaga kursus bahasa untuk
menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa yang akan sukses di dalam pembelajaran bahasa kedua. Meskipun demikian, masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemampuan bahasa atau language aptitude itu sendiri. Apakah kemampuan bahasa itu merupakan suatu
kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia, atau suatu kompleks faktor termasuk di dalamnya motivasi dan lingkungan. Penelitian mengenai kemampuan bahasa atau language apititude sering dikritik karena tidak relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa di sekolah-sekolah bahasa yang harus berusaha sekuat tenaga untuk menguasai bahasa kedua terlepas dari apakah mereka
~eQiiliki
bakat atau
tidak untuk hal tersebut. 2. Usia Sebagian besar masyarakat umum masih meyakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. ~
Belajar bahasa kedua ketika telah dewasa akan merasa sulit. Akan
t~tapi,
penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuktikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut. Banyak orang yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitianpenelitian yang dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu mengubah aksen mereka seperti aksennya penutur asli. Aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit untuk diubah. Hal menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah jika program pembelajaran bahasa kedua yang diberikan berupa immersion/pembelajaran
bahasa
kedua
dengan
terjun
langsung
di
lingkungan penutur asli, orang dewasa cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua jika dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini dikarenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempurna jika dibandingkan dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman berbahasa jika dibandingkan dengan anak-anak. 3. Strategi yang digunakan Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran bahasa kedua dapat berhasil. Secara umum strategi
pem~roJehan
bahasa
kedua dibagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi. Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua,
sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan . oleh siswa kelas bahasa kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi kebuntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya
akses
terhadap
bahasa
yang
benar,
misalnya
dengan
menggunakan mimik dan gerakan tangan .
2.1.3 Metode Pembelajaran Bahasa Kedua
Banyak metode atau cara yang dapat digunakan untuk
mempelajari
bahasa kedua. Metode atau cara yang dipilih akan bergantung pada seberapa cepat dalam menguasai bahasa kedua itu. Lokasi tempat tinggal dan banyak dananya dapat dialokasikan untuk mencapai tujuan kita tersebut. Gabungan dari beberapa metode atau cara tentu akan memberikan hasil belajar yang lebih optimal jika dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu metode saja. 1. Pembelajaran di dalam kelas Ketika dilaksanakan pembelajaran bahasa kedua di dalam kelas, guru dapat senantiasa memberikan materi, dorongan dan umpan balik serta dapat menjadi lawan untuk mempraktikkan kemampuan bahasa kedua. Agar dapat menyelenggarakan pembelajaran bahasa kedua yang baik di dalam kelas, guru membutuhkan sumber-sumber pembelajaran bahasa yang autentik. lni terutama dibutuhkan ketika mempelajari bahasa kedua di negara kita sendiri. Sumber-sumber pembelajaran bahasa yang digunakan har~;~s.autentik dalam hal lafal , intonasi, aksen, dan idiom . Tanpa adanya sumber-sumber pembelajaran bahasa seperti itu akan sangat sulit bagi seorang guru bahasa kedua untuk dapat menyampaikan perasaan dan pikiran orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pertamanya . Untuk itu,
ketika mengajar, para guru bahasa kedua sebaiknya hanya menggul)akan rekaman suara yang dituturkan oleh penutur asli. Bahan-bahan pengajaran visual, seperti video atau film juga harus menampilkan kebudayaan orang kedua yang autentik. Oleh karena itu, para guru sebaiknya tidak terlalu banyak menggunakan video atau film yang hanya menampilkan keindahan negara penutur bahasa kedua, tetapi tidak ada kaitannya dengan masalah kebudayaan orang penutur bahasa kedua. Video atau film yang hanya menampilkan keindahan negara penutur bahasa kedua biasanya ditujukan hanya kepada para turis saja. Selain itu, guru/pihak sekolah dituntut untuk mampu menyediakan koran dan majalah dalam bahasa kedua karena merupakan dua sumber bacaan yang valid dan selalu memberikan informasi terkini mengenai kebudayaan orang kedua. 2. Pembelajaran otodidak. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua yang banyak di jual di toko-toko buku/kaset atau dapat dipesan online melalui internet. Kelemahan mendasar dari metode bel ajar ini adalah tidak adanya guru yang mendampingi.
Bahasa memang merupakan sebuah keterampilan. Oleh karena itu, belajar bahasa dilakukan dengan berbahasa. Mekanisme pembelajaran ,yang tepat harus mengaktifkan
siswa
untuk
berbahasa,
yaitu
memahami,
mengaplikasi,
menganalisis materi ajar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tidak ada pemahaman jika siswa tidak mampu mengungkapkannya kembali. Selain itu, siswa belajar secara aktif melalui prestasi konsep, kasus, kreativitas baru, dan
dilanjutkan dengan diskusi; memahami konsep secara tepat, mencermati ber.bagai kasus; dan mampu menghasilkan kreativitas baru. Siswa mengembangkan berbagai keterampilan menyebutkan dan mengaplikasi ciri-ciri umum bahasa yang baik dan benar. Ciri-ciri khusus yang menyangkut ejaan yang baku, diksi yang baik dan benar, kalimat yang baik dan benar, paragraf yang baik dan benar, karangan yang baik dan benar, serta terampil menyebutkan kesalahan untuk memperbaikinya. Tujuan pembelajaran bahasa bukanlah untuk menjadikan siswa sebagai ahli bahasa, melainkan sebagai seorang yang dapat menggunakan bahasa untuk keperluannya sendiri. Belajar bahasa yang bukan bahasa pertama disebut bahasa kedua atau bahasa asing (Sri Utari Subyakto, 1993: 3). Berkaitan dengan istilah bahasa kedua atau bahasa asing, dalam bahasa lnggris dihasilkan istilah-istilah yang berbeda. 1. TESL (Teaching English as Second Language) lstilah TESL (Teaching English as Second Language) digunakan di negara-negara yang menggunakan bahasa lnggris sebagai bahasa kedua , seperti Singapura dan Filipina. 2. TELF (Teaching English as a Foreign Language) lstilah TESL digunakan di negara-negara yang menggunakan bahasa lnggris sebagai bahasa asing, seperti Indonesia. 3. TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languc:g~) lstilah TESOL digunakan di negara-negara yang penutur aslinya tidak menggunakan bahasa lnggris, seperti Indonesia. Ditinjau dari sudut sejarah, gejala penguasaan lebih dari dua bahasa (bilinguasilme) atau penguasaan lebih dari dua bahasa (multilingualisme) 22
merupakan hal yang normal terjadi. Menurut Rodgers (1986}, kira-kira 60% c;jari penduduk dunia menguasai lebih dari satu bahasa. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kalau pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing merupakah hal yang penting. Stephen Krashen (1984) menyatakan bahwa teori pemerolehan bahasa kedua adalah bagian dari linguistik teoritik karena sifatnya yang abstrak. Menurut Stepen, dalam pengajaran bahasa kedua, yang praktis adalah teori pemerolehan bahasa yang baik. Krashen mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing mempunyai tahap sebagai berikut. 1. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa lstilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua (Second Language Learning) dilaksanakan dengan sadar. Pada anak-anak, error (kegalatan) dikoreksi oleh lingkungannya secara tidak formal, sedangkan pada orang dewasa yang belajar bahasa kedua kegalatan diluruskan dengan cara belajar dan berlatih ulang. 2. Hipotesis mengenai Pemantau (Monitor) Pembelajaran berfungsi sebagai pemantau. Pembelajaran tampil untuk menggantikan bentuk ujaran sesudah ujaran dapat diproduksi berdasarkan sistem. Penerapan pemantau dapat menghasilkan efektivitqs ~-ika pemakai bahasa kedua atau bahasa asing memusatkan perhatian pada bentuk yang benar.
23
3. Hipotesis Input (Masukan) Pada saat ini pembelajar bahasa kedua atau bahasa asing dianggap mengalami suatu perkembangan. Untuk menuju tahapan perkembangan dituntut suatu syarat bahwa pembelajar bahasa kedua atau bahasa asing sudah mengerti mengenai masukan yang berisi informasi mengenai bahasa terse but. 4. Hipotesis Filter Afektif Konsep ini dikemukakan oleh Dulay dan Burt (1977), yaitu bagaimana faktorfaktor afektif mempunyai kaitan dengan proses pemerolehan bahasa. 5. Hipotesis Analisis Kontrastif Menurut hipotesis ini sistem yang berbeda dapat menghasilkan masalah, sedangkan sistem yang sama atau serupa menyediakan fasilitas atau memudahkan pembelajar memperoleh bahasa kedua atau bahasa asing. Namun, hipotesis ini ternyata juga dianggap kurang efektif karena di dalam banyak kasus sistem yang berbeda justru tidak menimbulkan masalah dan sebaliknya.
6. lnterlanguage lnterlanguage adalah bahasa yang mengacu pada sistem bahasa di luar
sistem bahasa pertama dan kedudukannya berada di antara bahasa pertama dan bahasa kedua (Selinker, 1972). lstilah lain adalah approximative system dan idiosyncratic dialect. Kajian studinya menghasilkan
a~allsis
kegalatan
(error analysis) dan membedakannya dengan mistake.
7. Tahapan Perkembangan Bahasa-Antara Secara ringkas teori tahapan- perkembangan bahasa antara menurut Corder (1 973) dapat dirangkum sebagai beriKu ..
a. Tahapan Kegalatan Acak b. Tahapan kebangkitan
Pada tahapan ini pembelajar mulai menginternalisasi beberapa kaidah bahasa kedua atau bahasa asing, tetapi belum mampu membetulkan kesalahan yang dibuat penutur lain.
c. Tahapan Sistematik Pembelajar sudah mampu menggunakan bahasa kedua atau bahasa asing secara konsisten walaupun kaidah bahasa kedua atau bahasa asing belum sepenuhnya dikuasainya.
d. Tahapan Stabilisasi Pembelajar relatif menguasai sistem bahasa kedua atau bahasa asing dan dapat menghasilkan bahasa tanpa banyak kegalatan atau pada tingkat post systematic menurut Corder.
2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua (Bahasa Asing)
Pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing belum banyak diperkenalkan
bagi
mahasiswa.
Belum
banyak
ditemukan
tulisan
yang
menguaraikan tentang pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dilihat dari latar belakang kebahasaan pembelajar. Bagi penutur bahasa lnggris atau pun bahasa Prancis tentu akan lebih sulit belajar bahasa Indonesia jika anak
Bali
atau
orang
Jawa
belajar
bahasa
dibanding~a{l
Indonesia
dengan anak-
karena
adanya
keserumpunan bahasa. Bahasa Bali, Jawa, Sasak, Sunda adalah bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia. Keserumpunan ini akan memfasilitasi pembelajaran. Berbeda dengan bahasa yang tidak serumpun, akan terasa adanya 25
kesulitan dalam belajar. Pembelajar akan memanfaatkan kompetensi linguistik,nya untuk mempelajari bahasa baru. Kompetensi linguistik yang dimiliki tentu sesuai dengan bahasa pertamanya. Dalam hal ini pada bahasa pembelajar akan banyak muncul interferensi baik yang bersifat struktural, leksikal, maupun yang bersifat fonologis. Apabila ini tidak ditangani, besar kemungkinan bentuk bahasa ini akan memfosil, menjadi kebiasaan dalam berbahasa. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan dalam pembelajaran bahasa lnggris sebagai bahasa kedua maupun sebagai bahasa asing, barangkali teoriteori ini bisa diadaptasi untuk pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
Berbagai
prinsip
belajar bahasa kedua,
berdasarkan pendekatan-
pendekatan tertentu, misalnya pendekatan pengajaran yang digunakan adalah "bertemanlsharing partner'' dengan metode problem solving untuk memenuhi rasa
keingintahuan tentang bahasa Indonesia. Perkembangan dan implementasi kebijakan bahasa nasional di sekolahsekolah di Australia, menurut Lo Bianco (1987) membuat bahasa Indonesia menjadi salah satu dari tiga bahasa Asia yang paling digemari untuk diajarkan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan beberapa hasil penyelidikan memperlihatkan
bahwa Australia merupakan satu-satunya negara di dunia yang mempunyai suatu program pengajaran bahasa Indonesia sebagai
bahas~
asing yang terorganisasi
dari sekolah tingkat pertama sampai dengan perguruan tinggi. Dengan adanya implementasi kebijakan bahasa nasional ini, penelitian tentang b~h
para penyelenggara BIPA di luar Indonesia, khususnya Asiat; (4) Bagaimana
38
prospek dan peluang perkembangan pengajaran BIPA di luar Indonesia, khususnya Asia pada masa yang akan datang . Sesuai dengan masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan peta pengajaran BIPA di luar negeri atau di luar Indonesia, khususnya Asia .Tujuan umum tersebut akan dicapai melalui tujuan-tujuan khusus sebagai berikut. Pertama, memetakan jumlah penyelenggara BIPA di luar Indonesia, khususnya di Asia. Kedua , memetakan kekuatan serta kelemahan pengajaran BIPA yang diselenggarakan oleh para penyelenggara program BIPA di Asia. Ketiga, memetakan masalah pengajaran BIPA yang dihadapi oleh para penyelenggara BIPA serta untuk menghimpun solusi untuk setiap masalah yang dihadapi oleh para penyelenggara BIPA di Asia . Keempat, memberikan gambaran tentang prospek dan peluang perkembangan pengajaran BIPA pada masa yang akan datang.
3.2 Manfaat Penelitian Pemetaan pengajaran BIPA dalam penelitian ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut. Pertama, pemetaan jumlah penyelenggara BIPA di luar Indonesia, khususnya di Asia. Kedua, pemetaan kekuatan serta kelemahan pengajaran BIPA yang diselenggarakan oleh para penyelenggara program BIPA di luar Indonesia, khususnya di Asia. Peta kekuatan serta kelemahan pengajaran BIPA ini diharapkan dapat menjawab kekhawatiran
para tokoh
BIPA tentang
penurunan minat
pembelajaran BIPA yang disebabkan oleh faktor di dalam BIPA. Ketig~, pemetaan masalah pengajaran BIPA yang dihadapi oleh para penyelenggara BIPA di luar Indonesia, khususnya di Asia . Pemetaan masalah pengajaran BIPA ini diharapkan
.
dapat memberikan gambaran tentang hambatan pengajaran BIPA sekaligus untuk
39
menghimpun solusi untuk setiap masalah yang dihadapi oleh para penyelenggara BIPA. Keempat, selain pemetaan masalah pengajaran BIPA,
penelitiari ini
diharapkan
dan
dapat
memberikan
gambaran
tentang
prospek
peluang
perkembangan pengajaran BIPA di luar Indonesia, khususnya di Asia pada masa yang akan datang. Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang pengajaran BIPA di luar Indonesia, khususnya di Asia. Selanjutnya, secara praktis,
informasi
dalam
pertimbangan
dalam
memantapkan
peran
penelitian
penetapan BIPA
ini
diharapkan
langkah-langkah
sebagai
penggalang
dapat atau
citra
menjadi
bahan
kebijakan
untuk
di
dunia
Indonesia
internasional. Selain itu, bagi para penyelenggara program BIPA, secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran BIPA serta menjadi sumber informasi tentang prospek serta peluang perkembangan pengajaran BIPA pada masa yang akan datang.
3.3 Prospek Masa Depan Banyak kalangan mengkhawatirkan masa depan pengajaran BIPA di Asia. Hill (2003) memperingatkan bila kecenderungan seperti sekarang ini terus berlanjut, pengajaran BIPA di Asia akan mencapai titik yang mencemaskan. Hill mengutip laporan Asian Studies Association of Asia bahwa pembelajaran bahasa indonesia di Asia mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir, terutama ditingkat universitas. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan memberikan gamoa~an kenyataan entang pembelajaran BIPA di Asia saat ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran prosek masa '
depan pengajaran BIPA di Asia yang mencakupi beberapa hal. Pertama, dapat
-10
terpenuhinya kekurangan staf pengajar, baik dari segi jumlah maupun keterampilan berbahasa jika ternyata berdasarkan hasil penelitian ternyata rasio jumlah pengaJar dan peserta BIPA tidak berimbang. Kedua, dapat terpenuhinya bahan ajar BIPA di Asia yang secara khusus menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia. Ketiga, terselenggaranya kerja sama antara Indonesia dan Asia yang dapat memayungi kegiatan pengajaran BIPA di Asia. Keempat, terbentuknya sebuah lembaga yang secara khusus menangani masalah bahasa dan kebudaayaan Indonesia di Asia.
41
BAB IV METODE PENELITIAN
Penelitian dalam pengajaran bahasa asing mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan hasil dan proses belajar-mengajar bahasa tersebut. Hal tersebut juga berlaku bagi pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA). Hasil pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) di Asia
diharapkan
pengajar/instruktur/guru,
dapat
memberikan
pembelajar/siswa,
masukan
ataupun
instansi
kepada
para
terkait tentang
proses pembelajaran yang dialami seseorang, situasi, dan kondisi yang membuat proses pembelajaran tersebut berlangsung lebih efektif serta aspek-aspek yang mempengeruhi proses tersebut. (Setyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa asing). Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif ini dipilih karena data dalam penelitian ini dijaring dengan menggunakan kuesioner yang berfungsi sebagai alat pengukur untuk menghasilkan data yang bersifat numerik (Emzir, 2008: 27, 29) 1. Selain itu, pertanyaan dalam kuesioner penelitian yang digunakan untuk menjaring data peta pengajaran BIPA ini berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu penyediaan atau pengumpulan data, analisis atau pengolahan data, dan penyaji~n ,analisis data (Sudaryanto, 1993:5-8) 2 . Tiap-tiap tahap dijelaskan sebagai berikut.
I E mzir. 2008 . Metodologi Penelitian P endidika n : Kuantitatifdan Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2 Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Ana/isis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebuday aan S ecara Linguistik. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.
42
4.1 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelian ini dilakukan dengan menggunakan metode non-propability sampling, yaitu seluruh individu dalam kelompok target tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian (Setyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa asing). Artinya,
sampel
yang
digunakan
berdasarkan
kriteria
tertentu,
misalnya
kemudahan untuk menghubungi individu tertentu atau kerelaan dari individu tertentu untuk menjadi subjek dalam penelitian. Metode non-propability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel subjektif Uudgmental sample) karena pertimbangan subjektif memegang pearanan dalam penentuan sampel. Walaupun dalam penelitian ini sampel yang digunakan tidak menggunakan pertimbangan-pertimbangan ilmiah, penggunaan sampel ini masih tetap memperhatikan informasi-informasi yang ada untuk dijadikan landasan dalam menentukan responden yang dijadikan sampel. Dalam penelitian ini yang dijadikan penentu responden yang dijadikan sampel adalah lokasi dan eksistensi lembaga pengajaran BIPA di Asia.
4.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian selalu terjadi pengumpulan data. Agar data yang dikumpulkan memenuhi pesyaratan dan dapat
dipertanggungj~yXabkan
secara
ilmiah, pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian terdiri atas daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab
43
secara tertulis. Kuesioner digunakan dengan alasan bahwa yang diteliti. atau diukur berupa variaberl yang bersifat
faktual. Pertimbangan lain penggunaan
kuesioner adalah bahwa alat ukur ini sangat efektif untuk mengukur aspek-aspek atau variabel-variabel yang terkait dengan aspek psikologis maupun sosiologis. Pada penelitian ini kuesioner diberikan kepada langsung kepada responden dan juga kepada narasumber yang mengenal berbagai karakteristik responden untuk melakukan penilaian terhadap responden. Dalam hal ini kuesioner digunakan pertanyaan tertutup (close-ended questions) yang disajikan dalam bentuk data nominal (ya/tidak) dan pertanyaan terbuka (open-ended questions) yang memungkinkan responden mempunyai sedikit kebebasan dalam menjawab pertanyaan karena sangat mungkin ada jawaban responden yang tidak terwakili dalam pilihan-pilihan yang tersedia. Selain itu, kuesioner ini juga bertujuan mengungkapkan latar belakang responden. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner disusun berdasarkan kategori-kategori yang dikembangkan dalam suatu penelitian (Politzer dan McGroarty, 1985) yang mencakupi proses pembelajaran, pembelajar, pengajar, serta sarana dan prasarana belajar.Data dalam penelitian ini dijaring dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dapat dilihat dari tiga segi, yaitu (1) cara menjawab, (2) jawaban yang diberikan, dan (3) bentuknya (Arikunto, 1997: 128-9). Berdasarkan ketiga kriteria terse but, kuesioner dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. Dari segi cara menjawab, kuesioner yang digunakan da!am penelitian ini termasuk kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka digunakan untuk menjaring
data
mengenai
data
penyelenggara
BIPA,
data
sistem
penyelenggaraan BIPA, serta masa~ah yang dihadapi oleh para penyelenggara program BIPA. Sementara itu, kuesioner tertutup digunakan untuk menjaring data 44
mengenai media pengajaran dan kualitas pengajar BIPA serta data mengenai peluang perkembangan pengajaran BIPA pada masa yang akan datang. Responden dalam penelitian ini adalah penyelenggara program BIPA, baik yang berada di Indonesia serta para ahli atau pengamat BIPA. Sementara itu, dari jawaban yang diberikan, kuesioner dalam penelitian ini bersifat langsung. Dikatakan langsung karena responden menjawab tentang dirinya.
Dalam
arti,
pertanyaan
dalam
kuesioner
dijawab
sendiri
oleh
penyelenggara program BIPA dan para ahli atau pengamat BIPA.
4.3 Teknik Penganalisisan Data Analisis kuantitatif yang akan dilakukan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah jenis analisis data yang dimaksudkan untuk mengungkapkan data sampel untuk masing-masing variabel penelitian secara tunggal (Muhamad, Farouk dan Djaali. 2003. Metodologi Penelitian Sosial) Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif yang meliputi tabel distribusi frekuensi, grafik, ukuran pemusatan (gejala pusat) dan ukuran penyebaran.
Pada penelitian ini level pengukuran yang digunakan adalah data
nominal. Kuesioner pada penelitian ini disusun dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat objektif karena data yang dikumpulkan berupa kategori. Pertanyaanpertanyaan yang berupa kategori tersebut disusun secara aca.k .dan pilihan jawaban ya atau tidak dan pilihan jawaban disusun tidak disusun berdasarkan peringkat. Angka yang nanti digunakan dalam penganalisisan data tidak bermakna kecuali berfungsi sebagai simbol. Dalam menggunakan angka nominal 1 (ya), 2 (tidak), dan 3 (tidak tahu) bukan berarti angka 1 lebih rendah nilainya 45
917
·Jauo,san:>f we1ep epe 6ueX po6ale:>f !l!:>feMaw e,\ue4 lnqasJal £ uep 'l '~ e>t6uv ·£ uep l e)j6ue epedpep
BABV PEMBAHASAN
5.1 Pengantar Bahasa Indonesia dapat dilihat secara politis dan secara linguistis. Secara politis bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara bagi seluruh warga negara Republik Indonesia. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ini telah dirumuskan dalam Politik Bahasa Nasional (Amran Halim, ed , 1976) dan telah banyak dikutip. Secara linguistis bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki sistem tersendiri seperti bahasa-bahasa lain. Sistem ejaan telah jelas dengan ad anya Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Pedoman EYD); kosa atanya tergambar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ; sedangkan sistem fonologi, '11orfologi, dan sintaksisnya dapat dipelajari dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia BBBI) yang edisi terakhirnya disusun oleh Hasan Alwi, dkk.(1998). Perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam hal ejaan, kosa ata, dan struktur cukup jelas karena bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa ang berdiri sendiri dan memiliki sistem tersendiri. Dalam hal ejaan yang perlu dicatat adalah adanya dua huruf yang melambangkan satu bunyi, misalnya kh, ng, ny, dan sy; ::an satu huruf yang melambangkan lebih dari satu bunyi, misalnya .e gan k. Perbedaan . ang menonjol mungkin adanya "keluwesan" dalam pemakaian yang tidak dimiliki _ah asa lain. Yang dimaksud keluwesan di sini, yaitu variasi bebas dan penyimpangan • ang tidak mengganggu proses komunikasi atau tidak menimbulkan salah paham bagi :.elakunya , terutama dalam ragam lisan. Ucapan, aksen , dan intonasi yang bervariasi 47
dalam bahasa Indonesia tidak pernah menimbulkan persoalan. Selain itu, banyaknya kata-kata asing masuk ke dalam bahasa Indonesia dan mudahnya pembentukan akronim juga merupakan sesuatu yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa lain. Untuk mencapai tujuan pokok belajar bahasa Indonesia adalah agar dapat menggunakannya dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Khusus untuk penutur asing tidak perlu dan juga tidak mungkin mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh, baik tata bunyi, kosa kata, maupun tata bahasa. Mereka entu
harus mempelajari apa-apa yang
mereka butuhkan, tetapi tidak harus
mempelajari apa yang tidak mereka butuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mackey entang seleksi dalam pembicaraan mengenai metode. Menurut Mackey tidak ada etode yang dapat mengajarkan keseluruhan suatu bahasa. Tak ada penutur asli yang -nengetahui keseluruhan bahasa mereka sendiri. Sejumlah besar materi yang diajarkan ad alah beberapa metode mencakup banyak hal yang tidak pernah dipakai dan segera :J1Iu pakan. Adapun seleksi dilakukan berdasarkan: (1) tujuan, tingkat, dan lama, (2) tipe, Jan (3) jumlah yang dipilih, yang semua dipengaruhi
oleh (4) cara seleksi, dan
...,enentukan (5) butir-butir yang diseleksi dari fonetik, tata bahasa, kosakata dan sem antik (Mackey, 1971:101-1 02) lnformasi tentang kebutuhan pelajar itu amat diperlukan untuk menyusun
~rikulum yang berpusat pada pelajar dan untuk pengajar yang berperan sebagai ;asilitator. Untuk itu, diperlukan analisis kebutuhan komunikasi yang benar-benar __nutu hkan oleh pelajar; Jadi, bukan kebutuhan umum, melainkan kebutuhan khusus. =engkh ususan kebutuhan komunikasi ini diutamakan untuk seleksi fungsi ujaran atau
...
tindak komunikasi yang perlu dipelajari oleh pelajar. Dengan menggambarkan profil kebutuhan komunikasi dapat ditentukan kecakapan dan bentuk-bentuk linguistik khusus yang perlu dipelajari (Munby, 1978: 24). Dalam hal ini, Nunan mengatakan bahwa para pendukung kurikulum yang berpusat pada pelajar kurang tertarik pada pelajar yang mau menguasai keseluruhan suatu bahasa,. tetapi lebih tertarik untuk membantu mereka memperoleh keterampilan komunikatif dan kebahasaan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan tugas dalam dunia nyata. lni berarti, secara implisit pandangan yang berpusat pada pelajar mengaku bahwa tidak ada orang yang menguasai segala aspek bahasa (Nunan, 1988: 22). Dalam buku yang berjudul Communicative Syllabus Design (1978) Munby memberikan
model
untuk
mengkhususkan
kompetensi
komunikatif
dengan
parameternya dan bagaimana komponennya berinteraksi untuk memproses masukan menjadi keluaran. Dalam buku itu.,analisis kebutuhan diuraikan secara teliti dari berbagai segi. Profil kebutuhan komunikatif pelajar (participant) dalam model itu diinterpretasikan dalam hubungannya dengan keterampilan bahasa dalam kenyataan. unby tidak menggunakan istilah keterampilan bahasa yang meliputi empat macam: rnendengarkan, berbicara, membaca, dan menu/is sebagai konsep makro, tetapi istilah
eterampilan digunakan dalam konsep mikro yang tidak memisahkan keempat eterampilan itu.
49
5.2 Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities 5. 2.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities merupakan universitas negeri di Cina. Lembaga penyelenggara BIPA ini beralamat di Nomor 188, Daxue Dong Road, Nanning, Guangxi, Cina. Lembaga BIPA ini berdiri tahun 2005. Berbeda dengan lembagai BIPA di luar universitas, lembaga penyelenggara BIPA ini berada di bawah koordinasi Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities. Dengan demikian, nama yang digunakannya adalah nama jurusan di universitas tersebut.
5.2.2 Program Pembelajaran BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for asionalities memiliki dua jenis program pembelajaran BIPA, yaitu kelas reguler atau elas program studi dan kelas intensif. Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing,
Guangxi
University
for
Nasionalities
pembelajaran privat, kelas regular dan
tidak
menyelenggarakan
wisata, serta kelas
tujuan khusus
program karena
program yang dilaksanakan di lembaga ini hanya program reguler dan privat. 0
enyelenggara program ini juga tidak melayani penempatan kelas berdasarkan
oermintaan pembelajar. Program ini dilaksanakan dengan model
pe~belajaran dengan
satuan kredit semester seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini di tempuh jalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan.
-o
Kurikulum di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities dipersiapkan oleh penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler. Dalam pengertian ini, Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing , Guangxi University for Nasionalities telah memiliki program baku. Kurikulum di penyelenggara BIPA ini disusun oleh tim khusus di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan. Dalam penyusunan kurikulum dan silabus, lembaga ini tidak melibatkan pihak lain. Ada tim khusus yang menangani program tersebut, yaitu
tim pengajar BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa
Asing, Guangxi University for Nasionalities. Dengan demikian, kurikulum di lembaga ini bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk kepentingan di lembaga tersebut. Silabus di lembaga BIPA ini merupakan turunan dari kurikulum yang telah disusun oleh tim penyusun . Oleh karena itu, pengajar ketika membuat silabus dan menyajikan materi ajar harus berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam kurikulum ini tidak dijelaskan bahwa waktu pembelajaran dalam satu pertemuan dibagi dalam pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. Padahal, untuk mengefektifkan program pembelajaran diperlukan pembagian pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. Bahan ajar yang digunakan oleh Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities adalah bahan ajar yang disusun oleh pengajar itu di lembaga pengajaran BIPA. Di samping itu, sebagian bahan ajar yang ~rasal
dari kepustakaan
Indonesia digunakan oleh lembaga pengajaran BIPA '
:ersebut. Untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan bahan ajar lembaga ini juga
-1
mengupayakan penyediaan bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektrik lainnya. Akan tetapi, bahan ajar dari Pusat Bahasa, Kemendiknas belum digunakan oleh lembaga penyelenggara BIPA. Padahal, buku itu merupakan bahan ajar yang disusun dengan melibatkan pakar BIPA di Indonesia. Bahan ajar ini merupakan bahan ajar yang bersifat nasional. Metode pembelajaran di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas bergantung pada minat pembelajar yang mengikuti program ini. Jumlah pembelajar setiap kelas paling banyak dua puluh orang. Dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini tidak dibagi dalam kelompok. Dengan sistem ini tentu sulit untuk melihat perkembangan tiap-tiap pembelajar. Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for asionalities melaksanakan evaluasi pelaksanaan program. Penyelenggara BIPA ini melaksanakan evaluasi pe'l!belajaran pada akhir kegiatan atau tes akhir (posttest). Tes akhir digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Selain itu, Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa sing, Guangxi University for Nasionalities juga melaksanakan evaluasi program pembelajaran pada pertengahan pertemuan yang berupa tes formatif atau tes sumatif. es ini sangat penting untuk melihat kemampuan pembelajar ter~adap ketercapaian ateri yang disampaikan oleh pengajar. Dengan menggunakan tes formatif atau sumatif ini, kemampuan pembelajar dapat diprediksi lebih awal sehingga kemungkinan etidaklulusan pembelajar dapat diatasi. Namun, karena berbagai hal, Jurusan Bahasa
.
donesia,
Fakultas
Bahasa Asing,
Guangxi
University for
Nasionalities tidak
mengadakan tes awal (pretest). Semua pembelajar harus mengikuti kurikulum yang telah disusun oleh penyelenggara BIPA . Evaluasi juga dilakukan pada akhir program pembelajaran utuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajar. Penghargaan kepada pembelajar merupakan bagian yang penting dalam penyelenggaraan program pembelajaran.
Penghargaan yang diberikan kepada
pembelajar berbentuk sertifikat atau ijazah. Di samping ijazah, pembelajar juga diberi hasil pembelajaran atau laporan pelaksanaan pembelajaran setiap semester. Laporan pelaksanaan pembelajaran menjadi penting bagi pengajar dan penyelenggara program karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Bagi pengajar BIPA, laporan hasil pembelajaran ini dapat digunakan untuk melihat hasil atau capaian terhadap keterserapan materi yang disampaikan. Laporan ini juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kesulitan dan gradasi bahan ajar. Dalam pengertian ini bahan ajar tersebut sudah sesuai dengan tingkatan pembelajar atau belum. Di samping itu, metode dan teknik pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat diamati dari kegiatan evaluasi program. Kegiatan evaluasi juga mencakup penilaian terhadap kompetensi
pengajar.
Melalui evaluasi ini keterampilan pengajar dapat diukur. Dia mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik atau tidak mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik. Bagi penyelenggara program pembelajaran BIPA, evaluasi ini_dapat digunakan
.
.
untuk melihat penyelenggaraan program pembelajaran secara menyeluruh. Manajemen pengelolaan
pembelajaran
BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaluasi ini.
Selanjutnya, jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak
.
sesuai dengan program yang telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan
terhadap program tersebut. Begitu juga dengan pelaksanaan program pembelajaran di · Jurusan
Bahasa
Indonesia,
Fakultas
Bahasa
Asing,
Guangxi
University
for
Nasionalities. Lembaga penyelenggara program pembelajaran ini melakukan kegiatan evaluasi program untuk mengamati pelaksanaan program pembelajaran di lembaga terse but.
5.2.3 Pembelajar BIPA Semua pembelajar di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities
berasal dari negara penyelenggara BIPA. .
Pembelajar BIPA di lembaga ini tidak ditempatkan berdasarkan tes penempatan dan rekomendasi, tetapi ditempatkan berdasarkan permintaan. Dari jumlah pembelajar ersebut, motivasi mereka untuk mengikuti program pembelajaran BIPA bervariasi. Mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk keperluan bekerja di Indonesia, menjadi tenaga ahli di lndoensia, dan belajar budaya Indonesia. Hampir 60% dari pembelajar adalah pembelajar yang ingin bekerja di bidang ekonomi. Selain penyelenggara program pembelajaran,
Jurusan Bahasa Indonesia,
Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities telah meluluskan pembelajar dalam beberapa periode. Dari hasil penyelenggaraan pembelajaran di embaga ini, target meluluskan pembelajarnya telah terpenuhi. Pembelajar BIPA yang
.
'
Ius pada tahun ini mencapai 75% dari seluruh jumlah pembelajar termasuk empat oelas orang yang lulus tahun ini. Sampai saat ini penyelenggara BIPA telah meluluskan sebanyak 44 orang.
54
5.2.4 Pengajar BIPA Pengajar BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities berjumlah empat orang. Berdasarkan asal negaranya dari kedua pengajar tersebut dua orang berasal dari Indonesia dan dua orang berasal dari Gina. Semua pengajar berlatar belakang ilmu bahasa. Dari empat pengajar tersebut, dua pengajar di antaranya lulusan sarjana muda atau postgraduate, sedangkan dua pengajar lainnya lulusan understgraduate. Selanjutnya, pengajar yang bergender lakilaki dua orang dan yang bergender wanita dua orang. Semua pengajar merupakan tenaga pengajar di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities. Mereka berkerja secara penuh dalam jam kerja yang berlaku di lembaga tersebut. Dalam pengertian lain, pengajar ini merupakan stat yang menjadi andalan di universitas tersebut. Dalam mengajar, mereka tidak memegang salah satu subbidang tertentu, tetapi mengajar dalam beberapa subbidang. Artinya, mereka
tidak
hanya
mengajar keterampilan
membaca,
tetapi juga
mengajar
keterampilan yang lainnya, yaitu mendengarkan, menulis, dan berbicara. Pengajar yang lain adalah pengajar BIPA yang bekerja paruh waktu (parttime)
5.2.5 Sarana dan Prasarana BIPA Untuk
penyelenggaraan
program
pembelajaran,
BIPA
.
J_urusan
Bahasa
Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities memiliki gedung sendiri. Gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran, seperti tersedianya penyejuk udara. Peralatan yang tersedia di dalam elas, antara lain,
papan tulis, spidol , penghapus papan tulis, meja, kursi, televisi,
pewayang pandang , komputer, jaringan internet, tip, dan peraturan tata tertib untuk pembelajar dan pengajar. BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities memiliki ruang untuk pengajar yang memadai, seperti adanya penyejuk udara. Di samping itu, di ruang pengajar dilengkapi papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, televisi, pewayang pandang, komputer, jaringan internet, tip, dan peraturan atau tata tertib bagi pengajar. Di gedung milik BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities memiliki ruang diskusi
dan perpustakaan yang
dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA untuk mendukung
pembelajaran. Di
samping itu, di gedung ini terdapat ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (hotspot). Akan tetapi, penyelenggara BIPA
belum memiliki
laboratorium bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mendengarkan. Perlengkapan lain yang terdapat di BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities adalah ruang teras, ruang penerima tamu, dan keranjang sampah. Di penyelenggara BIPA ini juga ada ruang khusus untuk merokok. Ada peraturan yang ketat dalam merokok, yaitu tidak boleh merokok dalam gedung.
5.2.6 Dana Pembelajaran Dalam menyelenggarakan program pembelajaran,
BIPA Jurusan Bahasa
ndonesia, Fakultas Bahasa Asing, Guangxi University for Nasionalities mendapatkan >
dana dari pemerintah . Selain dana dari pemerintah , BIPA Jurusan Bahasa Indonesia,
-6
Fakultas Bahasa As ing, Guangxi University for Nasionalities mendapatkan dana dari pembelajar BIPA.
Mereka tidak mendapatkan sumbangan dana dari lembaga
nonpemerintah dan dari lembaga yang bersangkutan .
5.3. Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies 5.3.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies merupakan universitas negeri di Gina. Universitas yang menyelenggarakan program pembelajaran BIPA ini Nomor
2,
Baiyun
District,
[email protected].
Guangzhou,
beralamat di Baiyun Dadao Bei
Gina.
Laman
lembaga
ini
adalah
Lembaga BIPA ini berdiri tahun 1970 dan pelaksana
penyelenggara BIPA ini berada di bawah koordinasi Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of Foreign Studies.
Sementara, ketua jurusan diketuai oleh Bapak Gai Jnincheng.
5.3.2 Program Pembelajaran BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies memiliki tiga jenis program pembelajaran BIPA, yaitu kelas reguler atau kelas program studi, kelas intensif,
kelas reguler dan wisata. Di .'
enyelenggara pembelajaran BIPA ini tidak diselenggarakan program pembelajaran privat dan kelas
tujuan khusus. Program reguler dilaksanakan dengan model
pembelajaran dengan satuan kredit semester, seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini di tempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam -7
bulan.
Program intensif pada penyelenggara BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of Foreign Studies
ditempuh dalam waktu tiga bulan. Berdasarkan waktu tersebut jadwal yang disusun lebih ketat daripada program reguler. Artinya, jika program reguler tidak melaksanakan pembelajaran setiap hari, program intensif melaksanakan
pembelajaran setiap hari.
Dengan demikian, waktu tempuh pembelajar untuk menyelesaikan materi pada program intensif ini lebih cepat daripada program reguler. Sementara itu, program reguler dan wisata merupakan program seperti program reguler, tetapi ditambah dengan program wisata. Program wisata
dimaksudkan untuk memperdalam materi
pembelajaran. Meskipun pembelajar berwisata, mereka tetap mendapatkan materi pembelajaran yang berkaitan dengan wisata tersebut, termasuk pembelajaran budaya. Kurikulum di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies dipersiapkan oleh penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler, kelas privat, kelas reguler dan wisata. Dalam pengertian ini, Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies telah memiliki program baku. Kurikulum di penyelenggara BIPA disusun oleh tim penyusun kurikulum di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan. Kurikulum
di lembaga ini tidak diadaptasi dari kurikulum
pembelajaran BIPA di Indonesia. Dengan demikian, kurikulum di lembaga ini juga bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk kepentlngan di lembaga ersebut. Silabus di lembaga BIPA ini merupakan turunan dari kurikulum yang telah
.
disusun oleh tim penyusun. Oleh karena itu, ketika pengajar membuat silabus dan
-g
menyajikan materi ajar harus berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam kurikulum ini, waktu pembelajaran dalam satu pertemuan dibagi dalam pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. Akan tetapi, perbandingan waktu teori dan praktik tidak dijelaskan secara rinci. Bahan ajar yang digunakan di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of Foreign Studies adalah bahan ajar yang
disusun oleh pengajar di lembaga pengajaran BIPA . Di samping itu, sebagian bahan ajar yang berasal dari kepustakaan Indonesia digunakan oleh lembaga pengajaran BIPA ini. Untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan bahan ajar lembaga ini juga mengupayakan penyediaan bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya. Metode pembelajaran di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas paling banyak dua puluh orang. Dalam pelaksanaan orogram pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini tidak dibagi dalam kelompok. -\kibat tidak dibaginya pembelajaran dalam kelompok, akan menyulitkan pengajar dalam mengamati perkembangan tiap-tiap pembelajar. Jurusan Bahasa Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong
niversity of Foreign Studies melaksanakan evaluasi pelaksanaan program. Program :ienyelenggara BIPA, antara lain,
melaksanakan evaluasi pembel~jaran pada akhir
egiatan atau tes akhir (posttest). Tes akhir
digunakan untuk melihat hasil
:-embelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Namun, '
-~ru san
Bahasa Indonesia, Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya
Timur, Guangdong University of Foreign Studies tidak mengadakan tes awal (pretest). Semua pembelajar harus mengikuti kurikulum yang telah disusun oleh penyelenggara BIPA. Evaluasi dilakukan pada akhir program pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajar. Penghargaan yang diberikan kepada pembelajar berbentuk sertifikat atau ijazah. Di samping ijazah, pembelajar juga diberi hasil pembelajaran atau laporan pelaksanaan pembelajaran setiap semester. Laporan pelaksanaan pembelajaran menjadi penting bagi pengajar dan penyelenggara program karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies melakukan kegiatan evaluasi program untuk mengamati pelaksanaan
program
pembelajaran
di
lembaga
tersebut.
Kegiatan
evaluasi
dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program pembelajaran.
5.3.3 Pembelajar BIPA
Pembelajar di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies berasal dari negara penyelenggara BIPA dan bukan dari negara penyelenggara BIPA ini. Pembelajaran yang bukan berasal dari egara penyelenggara BIPA berjumlah
80 orang.
Pembelajar BIPA di lembaga ini
'dak ditempatkan berdasarkan tes penempatan. Dari jumlah pe,;,belajar tersebut, motivasi mereka untuk mengikuti program pembelajaran BIPA bervariasi. Mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk keperluan belajar di Indonesia, bekerja
.
di Indonesia, menjadi tenaga ahli di Indonesia, dan belajar budaya Indonesia.
60
Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies telah meluluskan pembelajar dalam beberapa periode. Dari
hasil
penyelenggaraan
pembelajaran
di
lembaga
ini,
target
meluluskan
pembelajarnya telah terpenuhi. Pembelajar BIPA yang lulus pada tahun ini mencapai 75% dari seluruh jumlah pembelajar, termasuk empat belas orang yang lulus tahun ini. Sampai saat ini penyelenggara BIPA telah meluluskan sekitar 200 orang .
5.3.4 Pengajar BIPA Pengajar BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies berjumlah enam orang. Berdasarkan asal negaranya, dari jumlah pengajar tersebut, satu orang berasal dari Indonesia dan lima orang lagi berasal dari Gina. Semua pengajar berlatar belakang ilmu bahasa. Dari enam pengajar tersebut, satu pengajar di antaranya lulusan sarjana muda atau postgraduate, sedangkan lima pengajar lainnya lulusan understgraduate. Selanjutnya,
pengajar tersebut yang bergender laki-laki tiga orang dan yang bergender wanita tiga orang. Semua pengajar
merupakan tenaga pengajar di Jurusan Bahasa Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies yang bekerja secara penuh dalam jam kerja yang berlaku di lembaga tersebut. Dalam pengertian lain,
pengajar ini merupakan stat yang menjadi andalan di lembaga
penyelenggara pembelajaran BIPA. Dalam mengajar mereka tidak· ~emegang salah satu subbidang tertentu, tetapi mengajar dalam beberapa subbidang. Artinya, mereka •;dak hanya mengajar keterampilan membaca, tetapi juga mengajar keterampilan yang
.
ainnya, yaitu mendengarkan , menulis, dan berbicara.
61
5.3.5 Sarana dan Prasarana BIPA BIPA Jurusan Bahasa . Indonesia, Guangdong University
Fakultas Bahasa dan Budaya Timur,
of Foreign Studies menggunakan gedung milik pemerintah.
Gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas yang berpenyejuk udara tersebut terdapat peralatan yang memadai untuk kegiatan pembelajaran . Peralatan yang tersedia, antara lain, papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja , kursi, televisi, pewayang pandang, komputer, jaringan internet, tip, dan peraturan tata tertib untuk pembelajar dan pengajar. BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of Foreign Studies
memiliki ruang untuk pengajar yang
memadai. Seperti halnya ruang kelas, ruang pengajar juga berpenyejuk udara. Ruang ini juga dilengkapi dengan fasilitas meja, kursi, komputer, televisi, dan peraturan atau tata tertib bagi pengajar. Akan tetapi, di ruang pengajar tidak dilengkapi papan tulis, spidol, dan penghapus papan tulis. Gedung BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies memiliki ruang diskusi dan perpustakaan yang
dapat dimanfaatkan
oleh
pembelajar
BIPA
untuk
mendukung
kegiatan
pembelajaran. Di samping itu, di gedung ini terdapat ruang khusus untuk mengakses 'nternet dan jaringan bebas internet (hotspot). Penyelenggara BIPA ini belum memiliki aboratorium bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran ' mendengarkan. Perlengkapan lain yang terdapat di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan 3udaya Timur, Guangdong University of Foreign Studies adalah ruang teras, ruang
.
!)enerima tamu, dan keranjang sampah .
6_
5.3.6 Dana Pembelajaran
Dalam
penyelenggaraan
program
pembelajaran,
BIPA
Jurusan
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
Bahasa
of Foreign
Studies mendapatkan dana dari pemerintah. Dana tersebut dimanfaatkan untuk penyelenggaraan program pembelajaran secara menyeluruh karena
BIPA Jurusan
Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of
Foreign Studies tidak mendapatkan dana selain dari pemerintah.
5.4 INJ Cultural Center 5.4.1 Profit Lembaga Penyelenggara BIPA
INJ Cultural Center merupakan salah satu lembaga penyelenggara pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA) nonpemerintah yang berada di Jepang. Lembaga ini berdiri pada 7 Maret 1990. INJ Cultural Center beralamat di 4F M6 Bdlg. 64-8 Shimbashi, Minato-ku, Tokyo 105-0004.
5.4.2 Program Pembelajaran BIPA
INJ Cultural Center memiliki empat jenis program pengajaran bahasa Indonesia, yaitu kelas program studi reguler, kelas privat, kelas intensif, dan reguler dan wisata. Program studi ini merupakan program yang dilaksanakan secara reguler dalam bentuk kelas. Program ini dilaksanakan dengan model pembelajaran
de~gcin
satuan kredit
emester, seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini ditempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan . Program intensif pada penyelenggaraan BIPA di INJ Cultural ·center ditempuh dalam waktu tiga bulan. Berdasarkan waktu tersebut jadwal yang disusun lebih ketat daripada program reguler. 63
Artinya, jika program reguler tidak melaksanakan pembelajaran setiap hari, program intensif melaksanakan
pembelajaran setiap hari. Dengan demikian, waktu tempuh
pembelajar untuk menyelesaikan materi pada program intensif ini lebih cepat daripada program reguler. Sementara itu, program tujuan khusus adalah program yang dilaksanakan untuk pembelajaran studi Indonesia khususnya dan Asia umumnya. Program tujuan khusus ini juga berkaitan dengan kepentingan bidang ilmu yang digeluti oleh pembelajar, seperti bidang ilmu politik, ekonomi, dan hukum. Di penyelenggara BIPA ini juga dilaksanakan program privat. Program privat bertujuan untuk memenuhi permintaan pembelajar yang tidak dapat mengikuti program kelas karena berbagai alasan pembelajar yang bersangkutan . Kurikulum di INJ Cultural Center telah dipersiapkan oleh penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler, kelas intensif, kelas privat, dan kelas reguler dan wisata. Dalam pengertian ini, INJ Cultural Center telah memiliki program baku untuk pembelajaran kelas, baik kelas reguler, intensif, privat, maupun reguler dan wisata. Kurikulum penyelenggara BIPA ini disusun oleh divisi khusus di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan. Dalam penyusuhan kurikulum, lembaga ini tidak melibatkan pihak lain untuk menyusun kurikulum, termasuk pengajar di lembaga ersebut. Dengan demikian, kurikulum di lembaga ini juga bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk kepentingan di lembaga tersebut. Kurikulum yang digunakan di lembagai ini juga tidak didasarkan pada analisis kebutu'han pembelajar. Dengan model kurikulum ini, pembelajar dikondisikan untuk mengikuti program yang elah dirancang penyelenggara BIPA tanpa ada kesempatan untuk memberikan
.
masukan materi yang menurut pembelajar diperlukan. Konsekuensi dari kurikulum ini
adalah silabus ya ng digunakannya tidak dapat lepas dari kurikulum yang telah disusun. Artinya, penyelenggara program ketika membuat silabus dan menyajikan materi belajar harus berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dengan demikian, silabus merupakan cerminan dari kurikulum di lembaga ini. Selanjutnya, waktu pembelajaran dalam satu pertemuan dibagi dalam dua jenis, yaitu pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. Dalam pelaksanaannya, waktu pembelajaran teori lebih banyak daripada waktu pembelajaran praktik. Perbandingannya adalah sepuluh jam teori dan satu jam praktik. Bahan ajar yang digunakan oleh INJ Cultural Center adalah bahan ajar yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Di samping buku paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar utama, bahan ajar pendukung yang digunakan oleh lembaga ini adalah buku-buku yang berasal dari kepustakaan Indonesia, termasuk bahan ajar dari Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional yang
merupakan
bahan ajar bersifat nasional. Di samping itu, bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya juga digunakan oleh lembaga ini. Metode pembelajaran di INJ Cultural Center menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas bergantung pada minat pembelajar yang mengikuti program ini. Di INJ Cultural Center pembelajar ditempatkan dalam kelas yang berjumlah antara lima sampai dengan lima belas orang. Dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini tidak dibagi dalam kelompok. Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan yang penting dalam pembelajaran arena dapat digunakan untuk melihat hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran . Di
.
samping itu, evaluasi juga dapat digunakan untuk melihat kelemahan dalam
65
pelaksanaan program pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut,
INJ Cultural
Center juga melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Kegiatan tersebut berupa tes awal atau pretest untuk menyaring calon pembelajar yang akan mengikuti program pembelajaran di lembaga ini. Dengan demikian,
kegiatan ini dapat diketahui calon
pembelajar yang layak untuk mengikuti program pembelajaran di lembaga ini. Di samping itu, evaluasi pembelajaran juga dilaksanakan pada akhir kegiatan atau tes akhir (posttest). Tes akhir ini digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Penghargaan kepada pembelajar merupakan bagian yang penting dalam penyelenggaraan program pembelajaran. Apa pun hasilnya tidak menjadi masalah bagi penyelenggara, pengajar, dan pembelajar. Salah satu bentuk penghargaan tersebut dapat diberikan dalam bentuk sertifikat. Begitu juga dengan penyelenggaraan pembelajaran BIPA di INJ Cultural Center, penghargaan kepada pembelajar diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Penghargaan tersebut diberikan berupa sertifikat. Di samping sertifikat, pembelajar juga diberi hasil pembelajaran atau laporan pelaksanaan pembelajaran. Laporan pelaksanaan pembelajaran menjadi penting bagi pengajar dan penyelenggara program karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Bagi pengajar BIPA, laporan hasil pembelajaran ini dapat digunakan untuk melihat hasil atau capaian terhadap keterserapan materi yang jisampaikan. Laporan itu juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kesulitan dan ~r adasi
bahan ajar. Dalam pengertian ini, bahan ajar tersebut sudah sesuai dengan
• ngkatan pembelajar atau belum sesuai dengan tingkatan pembelajar tersebut. Di
66
samping itu, metode dan teknik pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat diamati dari kegiatan evaluasi program ini. Dalam kegiatan evaluasi ini keterampilan pengajar dapat diukur. Dia mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Bagi penyelenggara program pembelajaran BIPA, evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat penyelenggaraan program pembelajaran secara menyeluruh.
Manajemen pengelolaan pembelajaran
BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaluasi ini. Selanjutnya, jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan program yang telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan terhadap program tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh INJ Cultural Center. Penyelenggara program pembelajaran ini melakukan kegiatan evaluasi program untuk mengamati pelaksanaan program pembelajaran di lembaga tersebut.
5.4.3 Pembelajar BIPA
Pembelajar di INJ Cultural Center berjumlah 157 orang. Pembelajar tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, pembelajar yang berasal dari Jepang berjumlah 152 orang. Kedua, pembelajar yang berasal dari negara luar Jepang berjumlah 5 orang. Berdasarkan gendernya, pembelajar tersebut terdiri atas 69 orang laki-laki dan 88 perempuan. Motivasi pembelajar BIPA di INJ Cultural Center bervariasi. Mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk keperluan berkunjung ke Indonesia, belajar di Indonesia,
dan mengetahui budaya Indonesia.
Pembelajar,
sebelum mengikuti
pembelajaran BIPA, harus mengikuti tes awal atau tes penempatan . Hal ini penting
67
karena berkaitan dengan penyusunan komposisi kelas pembelajar. Di samping itu, pada
penyelenggara BIPA ini penempatan
pembelajar juga didasarkan
pada
rekomendasi dari pihak lain . Berdasarkan tahun berdirinya, penyelenggaraan program pembelajaran di INJ Cultural Center telah meluluskan pembelajar dalam beberapa periode. Dari hasil penyelenggaraan pembelajaran di lembaga ini pembelajar yang telah lulus sekitar 70 persen dari jumlah pembelajar yang mengikuti program ini. Capaian ini tentu merupakan
hasil
yang
tidak
mengecewakan
bagi
penyelenggara
program
pembelajaran.
5.4.4 Pengajar BIPA Pengajar
BIPA di INJ Cultural Center berjumlah delapan belas orang. Dari
jumlah tesebut, enam orang merupakan pengajar tetap dan sepuluh orang merupakan pengajar tidak tetap yang dimanfaatkan untuk memperkuat pembelajaran BIPA di lembaga ini. Berdasarkan asal negaranya dari keempat pengajar tersebut dua belas orang berasal dari Indonesia dan enam orang berasal dari Jepang. Dari delapan belas orang tersebut, delapan orang di antaranya berlatar belakang ilmu bahasa, sedangkan sepuluh orang lainnya berlatar belakang ilmu sosial. Mereka merupakan lulusan yang berlatar belakang
pendidikan
pascasarjana . Pengajar yang
bergender laki-laki
.
'
berjumlah lima orang, sedangkan yang bergender wanita tiga belas orang. Pengajar yang bekerja penuh waktu berjumlah 8 orang . Mereka merupakan tenaga pengajar di embaga ini yang berkerja secara penuh dalam jam kerja yang berlaku di lembaga
6
pengajaran ini. Dalam pengertian lain, pengajar tersebut merupakan stat yang menjadi andalan di lembaga ini. Sementara itu, sepuluh orang pengajar berkerja paruh waktu. Dalam mengajar mereka tidak memegang salah satu subbidang tertentu. tetapi mengajar dalam
beberapa subbidang . Artinya, mereka tidak hanya mengajar
keterampilan membaca, tetapi juga mengajar keterampilan yang lainnya, yaitu mendengarkan , menulis, dan berbicara. Pengajar BIPA di INJ Cultural Center adalah pengajar yang telah diseleksi secara ketat melalui seleksi yang diberlakukan di lembaga pengajaran BIPA ini.
5.4 .5 Sarana dan Prasarana BIPA
BIPA INJ Cultural Center dalam pelaksanaan program pembelajarannya menyewa gedung. Meskipun BIPA INJ Cultural Center menyewa gedung, gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran dengan jumlah ruang sebanyak sepuluh.
Di dalam kelas yang berpenyejuk udara tersebut
erdapat peralatan yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Peralatan yang ersedia di dalamnya adalah papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, elevisi, komputer, jaringan internet, dan tip. Di ruang kelas juga dilengkapi tata terbit untuk pembelajar dan pengajar. BIPA INJ Cultural Center memiliki ruang untuk pengajar yang _memadai untuk egiatan pembelajaran, seperti
.
ruang kelas dan ruang pengajar. Di samping itu, di
ru ang pengajar dilengkapi papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, elevisi, komputer, jaringan internet, dan tip. Ruang pengajar juga dilengkapi peraturan
.
atau tata tertib bagi pengajar.
69
Di gedung BIPA INJ Cultural Center memiliki ruang diskusi dan perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA Selain itu, di gedung ini terdapat ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (hotspot). Perlengkapan lain yang terdapat di BIPA INJ Cultural Center adalah ruang teras, ruang penerima tamu, dan keranjang sampah. Di penyelenggara BIPA ini tidak ada ruang khusus untuk merokok dan juga tidak memiliki laboratorium bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mendengarkan.
5.4.6 Dana Pembelajaran BIPA Dalam menyelenggarakan program pembelajaran, BIPA INJ Cultural Center idak mendapatkan dana dari pemerintah. Untuk keperluan pelaksanaan program pembelajaran, BIPA INJ Cultural Center mendapatkan dana dari pembelajar BIPA. Di samping itu, lembaga ini mendapatkan sumbangan dana dari lembaga nonpemerintah dan lembaga yang bersangkutan.
5.5 Language Exchange Cambodia Indonesia (LECI) 5.5.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Language Exchange Cambodia Indonesia merupakan salah satu lembaga penyelenggara pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang as!ng· (BIPA) nonoemerintah yang berada di Kamboja. Lembaga ini berdiri pada tahun 2007. Language Exchange Cambodia Indonesia beralamat di PUSBUDI, KBRI Phnom Penh, Kamboja.
70
5.5.2 Program Pembelajaran BIPA Language
Exchange
Cambodia
Indonesia
memiliki
tiga
jenis
program
pengajaran bahasa Indonesia, yaitu kelas program studi atau kelas reguler, kelas regular dan wisata, dan kelas tujuan khusus.
Program studi ini merupakan program
yang dilaksanakan secara reguler dalam bentuk kelas. Program ini dilaksanakan dengan model pembelajaran dengan satuan kredit semester seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini ditempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan. Sementara itu, program tujuan khusus adalah program yang dilaksanakan untuk pembelajaran studi Indonesia secara khusus. Program tujuan khusus ini juga berkaitan dengan kepentingan bidang ilmu yang digeluti oleh pembelajar, seperti bidang ilmu politik, ekonomi, dan hukum. Di penyelenggara BIPA ini juga dilaksanakan program reguler dan wisata. Program ini di samping menjalankan program pembelajaran seperti program reguler juga melaksanakan wisata di Indonesia. Wisata ini juga dilakukan untuk memperdalam pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia. Kurikulum di Language Exchange Cambodia Indonesia telah dipersiapkan oleh penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler, kelas reguler dan isata, dan kelas tujuan khusus. Dalam pengertian ini Language Exchange Cambodia ndonesia telah memiliki program baku untuk pembelajaran kelas untuk kelas reguler, eguler dan wisata, dan kelas tujuan khusus. Kurikulum penyelenggara' BIPA disusun oleh tim pengajar di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan. Dalam penyusunan kurikulum, lembaga ini tidak melibatkan pihak lain untuk menyusun
.
urikulum. Kurikulum yang digunakan di lembagai ini juga tidak didasarkan pada
I
analisis kebutuhan pembelajar. Meskipun demikian, kurikulum di lembaga ini juga bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk kepentingan di lembaga tersebut. Selanjutnya, waktu pembelajaran dalam satu pertemuan tidak dibagi secara jelas
antara
pembelajaran
teori
dan
pembelajaran
praktik.
Penyajian
materi
berdasarkan pada perkembangan pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang digunakan oleh Language Exchange Cambodia Indonesia adalah bahan ajar yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Di samping buku paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar utama, bahan ajar pendukung yang digunakan oleh lembaga ini adalah buku-buku yang berasal dari kepustakaan Indonesia, termasuk bahan ajar dari Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional yang
merupakan bahan ajar bersifat nasional. Di samping itu,
bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya juga digunakan oleh lembaga ini. Metode
pembelajaran
di
Language
Exchange
Cambodia
Indonesia
menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas di penyelenggara BIPA ini dibatasi agar dapat berjalan dengan efektif. Di Language Exchange Cambodia donesia pembelajar ditempatkan dalam kelas yang berjumlah antara sepuluh sampai dengan dua puluh orang. Dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar alam satu kelas ini dibagi dalam kelompok. Jumlah pembelajar
dala~
.
satu kelompok
'
adalah lima orang. Dalam pelaksanaan pembelajaran juga menggunakan sistem torial. Setiap satu kelompok dibimbing oleh satu orang tutor. Tutor ini berperan dalam ~ mbelajaran
praktik.
., . .,
Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan yang penting dalam pembelajaran karena dapat digunakan untuk melihat hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, evaluasi juga dapat digunakan untuk melihat kelemahan dalam pelaksanaan program pembelajaran. Language Exchange Cambodia Indonesia juga melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Kegiatan evaluasi tersebut berupa tes pada akhir kegiatan atau tes akhir (posttest) . Tes akhir ini digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Akan tetapi, lembaga ini tidak melaksanakan tes awal (pretest), tes sumatif, dan tes formatif. Padahal, tes tersebut sangat penting untuk mengetahui perkembangan setiap tahap pembelajaran. Hasil belajar merupakan bagian dari evaluasi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan program pembelajaran di Language Exchange Cambodia Indonesia. Dalam kegiatan evaluasi ini keterampilan · pengajar dapat diukur. Dia mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Bagi penyelenggara program pembelajaran BIPA, evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat penyelenggaraan program pembelajaran dan kendala yang ditemukan.
Manajemen pengelolaan
pembelajaran BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaluasi ini. Selanjutnya, jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan program yang telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan terhadap '
program tersebut.
73
5.5.3 Pembelajar BIPA Pembelajar di Language Exchange Cambodia Indonesia berjumlah 400 orang. Pembelajar tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, pembelajar yang berasal dari Kamboja merupakan pembelajar mayoritas. Kedua, pembelajar yang berasal dari negara luar Kamboja sedikit, tetapi jumlahnya belum terdata secara jelas. Berdasarkan gendernya, pembelajar tersebut terdiri atas 40% laki-laki dan 60% wanita. Motivasi pembelajar BIPA di
Language Exchange
Cambodia
Indonesia
bervariasi. Mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk keperluan berkunjung ke Indonesia, belajar di Indonesia, dan mengetahui budaya Indonesia. Pembelajar, sebelum mengikuti pembelajaran BIPA, harus mengikuti tes awal atau tes penempatan. Hal ini penting karena berkaitan dengan penyusunan komposisi kelas pembelajar. Penyelenggaraan program pembelajaran di Language Exchange Cambodia Indonesia
telah
meluluskan
pembelajar dalam
beberapa
periode.
Dari
hasil
penyelenggaraan pembelajaran di lembaga ini, pembelajar yang telah lulus sekitar 75 persen dari jumlah pembelajar yang mengikuti program ini.
5.5.4 Pengajar BIPA Pengajar
BIPA di Language Exchange Cambodia Indonesia merupakan
pengajar yang berasal dari Indonesia. Akan tetapi, data mengenai jumlah pengajar di
.
'
embaga ini tidak ditemukan. Semua pengajar merupakan pengajar tidak tetap Dari oengajar yang terdapat di lembaga tersebut semuanya merupakan lulusan akademik. 3erdasarkan latar belakang ilmunya, pengajar yang berlatar belakang ilmu pasti
.
(eksakta) adalah 20% dan yang 80% berlatar belakang ilmu sosial.
Pengajar yang
bergender laki-laki adalah 50% dan yang bergender wan ita 50% . Dalam mengajar mereka tidak memegang salah satu subbidang tertentu, tetapi mengajar dalam beberapa subbidang. Artinya,
mereka tidak hanya mengajar
keterampilan membaca, tetapi juga mengajar keterampilan yang lainnya, yaitu mendengarkan, menulis, dan berbicara. Pengajar BIPA di Language Exchange Cambodia Indonesia adalah pengajar yang telah diseleksi secara ketat melalui seleksi yang diberlakukan di lembaga ini.
5.5.5 Sarana dan Prasarana BIPA
BIPA Language Exchange Cambodia Indonesia dalam pelaksanaan program pembelajarannya menggunakan gedung milik KBRI di Phnom Penh Kamboja. Meskipun BIPA Language Exchange Cambodia Indonesia memanfaatkan gedung milik kedutaan, gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas yang berpenyejuk udara tersebut, terdapat peralatan yang memadai untuk egiatan pembelajaran. Peralatan yang tersedia di dalamnya adalah papan tulis, spidol, oenghapus papan tulis, meja, kursi,
televisi,
komputer, jaringan internet, dan tip.
amun, di ruang kelas tidak dilengkapi tata terbit untuk pembelajar dan pengajar. BIPA Language Exchange Cambodia Indonesia memiliki ruang untuk pengajar
.
'
ang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Seperti halnya ruang kelas, ruang oengajar ini juga tersedia penyejuk udara. Di samping itu, di ruang pengajar dilengkapi :Japan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, televisi, , komputer, jaringan
.
.,-
internet, dan tip. Akan tetapi, di ruang pengajar tidak dilengkapi peraturan atau tata tertib bagi pengajar. Gedung BIPA Language Exchange Cambodia Indonesia memiliki ruang diskusi dan perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA. Selain itu, di gedung ini terdapat ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (hotspot).
Namun, penyelenggara BIPA tidak memiliki laboratorium bahasa
yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mendengarkan.
5.5.6 Dana Pembelajaran BIPA
Dalam menyelenggarakan program pembelajaran, BIPA Language Exchange Cambodia
Indonesia
mendapatkan
dana
dari
pemerintah.
Untuk
keperluan
pelaksanaan program pembelajaran, BIPA Language Exchange Cambodia Indonesia memanfaatkan dana tersebut karena lembaga ini tidak mendapatkan sumbangan dana dari lembaga nonpemerintah.
5.6 Woosong University 5.6.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA
Woosong
University
merupakan
salah
satu
lembaga
penyelenggara
oembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA) yang berada di Korea.
.
'
_embaga ini berdiri pada tahun 1995. Penyelenggara BIPA Woosong University :>eralamat di 17-2 Jayang-Dong Dong-Gu Deajeon, Korea.
16
5.6.2 Program Pembelajaran BIPA Woosong University hanya memiliki dua jenis program pengajaran bahasa Indonesia, yaitu kelas program studi atau kelas regular dan kelas tujuan khusus. Program studi ini merupakan program yang dilaksanakan secara reguler dalam bentuk kelas. Program ini dilaksanakan dengan model pembelajaran dengan satuan kredit semester, seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini ditempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan. Sementara itu, program tujuan khusus adalah program yang dilaksanakan untuk pembelajaran studi Indonesia. Program tujuan khusus ini juga berkaitan dengan kepentingan bidang ilmu yang digeluti oleh pembelajar, seperti bidang ilmu politik, ekonomi, dan hukum. Kurikulum di Woosong University telah dipersiapkan oleh penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler dan kelas tujuan khusus. Dalam pengertian ini, Woosong University telah memiliki program baku untuk pembelajaran kelas reguler dan tujuan khusus. Kurikulum penyelenggara BIPA disusun oleh divisi khusus di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan. Dalam penyusunan urikulum didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajar, dengan
melibatkan
pengajarnya sendiri. Meskipun kurikulumnya diadaptasi dari kurikulum di Indonesia, etapi tidak melibatkan pihak lain dalam penyusunan kurikulum. Dengan demikian, urikulum di lembaga ini juga bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk
.
'
epentingan di lembaga tersebut. Kurikulum yag dibuat diturunkan dalam silabus di embaga ini. Maksudnya, silabus yang digunakannya tidak dapat lepas dari kurikulum
.
ang telah disusun. Artinya, penyelenggara program ketika membuat silabus dan "'Tlenyajikan materi belajar harus berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan .
77
Selanjutnya, wa ktu pembelajaran dalam satu pertemuan dibagi dalam dua jenis, yaitu pembelajaran
teori
dan
pembelajaran
praktik.
Dalam
pelaksanaannya,
waktu
pembelajaran teori sama dengan waktu pembelajaran praktik. Konkretnya dalam satu minggu ada 3 jam pertemuan dan dibagi menjadi 1,5 jam teori dan 1,5 jam praktik. Bahan ajar yang digunakan oleh Woosong University adalah bahan ajar yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Di samping buku paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar utama, bahan ajar pendukung yang digunakan oleh lembaga ini adalah bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya. Namun, bahan ajar yang berasal dari buku-buku kepustakaan Indonesia, termasuk bahan ajar dari Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional yang merupakan bahan ajar bersifat nasional tidak digunakan oleh lambaga penyelenggara BIPA ini. Metode pembelajaran di Woosong University menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas bergantung pada minat pembelajar yang mengikuti program ini dan jumlah maksimal10 orang. Dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini tidak dibagi dalam kelompok. Begitu juga progarm utorial tidak digunakan di lembaga penyelenggara BIPA ini. Padahal, program tutorial sangat diperlukan untuk menjembatani kesenjangan antara pembelajar dan pengajar. elalui tutor, pembelajar dapat menyampaikan kesulitan yang
diha~apinya
.
ketika
oelajar sehingga tutor dapat memberikan solusi atau menyampaikan kesulitan tersebut epada pembelajar.
.
Woosong University melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi ada penyelenggara BIPA dilaksanakan dua kal i, yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes
7
formatif ini diberikan kepada pembelajar setelah selesai jam pembelajaran untuk melihat ketercapaian tujuan intruksiona l. Tes sumatif yang diberikan pada akhir semester untuk mengetahui tercapainya tujuan ku rikuler. Namun , kegiatan evaluasi yang berupa tes awal atau pretest untuk menyaring calon pembelajar yang akan mengikuti program pembelajaran pada kelas tertentu atau untuk penempatan kelas tidak dilaksanakan oleh lembaga ini. Begitu juga dengan tes akhir (posttest), lembaga ini tidak melaksanakan tes akhir (posttest) pada akhir kegiatan pembelajaran. Padahal, tes akhir ini digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Penyelenggara
pembelajaran
BIPA
di
Woosong
University
memberikan
penghargaan kepada pembelajar pada setiap akhir pembelajaran. Penghargaan yang diberikan berupa sertifikat. Di samping sertifikat, pembelajar juga diberi hasil pembelajaran
atau
laporan
pelaksanaan
pembelajaran.
Laporan
pelaksanaan
pembelajaran menjadi penting bagi pengajar dan penyelenggara program karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Bagi pengajar · BI PA, laporan hasil pembelajaran ini dapat digunakan untuk melihat hasil atau capaian erhadap keterserapan materi yang disampaikan. Laporan itu juga dapat digunakan ntuk melihat tingkat kesulitan dan gradasi bahan ajar. Dalam pengertian ini, bahan ajar ·ersebut sudah sesuai dengan tingkatan pembelajar atau belum sesuai dengan •
.
7
ngkatan pembelajar tersebut. Di samping itu, metode dan teknik pengajar dalam
"Tlenyampaikan materi pembelajaran dapat diamati dari kegiatan evaluasi program ini. Dalam kegiatan evaluasi,
keterampilan pengajar dapat diukur. Dia mampu
.
...,enyaj ikan materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Bagi penyelenggara program
9
pembelajaran BIPA, evaluasi
dapat digunakan untuk melihat penyelenggaraan
program pembelajaran secara menyeluruh.
Manajemen pengelolaan pembelajaran
BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaluasi. Selanjutnya , jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan program yang telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan terhadap program tersebut. Begitu juga dengan Woosong University. penyelenggara program pembelajaran BIPA ini melakukan kegiatan evaluasi program untuk mengamati pelaksanaan program pembelajaran di lembaga tersebut.
5.6.3 Pembelajar BIPA
Pembelajar di Woosong University belum terdata secara baik sehingga belum diketahui jumlah secara keseluruhan. Karen a jumlah pembelajar belum terdata, jumlah pembelajar yang bergender laki-laki dan perempuan juga belum diketahui. Namun, semua pembelajar di Woosong University hanya berasal dari Korea. Di Woosong University pembelajar yang akan mengikuti pembelajaran BIPA idak mengikuti tes awal atau tes penempatan. Begitu juga dengan rekomendasi dari pi hak lain, penyelenggara BIPA ini tidak mensyaratkan hal itu. Penyelenggara BIPA juga tidak melayani penempatan pembelajar berdasarkan permintaan pembelajar yang bersangkutan . Untuk kelancaran pelaksanaan program pembelajaran, . beberapa hal
.
ersebut semestinya perlu dilakukan oleh penyelengara pembelajaran BIPA. Hal ini penting
karena
berkaitan
Penyelenggaraan meluluskan
dengan
program
pembelajar dalam
penyusunan
pembelajaran beberapa
0
komposisi di
Woosong
periode. Dari
hasil
kelas
pembelajar.
University
telah
penyelenggaraan
pembelajaran di lembaga ini, pembelajar yang telah lulus sekitar 70 persen dari jumlah pembelajar yang mengikuti program ini. Pembelajar yang lulus pada tahun ini adalah lima orang.
5.6.4 Pengajar BIPA Pengajar
BIPA di Woosong University berjumlah 1 orang. Pengajar tersebut
berasal dari Indonesia. Pengajar tersebut merupakan pengajar tetap di lembaga tersebut. Pengajar tersebut berlatar belakang ilmu bahasa dan lulusan postgraduate. Pengajar yang bergender laki-laki itu merupakan tenaga pengajar di lembaga ini yang bekerja secara penuh dalam jam kerja yang berlaku di lembaga pengajaran ini. Dalam pengertian lain, pengajar tersebut merupakan stat yang menjadi andalan di lembaga ini. Dalam mengajar, pengajar tersebut tidak memegang salah satu subbidang tertentu, tetapi mengajar dalam beberapa subbidang. Artinya, dia tidak hanya mengajar keterampilan membaca, tetapi juga mengajar keterampilan yang lainnya, yaitu mendengarkan, menulis, dan berbicara.
5.6.5 Sarana dan Prasarana BIPA BIPA Woosong
University dalam pelaksanaan program pembelajarannya
.
' menggunakan gedung milik sendiri. Gedung tersebut memiliki ruang kelas yang
memadai untuk kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas yang berpenyejuk udara ~ersebut
terdapat peralatan yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Peralatan
.
ang tersedia di dalamnya adalah papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja,
8l
kursi, televisi , komputer, jaringan internet, dan tip. Di ruang kelas juga dilengkapi tata terbit untuk pembelajar dan pengajar. BIPA di Woosong University memiliki ruang untuk pengajar yang memadai untuk kegaitan pembelajaran . Seperti halnya ruang kelas, ruang pengajar ini juga tersedia penyejuk udara. Di samping itu,
ruang pengajar dilengkapi papan tulis, spidol,
penghapus papan tulis , meja, kursi, televisi, komputer, jaringan internet, dan tip. Di ruang pengajar juga dilengkapi peraturan atau tata tertib bagi pengajar. Di gedung BIPA Woosong University memiliki ruang diskusi dan perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA.
Selain itu, di gedung ini terdapat
ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (hotspot). Perlengkapan lain yang terdapat di BIPA Woosong University adalah ruang teras, ruang penerima tamu, dan keranjang sampah. Di penyelenggara BIPA ini juga terdapat ruang khusus untuk merokok. Penyelenggara BIPA juga memiliki laboratorium bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mendengarkan.
5.6.6 Dana Pembelajaran BIPA
Dalam menyelenggarakan program pembelajaran, BIPA Woosong University idak mendapatkan dana dari pemerintah. Di samping itu, lembaga ini juga tidak mendapatkan sumbangan dana dari lembaga nonpemerintah dan lembaga yang bersangkutan . Untuk keperluan pelaksanaan program pembelajarari, BIPA Woosong niversity mendapatkan dana dari pembelajar BIPA.
g_
5. 7 Toshio Suanobu , Takushoku University 5.7. 1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Toshio Suanobu , Takushoku University
merupakan salah satu lembaga
penyelenggara pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA) yang berada di Tokyo, Jepang. Lembaga ini berdiri pada tahun 1900. Toshio Suanobu, Takushoku University
beralamat di 815, Tatemachi, Hachioji-shi, Tokyo 193-0985, Japan.
Lembaga ini didirikan oleh Taro Katsura dan dipimpin oleh Toshio Watanabe. Status lembaga penyelenggara BIPA adalah program studi/kursus.
5.7.2 Program Pembelajaran BIPA Toshio Suanobu, Takushoku University memiliki dua jenis program pen.gajaran :)ahasa Indonesia, yaitu kelas program studi atau kelas regular dan kelas tujuan usus.
Program studi ini merupakan program yang dilaksanakan secara reguler
alam bentuk kelas. Program ini dilaksanakan dengan model pembelajaran dengan satuan kredit semester, seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini ditempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan. Sementara itu, program tujuan khusus adalah program yang dilaksanakan untuk pembelajaran studi Indonesia secara
khusus.
Program tujuan khusus
ini juga
berkaitan dengan
kepentingan bidang ilmu yang digeluti oleh pembelajar, seperti bidang ilmu politik,
.
ekonomi, dan hukum. Kurikulum di Toshio Suanobu, Takushoku University
'
telah dipersiapkan oleh
.
penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler dan kelas tujuan husus. Dalam pengertian ini, Toshio Suanobu , Takushoku University
83
telah memiliki
program baku ya ng bersifat lokal. Artinya, kurikulum penyelenggara BIPA ini disusun oleh tim pengajar di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan dan tidak melibatkan pihak lain. Kurikulum yang digunakan di lembagai ini juga tidak didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajar. Selanjutnya, waktu pembelajaran dalam satu pertemuan dibagi secara jelas, pembelajaran teori diberikan selama setengah jam per pertemuan dan satu jam untuk pembelajaran praktik. Bahan ajar yang digunakan oleh Toshio Suanobu, Takushoku University adalah bahan ajar yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Di samping buku paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar utama, bahan ajar pendukung yang digunakan oleh lembaga ini adalah buku-buku yang berasal dari kepustakaan Indonesia. Bahan ajar juga digunakan dengan cara menggunduh
dari internet atau
media elektronik lainnya. Metode pembelajaran di Toshio Suanobu, Takushoku University
menggunakan
sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas di penyelenggara BIPA ini dibatasi agar dapat berjalan dengan efektif. Pembelajar ditempatkan dalam kelas yang berjumlah antara dua puluh sampai dengan dua puluh delapan orang.
Dalam pelaksanaan
program pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini dibagi dalam kelompok. Jumlah pembelajar dalam satu kelompok empat orang. Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan yang penting dalam pembelajaran
.
.
karena dapat digunakan untuk melihat hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, evaluasi juga dapat digunakan untuk melihat kelemahan dalam pelaksanaan program pembelajaran. Di Toshio Suanobu, Takushoku University
.
melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran , berupa tes awal (pretest)
84
dan tes
akhir (posttest).
Tes awal digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana
kemampuan pembelajar yang ingin belajar bahasa Indonesia. Untuk akhirnya, dapat diketahui pada saat pembagian kelompok di dalam kelas. Tes akhir digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Lembaga ini juga melakukan
tes sumatif dan tes formatif. Tes ini sangat
penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan setiap tahap pembelajaran. Hasil belajar merupakan bagian dari evaluasi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan program pembelajaran di Toshio Suanobu, Takushoku University Dalam kegiatan evaluasi ini keterampilan pengajar dapat diukur. Dia mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Bagi penyelenggara program pembelajaran BIPA, evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat penyelenggaraan program pembelajaran dan kendala yang ditemukan.
Manajemen pengelolaan
pembelajaran BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaluasi ini. Selanjutnya, jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan program yang telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan terhadap program tersebut.
5.7. 3 Pembelajar BIPA Pembelajar di Toshio Suanobu, Takushoku University berjumlah 280 orang. 3erdasarkan gendernya, pembelajar tersebut terdiri atas 70% (21 0 "or~ng) laki-laki dan - ~% (70 orang) wan ita.
Motivasi pembelajar BIPA di Toshio Suanobu, Takushoku University bervariasi.
.
ereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk
g-
belajar, bekerja, dan
mengetahui
budaya
pedaganglinvestor,
Indonesia.
pendidikan,
Bidang
diplomat,
kerja petugas
pembelajar, kesehatan,
antara dan
lain,
teknokrat.
Pembelajar, sebelum mengikuti pembelajaran BIPA, harus mengikuti tes awal atau tes penempatan. Hal ini penting karena berkaitan dengan penyusunan komposisi kelas pembelajar. Penyelenggaraan telah meluluskan pembelajar dalam beberapa periode. Dari hasil penyelenggaraan pembelajaran di lembaga ini pembelajar yang telah lulus sekitar 75 persen dari jumlah pembelajar yang mengikuti program ini.
5.7.4 Pengajar BIPA Pengajar BIPA di Toshio Suanobu, Takushoku University merupakan pengajar yang berasal dari Indonesia. Data mengenai jumlah pengajar yang berasal dari Indonesia berjumlah empat orang dan yang berasal dari Asia berjumlah tiga orang. Pengajar yang terdapat di lembaga ini berjumlah satu orang yang lulus undergraduate dan yang lulus postgraduate berjumlah enam orang.
Berdasarkan latar belakang
ilmunya, pengajar yang berlatar belakang ilmu bahasa adalah enam orang dan yang dua orang berlatar belakang ilmu sosial. Pengajar yang bergender laki-laki adalah tiga dan yang bergender wanita empat orang Dalam mengajar, para pengajar ini ada yang mengajar penuh waktu berjumlah tiga orang dan paruh waktu empat orang.
5.7.5 Sarana dan Prasarana BIPA BIPA Toshio Suanobu , Takushoku University
dalam pelaksanaan program
.
:Jembelajarannya menggunakan gedung milik sendiri. Gedung tersebut memiliki ruang el as yang memadai untuk kegiatan pembelajaran . Di dalam kelas yang berpenyejuk
86
udara tersebut terdapat peralatan yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Peralatan yang tersedia di dalamnya adalah papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, tip, televisi,
komputer, jaringan internet, dan tip. Di ruang kelas juga
dilengkapi tata tertib untuk pembelajar. BIPA Toshio Suanobu, Takushoku University
memiliki ruang untuk pengajar
yang memadai untuk kegaitan pembelajaran. Seperti halnya ruang kelas, ruang pengajar ini juga tersedia penyejuk udara. Di samping itu, ruang pengajar dilengkapi papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, tip, televisi, komputer, jaringan internet, dan tip. Akan tetapi, di ruang pengajar tidak dilengkapi peraturan atau tata tertib bagi pengajar. Gedung BIPA Toshio Suanobu, Takushoku University
memiliki ruang diskusi.
Penyelenggara BIPA Toshio Suanobu, Takushoku University
juga memiliki
perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Selain itu, di gedung ini terdapat ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (hotspot). memiliki
laboratorium
bahasa
yang
dapat
Penyelenggara BIPA juga
dimanfaatkan
untuk
pembelajaran
mendengarkan.
5.7.6 Dana Pembelajaran BIPA
.
Dalam menyelenggarakan program pembelajaran, BIPA Toshio Suanobu, Takushoku
University
onpemerintah dan
mendapatkan
dana
.
sendiri
(swadana),
memanfaatkan dana dari pembelajar/siswa BIPA .
dari
lembaga
5. 8 Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking 5.8.1
Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Jurusan Bahasa Indonesia
merupakan salah satu lembaga penyelenggara
pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA) yang berada di Universitas Peking. Lembaga ini berdiri pada tahun 1950. Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking
beralamat di Gedung Bahasa-Bahasa Asing, Universitas Peking. Nama pendiri
lembaga ini adalah Universitas Peking dan pimpinannya adalah Rektor, dengan status kelembagaannya berupa program studi/kursus.
5. 8.2 Program Pembelajaran BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking, memiliki empat jenis program pengajaran bahasa Indonesia, yaitu kelas regular, instensif, reguler dan wisata, dan kelas tujuan khusus. Kurikulum Jurusan Bahasa Indonesia dibuat oleh lembaga pemerintah secara resmi, yang disusun oleh tim pengajar BIPA dengan berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar. Waktu pembelajaran BIPA diberikan secara berimbang, baik teori maupun praktik. Bahan ajar yang digunakan oleh Jurusan Bahasa Indonesia
adalah bahan ajar
yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Di samping buku paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar utama, bahan ajar pendukunQ yang digunakan
.
oleh lembaga ini adalah buku-buku yang berasal dari kepustakaan Indonesia. Bahan ajar juga digunakan dengan cara menggunduh lainnya.
88
dari internet atau media elektronik
Metode pembelajaran di Jurusan
Bahasa Indonesia,
Universitas Peking
menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas dibatasi, yaitu hanya sepuluh orang.
Dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar dalam satu
kelas ini dibagi dalam kelompok. Jumlah pembelajar dalam satu kelompok sepuluh orang, dengan menggunakan sistem tutorial. Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan yang penting dalam pembelajaran karena dapat digunakan untuk melihat hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran . Di samping itu, evaluasi juga dapat digunakan untuk melihat kelemahan dalam pelaksanaan program pembelajaran. Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran berupa tes akhir (posttest). Test akhir digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Lembaga ini juga melakukan tes sumatif dan tes formatif. Tes ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan setiap tahap pembelajaran. Hasil belajar merupakan bagian dari evaluasi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan program pembelajaran di Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking.
Dalam kegiatan evaluasi ini keterampilan pengajar dapat diukur. Dia mampu
menyajikan materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Bagi penyelenggara program pembelajaran BIPA, evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat penyelenggaraan program pembelajaran dan kendala yang ditemukan.
Manajem~n
.
pengelolaan
pembelajaran BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaluasi ini. Selanjutnya, jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan program yang telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan terhadap program tersebut.
89
5.8.3 Pembelajar BIPA Pembelajar di Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking, yang berasal dari Asia berjumlah empat orang dan yang berasal dari luar Asia tidak dapat diperoleh data secara pasti.
Berdasarkan gendernya, pembelajar tersebut terdiri atas tiga orang
berjenis laki-laki dan 7 orang berjenis wanita. Motivasi pembelajar BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking bervariasi. Mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk kunjungan singkat (3 orang), belajar (2 orang), bekerja (3 orang), mengenal budaya Indonesia (6 orang), dan tenaga ahli (1 orang). Bidang kerja pembelajar, antara lain, pedagang/investor (5 orang), pendidikan (2 orang), diplomat (16 orang), tenaga kesehatan, dan teknokrat tidak diperoleh jumlah data secara pasti. Pembelajar, sebelum mengikuti pembelajaran BIPA, harus mengikuti tes awal atau tes penempatan. Hal ini penting karena berkaitan dengan penyusunan komposisi kelas pembelajar.
Penyelenggara telah meluluskan
pembelajar dalam beberapa periode. Dari hasil penyelenggaraan pembelajaran di lembaga ini pembelajar yang telah lulus sekitar 75 persen dari jumlah pembelajar yang mengikuti program ini.
5.8.4 Pengajar BIPA Pengajar BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas
Pekin~
.
tidak diperoleh
data secara pasti jumlah dan asalnya. Namun, pengajar yang terdapat di lembaga ini adalah lulusan akademik yang berjumlah empat orang . Berikutnya,
yang lulus
.
undergraduate berjumlah satu orang, dan yang lulus postgraduate berjumlah tiga
orang .
Berdasarkan latar belakang ilmunya , pengajar yang berlatar belakang ilmu
90
bahasa adalah empat orang. Pengajar yang bergender laki-laki adalah tiga orang dan yang bergender wanita satu orang Da lam mengajar, para pengajar ini ada yang mengajar penuh waktu berjumlah empat orang dan untuk paruh waktu, tidak diperoleh data secara pasti. .
5.8.5 Sarana dan Prasarana BIPA BIPA .di Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking
dalam pelaksanaan
program pembelajarannya menggunakan gedung milik sendiri. Gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas yang berpenyejuk udara tersebut terdapat peralatan yang memadai untuk kegiatan pembelajaran . Peralatan yang tersedia di dalamnya adalah papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, tip, televisi, komputer, jaringan internet, dan tip. Di ruang kelas juga dilengkapi tata tertib untuk pembelajar. BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking
memiliki ruang untuk
pengajar yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Seperti halnya di ruang kelas, di ruang pengajar ini juga tersedia penyejuk udara. Di samping itu, ruang pengajar dilengkapi papan tulis, spidol , penghapus papan tulis, meja, kursi, tip, televisi, , komputer, jaringan internet, dan tip. Akan tetapi, di ruang pengajar tidak dilengkapi peraturan atau tata tertib bagi pengajar. Gedung BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Peking
memiliki ruang
diskus dan perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA untuk mendukung kegiatan pembelajaran . Selain itu, di gedung ini terdapat ruang khusus
.
ntuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (hotspot). Penyelenggara BIPA
91
juga memiliki laboratorium bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mendengarkan.
5.8 6 Dana Pembelajaran BIPA Dalam menyelenggarakan program pembelajaran,
BIPA Jurusan Bahasa
Indonesia, Universitas Peking mendapatkan dana pemerintah. Artinya, untuk proses pembelajaran BIPA dana sepenuhnya diberikan oleh pemerintah secara langsung ..
5.9 Kyoko Funada, Kanda University of International Studies 5.9.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Salah satu universitas yang menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA), di Kyoko Funada, Jepang
adalah Kanda University of
International Studies. Universitas ini beralamat di 1-4-1 Wakaba, Mihama-ku, Chibacity, Chiba-ken 261-0014, Jepang. Dengan nomor telepon 81432731322 dan faksimile 81432732220, serta alamat e-mail [email protected]. Universitas ini berdiri pada tahun 1989 yang didirikan oleh Mr. Ryuji Sano. Dengan nama jabatan pimpinan lembaga University of International Studies ialah Kaicho (CEO).
5.9.2 Program Pembelajaran BIPA Program pembelajaran BIPA yang ditawarkan Kanda University of International Studies bersifat reguler dan mempunyai tujuan khusus.
92
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran BIPA, Kanda University of International Studies membuat sendiri kurikulum pengajaran BIPA tanpa mengadaptasi kurikulum BIPA dari Indonesia dan kurikulum dari lembaga pemerintah yang bersifat nasional. Silabus pengajaran bahasa Indonesia di Kanda University of International Studies disusun oleh tim pengajar BIPA. Silabus pembelajaran disusun berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar, silabus disusun sebagai cerminan
kurikulum BIPA.
Pembagian waktu pembelajaran BIPA di Kanda University of International Studies antara teori dan praktik berimbang, yaitu setiap pembelajar sama mendapatkan selama satu setengah jam per pertemuan. Bahan ajar yang digunakan oleh Kanda University of International Studies adalah bahan ajar yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Bahan ajar tidak menggunakan buku-buku produk Pusat Bahasa. Di samping buku paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar utama, bahan ajar pendukung yang digunakan oleh lembaga ini adalah buku-buku yang berasal dari kepustakaan Indonesia, Kementerian Pendidikan Nasional. Di samping itu, bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya juga digunakan oleh lembaga ini. Dari segi metode pembelajaran, pembelajaran BIPA di Kanda University of International Studies menggunakan sistem kelas dan kelompok. Jumlah siswa setiap elas maksimum 20 orang. Begitu juga dengan kelas kelompok. Setiap kelas maksimum
berjumlah 20 orang, sedangkan untuk sistem
tuto~ial mereka tidak
enggunakannya. Untuk evaluasi pembelajaran, Kanda University of International Studies pada
.
awal pembelajaran tidak mengadakan tes awal atau pretes. tetapi universitas ini
93
melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran dengan memberikan tes akhir atau posttest dan pada setiap pembelajar diberikan tes formatif dan tes sumatif. Hasil
pembelajaran BIPA di Kanda University of International Studies dapat diketahui, yaitu setiap siswa selalu mendapatkan hasil belajar dan berdasarkan evaluasi pada akhir pembelajaran . Selanjutnya , siswa diberikan sertifikat sebagai bukti telah selesai mengikuti pembelajaran BIPA di lembaga tersebut.
5.9.3 Pembelajar BIPA Dilihat dari asalnya, pembelajar BIPA yang berasal dari Asia berjumlah maksium 20 orang setiap kelas (orang Jepang), Motivasi pembelajar BIPA untuk keperluan belajar di Indonesia
berjumlah 4
orang per tahun, sedangkan untuk mengetahui budaya Indonesia berjumlah 10 orang per tahun. Penempatan pembelajaran BIPA dilakukan berdasarkan tes penempatan. Pembelajar tidak ditempatkan berdasarkan permintaan pembelajar dan rekomendasi. Pembelajar BIPA yang lulus pada tahun ini mencapai 75% ,dari jumlah seluruhnya, yaitu 19 orang. Jadi, rata-rata pembelajar BIPA yang lulus setiap tahunnya berjumlah 15 orang.
5.9.4 Pengajar BIPA Pengajar BIPA di Kanda University of International Studies berjumlah 7 orang.
.
Dilihat dari asalnya, pengajar yang berasal dari Indonesia berjumlah 2 orang, sedangkan pengajar yang berasal dari Asia berjumlah 5 orang . Tidak ada pengajar
94
BIPA yang berasal dari negara bagian lain di Benua Asia dan di luar Benua Asia. Dari latar belakang pendidikannya, 2 orang lulusan undergraduate, dan 5 orang pengajar adalah lulusan postgraduate. Selanjutnya , dari disiplin ilmu yang dimiliki pengajar, 4 orang pengajar berlatar belakang ilmu bahasa dan 3 orang pengajar berlatar belakang ilmu sosial. Dilihat dari waktu kerja pengajar BIPA di Kanda University of International Studies, 5 orang pengajar merupakan pengajar penuh waktu (fulltime) dan 2 orang pengajar merupakan pengajar paruh waktu (parttime).
5.9.5 Sarana dan Prasarana BIPA Sebagai lembaga penyelenggara BIPA Kanda University of International Studies, memiliki gedung sendiri dengan ruang kelas yang memadai, setiap ruang kelas diisi oleh 30 orang.
Ruang kelas BIPA di Kanda University of International Studies,
dilengkapi dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, sarana tulis (misalnya, papan tulis dan spidol), perangkat presentasi (LCD/OHP), komputer/televisi, meja dan kursi untuk siswa, peraturan tata tertib kelas, sarana audio, serta jaringan internet. Sementara itu, enam ruang pengajar BIPA juga memadai dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, sarana tulis (misalnya, papan tulis dan spidol) , komputer/televisi, meja dan kursi untuk pengajar, peraturan tata tertib, sarana audio, serta jaringan internet. Akan tetapi, ruang pengajar BIPA di Kanda University of International Studies tidak dilengkapi dengan perangkat presentasi. Sarana lain yang ada' dl gedung belajar di Kanda University of International Studies adalah ruang diskusi, ruang teras(lobi), ruang penerima tamu (resepsionis), tempat sampah, ruangan khusus untuk merokopk,
95
perpustakaan , ruang kh usus untuk mengakses internet, laboratorium bahasa, serta jaringan bebas intern et.
5.9.6 Dana Pembelajaran BIPA
Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran BIPA, Kanda University of International Studies mendapatkan dana baik dari pemerintah, lembaga nonpemerintah, dari Kanda University of International Studies sendiri sebagai dana swadana, maupun dari pembelajar atau siswa BIPA.
5.10 Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Universitas Osaka 5.1 0.1 Profit Lembaga Penyelenggara BIPA
Program BIPA di Universitas Osaka, Fakultas Bahasa Asing yang beralamat Minoh,City, Osaka berdiri pada tahun 2008, yang sebelumnya bernama Universitas Bahasa Asing Osaka, berdiri tahun 1949, status lembaga program studi.
5.1 0.2 Program Pembelajaran
Program pembelajaran BIPA di lembaga ini bersifat reguler. Universitas ini
tidak
menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia yang bersifat privat, regular, dan wisata. Kurikulum di universitas ini dibuat oleh lembaga yang bersangkutan dan disusun oleh tim pengajar BIPA
berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar
dan sebagai
cerminan kurikulum BIPA. Universitas Osaka ini tidak menggunakan kurikulum yang disusun oleh lembaga
.
pemerintah Indonesia dan tidak diadaptasi dari Indonesia.
96
Dalam proses belajar- mengajar, universitas ini menggunakan bahan ajar dari media elektronik serta dari kepustakaan Indonesia. Universitas ini tidak menggunakan bukubuku produk Pusat Bahasa. Dari segi metode pembelajaran, pembelajaran BIPA di Universitas Osaka menggunakan sistem kelas, dan tidak menggunakan sistem kelompok dan sistem tutorial. Untuk evaluasi pembelajaran , Universitas Osaka ini pada awal pembelajaran tidak melakukan tes awal atau pretest, tetapi melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran dengan memberikan tes akhir atau posttest dan setiap pembelajaran diberikan tes formatif dan tes sumatif. Hasil pembelajaran BIPA di Universitas Osaka dapat diketahui, yaitu setiap siswa selalu mendapatkan hasil belajar dan evaluasi pada akhir pembelajaran. Selanjutnya, siswa diberikan sertifikat sebagai bukti telah selesai mengikuti pembelajaran BIPA di lembaga tersebut.
5.10.3 Pembelajar BIPA
Penempatan pembelajar
BIPA
tidak ditempatkan berdasarkan tes penempatan.
Jumlah yang lulus pada tahun ini sekita 75%. Pada akhir pembelajaran, hanya dilaksanakan
evaluasi
dan
tidak diungkapkan
mendapat sertifikat atau
tidak.
Pembelajar yang berasal dari Asia berjumlah 50 orang, sedangkan yang berasal dari negara bagian lain di Benua Asia tidak ada. Jenis kelamin berjumlah 15%, dan yang bergender perempuan 85%.
97
yan~ ~·ergender
laki-laki
5.1 0.4 Pengajar BIPA Pengajar BIPA di Universitas Osaka asalnya, pengajar yang berasal dari Asia
berjumlah 2 orang . Dilihat dari segi
be~umlah
4 orang dan yang berasal dari
postgraduate berjumlah 6 orang . Selanjutnya, dari disiplin ilmu yang dimiliki semua
pengajar berlatar belakang ilmu bahasa dan ilmu sosial berjumlah 3 orang. Dari segi gender, pengajar laki-laki berjumlah 4
orang dan pengajar perempuan berjumlah 2
orang. Dilihat dari waktu kerja, pengajar BIPA di universitas ini yang bekerja penuh waktu (ful/time) berjumlah 4 orang dan yang bekerja paruh waktu (parttime) berjumlah 2 orang.
5.10.5 Sarana dan Prasarana BIPA Sebagai lembaga penyelenggara BIPA, Universitas Osaka
memiliki gedung
sendiri dengan ruang kelas yang memadai. Ruang kelas BIPA Universitas Osaka dilengkapi dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, sarana tulis (misalnya, papan tulis dan spidol), perangkat presentasi, komputer/televisi, meja dan kursi untuk siswa, peraturan tata tertib di kelas, sarana audio, serta jaringan internet. Sementara itu, ruang pengajar BIPA juga memadai dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, sarana tulis (misalnya, papan tulis dan spidol), komputer/televisi, meja dan kursi untuk pengajar, sarana audio, serta jaringan internet. Akan tetapi, ruang pengajar BIPA di
.
Universitas Osaka tidak dilengkapi dengan perangkat presentasi dan peraturan tata ertib. Sarana lain yang ada di gedung belajar di Universitas Osaka adalah ruang
.
diskusi, ruang teras (lobi) ruang penerima tamu, tempat sampah, ruangan khusus untuk
98
merokok, perpustakaan, ruang khusus untuk mengakses internet, laboratorium bahasa, serta jaringan bebas internet.
5.10.6 Dana Pembelajaran BIPA Untuk
dapat
menyelenggarakan pembelajaran
BIPA,
Universitas
Osaka
mendapatkan dana baik dari pemerintah, dari Universitas Osaka sendiri sebagai dana swadana, maupun dari pembelajar atau siswa BIPA. Sumbangan dana dari lembaga nonpemerintah tidak mereka dapatkan.
5.11 Universitas Kyoto Sangyo, Fakultas Bahasa Asing 5.11.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Program BIPA Universitas Kyoto Sangyo, Fakultas Bahasa Asing beralamat di Motoyama, Kamigamo, Kita-ku, Kyoto, 603-8555, Jepang. Dengan nomor telepon 8175-705-1461. Universitas ini berdiri pada tahun 1965 dengan nama pendiri lembaga, yaitu Toshima Araki, dengan status lembaga program studi yang dikepalai oleh pimpinan lembaga, rektor. Status lembaga program studi.
5.11.2 Program Pembelajaran Program pembelajaran BIPA di lembaga ini bersifat reguler, bersifat intensif, dan
.
mempunyai tujuan khusus. Universitas ini tidak menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia yang bersifat privat, regular, dan wisata.
.
Kurikulum di universitas ini dibuat oleh lembaga yang bersangkutan dan disusun oleh tim pengajar BIPA
berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar
99
dan sebagai
cerminan kurikulum BIPA. Universitas Kyoto Sangyo tidak menggunakan kurikulum yang disusun oleh lembaga pemerintah Indonesia dan tidak diadaptasi dari Indonesia. Dalam proses belajar- mengajar , universitas ini menggunakan buku yang disediakan oleh universitas itu sendiri dan mengambil bahan ajar dari media elektronik serta dari kepustakaan Indonesia. Universitas ini tidak menggunakan buku-buku produk Pusat Bahasa. Dari segi metode pembelajaran , pembelajaran BIPA di Universitas Kyoto Sangyo menggunakan sistem kelas , dan tidak menggunakan sistem tutorial. Untuk
evaluasi
pembelajaran,
Universitas
Kyoto
Sangyo
pada
awal
pembelajaran tidak melakukan tes awal atau pretest, tetapi melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran dengan memberikan tes akhir atau posttest dan
setiap
pembelajaran diberikan tes formatif dan tes sumatif. Hasil pembelajaran BIPA di Universitas Kyoto Sangyo dapat diketahui setiap siswa
selalu mendapatkan hasil
belajar dan evaluasi pada akhir pembelajaran. Selanjutnya, siswa diberikan sertifikat sebagai bukti telah selesai mengikuti pembelajaran BIPA di lembaga tersebut.
5.11.3 Pembelajar BIPA Penempatan Pembelajar BIP A
tidak ditempatkan berdasarkan tes penempatan, permintaan
pembelajar, dan rekomendasi. Pembelajar BIPA yang lulus di Universitas Kyoto Sangyo
mencapai 75% dari jumlah seluruhnya. Pembelajar BIPA yang luh,1s .'pada tahun ini berjumlah 25 orang.
100
5.11.4 Pengajar BIPA
Pengajar BIPA di Universitas Kyoto Sangyo berjumlah sembilan orang. Dilihat dari segi asalnya, pengajar yang berasal dari Indonesia berjumlah 3 orang dan yang berasal dari Asia berjumlah 6 orang. Dari Jatar belakang pendidikannya, seluruh pengajarnya yang berjumlah 9 orang adalah lulusan undergraduate. Selanjutnya, dari disiplin i'lmu yang dimiliki semua pengajar berlatar belakang ilmu bahasa. Dari segi gender, pengajar laki-laki berjumlah 4 orang dan pengajar perempuan berjumlah
5
orang. Dilihat dari waktu kerja pengajar BIPA di universitas ini yang bekerja penuh waktu (fulltime) berjumlah 3 orang dan yang bekerja paruh waktu (parttime) berjumlah 6 orang.
5.11.5 Sarana dan Prasarana BIPA
Sebagai lembaga penyelenggara BIPA, Universitas Kyoto Sangyo memiliki gedung sendiri dengan ruang kelas yang memadai. Ruang kelas BIPA Universitas Kyoto Sangyo dilengkapi dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, sarana tulis (misalnya, papan tulis dan spidol), perangkat presentasi,
komputer/televisi, meja dan kursi untuk siswa,
peraturan tata tertib di
kelas, sarana audio, serta jaringan internet. Sementara itu, ruang pengajar BIPA juga memadai dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, sarana tulis (misalnya, papan
.
'
tulis dan spidol), komputer/televisi, meja dan kursi untuk pengajar, sarana audio, serta jaringan internet. Akan tetapi, ruang pengajar BIPA di Universitas Kyoto Sangyo tidak dilengkapi dengan perangkat presentasi dan peraturan tata tertib. Sarana lain yang ada
.
di gedung belajar di Universitas Kyoto Sangyo adalah ruang diskusi, ruang teras (lobi)
101
ruang penerima tamu, tempat sampah , ruangan khusus untuk merokok, perpustakaan, ruang khusus untuk mengakses internet, laboratorium bahasa, serta jaringan bebas internet.
5.11.6 Dana Pembelajaran BIPA Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran BIPA, Universitas Kyoto Sangyo mendapatkan dana baik dari pemerintah, dari Universitas Kyoto Sangyo sendiri sebagai dana swadana, maupun dari pembelajar atau siswa BIPA. Sumbangan dana dari lembaga nonpemerintah mereka tidak mendapatkannya.
5.12 Satomi Ohgata, Kyushu International University 5.12.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Program BIPA di Kyushu International University beralamat di Hirano 1-6-1, Yahata-higasha-ku, Fukuoka, Japan, mempunyai nomor telepon 81-93-662-8328, dan e-mail, [email protected]. Universitas ini berdiri pada tahun 1950, dengan status
lembaga program studi.
5.12.2 Program Pembelajaran Program pembelajaran BIPA di lembaga ini bersifat reguler.
Unive~sitas
.
ini tidak
menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia yang bersifat privat, regular, dan wisata. Kurikulum di universitas ini dibuat oleh lembaga yang bersangkutan dan disusun oleh tim pengajar BIPA
.
berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar
cerminan kurikulum BIPA.
dan sebagai
Di universitas ini tidak menggunakan kurikulum yang
102
disusun oleh lembaga pemerintah Indonesia dan tidak diadaptasi dari Indonesia. Dalam proses belajar- mengajar , universitas ini menggunakan buku yang disediakan oleh universitas itu sendiri dan mengambil bahan ajar dari media elektronik serta dari kepustakaan Indonesia. Universitas ini tidak menggunakan buku-buku produk Pusat Bahasa. Dari segi metode pembelajaran , pembelajaran BIPA di Universitas Kyushu International University menggunakan sistem kelas, dengan berkelompok. Untuk evaluasi pembelajaran, Universitas Kyushu pada awal pembelajaran tidak melakukan tes awal atau pretest, tetapi melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran dengan memberikan tes akhir atau posttest. Hasil pembelajaran BIPA di universitas ini dapat diketahui, setiap siswa selalu mendapatkan hasil belajar dan berdasarkan evaluasi pada akhir
pembelajaran. Selanjutnya, siswa tidak diketahui apakah mendapat
sertifikat atau tidak
sebagai bukti telah selesai mengikuti pembelajaran BIPA di
lembaga tersebut.
5.12.3 Pembelajar BIPA
Penempatan pembelajar BIPA
berdasarkan tes penempatan, permintaan
pembelajar, dan rekomendasi. Pembelajar BIPA yang lulus di Universitas Kyushu International University mencapai 75% dari jumlah seluruhnya.
5.12.4 Pengajar BIPA Pengajar BIPA di Universitas Kyushu International University tidak dapat diketahu jumlahnya. Namun, pengajar yang berasal dari Indonesia ada satu orang dan 103
dari Asia juga satu orang . Dari latar belakang pendidikannya, pengajarnya satu orang adalah lulusan undergraduate dan satu orang lulusan postgraduate. Selanjutnya, dari disiplin ilmu yang dimiliki semua pengajar berlatar belakang ilmu bahasa satu orang. Dari segi gender, pengajar laki-laki berjumlah 90% . Dilihat dari waktu kerja pengajar BIPA di universitas ini yang bekerja penuh waktu (fulltime)
dan yang bekerja paruh
waktu (parttime) tidak diketahui jumlahnya. Selain itu, ada mahasiswa yang bekerja paruh waktu.
5.12.5 Sarana dan Prasarana BIPA
Sebagai lembaga penyelenggara BIPA, Kyushu International University memiliki gedung sendiri dengan ruang kelas yang memadai. Ruang kelas BIPA Kyushu International Univefsity dilengkapi dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, perangkat presentasi, komputer/televisi, meja dan kursi untuk siswa, dan peraturan tata tertib di kelas, sarana audio. Sementara itu, ruang pengajar BIPA juga memadai dengan sarana penyejuk dan pemanas udara, sarana tulis (misalnya, papan tulis dan spidol), komputer/televisi, meja dan kursi untuk pengajar, sarana audio, serta jaringan internet. Akan tetapi, ruang pengajar BIPA di Kyushu International University tidak dilengkapi dengan perangkat presentasi dan peraturan tata tertib. Sarana lain yang ada di gedung belajar di
Kyus~u
.
'
International
University adalah ruang diskusi, tempat sampah, dan ruangan khusus untuk merokok, serta perpustakaan .
104
5.12.6 Dana Pembelajaran BIPA Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran BIPA,
Kyushu International
University mendapatkan dana dari pemerintah dan pembelajar atau siswa BIPA.
5. 13 Southeast Asia Studies Program 5.13.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Southeast
Asia
Studies
Program
merupakan
lembaga
penyelenggara
pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA) yang berada di Thailand. Lembaga ini berdiri pada tahun 2000. Southeast Asia Studies Program beralamat di Fac. Of Liberal Arts Thammasat University, Tha Prachan Campus Bangkok, Thailand.
5.13.2 Program Pembelajaran BIPA Southeast Asia Studies Program memiliki dua jenis program pengajaran bahasa Indonesia, yaitu kelas program studi dankelas tujuan khusus.
Program studi ini
merupakan program yang dilaksanakan secara reguler dalam bentuk kelas. Program ini dilaksanakan dengan model pembelajaran dengan satuan kredit semester seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini ditempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan. Sementara itu, program tujuan khusus adalah program yang dilaksanakan untuk pembelajaran studi Indonesia
khusu~nya
.
dan Asia
umumnya. Program tujuan khusus ini juga berkaitan dengan kepentingan bidang ilmu yang digeluti oleh pembelajar, seperti bidang ilmu politik, ekonomi, dan hukum. Di
.
penyelenggara BIPA ini tidak dilaksanakan program privat, intensif, dan reguler dan wisata.
10-
Kuriku lum
di Southeast Asia
Studies
Program
telah
dipersiapkan oleh
penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler dan kelas tujuan khusus. Dalam pengertian ini Southeast Asia Studies Program telah memiliki program baku untuk pembelajaran kelas, baik kelas reguler maupun tujuan khusus. Kurikulim penyelenggara BIPA ini disusun oleh devisi khusus di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan . Dalam penyusunan kurikulum, lembaga ini tidak melibatkan pihak lain untuk menyusun kurikulum, termasuk pengajar di lembaga tersebut. Dengan demikian, kurikulum di lembaga ini juga bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk kepentingan di lembaga tersebut. Kurikulum yang digunakan di lembaga ini didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajar. Dengan model kurikulum ini pembelajar dikondisikan untuk mengikuti program yang telah dirancang penyelenggara BIPA tanpa ada kesempatan untuk memberikan masukan materi yang menurut pembelajar
diperlukan.
digunakannya tidak
Konsekwensi
dari
kurikulum
dapat lepas dari kurikulum
ini
yang
adalah telah
silabus
yang
disusun. Artinya,
penyelenggara program ketika membuat silabus dan menyajikan materi belajar harus berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dengan demikian, silabus merupakan cerminan dari kurikulum di lembaga ini. Selanjutnya, waktu pembelajaran dalam satu pertemuan dibagi dalam dua jenis, yaitu pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. Dalam pelaksanaanya, waktu pembelajaran teori memiliki porsi waktu yang sama
.
\
dengan waktu pembelajaran praktik. Perbandingannya adalah satu setengah teori dan satu setengah jam praktik. Bahan ajar yang digunakan oleh Southeast Asia Studies Program adalah bahan
.
ajar yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Di samping buku
106
paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar utama , bahan ajar pendukung yang digunakan oleh lembaga ini adalah buku-buku yang berasal dari kepustakaan Indonesia, termasuk bahan ajar dari Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional yang merupakan bahan ajar bersifat nasional. Di samping itu, bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya juga digunakan oleh lembaga ini. Metode pembelajaran di Southeast Asia Studies Program menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas antara sepuluh sampai dengan dua puluh orang . Akan tetapi, dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini tidak dibagi dalam kelompok. Southeast Asia Studies Program melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Kegiatan tersebut berupa tes akhir (posttest) yang dilaksakan pada akhir kegiatan pembelajaran. Tes akhir ini digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Di samping tes tersebut lembaga ini jua menyelenggarakan tes formatif dan tes sumatif. Sebagai bagian ddari kegiatan evaluasi, pembelajar juga diberi hasil pembelajaran atau laporan pelaksanaan pembelajaran. Laporan pelaksanaan pembelajaran menjadi penting bagi pengajar dan penyelenggara program karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Bagi pengajar BIPA, laporan hasil pembelajaran ini dapat digunakan untuk melihat hasil atau capaian terhadap
keterserap~n
.
materi yang
'
disampaikan. Laporan itu juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kesulitan dan gradasi bahan ajar. Dalam pengertian ini, bahan ajar tersebut sudah sesuai dengan tingkatan pembelajar atau belum sesuai dengan tingkatan pembelajar tersebut. Di
10
samping itu, metode dan teknik pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat diamati dari kegiatan evaluasi program ini. Dalam kegiatan evaluasi ini keteramp ilan pengajar dapat diukur. Dia mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Bagi penyelenggara program pembelajaran BIPA, evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat penyelenggaraan program pembelajaran secara menyeluruh.
Manajemen pengelolaan pembelajaran
BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaulasi ini. Selanjutnya, jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan program yang telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan terhadap program tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh Southeast Asia Studies Program. Penyelenggara program pembelajaran ini melakukan kegiatan evaluasi program untuk mengamati pelaksanaan program pembelajaran di lembaga tersebut.
5.13.3 Pembelajar BIPA Pembelajar di Southeast Asia Studi.es Program berjumlah 40 orang. Pembelajar tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu pembelajar yang berasal dari Thailand dan pembelajar yang berasal dari negara luar Thailand. Akan tetapi, tidak diketehui jumlaha pembelajar yang
berasal dari luar Thailang. Berdasarkan gendernya,
pembelajar tersebut terdiri atas 12 orang laki-laki dan 28 perempuan. Motivasi pembelajar BIPA di Southeast Asia Studies Program bervariasi. Mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk keperluan berkunjung ke Indonesia,
.
belajar di lndoensia, dan mengetahui budaya Indonesia. Pembelajar, sebelum mengikuti pembelajaran BIPA, harus mengikuti tes awal atau tes penempatan. Hal ini
108
penting karena berkiatan dengan penyusunan komposisi kelas pembelajar. Di samping itu, pada penyelenggara BIPA ini penempatan pembelajar juga didasarkan pada rekomendasi dari pihak lain. Berdasarkan tahun berdirinya, penyelenggaraan program pembelajaran di Southeast Asia Studies Program telah meluluskan pembelajar dalam beberapa periode. Dari hasil penyelenggaraan pembelajaran di lembaga ini pembelajar yang telah lulus sekitar 70 persen dari jumlah pembelajar yang mengikuti program ini. Pada tahun ini penyelenggara pembelajaran
BIPA ini telah meluluskan dua belas pembelar.
Sementara itu, rata-rata kelulusan pembelajar setiap tahunnya sebanyak tiga belas orang. Capaian ini tentu merupakan hasil yang membanggakan bagi penyelenggara program pembelajaran.
5.13.4 Pengajar BIPA
Pengajar BIPA di Southeast Asia Studies Program berjumlah 1 orang. Pengajar tersebut merupakan pengajar tidak tetap yang dimanfaatkan untuk memperkuat pembelajaran BIPA di lembaga ini. berlatar belakang ilmu bahasa dan
Pengajar tersebut berasal dari Indonesia dan berlatar belakang pendidikan pascasarjana.
Pengajar yang berjenis kelamin laki-laki ini merupakan tenaga pengajar di lembaga ini yang berkerja secara penuh dalam jam kerja yang berlaku di lembaga_pengajaran ini.
.
Dalam pengertian lain pengajar tersebut
merupakan stat yang menjadi andalan di
lembaga ini. Pengajar ini tidak memegang salah satu subbidang tertentu . tetapi
.
mengajar dalam beberapa subbidang. Artinya, dia tidak hanya mengajar keterampilan membaca, tetapi juga mengajar keterampilan yang lainnya, yaitu mendengarkan,
109
menulis, dan berbicara. Pengajar BIPA di Southeast Asia Studies Program adalah pengajar yang telah diseleksi secara ketat melalui seleksi yang diberlakukan di lembaga pengajaran BIPA ini.
5.13.5 Sarana dan Prasarana BIPA BIPA
Southeast
Asia
Studies
Program
dalam
pelaksanaan
program
pembelajarannya menggunakan gedung milik sendiri. Gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran dengan jumlah ruang yang memadai untuk penyelengaraan program pembelajaran. Di dalam kelas yang berpenyejuk udara tersebut terdapat peralatan yang memadai untuk kegiatan pembelajaran . Peralatan yang tersedia di dalamnya adalah papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, tip, televisi, komputer, jaringan internet, dan tip. Akan tetapi, di ruang kelas tidak dilengkapi tata terbit untuk pembelajar dan pengajar. BIPA Southeast Asia Studies Program memiliki ruang untuk pengajar yang memadai untuk kegaitan pembelajaran. Seperti halnya ruang kelas, ruang pengajar ini juga tersedia penyejuk udara. Di samping itu, di ruang pengajar dilengkapi papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi, tip, televisi, , komputer, jaringan internet, dan tip. Namun, di ruang pengajar tidak dilengkapi peraturan atau
tata tertib bagi
pengajar. Di gedung BIPA Southeast Asia Studies Program memiliki ruang diskusi. BIPA Southeast Asia Studies Program juga memiliki perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA untuk mendukung k_egiatan pembelajaran. Penyelenggara BIPA ini memiliki labotarium
bahasa yang
dapat dimanfaatkan
110
untuk pembelajaran
mendengarkan. Selain itu, di gedung ini terdapat ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (horspo t). Perlengkapan lain yang terdapat di BIPA Southeast Asia Studies Program
adalah ru ang teras, ruang penerima tamu, dan
keranjang sampah. Di penyelenggara BIPA ini tidak ada ruang khusus untuk merokok.
5.13.6 Dana Pembelajaran BIPA Dalam menyelenggarakan program pembelajaran, BIPA Southeast Asia Studies Program mendapatkan dana dari pemerintah. Dana tersebu dimanfaatkan untuk keperluan pelaksanaan program pembelajaran. Di samping itu, BIPA Southeast Asia Studies Program mendapatkan dana dari pembelajar BIPA. Akan tetapi, lembaga ini tidak mendapatkan sumbangan dana dari lembaga nonpemerintah.
5.14 Department of Interpretation and Translation of Malaysian and Indonesian languages, Hankuk University of Foreign Studies. 5.14.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies merupakan universitas negeri di Korea. Universitas yang menyelenggarakan program pembelajaran BIPA ini berada di kota Yogin, Korea. Lembaga ini berdiri tahun 1982 dan pelaksana penyelenggara ini berada di bawah kordinasi Hankuk University of Foreign Studies. Sementara, Ketua juru;an diketuai oleh Bapak Kim Jang-gyeom.
Ill
5.14.2 Program Pembelajaran BIPA
Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies mem iliki tiga jenis program pembelajaran BIPA, yaitu kelas reguler atau kelas program studi , kelas intensif, kelas untuk tujuan khusus. Di penyelenggara pembelajaran BIPA in i tid ak diselenggarakan program pembelajaran privat dan kelas
reguler dan wisata. Program reguler dilaksanakan dengan model
pembelajaran dengan satuan kred it semester, seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini di tempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan. Kurikulum di Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies dipersiapkan oleh penyelenggara program sesuai dengan kurikulum untuk kelas reguler, kelas intesif, kelas untuk tujuan khusus. Dalam pengertian ini, Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies telah memiliki program baku . Kurikulum di penyelenggara BIPA disusun oleh tim penyusun kurikulum di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan. Kurikulum di lembaga ini tidak diadaptasi dari kurikulum pembelajaran BIPA di Indonesia. Dengan demikian, kurikulum di lembaga ini juga bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk kepentingan di lembaga terse but. Silabus di lembaga BIPA ini merupakan turunan dari kurikulum yang telah disusun oleh tim penyusun. Oleh karena itu, ketika pengajar membuat silabus dan menyajikan materi ajar harus berdasarkan. kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam kurikulum ini, waktu pembelajaran dalam satu pertemuan dibagi dalam pembelajaran
I 12
teori dan pembelajaran praktik. Waktu praktek lebih banyak dari pada teori dengan perbandingan waktu praktek dua per tiga lebih banyak dari teori. Bahan ajar yang digunakan di Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies adalah bahan ajar yang disusun oleh pengajar di lembaga pengajaran BIPA . Di samping itu, sebagian bahan ajar yang berasal dari kepustakaan Indonesia digunakan oleh lembaga pengajaran BIPA ini. Untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan bahan ajar lembaga ini juga mengupayakan penyediaan bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya. Metode pembelajaran di Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas rata-rata antara dua belas sampai dengan empat belas orang, paling banyak dua puluh orang . Dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini tidak dibagi dalam kelompok. Akibat tidak dibaginya pembelajaran
dalam
kelompok,
akan
menyulitkan
pengajar dalam
mengamati
perkembangan tiap-tiap pembelajar. Jurusan Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies melaksanakan evaluasi pelaksanaan program. Program penyelenggara BIPA, antara lain, melaksanakan evaluasi per:nbelajaran pada akhir kegiatan atau tes akhir (posttest). Tes akhir
.
digunakan untuk melihat hasil
pembelajaran mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Namun, Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies tidak mengadakan tes awal (pretest). Semua pembelajar
113
harus mengikuti kurikulum yang telah disusun oleh penyelenggara BIPA.
Evaluasi
dilakukan pada akhir program pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajar. Penghargaan yang diberikan kepada pembelajar berbentuk sertifikat atau ijazah. Di samping ijazah, pembelajar juga diberi hasil pembelajaran atau laporan pelaksanaan pembelajaran setiap semester. Laporan pelaksanaan pembelajaran menjadi penting bagi pengajar dan penyelenggara program karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Jurusan Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies melakukan kegiatan evaluasi program untuk mengamati pelaksanaan program pembelajaran di lembaga tersebut. Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program pembelajaran.
5.14.3 Pembelajar BIPA
Pembelajar di Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies berasal dari negara penyelenggara BIPA yaitu Korea. Pembelajar BIPA di lembaga ini tidak ditempatkan berdasarkan tes penempatan. Dari jumlah pembelajar tersebut, motivasi mereka untuk mengikuti program pembelajaran BIPA bervariasi. Mereka belajar bahasa lndo_nesia dengan
.
tujuan untuk keperluan belajar di Indonesia, bekerja di Indonesia, menjadi tenaga ahli di Indonesia, dan belajar budaya Indonesia. Jurusan lnterpretasi dan
Penerjema~an
Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk
University of Foreign Studies telah meluluskan pembelajar dalam beberapa periode.
11-+
Dari
hasil
penyelenggaraan
pembelajaran di
lembaga
ini,
target
meluluskan
pembelajarnya telah terpenuhi. Pembelajar BIPA yang lulus pada tahun ini mencapai 75% dari seluruh jumlah pembelajar, termas uk dua puluh orang yang lulus tahun ini. Sampai saat ini penyelenggara BIPA meluluskan rata-rata dua puluh orang per tahun.
5.14.4 Pengajar BIPA
Pengajar BIPA di Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies berjumlah sebelas orang. Berdasarkan asal negaranya, dari jumlah pengajar tersebut, satu orang berasal dari Indonesia dan sepuluh orang lagi berasal dari Korea. Latar belakang pendidikan pengajar bervariasi. Enam orang berlatar belakang ilmu bahasa dan lima orang dengan latar belakang ilmu sosial. Dari sebelas pengajar tersebut, sepuluh pengajar adalah lulusan postgraduate. Selanjutnya, pengajar tersebut yang bergender laki-laki lima orang dan yang bergender wanita enam orang. Empat orang pengajar merupakan tenaga pengajar di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of
Foreign Studies yang bekerja secara penuh dalam jam kerja yang berlaku di lembaga tersebut sedangkan tujuh orang bekerja paruh waktu. Pekerja penuh waktu juga pengajar yang merupakan stat yang menjadi andalan di lembaga penyelenggara pembelajaran BIPA. Dalam mengajar mereka tidak memegang salah
.
s~tu
subbidang
tertentu, tetapi mengajar dalam beberapa subbidang. Artinya, mereka tidak hanya mengajar keterampilan membaca, tetapi juga mengajar keterampilan yang lainnya,
.
yaitu mendengarkan, menulis, dan berbicara .
11-
5.14.5 Sarana dan Prasarana BIPA BIPA Jurusan lnterpretasi dan
Pe n e ~ e m a h an
Bahasa Melayu dan Indonesia,
Hankuk University of Foreign Studies menggunakan gedung milik pemerintah. Gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas yang berpenyejuk udara tersebut terdapat peralatan yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Peralatan yang tersedia, antara lain, papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja, kursi , televisi, pewayang pandang, komputer, jaringan internet, tip, dan peraturan tata tertib untuk pembelajar dan pengajar. BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of Foreign Studies
memiliki ruang untuk pengajar yang
memadai. Seperti halnya ruang kelas, ruang pengajar juga berpenyejuk udara. Ruang ini juga dilengkapi dengan fasilitas meja, kursi, komputer, televisi, peralatan untuk belajar dan peraturan atau tata tertib bagi pengajar.
Gedung BIPA Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia,
Hankuk University of Foreign Studies memiliki ruang diskusi dan
perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar BIPA untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Di samping itu, di gedung ini terdapat ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (hotspot) . Penyelenggara BIPA ini
.
belum memiliki laboratorium bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mendengarkan.
116
5.14.6 Dana Pembelajaran Dalam penyelenggaraan program pembelaj aran , BIPA Jurusan lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies mendapatkan dana dari pembelajar BIPA.
Dana tersebut dimanfaatkan untuk
penyelenggaraan program pembelajaran secara menyeluruh karena
BIPA Jurusan
lnterpretasi dan Penerjemahan Bahasa Melayu dan Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies tidak mendapatkan dana dari pemerintah ataupun nonpemerintah.
5. 15 BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja 5.15.1 Profil Lembaga Penyelenggara BIPA BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja merupakan lembaga penyelenggara '\t'.
per1lbelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA) yang berada di bawah Atase Pertahanan KBRI Phnom Penh, Kamboja. Lembaga ini berdiri pada tahun 2007. BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja
beralamat di Nomor 1 Street 466,Corner
Norodom Bouleverd, Phnom Penh, Kamboja.
5.15.2 Program Pembelajaran BIPA BIPA Brigade 911,
Phnom Penh, Kamboja memiliki dua jenis program
pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu kelas reguler dan kelas tujuan. ktiusus. Program reguler merupakan program yang dilaksanakan dalam bentuk kelas. Program ini dilaksanakan dengan model pembelajaran dengan satuan kredit semester seperti kuliah pada bidang ilmu lainnya. Program ini ditempuh dalam waktu satu semester yang berlangsung selama enam bulan . Sementara itu, program tujuan khusus adalah 117
program yang dilaksanakan untuk pembelajaran studi Indonesia secara khusus. Program tujuan khusus berkaitan dengan kepentin gan bidang ilmu yang digeluti oleh pembelajar, seperti bidang ilmu politik, ekonomi, dan hukum. Kurikulum di BIPA Brigade 91 1, Phnom Penh , Kamboja telah dipersiapkan oleh penyelenggara program sesuai dengan kurikulu m untuk kelas reguler dan kelas tujuan khusus. Dalam pengertian ini BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja telah memiliki program baku untuk pembelajaran kelas untuk kelas reguler dan kelas tujuan khusus. Kurikulim penyelenggara BIPA ini disusun oleh tim pengajar di lembaga pembelajaran BIPA yang bersangkutan . Dalam penyusunan kurikulum, lembaga ini mengadaptasi kurikulum pembelajaran BIPA di Indonesia. Kurikulum di lembaga BIPA ini disusun berdasarkan atas analisis kebutuhan pembelajar. Walaupun demikian, kurikulum di lembaga ini juga bersifat lokal karena hanya digunakan dan disusun untuk kepentingan di lembaga tersebut. Selanjutnya, waktu pembelajaran dalam satu pertemuan tidak dibagi antara pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. Lembaga ini menggunakan model pembelajaran secara teori dan tidak dialokasikan waktu untuk pembelajaran praktik. Bahan ajar yang digunakan oleh BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja adalah bahan ajar yang telah disediakan oleh lembaga pengajaran BIPA tersebut. Di samping buku paket yang telah diajarkan sebagai bahan ajar uta_ma, bahan ajar
.
pendukung yang digunakan oleh lembaga ini adalah buku-buku yang berasal dari kepustakaan Indonesia. Namun, lembaga penyelenggara BIPA ini tidak menggunakan bahan ajar dari Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional yang
118
merupakan
bahan ajar bersifat nasional. Di samping itu, bahan ajar yang diunduh dari internet atau dari media elektronik lainnya juga tidak digunakan oleh lembaga ini. Metode
pembelajaran
di
BIPA
Brigade
911,
Phnom
Penh,
Kamboja
menggunakan sistem kelas. Jumlah pembelajar setiap kelas di penyelenggara BIPA ini dibatasi agar dapat berjalan dengan efektif. Di BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja pembelajar ditempatkan dalam kelas yang berjumlah antara sepuluh sampai dengan dua belas orang . Dalam pelaksanaan program pembelajaran, pembelajar dalam satu kelas ini tidak dibagi dalam kelompok. Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembelajaran juga menggunakan sistem tutorial. Setiap satu kelompok dibimbing oleh satu orang tutor. Tutor ini berperan sebagai jembatan pemahaman materi pembelajaran yang di sampaikan oleh guru di kelas. BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja tidak melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran baik berupa tes pada awal kegiatan atau tes awal (pretest), tes pada akhir kegiatan atau tes akhir (posttest), tes sumatif, dan tes formatif. Padahal, evaluasi merupakan rangkaian kegiatan yang penting dalam pembelajaran karena dapat digunakan untuk melihat hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, evaluasi juga dapat digunakan untuk melihat kelemahan dalam pelaksanaan program pembelajaran. BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja juga tidak IT)enyelenggarakan kegiatan penyerahan hasil belajar kepada pembelajar. Di samping itu, pembelajar juga tidak diberi sertifikat belajar. Padahal, pelaksanaan kegiatan ini diperlukan sebagai bagian dari kegiatan evaluasi.
Kegiatan evaluasi ini perlu dilakukan karena dapat
.
dimanfaatkan untuk mengukur keterampilan pengajar dalam pembelajaran . Di samping
119
itu, bagi penyelenggara program pembelajara n BIPA, evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat penyelenggaraan program pembelajaran dan kendala yang ditemukan. Manajemen pengelolaan pembelajaran BIPA dapat teramati melalui kegiatan evaulasi ini. Selanjutnya, jika penyelenggara program pembelajaran menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan program ya ng telah ditetapkan, mereka dapat melakukan pembenahan terhadap program tersebut.
5.15.3 Pembelajar BIPA
Jumlah pembelajar di BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja tidak diketahui. Akan tetapi, terdapat data yang menyatakan bahwa pembelajar tersebut berasal dari Kamboja dan tidak ada pembelajar yang berasal dari luar Kamboja. Di samping itu, berdasarkan gendernya, semua pembelajar tersebut bergender laki-laki. Dari semua pembelajar di BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja, mereka belajar bahasa Indonesia untuk keperluan belajar bahasa Indonesia saja. Mereka tidak belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk keperluan berkunjung ke Indonesia, mengetahui budaya Indonesia, untuk keperluan bekerja di Indonesia, dan untuk keperluan menjadi tenaga ahli. Pembelajar di penyelenggara BIPA ini adalah pembelajar yang bekerja dalam bidang pendidikan. Pembelajar di penyelenggara BIPA ini ditempatkan dalam kelas berdasarkan rekomendasi pihak lain. Penyelenggara program pembelajaran di BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja' t~lah meluluskan pembelajar dalam beberapa periode. Dari hasil penyelenggaraan pembelajaran di lembaga ini, pembelajar yang telah lulus sekitar 75 persen dari jumlah pembelajar yang
.
mengikuti program ini.
120
5.15.4 Pengajar BIPA
Pengajar
BIPA di BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja merupakan
pengajar yang berasal dari Kamboja yang telah lulus belajar bahasa Indonesia di Indonesia. Pengajar di lembaga ini
b e ~uml a h
dua orang. Semua pengajar merupakan
pengajar tidak tetap di lembaga ini. Dari pengajar yang terdapat di lembaga tersebut semuanya merupakan lulusan akadem ik. Berdasarkan latar belakang ilmunya, pengajar di lembaga ini berlatar belakang ilmu sosial. Pengajar di lembaga penyelenggara BIPA ini bergender laki-laki. Dalam mengajar mereka tidak memegang salah satu subbidang tertentu. tetapi mengajar dalam
beberapa subbidang. Artinya,
mereka tidak hanya mengajar
keterampilan membaca , tetapi juga mengajar keterampilan yang lainnya, yaitu mendengarkan, menulis, dan berbicara . Pengajar di BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja adalah pengajar yang telah diseleksi secara ketat melalui seleksi yang diberlakukan di lembaga pengajaran BIPA ini.
5.15.5 Sarana dan Prasarana BIPA
BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja dalam pelaksanaan program pembelajarannya menggunakan gedung milik Atase Pertahanan KBRI Phnon Penh. Walaupun BIPA Brigade 911, Phnom Penh , Kamboja menggunakan gedung milik Atase Pertahanan KBRI, gedung tersebut memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan
.
pembelajaran. Di dalam kelas tersebut terdapat peralatan untuk kegiatan pembelajaran . Peralatan yang tersedia di dalamnya adalah papan tulis, spidol , penghapus papan tulis,
121
meja, kursi, televisi, dan komputer. Aka n tetap i, di ru ang kelas in i tidak terdapat tip yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajara
endengarkan . Di ruang kelas ini juga
tidak terdapat jaringan internet . Di ru ang kelas tidak dilengkapi
tata terbit untuk
pembelajar dan pengajar. BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja memiliki ruang untuk pengajar yang memadai untuk kegaitan pembelajaran. Seperti halnya ruang kelas, ruang pengajar ini dilengkapi papan tulis, spidol, meja, dan kurs i. Di ruang ini tidak terdapat tip, televisi, komputer, jaringan internet, dan peraturan atau tata tertib bagi pengajar. Di gedung BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja memiliki lobi dan tempat khusus untuk merokok. Akan tetapi, di gedung ini tidak terdapat ruang diskusi. Pengelenggara BIPA Brigade 911 , Phnom Penh, Kamboja tidak memiliki perpustakaan yang
dapat dimanfaatkan
oleh
pembelajar
BIPA
untuk
mendukung
kegiatan
pembelajaran. Selain itu, di gedung juga tidak terdapat ruang khusus untuk mengakses internet dan jaringan bebas internet (horspot) . memiliki
labotarium
bahasa
yang
dapat
Penyelenggara BIPA ini juga tidak dimanfaatkan
untuk
pembelajaran
mendengarkan.
5.15 .. 6 Dana Pembelajaran BIPA
Dalam menyelenggarakan program pembelajaran, BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja mendapatkan dana dari pemerintah. Dana tersebut dimanfaatkan oleh '
BIPA Brigade 911, Phnom Penh, Kamboja untuk semua keperluan pelaksanaan program pembelajaran. Lembaga ini tidak mendapatkan sumbangan dana dari lembaga nonpemerintah.
122
BAB VI SIMPULA
Dari data yang diperoleh, tampak bahwa penyelenggaraan BIPA di beberapa negara Asia, mempunyai kecenderungan yang boleh dikatakan sama dalam program pelaksanaannya . Penyelenggaraan BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia,
Fakultas
Bahasa
mempunyai ruangan belajar
Asing, Guangxi
University
for
Nasionalities
dan fasilitas yang sangat memadai. Dalam
pelaksanaan kesehariannya program BIPA ini mendapat dana dari pemerintah . Teknis pelaksanaan mempunyai dua program pembelajarannya, yaitu program intensif dan reguler, dengan menggunakan sistem kredit semester. Kurikulum yang digunakan pun berdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang dibuat sendiri oleh yang menyelenggarakan BIPA. Pembelajaran di buat dengan cara sistem kelas, yang dalam proses keberhasilannya dilalui dengan cara tes sumatif (ujian di tengah pelaksanaan pembelajaran) Jika dari hasil tes tersebut ternyata kurang maka pengajar akan memberi tambahan bahan ajar agar nantinya si pembelajar dapat dengan baik melaksanakan tes akhir. Pembelajar yang mengikuti program BIPA di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing Guangxi University Nasionalities ini mempunyai motivasi untuk dapat bekerja, belajar, dan mengenal budaya Indonesia. Materi yang diberikan dalam penyelenggaraan BIPA adalah menulis, membaca, berbicara, dll. Di akhir program BIPA, setiap ,Pembelajar mendapat sertifikat. BIPA Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Budaya Timur, Guangdong University
of Foreign Studies mempunyai ruangan belajar
dan
fasilitas yang sangat memadai. Dalam pelaksanaan kesehariannya, memperoleh
_ .) I ")"
dana dari pemerintah. Teknis pelaksanaannya mempunya tiga
progra.m
pembelajarannya, yaitu program intensif. reguler, dan reguler dan wisata. Untuk program reguler waktu yang disediakan adalah selama enam bulan, sedang untuk intensif selama tiga bulan. Kurikulum yang digunakan pun berdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang dibuat sendiri oleh yang menyelenggarakan BIPA. Pembelajaran
di
buat
dengan
cara
sistem
kelas,
yang
dalam
proses
keberhasilannya dilalui dengan cara tes sumatif (ujian di tengah pelaksanaan pembelajaran) Jika dari hasil tes tersebut ternyata kurang maka pengajar akan memberi tambahan bahan ajar agar nantinya si pembelajar dapat dengan baik melaksanakan
tes
akhir. Pembelajar yang
mengikuti
program
BIPA ini
mempunyai motivasi untuk dapat bekerja, belajar, dan mengenal budaya Indonesia. Materi yang diberikan dalam penyelenggaraan BIPA adalah menulis, membaca, berbicara, dll. Di akhir pembelajaran, setiap pembelajar mendapat sertifikat. BIPA di INJ Cultural Center, Jepang
mempunyai ruangan belajar dan
fasilitas yang sangat memadai. Dalam pelaksanaannya mempunya empat program pembelajarannya, yaitu program khusus, intensif atau
privat, reguler,
dan reguler dan wisata. Untuk program khusus adalah program yang mengacu pada suatu bidang ilmu, seperti sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Lamanya program reguler, waktu
yang disediakan adalah selama enam bulan, sedang
untuk intensif selama tiga bulan. Kurikulum yang digunakan pun. b,erdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang dibuat sendiri oleh yang menyelenggarakan BIPA. Selain bahan ajar lokal yang dibuat sendiri,
INJ Cultural Center, juga
menggunakan bahan ajar yang dibuat oleh Pusat Bahasa, Kementrian Pendidikan Nasional. Pembelajaran di buat dengan cara sistem kelas, yang dalam proses
12~
pembelajaran dilaksanakan dengan cara
~es
s...""'a ~f (ujian di tengah pelaksanaafl
pembelajaran) Jika dari hasil tes terseoL..: :erryata kurang maka pengajar akan memberi tambahan bahan ajar agar nantirya si pembelajar dapat dengan baik melaksanakan
tes
akhir. Pembela1ar vang
mempunyai motivasi untuk dapat
beke~a .
mengikuti program
BIPA ini
belajar, dan mengenal budaya
Indonesia. Materi yang diberikan dalam penyelenggaraan BIPA adalah menulis, membaca, berbicara, dll. Di akhir pembelajaran, setiap pembelajar mendapat sertifikat Language Exchange Cambodia Indonesia (LECI) adalah BIPA yang dilaksanakan di Kamboja, yang dalam pelaksanaannya mendapat dana dari pemerintah, pembelajar, dan nonpemerintah. Fasiltas untuk pembelajaran mempunyai ruangan belajar
dan perlengkapan yang sangat memadai. Dalam
pelaksanaannya mempunyai tiga
program pembelajarannya, yaitu program
khusus, intensif atau privat, dan reguler. Untuk program khusus adalah program yang mengacu pada suatu bidang ilmu, seperti sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Selain bahan ajar lokal yang dibuat sendiri
Language Excange Cambodia
Indonesia (LECI), juga menggunakan bahan ajar yang dibuat oleh Pusat Bahasa, Kementrian Pendidikan Nasional. Pembelajaran di buat dengan cara sistem kelas, yang dalam proses penempatannya dilakukan tes awal lebih dahulu untuk mengetahui kemampuan pembelajar. Untuk proses keberhasilannya dilalui dengan cara tes sumatif (ujian di tengah pelaksanaan pembelajaran).' Jika dari hasil tes tersebut ternyata kurang maka pengajar akan memberi tambahan bahan ajar agar nantinya si pembelajar dapat dengan baik melaksanakan tes akhir. Pembelajar yang mengikuti program BIPA ini mempunyai motivasi untuk dapat bekerja, belajar, dan mengenal budaya Indonesia. Materi yang diberikan dalam
1r
penyelenggaraan BIPA adalah me'"' - ~s . m-e.r-:;aca, berbicara, dll. Di pembelajaran, setiap pembelajar
a~hir
menda~=~ se~..:a•
Woosong University ada!ah e-:.aga ::enyelenggara BIPA di Korea yang dalam pelaksanaannya mendapat dana dari pemerintah, pembelajar, dan nonpemerintah. Fasiltas un
oerbe1a1aran
perlengkapan yang sanga
emadai. Dalam pelaksanaannya mempunyai dua
program pembelajarannya, va
mempunyai ruangan belajar dan
program khusus, dan reguler. Untuk program
khusus adalah program yang mengacu pada suatu bidang ilmu, seperti sosial, politik, ekonomi, dan teknik.
Selain bahan ajar lokal yang dibuat sendiri oleh
Woosong University, juga menggunakan bahan ajar yang dibuat oleh Pusat Bahasa, Kementrian Pendidikan Nasional. Pembelajaran di buat dengan cara sistem kelas , yang dilakukan dengan mengikuti tes awal lebih dahulu untuk mengetahui kemampuan pembelajar. Untuk proses keberhasilannya dilalui dengan cara tes sumatif (ujian di tengah pelaksanaan pembelajaran) Jika dari hasil tes tersebut ternyata kurang maka pengajar akan memberi tambahan bahan ajar agar nantinya si pembelajar dapat dengan baik melaksanakan tes akhir. Motivasi mereka belajar bahasa Indonesia untuk dapat bekerja, belajar, dan mengenal budaya Indonesia. Materi yang diperoleh adalah menulis, membaca, berbicara, dll. Di akhir pembelajaran, setiap pembelajar mendapat sertifikat Dalam pelaksanaannya mendapat dana dari pemerintah, pembelajar, dan nonpemerintah. Berikutnya adalah Language Excange Cambodia Indonesia, yang dalam proses pembelajarannya sangat
memadai.
mempunyai ruangan belajar dan perlengkapan yang
Dalam
pelaksa11aannya
mempunyai
tiga
program
pembelajarannya, yaitu program khusus, intensif atau privat, dan reguler. Untuk
126
program khusus adalah program yang me:1.;a:;... oada suatu bidang ilmu,
sep~rti
sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Se'a:n ba .... an ajar lokal yang dibuat sendiri, lembaga ini juga menggunakan bana.., a,ar yang dibuat oleh Pusat Bahasa, Kementrian Pendidikan Nasional. Per:betajaran di buat dengan cara sistem kelas, dengan mengikuti tes awal lebih dahulu. Untuk proses keberhasilannya dilalui pembelajar dapat dengan baik melaksanakan tes akhir. Pembelajar yang mengikuti program BIPA ini
mempunyai motivasi untuk dapat bekerja, belajar,
dan mengenal budaya Indonesia. Materi yang diberikan dalam penyelenggaraan BIPA adalah menulis, membaca, berbicara, dll. Di akhir pembelajaran, setiap pembelajar mendapat sertifikat Toshio Suanobu, Takushoku University adalah lembaga BIPA, di Tokyo, Jepang,
mendapat dana dari
pembelajar, dan
nonpemerintah , Jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Peking mempunyai ruangan belajar dan perlengkapan yang sangat memadai. Dalam pelaksanaannya mempunyai dua program pembelajarannya, yaitu program khusus
dan reguler. Untuk program
khusus adalah program yang mengacu pada suatu bidang ilmu, seperti sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Bahan ajar dibuat sendir (lokal).
Pembelajaran di
buat dengan cara sistem kelas, yang dalam proses penempatannya dilakukan tes awal, tes sumatif (ujian di tengah pelaksanaan pembelajaran), dan tes akhir. Motivasi pembelajar
untuk dapat bekerja, belajar, dan mengenal budaya
Indonesia. Materi yang diberikan dalam penyelenggaraan BIPA
a~al~h
menulis,
membaca, berbicara, dll. Di akhir pembelajaran, setiap pembelajar mendapat sertifikat. Dana lembaga BIPA yang berada di Peking berasal dari pemerintah
127
emational Studies mempunyai
Kyoto Funada, Kanda University
dengan kurikulum yang bersifar
program bersifat reguler dan tujuan khusus
Silabus pembelajaran disusun berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar, teori dan praktik berimbang , Bahan ajar disediakan sendiri , ditambah bahan ajar pendukung , seperti dari kepustakaan Indonesia dan internet. Metode pembelajaran, menggunakan sistem kelas dan kelompok. Untuk evaluasi, hanya diberikan tes akhir atau posttest saja Motivasi pembelajar BIPA adalah untuk keperluan belajar di Indonesia dan untuk mengetahui budaya Indonesia Pemnbelajar BIPA yang lulus pada tahun ini mencapai 75% Pengajar BIPA di Kyoto Funada, Kanda University of International Studies berjumlah tujuh orang, yang berasal dari Indonesia dan Asia, berasal dari lulusa undergraduate, dengan latar belakang ilmu bahasa dan sosial. Lembaga ini mempunyai gedung sendiri yang memadai yang dilengkapai dengan sarana dan prasarana yang baik. Dana diperoleh dari pemerintah, lembaga nonpemerintah, dan dari pembelajar atau siswa BIPA. Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa Asing, Universitas Osaka mempunyai program bersifat reguler, dengan kurikulum yang disusun sendiri. dan menggunakan
sistem
kelas,
Evaluasi
pada
akhir
pembelajaran
dengan
memberikan tes akhir atau evaluasi pada akhir, dan selanjutnya siswa diberikan sertifikat sebagai bukti telah selesai mengikuti pembelajaran
BI~J\ ·
di lembaga
tersebut, dengan jumlah yang lulus pada tahun ini sekita 75% . Pengajar beasal dari Asia dengan Jatar belakang ilmu bahasa dan ilmu sosial Sarana dan prasarana lembaga.. iini sang at memadai.. dengan dana yang diberikan pemerintah, Universitas Osaka dan darii pembelajar atau siswa BIPA. .
128
Universitas Kyoto Sangyo, Fakultas Bahasa Asing mempunyai tiga, dengan kurikulum yang dibuat sendiri, dengan metode kelas. Evaluasi pembelajaran memberikan tes akhir atau posttest dan setiap pembelajaran diberikan tes formatif dan tes sumatif.
dan selanjutnya siswa
diberikan sertifikat sebagai bukti telah selesai mengikuti pembelajaran BIPA di lembaga tersebut.jumlah yang lulus mencapai 75% Pengajar BIPA berasal dari Indonesia dan Asia, dengan disiplin ilmu yang dimiliki semua pengajar berlatar belakang ilmu bahasa. Mereka bekerja penuh. Sarana dan Prasarana sangat memadai, dengan dana dari pemerintah, Universitas dan pembelajar atau siswa BIPA.. Satomi Ohgata, Kyushu International University mempunuai program bersifat reguler.dengan kurikulum yang dibuat sendiri dan sistem kelas, evaluasi pembelajaran, posttest.
pada akhir pembelajaran dengan memberikan tes akhir atau
dan selanjutnya siswa tidak diketahu apakah mendapat kan sertifikat
atau tidak sebagai bukti telah selesai mengikuti pembelajaran BIPA di lembaga tersebut., dengan jumlah yang lulus mencapai 75% dari jumlah seluruhnya. Pengajar berasal dari Indonesia dan Asia, dengan lulusan undergraduate dan postgraduate. Selanjutnya, dari disiplin ilmu berlatar belakang ilmu bahasa
satu orang, Lembaga ini mempunya sarana dan prasana yang sangat memadai Dengan dana yang diberikan dari pemerintah dan pembelajar atau siswa BIPA.
129
DAFTAR PUSTAKA
Abdurakhmad, Hasanudin. 2009. "Bahasa Indonesia, Bahasa Kedua". Artikel Wikipedia. Adelaar, K.A. Sander. 1991 . "Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia Laporan Dari Konferensi BIPA se-Australia yang Kedua" . Dalam "Hasii-Hasil Persidangan Konferensi Indonesia Mengenai Pengajaran BIPA". Jakarta: Universitas Indonesia. B. Kumaravadivelu. 2006. Understanding language Teaching: from Method to postmethod. New Jersel. Cakrawala TNI AL. 2007. "Pemerolehan Bahasa Kedua". Jakarta. Dardjowidjojo, Soenjono. 1991. "Masalah dalam Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing di Indonesia". Dalam "Hasii-Hasil Persidangan Konferensi Indonesia Mengenai Pengajaran BIPA". Jakarta: Universitas Indonesia. Dardjowidjojo, S. 1996. Metode dan . Keberhasilan Pengajaran Bahasa. Makalah dalam Konferensi lnternasioanl II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKIP PADANG. Dubin, F, and D.E Eskey and W Grabe. 1986. Teaching Second Language: Reading for Academic Purposes. Addison: Wesley Publishing Co.
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta: RajaGrafindo Persada. Faisal, Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. J.S. BadLidu.1991. "Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing". Dalam "Hasii-Hasil Persidangan Konferensi Indonesia Mengenai . Pengajaran BIPA". Jakarta: Universitas Indonesia. Johnson, Keith. 2001. An Introduction to Foreign Language Learning and Teaching. Pearson Education Limited. Kartomihardjo, S. 1996. Bahan Pengajaran Bagi Pembelajar Pemula Dan Teknik Penyampaiannya. Makalah dalam Konferensi lnternasional II Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKIP Padang 130
Lapoliwa, H. 1996. BIPA dan Pembinaan Citra Bahasa Indonesia. Makalah dalam Konferensi lnternasioanl II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKIP PADANG . LKBN Antara. 2009. "Pengajaran Bahasa Indonesia yang Bergairah di Australia dapat Kurangi Pandangan". Laporan wawancara LKBN Antara dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Rl di KBRI Canberra, Australia. Merdhana, I Nyoman. 2001 . "Tindakan Kelas sebagai Alternatif Pembelajaran Bahasa Indonesia bag i Penutur Asing (BIPA)". Makalah yang disajikan pada Konferensi lnternasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Orang Asing (KIPBIPA) . 1-3 Oktober 2001. Bali. Mulyono, lyo. 2003. "Teori Belajar Bahasa". Bahan Kuliah S1 . Nunan, David. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press. Nunan, David. 1991 . Language Teaching Methodology: a Textbook for Teacher. Prentice Hall International (UK) ltd. Prayudi, Denny. 2009. "Menghidupkan dan Menggairahkan Kembali Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah". Opini. Jakarta. Pusat Bahasa. 1998. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa. 2000. Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi: Pemantapan Peran Bahasa sebagai Sarana Pembangunan Bangsa. Risalah Kongres Bahasa Indonesia VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa. 2000. "Kumpulan makalah dalam Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000". Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa. 2007. "Menggalang Citra Indonesia Melalui BIPA". Kumpulan Makalah Seminar dan Lokakarya lnternasional Pengajaran BIPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Quinn, George. 2009. "Sepuluh Tahun Surutnya Study Bahasa lndonesia pada lnstitusi Pengajian Tinggi di Australia: Sebab-Musabab dan Upaya Pemulihannya" . Dalam Forthcoming in Hiroki Nomoto et. AI. (Editor) . Kajian dan Pendidikan Bahasa-Tinta Kenangan bagi Profesor lsamu Shoho. Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka. Riasa, N. 1996. Bahasa In Bali: Program Pengajaran Bahasa Indonesia Yang Memadukan Komponen Linguistik Dan Budaya Bagi Penutur Asing. 131
Makalah dalam Konferensi lnternasioanl II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKI P PADANG. Subiyakto, Sri Utari dan Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Subyakto-Nababan. 1996. Pengajaran Bahasa Indonesia Kepada Penutur Asing Menurut Pendekatan Komunikatif Makalah dalam Konferensi lnternasioanl II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKIP PADANG Sumarsono. 1999. "Peranan Guru sebagai Lingkungan Belajar Bahasa Kedua". Makalah yang disaj ikan dalam Lokakarya BIPA Regional Bali Ill , IALF Bali, 11 Desember 1999. Tim. 1991. "Hasii-Hasil Persidangan Konferensi Indonesia Mengenai Pengajaran BIPA". Jakarta: Universitas Indonesia. Tim. 1996. "Pengajar Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing". Kumpulan Makalah dan Sambutan Kongres lnternasional Pengajaran BIPA. Jakarta: Universitas Indonesia. Vanicek, Eva. 1991. "Metode Pengajaran Bahasa Indonesia di Victoria University of Wellington, Selandia Baru" . Dalam "Hasii-Hasil Persidangan Konferensi Indonesia Mengenai Pengajaran BIPA". Jakarta: Universitas Indonesia. Widodo, Hs. 2001. "Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Model Tutorial". Makalah CIS BIPA UM Malang, Agustus 2001.
132
DAFTAR NAMA 1\ARA.SUMBER BIPA ASIA
Penelitian ini melibatkan semb ilan narasumber pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Asia. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut: 1. Yumi Kondo (INJ Cultural Center, Jepang) 2. Susie Heryanto (KBRI Phnom Penh) 3. Gunawan Chai ( Guangzhou University) 4. Suharsono (The Prancan Campus Bankok) 5. Ogura Arumi (Osaka University) 6. Kanzuhiko Yasuda (Kyoto University) 7. Ony Avrianto Jamhari ( Woosong University) 8. Cao Jia (Guangxi University) 9. Kim Jam Gyem (Hankuk University)
133
KUESIONER PENELITIAN PEMETAAN PENGAJARAN BIPA Dl ASIA DAFTAR PERTANYAAN Pemetaan Pengajaran Bipa di Asia dilakukan oleh Pusat Bahasa dengan tujuan memetakan jumlah penyelenggara BIPA di Asia; memetakan kekuatan serta kelemahan pengajaran BIPA yang diselenggarakan oleh para penyelenggara program BIPA di Asia; memetakan masalah pengajaran BIPA yang dihadapi oleh para penyelenggara BIPA serta untuk menghimpun solusi untuk setiap masalah yang dihadapi oleh para penyelenggara BIPA di Asia; dan memberikan gambaran ten tang prospek dan peluang perkembangan pengajaran BIPA di Asia pada masa yang akan datang. Sehubungan dengan itu, kami mohon Saudara dapat mengisi kuesioner ini sebagai data penelitian yang sedang kami lakukan. Saudara dapat mengisi kuesioner ini dengan cara: a. memberikan Ianda centang (v) pada jawaban ya, tidak, atau tidak tahu; b. memberikan keterangan pada kolom keterangan yang tersedia; c. mengisi jawaban pada pertanyaan yang bertanda ...*); dan d. memilih jawaban pada pertanyaan yang bertanda **). Selamat mengisi dan terima kasih
I. PROFIL LEMBAGA Nama Alamat Telepon Faksimile Lam an/e-mail Tahun Berdiri Nama Pendiri Lembaga Nama jabatan pimpinan lembaga Status Lembaga
II. PEMBELAJARAN BIPA. a. Program Pembelajaran 1. Program pembelajaran bersifat 2. Program pembelajaran bersifat 3. Program pembelajaran bersifat 4. Program pembelajaran bersifat
reguler privat intensif reguler dan wisata
ya ya ya ya
~tidak ~tidak tahu ~keterangan ~ tidak tidak tahu keterangan tidak tidak
tidak tahu tidak tahu
keterangan keterangan
5. Program pembelajaran mempunyai tujuan khusus b. Kurikulum Pembelajaran 1. Kurikulum dibuat oleh lembaga yang bersangkutan (lokal) 2. Kurikulum dibuat oleh lembaga pemerintah (nasional) 3. Kurikulum diadaptasi dari Indonesia 4. Silabus pembelajaran disusun oleh tim pengajar BIPA 5. Silabus pembelajaran disusun berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar 6. Silabus disusun sebagai cerminan kurikulum BIPA 7. Waktu pembelajaran teori dan praktik berimbang a. Teori diberikan selama satu setengah jam per pertemuan b. Praktik diberikan selama satu setengah jam per pertemuan c. Bahan Pembelajaran 1. Buku ajar disediakan oleh lembaga pembelajaran 2. Bahan ajar menggunakan buku-buku produk Pusat Bahasa 3. Bahan ajar juga diambil dari media elektronik 4. Bahan ajar yang digunakan diambil dari kepustakaan Indonesia d. Metode Pembelajaran 1. Pembelajaran menggunakan sistem kelas Jumlah si~wa setiap kelas maksimum 20 orang*) 2. Pembelajaran menggunakan sistem kelompok Jumlah siswa setiap kelompok maksimum 20 orang .. . *) 3. Pembelajaran menggunakan sistem tutorial Jumlah siswa setiap tutorial ... *) e. Evaluasi Pembelajaran 1. Pad a awal pembelajaran diadakan tes awal (Pretest) 2. Pada akhir pembelajaran diadakan tes akhir (Posttest) 3. Pada setiap pembelajaran diberikan tes formatif 4. Pada setiap pembelajaran diberikan tes sumatif f. Hasil Pembelajaran 1. Siswa selalu mendapatkan hasil belajar 2. Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi 3. Siswa mendapatkan sertifikat pada akhir pembelajaran
Ill. PEMBELAJAR BIPA 1. Asal Pembelajar BIPA a. Pembelajar BIPA yang berasal dari Asia be~umlah ... *) b. Pembelajar BIPA yang berasal dari negara bag ian lain benua Asia berjumlah ... orang ... *) c. Pembelajar BIPA yang berasal dari luar benua Asia be~umlah ... orang ... *)
ya
c:Jtidak
ya ya ya ya ya ya ya
tldaK tidak
ya ya ya ya
tidak
CJtidak tahu c:Jketerangan tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu
I
I
keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan
~tidak ~tidak tahu ~keterangan ~ tidak tidak tahu keterangan tidak tidak
tidak tahu tidak tahu
keterangan keterangan
ya
c:Jtidak
CJtidak tahu c:Jketerangan
I
I
ya
c:Jtidak
CJtidak tahu c:Jketerangan
I
I
ya
c:Jtidak
CJtidak tahu
~keterangan
I
I
ya ya ya ya ya ya ya
~tidak ~tidak tahu ~keterangan ~ tidak tidak tahu keterangan tidak tidak §tidak tidak tidak
tidak tahu tidak tahu
keterangan keterangan
§tidak tahu §keterangan tidak tahu keterangan tidak tahu keterangan
I
I
-------t·
1-·
2. Gender Pembelajar BIPA a. Pembelajar BIPA yang bergender laki-laki be~umlah ... *) b. Pembelajar BIPA yang bergender perempuan berjumlah ... *) 3. Motivasi Pembelajar BIPA a. Pembelajar BIPA untuk kunjungan singkat ke Indonesia be~umlah ... orang .. .*) b. Pembelajar BIPA untuk keperluan bekerja di Indonesia be~umlah ... orang .. .*) c. Pembelajar BIPA untuk keperluan belajar di Indonesia be~umlah .. . orang per tahun .. .*) d. Pembelajar BIPA untuk mengetahui budaya Indonesia be~umlah ... orang per tahun .. .*) e. Pembelajar BIPA untuk menjadi tenaga ahli dii Indonesia be~umlah ... orang .. .*) 4. Bidang Ke~a Pembelajar BIPA a. Pembelajar BIPA yang beke~a dalam bidang perdagangan/investor berjumlah .. .*) b. Pembelajar BIPA yang beke~a dalam bidang pendidikan be~umlah .. .*) c. Pembelajar BIPA yang beke~a dalam bidang diplomatik be~umlah .. .*) d . Pembelajar BIPA yang beke~a dalam bidang kesehatan be~umlah .. .*) e. Pembelajar BIPA yang beke~a dalam bidang teknologi berjumlah .. .*) 5. Penempatan Pembelajar BIPA a. Pembelajar BIPA ditempatkan berdasarkan tes penempatan b. Pembelajar BIPA ditempatkan berdasarkan permintaan pembelajar c. Pembelajar BIPA ditempatkan berrdasarkan rekomendasi 6. Pembelajar BIPA yang lulus pada tahun ini a. Pembelcljar BIPA yang lulus pada tahun ini berjumlah .. .*) orang b. Pembelajar BIPA yang lulus rata-rata setiap tahunnya berjumlah .. .*) orang
IV. PENGAJAR BIPA 1. Asal Pembelajar BIPA a. Pengajar BIPA yang berasal dari Indonesia berjumlah ... orang .. .*) b. Pengajar BIPA yang berasal dari Asia berjumlah 5 orang .. .*) c. Pengajar BIPA yang berasal dari negara bag ian lain benua Asia be~umlah ... orang ... *) d. Pengajar BIPA yang berasal dari luar benua Asia be~umlah ... orang ... *) 2. Latar Belakang Pendidikan Pengajar BIPA a. Pengajar BIPA lulusan akademik be~umlah ... orang .. . *) b. Pengajar BIPA lulusan undergraduate berjumlah ... orang ... *) c. Pengajar BIPA lulusan postgraduate berjumlah ... orang .. . *) 3. Latar Belakang Peke~aan Pengajar BIPA a. Pengajar BIPA yang berlatar !;>elakang ilmu bahasa be~umlah ... orang .. .*) b. Pengajar BIPA yang berlatar belakang ilmu pasti (eksakta) be~umlah ... orang ... *) c. Pengajar BIPA yang berlatar belakang ilmu sosial be~umlah ... orang .. . *) d. Pengajar BIPA yang berlatar belakang ibu rumah tangga be~umlah .. . *) 4. Gender Pengajar BIPA
ya ya ya ya
~ ~ tidak
tidak tidak tidak
tidak tahu ~keterangan tidak tahu tidak tahu tidak tahu
keterangan keterangan keterangan
§
a. Pengajar BIPA yang bergender laki-laki be~umlah ... *) b. Pengajar BIPA yang bergender perempuan berjumlah ... *) 5 . Waktu Kerja Pengajar BIPA a. Pengajar BIPA yang beke~a penuh waktu (fulltime) berjumlah ... orang ... *) b . Pengajar BIPA yang beke~a paruh waktu (parttime) berjumlah .. . orang ... *)
V. Sarana dan Prasarana Pendukung 1. Gedung belajar milik sendiri 2. Gedung belajar bukan milik sendiri, tetapi meminjam 3. Gedung belajar bukan milik sendiri, tetapi menyewa 4. Gedung belajar mempunyai ruang kelas yang memadai Ruang kelas be~umlah ... orang .... *) a. Ruang kelas dilengkapi sarana penyejuk dan pemanas udara b. Ruang kelas dilengkapi sarana tulis (mis, papan tulis dan spidol) c. Ruang kelas dilengkapi perangkat presentasi (LCD/OHP-proyektor)** d. Ruang kelas dilengkapi perangkat keras (komputer/televisi)** e. Ruang kelas dilengkapi meja dan kursi untuk siswa f. Ruang kelas dilengkapi dengan peraturan lata tertib di kelas g. Ruang kelas dilengkapi sarana audio (video/tape recorder)** h. Ruang kelas dilengkapi jaringan internet 4. Gedung bel~jar mempunyai ruang pengajar BIPA yang memadai Ruang pengajar BIPA be~umlah ... ruang .. .. *) a. Ruang pengajar BIPA dilengkapi saran a penyejuk dan pemanas udara b. Ruang pengajar BIPA dilengkapi sarana tulis (mis, papan tulis dan spidol) c. Ruang pengajar BIPA dilengkapi perangkat presentasi (LCD/OHP-proyektor)** d. Ruang pengajar BIPA dilengkapi perangkat keras (komputer/televisi)** e. Ruang pengajar BIPA dilengkapi meja dan kursi untuk pengajar BIPA f. Ruang pengajar BIPA dilengkapi dengan peraturan tala tertib di pengajar BIPA g. Ruang pengajar BIPA dilengkapi sarana audio (video/tape recorder)** h. Ruang pengajar SIPA dilengkapi jaringan internet 5. Gedung belajar mempunyai ruang diskusi 6. Gedung belajar mempunyai ruang teras (lobi) 7. Gedung belajar mempunyai rua.ng penerima tamu (resepsionis) 8. Gedung belajar diilengkapi deng,an tempat sampah 9. Gedung belajar mempunyai ruangi:m khusus untuk merokok 10. Gedung belajar mempunyai perpustakaan 11 . Gedung belajar mempunyai ruang khusus untuk mengakses internet 12. Gedung belajar mempunyai laboratorium bahasa 13. Gedung belajar dilengkapi dengan jaringan bebas internet (hotspot)
ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya
tidak
~ § tidak tidak tidak tidak tidak
~keterangan ~
tidak tidak tidak tidak
tahu tahu tahu tahu
tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
tahu tahu tahu tahu tahu tahu tahu tahu tahu
keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan
tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu tidak tahu
keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan keterangan
keterangan keterang an keterang an
VI. DANA PEMBELAJARAN 1. Sumber dana 2. Sumber dana 3. Sumber dana 4. Sumber dana
didapatkan didapatkan didapatkan didapatkan
dari dari dari dari
pemerintah lembaga nonpemerintah lembaga sendiri (swadana) pembelajar/siswa BIPA
ya ya ya ya
~tidak ~tidak tahu ~keterangan ~ tidak tidak tahu keterangan tidak tidak
tidak tahu tidak tahu
keterangan keterangan