Bisnis Indonesia 19 August 2020 - Opt PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

24 32 N AV I G A S I B I S N I S T E R P E R C AYA



halaman cetak halaman e-paper



Rabu, 19 Agustus 2020



Tahun XXXV No. 11928



Keselamatan Anda Prioritas Kami                           



1500 009



TITIK BALIK INDUSTRI DOMESTIK Neraca Perdagangan Indonesia 2020 (US$ miliar) Total 14,27



14,06



Ekspor: 90,12 Impor: 81,37 Neraca: 8,75



Ekspor



14,07



Impor



12,54 13,63



12,16



11,55



Jan



10,47



10,76



2,51



Feb



12,03 10,45



13,35



0,64



Neraca 13,73



0,72



Mar



0,37



Apr



8,44 2,02



1,27



Mei



Jun



3,26



Juli



| CAPAIAN SEMESTER 1/2020 |



Dana Murah dan Pengendalian Biaya Jaga Kinerja BNI enyut pemulihan sektor manufaktur mulai terasa pada paruh kedua tahun ini seiring dengan meningkatnya arus impor barang modal. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin, Selasa (18/8), impor pada Juli 2020 tercatat senilai US$10,47 miliar atau turun 2,73% dibandingkan dengan realisasi pada Juni 2020 senilai US$10,76 miliar. Impor barang konsumsi anjlok 21,01% secara month to month (mtm). Adapun, impor bahan baku/penolong yang berkontribusi sebesar 70,58% atas total impor Juli 2020, juga turun 2,5%. Sementara itu, pada periode yang sama, impor barang modal justru naik 10,82% sekaligus melanjutkan tren peningkatan dari bulan sebelumnya sebesar 27,35%. Meningkatnya impor barang modal tersebut menjadi sinyal positif bagi industri dalam negeri yang berupaya bangkit setelah tertekan cukup dalam



D



akibat pandemi Covid-19. Pasalnya, barang modal sangat erat kaitannya dengan tingkat produksi, khususnya dari sektor manufaktur. Naiknya barang modal bisa jadi tanda bahwa kepercayaan diri pelaku usaha untuk menggenjot produksinya sudah mulai tumbuh. Alhasil, ekspansi industri dalam negeri bukan tidak mungkin dapat terjadi dalam waktu dekat. Adapun, indeks manufaktur Indonesia saat ini masih berada dalam rentang kontraksi. Selain itu, kehadiran barang modal pun diharapkan mampu mendorong peningkatan nilai tambah bahan baku lokal sekaligus memacu penyerapan tenaga kerja.



Baca Selengkapnya: Masalah Suplai Mulai Terurai Surplus Neraca Dagang Berlanjut



Nilai Perubahan mtm Barang konsumsi 1,11 -21,01% Bahan baku/penolong 7,39 -2,5% Barang modal 1,97 10,82% Total 10,47 -2,73%



Perubahan yoy -24,11% -34,46% -29,25% -32,55%



China 78,2



Peningkatan Terbesar Impor Nonmigas Juli terhadap Juni 2020



Malaysia 50,2



(US$ juta)



Taiwan 46,2



TIDAK TERBIT Sehubungan dengan libur nasional Tahun Baru Islam 1442 H dan Libur Bersama, Bisnis Indonesia tidak terbit pada Kamis, 20 Agustus & Jumat, 21 Agustus 2020. Pembaca tetap dapat mengikuti berita-berita Bisnis Indonesia melalui situs www. bisnis.com. Harian ini kembali menemui pembaca pada Sabtu, 22 Agustus 2020.



India 45,2



21,36 Nilai Pangsa



Pangsa Impor Nonmigas Terbesar Januari—Juli 2020 (US$ miliar)



6,75



29,31%



China



9,26%



Jepang



Sumber: Badan Pusat Statistik



• Penerbit



15



Korea Selatan 119,4



Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Juli 2020 (US$ Miliar) Keterangan



4



4,86



4,4



4,11



6,66%



6,03%



5,64%



Singapura



AS



Thailand



Bisnis/Amri Hidayat/Husin Parapat



Bisnis, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. berhasil melewati paruh pertama 2020 dengan baik, meskipun penuh dengan tantangan dari pandemi Covid-19 serta perlambatan ekonomi nasional dan global. Sejumlah indikator kinerja perseroan menunjukkan pertumbuhan, seperti total aset yang tumbuh 4,4% year on year (yoy) dari Rp843,21 triliun pada semester 1/2019 menjadi Rp880,12 triliun. Laju pertumbuhan aset di semester pertama ini relatif sama dengan tahun lalu yang tumbuh 4,6% yoy. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan strategi BNI yang sangat selektif dalam melakukan ekspansi di tengah pandemi Covid–19. Selain itu, pertumbuhan aset juga ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 11,3% yoy, dari Rp595,07 triliun pada paruh pertama tahun lalu menjadi Rp662,38 triliun pada semester 1/2020. Pertumbuhan DPK tersebut lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan DPK di industri per Juni 2020 yang mencapai 7,9% yoy. Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama untuk memperbaiki cost of fund. Sampai dengan semester 1/2020, cost of fund menjadi 2,9% membaik 30 basis point (bps) dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,2%. Membaiknya cost of fund ini mendorong penurunan beban bunga di semester 1/2020 sebesar -5,6% yoy, sehingga BNI tetap dapat menjaga NIM di level 4,5% di tengah kondisi bisnis yang menantang akibat pandemi ini. Di samping itu, BNI juga melakukan langkah-langkah disiplin biaya dengan melakukan efisiensi pemakaian beban operasional hingga -0,3%. Penghematan itu dilakukan dengan cara mengendalikan biaya-biaya variable yang di-



Jajaran Direksi dan SEVP pada paparan kinerja BNI Semester I 2020 di Jakarta, Selasa (18 Agustus 2020). sebabkan adanya penyesuaian operasional dan proses bisnis pada masa pandemi. KREDIT TETAP TUMBUH



Pada saat perekonomian terkontraksi 5,23% yoy sepanjang semester 1/2020 karena dampak pandemi Covid-19, BNI tetap menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik, dengan pertumbuhan yang selektif dan terukur. Hal ini ditunjukan dengan kredit yang tumbuh 5,0% yoy, dari Rp549,23 triliun pada semester 1/2019 menjadi Rp576,78 triliun pada periode yang sama tahun ini, atau BNI telah menyalurkan kredit sebanyak Rp27,5 Triliun di paruh pertama 2020. Pertumbuhan kredit dikontribusikan oleh kredit korporasi swasta yang tumbuh 12,6% yoy, dari Rp174,3 triliun pada semester 1/2019 menjadi Rp196,32 triliun pada periode yang sama tahun ini. Setelah itu kredit pada korporasi BUMN yang tumbuh 6,1% yoy, dari Rp111,04 triliun pada semester 1/2019 menjadi Rp117,8 triliun pada paruh pertama 2020. Kredit segmen kecil dan konsumer juga menunjukkan pertumbuhan, masing-masing 3,4% yoy dan 3,9% yoy. Pertumbuhan kredit pada segmen kecil, terutama dari penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit di bawah Rp10 miliar,



sedangkan kredit konsumer berasal dari mortgage dan payroll loan. Pertumbuhan kredit yang selektif dan terukur dan disertai dengan penurunan beban bunga menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) sebesar 1,0% yoy. Sementara itu, dari sisi pendapatan nonbunga, BNI mencatat pertumbuhan 3,2% yoy, sehingga sampai dengan semester 1/2020, BNI berhasil membukukan laba bersih atau net profit sebesar Rp4,46 triliun. RESTRUKTURISASI KREDIT



Dalam menghadapi dampak pandemi, BNI secara aktif melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang berkinerja baik, namun bisnisnya terdampak Covid-19. Langkah ini mengacu kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019. Hingga akhir Juni 2020, BNI telah menyetujui pemberian restrukturisasi kredit kepada debitur terdampak covid-19 sebesar Rp119,3 triliun, atau sebesar 21,9% dari total kredit. Pemberian restrukturisasi kredit ini diharapkan dapat meringankan beban debitur dalam melewati krisis akibat pandemi covid-19.



Harga eceran Rp11.000/eks Untuk Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Kawasan Timur Indonesia Rp12.000/eks



Rabu, 19 Agustus 2020



Sertifikat Dewan Pers No: 05/DP-Terverifikasi/K/II/2017 Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Maria Yuliana Benyamin Wakil Pemimpin Redaksi: Fahmi Achmad, Rahayuningsih General Manager Konten: Diena Lestari, Galih Kurniawan, Hendri T. Asworo, Surya Mahendra Saputra Head of Premium Content & Multimedia: Gajah Kusumo Head of Special Digital Products: Yusuf Waluyo Jati Sekretariat Redaksi: Langgeng Wibowo Manajer Konten: Abdullah Azzam, Akhirul Anwar, Amanda K. Wardhani, Ana Noviani, Andika Anggoro Wening, Anggara Pernando, Annisa Margrit, Annisa Sulistyorini, Aprianto Cahyo Nugroho, David Eka Issetiabudi, Dika Irawan, Duwi Setiya Ariyanti, Emanuel Berkah Caesario, Fajar Sidik, Feni Freycinetia Fitriani, Firman Wibowo, Fitri Sartina Dewi, Hadijah Alaydrus, Hafiyyan, Hendra Wibawa, Indyah Sutriningrum, Inria Zulfikar, Kahfi, Lucky Leonard Leatemia, Lili Sunardi, M. Rochmad Purboyo, M. Syahran W. Lubis, M. Taufikul Basari, Mia Chitra Dinisari, Moh. Fatkhul Maskur, Nancy Yunita, Novita Sari Simamora, Nurbaiti, Nurul Hidayat, Rio Sandy Pradana, Rivki Maulana, Roni Yunianto, Ropesta Sitorus, Rustam Agus, Saeno, Sri Mas Sari, Stefanus Arief Setiaji, Surya Rianto, Sutarno, Tegar Arif Fadly, Oktaviano Donald Baptista, Wike Dita Herlinda, Yayus Yuswoprihanto, Yustinus Andri Dwi P., Zufrizal. Staf Redaksi: Anitana Widya Puspa, Aprianus Doni Tolok, Arif Gunawan, Asteria Desi Kartikasari, Azizah Nur Alfi, Bambang Supriyanto, Denis Riantiza Meilanova, Dewi Andriani, Dhiany Nadya Utami, Dwi Nicken Tari, Edi Suwiknyo, Finna Ulia Ulfah, Gloria Fransisca K. Lawi, Iim Fathimah Timorria, Ilman A. Sudarwan, Ipak Ayu Hidayatullah, Jaffry Prabu Prakoso, John A. Oktaveri, Krizia Putri Kinanti, Leo Dwi Jatmiko, Lukas Hendra T. Meliyanto, Markus Gabriel Noviarizal Fernandez, M. Khadafi, M. Nurhadi Pratomo, M. Richard, Mutiara Nabila, Nindya Aldila, Nirmala Aninda, Ni Putu Eka Wiratmini, Pandu Gumilar, Puput Ady Sukarno, Rahmad Fauzan, Rayful Mudassir, Reni Lestari, Rinaldi Muhammad Azka, Samdysara Saragih, Thomas Mola, Yanita Petriella, Yudi Supriyanto. Fotografer: Dedi Gunawan.



Wartawan Bisnis Indonesia selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan menerima atau meminta imbalan apapun dari narasumber berkaitan dengan pemberitaan.



2



EDITORIAL



Landasan Kokoh Kemandirian Energi



D



alam pidato kenegaraan pada Jumat (14/8), Presiden Joko Widodo kembali menyinggung mengenai kerja keras pemerintah untuk mewujudkan cita-cita kemandirian energi. Merujuk pada pidato tersebut terlihat bahwa kemandirian energi menjadi syarat agar negara memiliki posisi tawar yang cukup kuat dalam menjaga pasokan energi, sekaligus menguatkan ketahanan nasional. Upaya pemerintah untuk menjaga kemandirian energi diwujudkan dengan memproduksi dan menggunakan bahan bakar nabati (BBN) jenis B20 pada 2019. Program B20 ini masuk dalam mandatori biodiesel yang sudah diimplementasikan sejak 2008 melalui kewajiban pencampuran 20% biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis Solar. Peningkatkan penggunaan BBN dilakukan untuk menekan nilai impor minyak mentah dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. BBN menjadi pilihan karena berkarakteristik mirip dengan



bahan bakar berbasis fosil. Selain itu, dari hasil pengujian terlihat kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Pada tahun ini, tepatnya 1 Januari, pemerintah berhasil meningkatkan lagi campuran biodiesel menjadi sebesar 30% (B30). Seakan tidak ingin menunda lebih lama, pemerintah gerak cepat mengutus PT Pertamina (Persero) untuk melakukan uji coba pengembangan BBN ke tahapan selanjutnya, yakni pembuatan bahan bakar diesel yang 100% atau D100 yang diolah dari crude palm oil (CPO). Pertamina menggandeng tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan pengujian terhadap pengembangan BBN yang bersumber dari CPO yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100), dan Green Jet Avtur (J100). Produk turunan yang bersumber dari CPO tersebut memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan diesel yang berbasis fosil maupun biodiesel berbasis fatty acid methyl ester. Keunggulan tersebut antara lain



pada warna yang dihasilkan jauh lebih bening dan kadar cetane number yang lebih tinggi. Dalam proses uji coba tersebut, Pertamina menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit dengan menggunakan katalis hasil karya dari tim ITB. Uji coba secara bertahap dilakukan di refinery unit II Dumai Riau. Secara bertahap dilakukan pengujian yang dimulai dari campuran CPO mulai dari 7,5%, 12,5% hingga 100%. Keberhasilan dari uji coba ini tentu saja dinantikan oleh seluruh elemen bangsa. Selain mewujudkan cita-cita penyediaan energi bersih dan ramah lingkungan, penerapan green diesel, dapat menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani untuk kapasitas produksi 20.000 barel per hari. Di tengah kondisi harga CPO yang tidak menentu di pasar global, tentu saja serapan dalam negeri yang kian tinggi menjadi angin segar. Meski demikian, tak ubahnya dua sisi mata uang di mana ada peluang, pasti muncul tantangan.



Perlu disadari bahwa walaupun sudah ada kewajiban penyerapan biodiesel oleh perusahaan public service obligation (PSO), perusahaan transportasi nonPSO dan industri komersial, tetapi proses itu belum sepenuhnya berjalan lancar. Pada umumnya, yang melaksanakan mandatori penggunaan biodiesel hanya perusahaan PSO. Adapun, sektor transportasi non-PSO dan industri komersial masih minim. Tantangan lain adalah menjaga kepastian pasokan bagi pabrik nonkebun. Selama ini, petani kelapa sawit nonkebun mendapatkan pasokan tandan buah segar dari masyarakat dengan jumlah yang fluktuatif. Jika masalah ini tidak mendapatkan perhatian maka dapat memengaruhi jumlah dan kualitas CPO yang digunakan untuk memproduksi biodiesel. Tantangan yang mengadang di depan mata ini perlu mendapatkan perhatian supaya citacita mewujudkan kemandirian energi dapat segera tercapai, dan membawa sebanyak-banyaknya manfaat untuk seluruh masyarakat Indonesia.



PENERBIT: PT Jurnalindo Aksara Grafika Wisma Bisnis Indonesia Lt 5 - 8, Jl.KH.Mas. Mansyur 12A, Karet Tengsin, Jakarta Pusat 10220 Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 10 Februari 1986 No: C2-989.HT.01-01-Th 86 Akta Notaris Hobropoerwanto tanggal 11 Juni 1985 No. 6



OPINI



Menafsirkan Rp Pecahan Baru



Presiden Direktur: Lulu Terianto Direktur Pemasaran: Hery Trianto DIVISI PEMASARAN & PENJUALAN General Manager Integrated Marketing Solution: Indah Swarni Lestari, M. Rheza Adrian Manajer Sirkulasi: Rosmaylinda, Sumarjo Manajer Marketing: Dwi Putra Marwanto, Erlan Imran, Rizki Yuhda Rahardian, Vanie Elsis Mariana DIVISI PRODUKSI General Manager: Andri Trisuda General Manager Bisnis Indonesia Resource Center: Aprilian Hermawan Creative Manager: Lucky Prima ANAK PERUSAHAAN Navigator Informasi Sibermedia: Asep Mh. Mulyana (Direktur), Arnis Wigati, Maftuh Ihsan (General Manager), Siska Kartika, Ferdinand S. Kusumo, Didit Ahendra (Manajer) Bisnis Indonesia Gagaskreasitama: Chamdan Purwoko (Direktur), Yunan Hilmi, Ovie Erlina (General Manager), Prasektio Nugraha Nagara, Retno Widyastuti, R. Fitriana (Manajer) Bisnis Indonesia Konsultan: Chamdan Purwoko (Direktur), Donil Beywiyarno (General Manager) KANTOR PERWAKILAN Bali: Feri Kristianto (Kepala Perwakilan), Jl. PB Sudirman No. 4 Denpasar, Bali 80114 Telp/Fax. 0361-4746069 Bandung: Ashari Purwo AN (Kepala Perwakilan), Ajijah, Rachman (Fotografer), Jl. Buah Batu No. 46B Bandung 40261,Telp. 022-7321627, 7321637, 7321698 fax. 022-7321680 Balikpapan: Rachmad Subiyanto (Kepala Perwakilan), Balikpapan Superblok, Jl. Jend. Sudirman Stal Kuda Blok A/18, Balikpapan,Telp. 0542-7213507 Fax. 0542-7213508 Medan: Fitri Agustina (Kepala Perwakilan), Kompleks Istana Bisnis Center, Medan Maimun, Jl. Brigjen. Katamso No. 6 Medan,Telp. 0614554121/4553035 Fax. 061-4553042 Makassar: Amri Nur Rahmat (Kepala Perwakilan), Jl. Metro Tanjung Bunga Mall GTC Makassar GA-9 No. 16, Makassar, Telp. 0411-8114203 Fax. 0411-8114253 Palembang: Herdiyan (Kepala Perwakilan), Dinda Wulandari, Jl. Basuki Rahmat No. 6 Palembang, Telp. 0711-5611474 Fax. 0711-5611473 Pekanbaru: Irsad (Kepala Perwakilan), Ruko Royal Platinum No. 89 P Jl. SM Amin, Arengka 2, Pekanbaru, Telp. 0761-8415055(hunting), 0761-8415077 Fax. 0761-8415066 Semarang: Farodlilah (Kepala Perwakilan), Jl. Sompok Baru No. 79 Semarang, Telp. 024-8442852 Fax. 024-8454527 Surabaya: A. Faisal Kurniawan (Kepala Perwakilan) Miftahul Ulum, Peni Widarti, Jl. Opak No. 1 Surabaya, Telp. 031-5670748 Fax. 031-5675853



KORAN REGIONAL Solopos: Arif Budisusilo (Presiden Direktur), Suwarmin (Direktur Pemasaran), Rini Yustiningsih (Pemimpin Redaksi) Jl. Adisucipto No. 190, Telp. 0271-724811 Fax. 0271-724833 Harian Jogja: Anton Wahyu Prihartono (Pemimpin Redaksi) Jl. A.M Sangaji No. 41, Jetis, Jogja, Telp. 0274-583183, Fax. 0274-564440 TARIF IKLAN (Rp/mmk) Umum Jenis Iklan Hitam Putih Berwarna Display Khusus(Prospektus/ Neraca/RUPS/Peng Merger)............................... 28.000...................................45.000 Display Umum .........................................................100.000...................................110.000 Display Hal. 1 (Maks. 1080 mmk) .....................................—.................................220.000 Banner atas Hal. 1 (uk. 8 x 30 s/d 8 x 50 mmk) .........—.................................235.000 Advertorial Hal. 1 (Maks. 1080 mmk) .............................—.................................240.000 Creative Ad................................................................ 110.000..................................120.000 Advertorial Hal. Dalam .......................................... 110.000..................................125.000 Kolom*........................................................................ 60.000................................................— Baris** ........................................................................ 50.000................................................— *) Minimum 1 kolom x 50mm, **) Minimum 3 baris



B



ank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan baru saja meluncurkan uang kertas rupiah pecahan baru dengan besaran nominal Rp75.000. Momentum peluncuran uang baru bergambarkan wajah Sukarno-Hatta itu bertepatan dengan hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Emisi uang baru ini agaknya sedikit kontradiktif dengan wacana redenominasi yang digulirkan Kementerian Keuangan. Ide redenominasi muncul kembali ke permukaan menyusul terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2020—2024. Jika redenominasi benar-benar dilakukan pada 2024, usia hidup uang pecahan Rp75.000 ini hanya bertahan selama kurang dari empat tahun. Padahal, ongkos cetak uang rupiah umum, mulai perencanaan hingga distribusi ke seluruh nusantara, bahkan sampai pemusnahan jika sudah tidak layak edar, sangat mahal. Cerita kontradiktif sepertinya juga berlaku bagi BI. Prosedur baku penerbitan uang baru biasanya mengikuti dinamika kuantitas barang/jasa dan harga. Alhasil, penerbitan uang baru di kala perekonomian domestik tengah mengalami kontraksi 5,32% dan juga pada era inflasi rendah agaknya patut dipertanyakan. Kontradiksi berlanjut pada pranalanya. Pada 1 Januari 2018 BI menginisiasi Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Sistem GPN berfungsi sebagai sentral penghubung antar-switching pada sistem pembayaran, sehingga dapat



menghemat biaya operasional transaksi antarbank yang dibebankan pada nasabah. Segaris dengan itu, pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan persis setahun lalu, BI juga mencanangkan QRIS (Quick Response Indonesia Standard) yang berlaku efektif per 1 Januari 2020. Metode pembayaran nontunai ini berlaku untuk semua aplikasi pembayaran uang elektronik server based, dompet elektronik, dan mobile banking. Alhasil, GPN dan QRIS menjadi salah satu pelaksanaan visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025. Untuk itu BI terus mendorong penggunaan nontunai sebagai metode pembayaran dalam rangka mewujudkan cashless society demi tercapainya efisiensi serta inklusi keuangan. Ironi pun terjadi. Di satu sisi, inisiasi GPN dan QRIS yang berbasis pada teknologi digital menghendaki transaksi nontunai. Di sisi lain, penerbitan uang baru terkesan justru memberi fasilitas ekstra bagi transaksi tunai. Lagi pula, ini adalah sejarah pertama pecahan uang baru bernominasi lebih rendah dari yang sudah ada. Jika tujuannya untuk mempermudah transaksi tunai, BI dan Kementerian Keuangan semestinya menerbitkan pecahan rupiah dengan nominal yang lebih kecil. Momen penerbitan uang baru juga terjadi berbarengan dengan pelonggaran kuantitatif yang digeber sejak awal tahun. Relaksasi giro wajib minimum, rasio intermediasi makroprudensial, penyangga likuiditas makroprudensial, dan operasi moneter menyuntikkan likuiditas Rp633,24 triliun ke perbankan. Oleh karenanya, peluncuran uang baru ini secara politik juga berisiko. Skema berbagi beban bisa dicurigai



HARYO KUNCORO Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta



menjadi alibi terselubung bagi BI dan Kementerian Keuangan untuk mencetak uang baru guna membiayai defisit fiskal. Kecurigaan ini agaknya masuk akal. Tahun ini BI harus membeli Surat Berharga Negara (SBN) Rp397,56 triliun lewat penempatan khusus. BI juga wajib membeli SBN di pasar perdana saat mekanisme pasar tak mampu menyerapnya pada hari lelang. Dengan pecahan nominal Rp75.000, dicetak terbatas hanya 75 juta lembar, dan tidak beredar bebas maka akan ada tambahan uang baru Rp5,625 triliun. Jumlah ini cukup untuk menjalankan peran standby buyer, yakni pembelian maksimum 10% untuk SBN konvensional dan 25% untuk SBN syariah. Sementara itu, pasokan SBN masih tetap tinggi. Hingga akhir tahun ini, pemerintah masih akan menerbitkan SBN Rp900 triliun guna mengejar target pembiayaan APBN 2020. Pembiayaan defisit untuk tahun depan Rp971,2 triliun juga masih mengandalkan penerbitan SBN dengan mempertahankan peran BI sebagai



standby buyer. Akumulasi dari penerbitan uang baru, pelonggaran kuantitatif, burden sharing, dan pembelian BI atas SBN di pasar perdana berdampak langsung pada kenaikan pasokan uang. Kenaikan pasokan uang tanpa diikuti dengan kenaikan kuantitas barang/jasa yang sepadan niscaya akan melejitkan inflasi dengan segala efek negatifnya. Dengan beberapa argumen di atas, BI dan Kementerian Keuangan, pertama, perlu memberikan klarifikasi tujuan sejatinya dari emisi uang baru. Kedua, jika uang baru tersebut memang tidak digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekonomi, BI dan Kementerian Keuangan perlu menjelaskan status moneter dari uang baru tersebut. Ketiga, BI juga perlu memberikan penjelasan tentang sumber pembiayaan burden sharing serta peran standby buyer terhadap SBN. Rencana Anggaran Tahunan BI (ATBI) 2021 sudah diajukan. Pascapengesahan ATBI oleh DPR menjadi momen yang tepat untuk menjelaskannya kepada semua pemangku kepentingan. Ketiga hal di atas penting untuk menghindari salah tafsir. Penafsiran sepihak atas dasar pemahaman sendiri-sendiri dan kepentingan masing-masing bisa berefek bumerang. Alhasil, efektivitas kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran dapat terhambat. Bukan begitu, BI? Setiap artikel yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dengan spasi ganda maksimal 5.000 karakter, disertai riwayat hidup (curriculum vitae) singkat tentang diri penulis juga dilengkapi foto terbaru. Artikel yang masuk merupakan hak redaksi Bisnis Indonesia dan dapat diterbitkan di media lain yang tergabung dalam Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI). Apabila lebih dari 1 minggu artikel yang diterima belum diterbitkan tanpa pemberitahuan lain dari redaksi, penulis berhak mengirimkannya ke media lain. Setiap tulisan yang dimuat merupakan pendapat pribadi penulis. Artikel dapat dikirim melalui alamat e-mail [email protected].



Bisnis Indonesia Weekly Harga Iklan Umum 1 Halaman Full Color .........................................................................................75.000.000 1/2 Halaman Full Color....................................................................................40.000.000 Harga Iklan Packages Full Edition ( 12 pages FC )......................................................................... 600.000.000 Half Edition ( 6 pages FC ).......................................................................... 350.000.000 Quarter Edition ( 4 pages FC ) .................................................................. 250.000.000



SUARA PEMBACA Kepedulian Warga Kota



Spesifikasi Jenis Iklan Kemitraan, Layanan Masyarakat, Politik, Kasus Hukum, Lelang/Tender, Dukacita, Pernikahan, Hotel, Resto & Cafe, Pendidikan, Seminar, dan Lowongan



Hitam Putih 65.000



Berwarna 80.000



Iklan Occasion (Perkavling)



35.000.000



50.000.000



Rekening Bank a.n. PT Jurnalindo Aksara Grafika • Bank BCA Cabang Wisma Asia No. 084-303-757-4 • Bank Mandiri Cabang Wisma Bisnis Indonesia No. 121-00-9009999-9 • Bank BNI ($) Cabang Kramat No. 1-052-886-8



• Harga Langganan Rp250.000 per bulan • Harga Langganan Rp325.000 per bulan Khusus Wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Kawasan Timur Indonesia



Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap 21 Februari sepertinya belum menjadi kepedulian bersama. Warga kota dan sampah memiliki pertalian yang erat satu sama lain. Tidak susah melihat persoalan sampah di sekitar kita. Di sepanjang trotoar yang sudah nyaman di koridor Bundaran Senayan



hingga mendekati Istana Presiden, masih saja ditemukan sampah yang tidak dibuang pada tempatnya. Terutama pada Minggu pagi ketika ribuan orang memanfaatkan hari liburnya dengan berolahraga di sepanjang trotoar tersebut. Saya yakin adanya sampah tersebut bukan karena petugas kebersihan tidak ada atau tidak melaksanakan tugasnya tetapi karena ada beberapa



warga yang buang sampah sembarangan. Sayang sekali kecerahan udara pagi terganggu dengan sampah plastik bekas makanan dan minuman. Padahal, tempat sampah untuk berbagai jenis buangan sudah banyak tersedia. Kebersihan kota tidak mungkin hanya menjadi tanggungjawab petugas kebersihan tanpa peran aktif warga kotanya. Jakarta pasti ingin tampil seba-



gai kota yang maju dan modern seperti halnya kota-kota dunia lainnya. Buktikan warga kotanya cinta dan peduli terhadap kebersihan. Bukan hanya di rumah masingmasing tetapi juga di tempat umum dan ruang terbuka publik. Herlina Widya K Jalan Suryopranoto No. 153 Jakarta



Percetakan: PT Aksara Grafika Pratama Jl. Rawagelam IV Blok II K, Kav. No. 16B Kawasan Industri Pulogadung Telp. 021-4612348 - Fax 021-4605324



Rabu, 19 Agustus 2020



3



4 INDUSTRI



Rabu, 19 Agustus 2020



GEJALA PERBAIKAN KINERJA PERDAGANGAN



MASALAH SUPLAI MULAI TERURAI Bisnis, JAKARTA — Perbaikan kinerja perdagangan secara bulanan pada Juli diterjemahkan sebagai sinyal dimulainya titik balik pemulihan sektor riil dari sisi suplai, setelah industri nasional nyaris tanpa jeda dihantam pandemi Covid-19 sejak awal tahun. Iim F. Timorria [email protected]



B



adan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan surplus neraca dagang Juli senilai US$3,26 miliar, tertinggi sejak Februari yang sempat menyentuh US$2,51 miliar. Surplus disumbang ekspor yang mencapai US$13,73 miliar, naik 14,33% dari bulan sebelumnya. Kenaikan ekspor bulanan pada Juli terjadi di seluruh sektor, kecuali kelompok pertambangan yang justru turun 7,83%. Kabar baiknya, ekspor industri pengolahan naik 16,95% secara month to month (mtm) menjadi US$11,28 miliar. Dari sisi impor, catatan pada Juli menunjukkan penurunan sebesar 2,73% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan impor terjadi pada seluruh kelompok barang, kecuali barang modal yang melesat 10,82%. Adapun, impor bahan baku/penolong turun 2,5%. Sekadar catatan, kinerja impor barang modal dan bahan baku/ penolong dalam postur neraca perdagangan mengindikasikan geliat industri domestik. Sebab, kedua kelompok barang ini diserap untuk kebutuhan produksi atau sisi suplai. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi memaparkan performa perdagangan pada Juli merefleksikan adanya gejala peningkatan aktivitas produksi industri domestik meski impor bahan baku/penolong turun. “Memang untuk impor [bahan baku/penolong] turun [secara mtm pada Juli], tetapi impor barang modal naik signifikan. Ini juga menunjukkan industri sudah mulai



rebound dan sebagai sinyal positif ekspor masih bisa naik,” katanya saat dihubungi, Selasa (18/8). Dia menjelaskan penurunan impor bahan baku/penolong secara bulanan bisa saja disebabkan oleh masih tersedianya stok bahan baku yang diimpor sejak Juni. Selain itu, dia berpendapat kenaikan impor barang modal pada Juli merupakan refleksi dari adanya relokasi industri-industri baru dari luar negeri serta investasi di dalam negeri yang mulai aktif. “Kami tentunya berharap neraca dagang bisa positif sampai akhir [tahun]. Namun, untuk peningkatan ekspor, [peran] yang terpenting di ujung tombak adalah perwakilan di luar negeri sebagai market agent,” kata Didi. Setali tiga uang, Ketua Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Benny Soetrisno mencermati kenaikan bulanan impor barang modal dan ekspor produk industri pengolahan pada Juli merupakan indikasi “lampu hijau” pemulihan bertahap kinerja industri dari sisi suplai atau produksi. Pencapaian tersebut sekaligus menjadi pertanda bahwa upaya penghiliran produk mulai dilirik oleh pelaku usaha di dalam negeri. “Saya melihat kondisi ini sebagai sinyal positif untuk perdagangan selanjutnya. Ada penghiliran yang dilakukan, terutama pada produk pertanian dan pertambangan.” Khusus untuk penurunan impor bahan baku, Benny menilai hal itu terjadi lantaran beberapa jenis bahan baku sudah mulai bisa diperoleh di dalam negeri. “Misal dari sektor tekstil, ada safeguard pada bahan baku yang bisa diproduksi di dalam negeri.” Sebaliknya, kenaikan



GEJALA PENYEMBUHAN



impor barang modal secara bulanan disebutnya sebagai pertanda ekspansi industri di dalam negeri. Kehadiran barang modal bisa pula menjadi pendorong penambahan nilai bahan baku dan serapan tenaga kerja. “Ini menjadi sinyal penguatan penghiliran. Misal di pertambangan, ada beberapa komoditas yang tidak bisa diekspor mentah, jadi mereka membutuhkan impor barang modal untuk penghiliran,” kata Benny. MASALAH PERMINTAAN



Kendati permasalahan industri dari sisi suplai mulai menunjukkan gejala perbaikan, isu permintaan masih menjadi tantangan yang belum mampu diatasi industriawan. Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi menyatakan perbaikan kinerja perdagangan secara bulanan pada Juli belum berbanding lurus dengan pemulihan permintaan barang industri di dalam negeri. Menurutnya, serapan domestik untuk produksi industri berbahan baku impor sejauh ini masih berada di kisaran 50%—60%. “Bahkan, untuk sejumlah industri, ada yang serapan domestiknya rendah sekali. Di kimia, misalnya, serapan domestik tersisa 30%,” ujar Subandi. Atas pertimbangan itu, dia belum bisa memperkirakan kapan industri dalam negeri dapat beroperasi maksimal mengingat logistik bahan baku cenderung lebih mahal. Hal ini tak ayal membuat pengusaha menjual produk kepada pembeli dengan margin



yang tipis. “Pembayaran oleh buyer pun tidak selancar sebelumnya. Mungkin sudah saatnya pemerintah memperhatikan usaha kelas menengah,” lanjutnya. Di tempat terpisah, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengungkapkan penurunan impor bahan baku selama Juli terjadi lantaran masih tersedianya sisa stok bahan baku yang diimpor dalam jumlah besar pada bulan sebelumnya. Untuk diketahui, impor bahan baku/penolong pada Juni melonjak 24,01% dibandingkan dengan Mei dan impor barang modal terkerek 27,35%. Menurut Adhi, masih banyaknya sisa stok bahan baku impor pada Juli dipengaruhi oleh perlambatan permintaan dalam negeri pada semester I/2020. “Namun, produksi sudah mulai membaik saat ini.” Sekadar catatan, kelompok bahan baku yang mengalami penurunan impor terdalam pada Juli adalah untuk kebutuhan industri makanan dan minuman (mamin) seperti gula mentah, biji gandum, tepung kedelai, dan bubuk susu. Meski secara umum



Nilai neraca perdagangan Indonesia Juli 2020 mengalami surplus US$3,26 miliar, naik dari torehan bulan sebelumnya senilai US$1,24 miliar. Dari sisi komposisi impor, pembelian barang modal pada Juli naik 10,82% secara bulanan, bahan baku/penolong -2,5%, dan barang konsumsi -21,01%. Capaian kinerja dagang pada Juli lebih baik dari ekspektasi para ekonom, sekaligus mengisyaratkan angin segar perbaikan industri di dalam negeri. Akankah tren positif ini berkelanjutan? 74,63 73,88



Impor 10 Golongan Barang (US$ miliar)



Persentase Impor Indonesia Golongan Penggunaan Barang (%)



Uraian



Januari—Juli 2019 Januari—Juli 2020 16,28 15,93 9,09



Bahan baku/penolong



Barang modal



10,19



Barang konsumsi



Mesin dan perlengkapan elektrik Kendaraan dan bagiannya Serealia Gula dan kembang gula Kain rajutan Susu, mentega, dan telur Filamen buatan Sayuran Kapal, perahu, struktur terapung Bijih, kerak, dan abu logam Total



Juni 2020 1,40 0,37 0,23 0,33 0,11 0,14 0,07 0,15 0,04 0,06 2,94



Juli Perubahan 2020 mtm (%) 1,62 15,77 0,21 -42,77 0,15 -32,85 0,21 -36,06 0,13 16,27 0,05 -61,82 0,09 24,25 0,05 -64,70 0,14 206,61 0,07 24,01 2,76 -6,02



masih terkontraksi, Adhi menegaskan, kinerja produksi industri mamin cenderung membaik seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Indeks manufaktur industri mamin pun disebutnya menunjukkan pertumbuhan. “Fokus yang terpenting saat ini adalah permintaan dan daya beli tetap ditingkatkan. Dukungan bantuan tunai dari pemerintah kami harapkan akan berdampak pada kenaikan permintaan.” Lebih lanjut, Adhi menjelaskan ketersediaan bahan baku perlu dikoordinasi dari sisi hulu sampai hilir agar tak mengganggu proses produksi. Izin impor bahan baku pun diharapkan dapat diberikan lebih awal sebagai antisipasi ketersediaan. Dia sendiri masih optimistis industri makanan dan minuman masih bisa tumbuh di kisaran 1%—2% pada 2020. Direktur Governance and Corporate Affairs Governance and Corporate Affairs PT Unilever Indonesia Tbk. Sancoyo Antarikso mencatat penjualan sejumlah produk mulai meningkat seiring berkembangnya aktivitas di rumah masyarakat selama pandemi. Meski demikian, Sancoyo tak memungkiri jika penjualan yang bersifat business to business mengalami kontraksi. “Untuk unit B2B, kami yang menjual ke hotel, restoran, dan katering atau kafe mengalami kontraksi. Penyebabnya, industri hospitality belum kembali normal,” kata Sancoyo.



Impor Bahan Baku/Penolong (US$ miliar) Uraian BAHAN BAKU PENOLONG Bahan Baku (Olahan) Untuk Industri Suku Cadang dan Perlengkapan Barang Modal Bahan Bakar Motor Bahan Bakar dan Pelumas (Belum Diolah) Bahan Bakar dan Pelumas (Olahan) Suku Cadang dan Perlengkapan Alat Angkutan Bahan Baku (Belum Diolah) Untuk Industri Makanan dan Minuman (Belum diolah) Untuk Industri Makanan dan Minuman (Olahan) Untuk Industri TOTAL



Sem I/2019 62,03



Sem I/2020 52,73



Perubahan yoy(%) -15,00



30,28



25,86



-14,59



9,09 4,46



8,53 2,37



-6,24 -46,83



3,12



2,42



-22,45



3,48



3,03



-12,84



4,15



3,31



-20,22



2,83



2,23



-21,17



3,03



2,81



-7,46



1,55 82,71



2,14 70,90



37,75 -14,28



REGISTRASI PELANGGAN SELULER



Mekanisme Rekam Data Kartu SIM Bakal Diperketat Bisnis, JAKARTA — Tiga tahun sejak diberlakukan, mandatori registrasi kartu seluler tak kunjung berjalan efektif. Alhasil, mekanisme rekam data pelanggan operator telekomunikasi bakal segera diperketat. Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Setyardi Widodo mengungkapkan implementasi Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 14/2017 tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi masih terus disempurnakan. Selama ini, dia menilai data personal pelanggan tersebar di berbagai platform sehingga memicu penyalahgunaan data oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Di lain sisi, lanjutnya, operator seluler memiliki keterbatasan untuk memverifikasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Kartu Keluarga (NKK) yang didaftarkan adalah milik pelanggan yang bersangkutan atau bukan. Hal ini mengakibatkan tujuan dari mandatori registrasi kartu prabayar



tidak tercapai dengan maksimal. “Soal registrasi boleh dibilang kami sering rapat dengan operator. Semua demi upaya perbaikan proses dan pelaksanaan registrasi kartu prabayar,” jelasnya kepada Bisnis pada Selasa (18/8). Setyardi menambahkan beberapa rencana pengetatan registrasi kartu prabayar sedang dibahas dan dipertimbangkan. Hal itu termasuk di antaranya mekanisme penggunaan data/informasi pribadi yang sulit dipalsukan atau sulit digunakan orang lain, misalnya via rekam data biometrik. Namun, rencana tersebut diadang tantangan geografis di beberapa wilayah, yang tidak memungkinkan untuk diterapkan sistem rekam data biometrik. “Jadi kami mengupayakan jalan tengah,” kata Setyardi. Dia menyebut BRTI juga berencana membatasi jumlah nomor per pengguna dan menerapkan prinsip know your customer seperti di industri perbankan.



Sekadar catatan, dalam Permenkominfo No.12/2017, penyelenggara jasa telekomunikasi harus mengeluarkan kartu dalam keadaan tidak aktif, demikian halnya dengan para distributor dan outlet. Tiap pelanggan pun hanya dapat melakukan registrasi sendiri maksimal untuk 3 Mobile Subscriber Integrated Services Digital Network Number (MSISDN) tiap NIK dan NKK di masing-masing operator seluler. Bila ingin menggunakan lebih dari 3 MSISDN untuk kebutuhan bisnis dan lain-lain, pelanggan harus melakukan registrasi di gerai milik operator telekomunikasi atau mitranya. Dalam praktiknya, muncul sejumlah pelanggaran yang mendorong BRTI mengeluarkan Ketetapan BRTI No.3/2018 tentang Larangan Penggunaan Data Kependudukan Tanpa Hak Dan/Atau Melawan Hukum untuk Kepentingan Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi Prabayar. Analisis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana berpendapat terlalu mudahnya



akses pelanggan terhadap kartu perdana menyebabkan tingkat keluar masuk (churn rate) pelanggan seluler di Indonesia masih tinggi. Tingginya churn rate membuat operator seluler kesulitan mendapat data pelanggan yang tepat. Akibatnya, kata Etta, kualitas pelanggan tidak optimal karena pemakaian nomor hanya berlangsung secara singkat. Dia menuturkan untuk mendapatkan data pelanggan yang berkualitas, operator seluler terpaksa melakukan pembersihan data yang berdampak pada turunnya jumlah pelanggan. “Jadi pembersihan database menjadi salah satu faktor yang memengaruhi [penurunan jumlah pelanggan operator seluler],” kata Etta. Selain itu, lanjutnya, faktor yang membuat churn rate tinggi adalah longgarnya sistem regulasi kartu prabayar. Dengan demikian, tegasnya, pemerintah harus memperketat regulasi kepemilikan kartu perdana bagi masyarakat dengan memberi biaya



atas penghapusan nomor sehingga masyarakat berpikir ulang ketika ingin mengganti nomor. Cara lainnya adalah dengan membatasi kepemilikan kartu perdana dari 15 nomor per orang, menjadi tiga nomor per orang. “Perpindahan pelanggan [menambah] biaya pengadaan SIM card dan beban pemasaran. Ini biaya yang seharusnya minimal karena tanpa iklan pun, orang tetap butuh operator terbaik di lokasinya. Kalau operator sampai menghapus jutaan nomor, artinya selama 4 tahun ini belum ada perubahan yang signifikan dari tata niaga,” sambungnya. Deputy CEO PT Smartfren Telecom Tbk. Djoko Tata Ibrahim mengatakan perseroan rutin membersihkan data pelanggan tiap 3 bulan sekali. Menurutnya, saat ini terdapat sekitar 3 juta pelanggan Smartfren yang ditangguhkan. “Kami tidak mengumpulkan pelanggan yang tidak aktif,” kata Djoko. (Leo Dwi Jatmiko)



5



Rabu, 19 Agustus 2020



LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN



ISO 9001:2015 1. 3UHSDUDWLRQDQG9HUL¿FDWLRQ3URFHVV RI%DQN1HJDUD,QGRQHVLD3XEOLVKHG )LQDQFLDO6WDWHPHQWV 2. 3UHSDUDWLRQ9HUL¿FDWLRQDQG5HSRUWLQJ 3URFHVVRI&RUSRUDWH,QFRPH7D[



PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ENTITAS ANAK



&HUWL¿FDWH1R,'



LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN



LAPORAN POSISI KEUANGAN



INDIVIDUAL NO



POS - POS



NO



  6. 7. 8. 9.   10. 11. 12.   13. 14. 15.  



16. 17. 18. 19.



Kas Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada bank lain Tagihan spot dan derivatif Surat berharga a. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi b. Diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain F 'LXNXUSDGDELD\DSHUROHKDQGLDPRUWLVDVL Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo) Tagihan akseptasi Kredit a. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi b. Diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain F'LXNXUSDGDELD\DSHUROHKDQGLDPRUWLVDVL Pembiayaan syariah Penyertaan Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan -/a. Surat berharga b. Kredit F /DLQQ\D Aset tidak berwujud Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud -/Aset tetap dan inventaris Akumulasi penyusutan aset tetap dan inventaris -/Aset non produktif a. Properti terbengkalai b. Aset yang diambil alih F 5HNHQLQJWXQGD d. Aset antarkantor i. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia ii. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia Cadangan kerugian penurunan nilai dari aset non keuangan -/Sewa pembiayaan Aset pajak tangguhan Aset lainnya



11.358.860 65.622.277 20.807.964 995.512



14.922.678 68.868.096 21.545.591 312.266



12.041.582 71.580.129 22.968.805 995.512



15.361.703 77.096.821 22.748.876 312.266



2.601.860 1.998.697 8.840.963 11.972.689 63.562.444 68.342.028 71.370.002 72.784.731     5.182.495 2.256.571 5.182.495 2.256.571 28.285.764 18.879.013



411.442 19.118.275



28.285.764 18.879.013



1.



  3. 4.



    30.207.097 31.594.596 4.767.317 4.306.332 1.026.157 985.007



28.676 1.644.326 



28.676 1.055.345 



34.308 (38.590) 4.332.756 30.701.940



28.676 1.736.692 



138.857 (40.516) 1.083.442 28.349.503



B. 1.



a. Peningkatan nilai wajar aset keuangan i. Surat berharga ii. Kredit iii. Spot dan derivatif iv. Aset keuangan lainnya b. Penurunan nilai wajar liabilitas keuangan F .HXQWXQJDQSHQMXDODQDVHWNHXDQJDQ i. Surat berharga ii. Kredit iii. Aset keuangan lainnya d. Keuntungan transaksi spot dan derivatif (realised) e. Dividen f. Keuntungan dari penyertaan dengan equity method g. Komisi/propisi/fee dan administrasi K 3HPXOLKDQDWDVFDGDQJDQNHUXJLDQSHQXUXQDQQLODL i. Pendapatan lainnya



 



28.676 1.163.562 



34.308 (38.590) 4.576.461 32.437.921



138.857 (40.516) 1.349.343 29.825.633



Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate)



Pendapatan bunga a. Rupiah 22.829.847 E 9DOXWDDVLQJ  Beban bunga a. Rupiah 7.826.755 E 9DOXWDDVLQJ  Pendapatan (Beban) Bunga Bersih 16.285.359 Pendapatan Premi Beban Klaim Pendapatan Premi (Beban Klaim) Bersih Pendapatan (Beban) Bunga dan Pendapatan Premi (Beban Klaim) Bersih 16.285.359 Pendapatan dan Beban Operasional Selain Bunga Pendapatan Operasional Selain Bunga



  2.



 



25. 26.



TOTAL EKUITAS TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS



104.028.704



116.898.206



107.615.548 2.256.999 2.487.082



120.258.580 2.256.999 2.488.369



104.028.704



116.898.206



112.359.629



125.003.948



813.301.436



780.237.387



880.123.799



845.605.208



22.961.237 



24.892.900 24.953.702  



8.210.876  16.114.673 16.114.673



8.388.729 8.721.674   17.797.041 17.613.388 2.287.343 3.319.896 1.639.683 2.426.285 647.660 893.611 18.444.701 18.506.999



LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DAN ENTITAS ANAK PER 30 JUNI 2020 DAN 2019 (DALAM JUTAAN RUPIAH) 30 JUN 2020 KOMPONEN MODAL I.



12.474  424.896 470.436 4.422.556  1.222.195



357.135 -



13.546 -



482.137 598.751 4.011.615  1.010.959



427.020 472.888 4.180.412  1.501.543



2.



73.061  -



179 -



73.061 -



-



-



87.219 3.559.448 106.654 12.397 11.019 167.977 4.281.201 433.706 5.001.711 (6.982.480) 9.132.193



285.268 7.826.757 277.542 160.583 21.851 256.674 4.694.853 480.123 5.784.723 (12.244.669) 6.200.033



88.059 3.562.787 239.343 109.555 12.397 254.495 167.977 5.112.592 489.986 5.398.489 (8.713.976) 9.793.023



39.602 (130.636) (14.060) (105.094) 9.027.097



(3.347) (295.495) (58.865) (357.707) 5.842.326



39.072 (131.469) (69.641) (162.038) 9.630.985



(1.505.673) (293.046) 7.228.378



(1.336.116) (48.572) 4.457.638



(1.647.023) (263.796) 7.720.166



(28.789) 135.629   



Total Laba (Rugi) Komprehensif yang dapat diatribusikan kepada :  3(0,/,.   .(3(17,1*$11213(1*(1'$/,  TOTAL LABA (RUGI) KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 3.903.631 DIVIDEN LABA BERSIH PER SAHAM (dalam satuan rupiah)



   



(404.868)  



(212.456)



(8.650)



(212.534)



2.531.958   



110.530   



3.092.557   



1.892.824 9.121.202



(236.079) 4.221.559



  7.228.378



  4.457.638



   



 



(24.650) 130.440    II.



2.341.214 10.061.380   7.720.166



        9.121.202 4.221.559 10.061.380 239 409



LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI



PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PER 30 JUNI 2020 DAN 2019 (DALAM JUTAAN RUPIAH)



PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DAN ENTITAS ANAK PER 30 JUNI 2020 DAN 31 DESEMBER 2019 (DALAM JUTAAN RUPIAH)



INDIVIDUAL



NO



30 JUN 2020 (Tidak Diaudit) DPK KL D



POS - POS L



I.



M



JUMLAH



INDIVIDUAL 30 JUN 2019 (Tidak Diaudit) DPK KL D



L



NO M



I.   1.601.408 1.601.408 



  



  



  



  



  1.601.408 1.601.408 



  1.814.130 1.814.130 



  



  



  



  



  1.814.130 1.814.130 



















































 308.143



 -



 -



 -



 -



 308.143



 311.156



 -



 -



 -



 -



 311.156



 308.143 308.143    3.783.135 3.935 3.935  -



     -



     -



     -



   308.143 311.156 308.143 311.156          - 3.783.135 3.302.541 3.935 9.805 3.935 9.042    -



     -



     -



     -



  311.156 311.156       - 3.302.541 9.805 9.042   -



 



 



II. PIHAK TIDAK TERKAIT







 



KONSOLIDASIAN



30 JUN 2020 31 DES 2019 30 JUN 2020 31 DES 2019 (Tidak Diaudit) (Diaudit) (Tidak Diaudit) (Diaudit)



JUMLAH



PIHAK TERKAIT



1. Penempatan pada bank lain a. Rupiah   E 9DOXWDDVLQJ 2. Tagihan spot dan derivatif a. Rupiah   E9DOXWDDVLQJ 3. Surat berharga a. Rupiah   E9DOXWDDVLQJ 4. Surat Berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo) a. Rupiah   E9DOXWDDVLQJ 5. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo) a. Rupiah   E9DOXWDDVLQJ 6. Tagihan Akseptasi 7. Kredit *)   D'HELWXU8VDKD0LNUR.HFLOGDQ Menengah (UMKM) i. Rupiah    LL 9DOXWDDVLQJ b. Bukan debitur UMKM i. Rupiah    LL 9DOXWDDVLQJ   F .UHGLW\DQJGLUHVWUXNWXULVDVL i. Rupiah    LL 9DOXWDDVLQJ d. Kredit properti 8. Penyertaan 9. Penyertaan modal sementara 10. Tagihan lainnya 11. Komitmen dan kontinjensi a. Rupiah   E9DOXWDDVLQJ 12. Aset yang diambil alih



POS - POS TAGIHAN KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik a. Rupiah  E9DOXWDDVLQJ 2. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 3. Lainnya



 49.217.531 380.796



 39.865.544 177.533



 49.217.531 380.796



 39.865.544 177.533



III. TAGIHAN KONTINJENSI    *DUDQVL\DQJGLWHULPD   a. Rupiah 3.828.067 3.835.171 3.841.444 3.844.700    E9DOXWDDVLQJ     2. Pendapatan bunga dalam penyelesaian a. Bunga kredit yang diberikan 6.258.918 4.939.339 6.258.918 4.939.339 b. Bunga lainnya 83.559 64.780 3. Lainnya 251.472 222.923 259.762 228.883



PENGURUS BANK



CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI DAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PER 30 JUNI 2020 DAN 2019 (DALAM JUTAAN RUPIAH)



INDIVIDUAL



NO



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



POS - POS



Penempatan pada bank lain Tagihan spot dan derivatif Surat berharga Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo) Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo) Tagihan akseptasi Kredit Penyertaan Penyertaan modal sementara Tagihan lainnya Komitmen dan Kontijensi



30 JUN 2020 (Tidak Diaudit) CKPN PPA wajib dihitung Stage 2 dan Stage 1 Umum Khusus Stage 3 3 838 208.080 9.955 234.712 8.002 196.726 297.732 51.825 460.776 31.629.577 461.904 90.160



263.375 3.677.854 77.365 839.136



282.858 165.852 115.377 4.737.065 12.759.915 40.430 108.651 146.680 58.799 629.242 109.037



30 JUN 2019 (Tidak Diaudit) CKPN PPA wajib dihitung Individual



Kolektif



Umum



Khusus



269.622 -



25.885 -



242.474 3.800 288.560 208.005



312.799 -



4.456.166 244.464 -



147.491 9.660.749 130.214 100.456



184.766 4.857.491 33.570 116.771 652.630



9.981 8.412.689 108.651 53.674 139.130



INDIVIDUAL



KONSOLIDASIAN



95.463.960



101.394.395



103.461.648



108.394.695



1. Modal Inti Utama/Common Equity Tier 1 (CET 1)



95.463.960



101.394.395



103.461.648



108.394.695



1.1 Modal disetor (setelah dikurangi Treasury Stock) 1.2 Cadangan Tambahan Modal 1.2.1 Faktor Penambah 1.2.1.1 Pendapatan komprehensif lainnya 1.2.1.1.1 Selisih lebih penjabaran laporan keuangan 1.2.1.1.2 Potensi keuntungan dari peningkatan yang di ukur pada nilai wajar melalui pendapatan komprehensif lain 1.2.1.1.3 Saldo surplus revaluasi aset tetap 1.2.1.2 Cadangan tambahan modal lainnya (other disclosed reserves) 1.2.1.2.1 Agio 1.2.1.2.2 Cadangan umum 1.2.1.2.3 Laba tahun-tahun lalu 1.2.1.2.4 Laba tahun berjalan 1.2.1.2.5 Dana setoran modal 1.2.1.2.6 Lainnya 1.2.2 Faktor Pengurang 1.2.2.1 Pendapatan komprehensif lainnya 1.2.2.1.1 Selisih kurang penjabaran laporan keuangan 1.2.2.1.2 Potensi kerugian dari penurunan yang di ukur pada nilai wajar melalui pendapatan komprehensif lain 1.2.2.2 Cadangan tambahan modal lainnya (other disclosed reserves) 1.2.2.2.1 Disagio 1.2.2.2.2 Rugi tahun-tahun lalu 1.2.2.2.3 Rugi tahun berjalan 1.2.2.2.4 Selisih kurang antara Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) dan      &DGDQJDQ.HUXJLDQ3HQXUXQDQ1LODL      &.31 DWDVDVHWSURGXNWLI 1.2.2.2.5 Selisih kurang jumlah penyesuaian nilai wajar dari instrumen keuangan dalam Trading Book 1.2.2.2.6 PPA aset non produktif yang wajib dibentuk 1.2.2.2.7 Lainnya 1.3 Kepentingan Non Pengendali yang dapat diperhitungkan 1.4 Faktor Pengurang Modal Inti Utama 1.4.1 Perhitungan pajak tangguhan 1.4.2 *RRGZLOO 1.4.3 Seluruh aset tidak berwujud lainnya 1.4.4 Penyertaan yang diperhitungkan sebagai faktor pengurang 1.4.5 Kekurangan modal pada perusahaan anak asuransi    (NVSRVXUVHNXULWLVDVL 1.4.7 Faktor pengurang modal inti utama lainnya 1.4.7.1 Penempatan dana pada instrumen AT 1 dan/atau Tier 2 pada bank lain 1.4.7.2 Kepemilikan silang pada entitas lain yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat 2. Modal Inti Tambahan/Additional Tier 1 (AT 1) 2.1 Instrumen yang memenuhi persyaratan AT 1 2.2 Agio/Disagio 2.3 Faktor Pengurang Modal Inti Tambahan 2.3.1 Penempatan dana pada instrumen AT 1 dan/atau Tier 2 pada bank lain 2.3.2 Kepemilikan silang pada entitas lain yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat Modal Pelengkap (Tier 2) 1. Instrumen modal dalam bentuk saham atau lainnya yang memenuhi persyaratan Tier 2 2. Agio/Disagio 3. Cadangan umum PPA atas aset produktif yang wajib dibentuk (paling tinggi 1,25% ATMR Risiko Kredit) 4. Faktor Pengurang Modal Pelengkap 4.1 Sinking Fund 4.2 Penempatan dana pada instrumen Tier 2 pada bank lain 4.3 Kepemilikan silang pada entitas lain yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat



8.975.358 94.604.493 95.208.613 14.492.895 38.676



8.975.358 97.348.275 98.440.620 14.615.290 38.548



9.054.807 98.413.702 100.265.453 14.807.919 -



9.054.807 100.566.499 102.988.528 14.930.435 -



14.454.219



14.576.742



14.807.919



14.930.435



80.715.718 14.568.468 2.778.412 59.164.002 4.204.836 (604.120) (256.396)



83.825.330 14.568.468 2.778.412 62.014.737 4.463.713 (1.092.345) (743.698)



85.457.534 14.568.468 2.778.412 60.882.276 7.228.378 (1.851.751) (1.087.137)



88.058.093 14.568.468 2.778.412 63.197.491 7.513.722 (2.422.029) (1.612.806)



-



-



(127.505)



(127.648)



(256.396)



(743.698)



(959.632)



(1.485.158)



(347.724) -



(348.647) -



(764.614) -



(809.223) -



Total Modal 30 JUN 2020











  



  



(347.724) (8.115.891) (4.332.756) (3.783.135)  -



(348.647) 2.687 (4.931.925) (4.537.658) (394.267)  -



(174.671) (4.006.861) (704.320) (3.302.541)  -



(174.844) 2.734 (1.229.345) (835.078) (394.267)  -



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



6.610.456



6.877.910



6.462.331



6.755.878



63.333 -



63.333 -



83.333 -



83.333 -



6.547.123 -



6.814.577 -



6.378.998 -



6.672.545 -



-



-



-



-



102.074.416



108.267.852



109.923.979



115.150.573



30 JUN 2019



30 JUN 2020



INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN



INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN



ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) ATMR RISIKO KREDIT 523.769.839 ATMR RISIKO OPERASIONAL TOTAL ATMR RASIO KPMM SESUAI PROFIL RISIKO (%)



RASIO KPMM 533.803.557



Rasio CET 1 (%)



15,63%



15,93%



17,58%



17,61%



4.553.500



4.707.276



1.840.265



2.113.061



Rasio Tier 1 (%)



15,63%



15,93%



17,58%



17,61%



82.456.568



86.541.168



76.231.925



79.593.563



Rasio Tier 2 (%)



1,08%



1,08%



1,10%



1,10%



636.414.570 588.391.990



615.510.181



Rasio KPMM (%)



16,71%



17,01%



18,68%



18,71%



6,76%



7,06%



610.779.907



545.166.126 510.319.800



9,95%



9,95%



9,90%



9,90% CET 1 UNTUK BUFFER (%)



8,78%



8,81%



PERSENTASE BUFFER YANG WAJIB DIPENUHI OLEH BANK (%) Capital 8,80% Conservation 0,000% 0,000% 2,500% Buffer (%) Countercyclical 0,00% 0,000% 0,000% 0,000% Buffer (%)



2,500%



ALOKASI PEMENUHAN KPMM SESUAI PROFIL RISIKO Dari CET 1 (%)



8,87%



8,87%



8,80%



Dari AT 1 (%)



0,00%



0,00%



0,00%



Dari Tier 2 (%)



30 JUN 2019



1,08%



1,08%



1,10%



Capital Surcharge untuk Bank Sistemik (%)



1,10%



1,500%



1,500%



1,500%



0,000% 1,500%



5DVLR.HFXNXSDQ0RGDO &DSLWDO$GHTXDF\5DWLR&$5 SRVLVLWDQJJDO-XQLGDQGLKLWXQJEHUGDVDUNDQ32-.1R32-.7DQJJDO



6HSWHPEHUWHQWDQJ3HUXEDKDQDWDV32-.1R32-.7DQJJDO-DQXDULWHQWDQJ.HZDMLEDQ3HQ\HGLDDQ0RGDO0LQLPXP II. KEWAJIBAN KOMITMEN 1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN   D %801   PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DAN ENTITAS ANAK i. Committed PERIODE 1 JANUARI S/D 30 JUNI 2020 DAN 2019 - Rupiah      9DOXWDDVLQJ     (DALAM JUTAAN RUPIAH) ii. 8QFRPPLWWHG - Rupiah 4.185.260 10.732.604 4.185.260 10.732.604 KONSOLIDASIAN      9DOXWDDVLQJ     ARUS KAS b. Lainnya 30 JUN 2020 30 JUN 2019 i. Committed 345.650 574.116 345.650 574.116 (Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit) ii. 8QFRPPLWWHG 42.415.550 43.893.464 43.885.588 45.264.895 2. Fasilitas kredit kepada bank lain ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI yang belum ditarik Penerimaan pendapatan bunga 26.263.246 27.246.768 a. Committed Penerimaan pendapatan syariah 1.969.566 1.973.244 i. Rupiah    LL 9DOXWDDVLQJ     Pembayaran beban bunga (9.855.004) (12.276.973) b. 8QFRPPLWWHG Pembayaran beban syariah (521.651) (485.888) i. Rupiah 4.019 4.019 2.287.343 3.319.896    LL 9DOXWDDVLQJ     Pendapatan Premi dan hasil Investasi Beban Klaim (1.639.683 ) (2.426.285 ) 3. IUUHYRFDEOH L/C yang masih berjalan a. L/C luar negeri 5.904.275 6.380.933 5.904.275 6.380.933 Pendapatan operasional lainnya 2.663.599 6.515.485 b. L/C dalam negeri 4.303.907 2.772.352 4.305.909 2.789.432 Beban operasional lainnya (9.118.432) (10.783.707) 4. Posisi penjualan spot dan %HEDQEXNDQRSHUDVLRQDO1HWR     derivatif yang masih berjalan 48.391.140 39.660.733 48.391.140 39.660.733 Pembayaran pajak penghasilan (1.418.945) (1.875.656) 5. Lainnya -



1. Penempatan pada bank lain 20.807.964 - 20.807.964 24.247.377 - 24.247.377 a. Rupiah 1.868.303 - 1.868.303 1.336.181 - 1.336.181   E9DOXWDDVLQJ           2. Tagihan spot dan derivatif 995.512 995.512 380.045 380.045 a. Rupiah 2.347 2.347 30.694 30.694 IV. KEWAJIBAN KONTINJENSI   E9DOXWDDVLQJ             3. Surat berharga 85.031.137 262.386 258.374 85.551.897 80.288.096 286.816 269.777 80.844.689    *DUDQVL\DQJGLEHULNDQ   a. Rupiah 58.145.633 258.189 58.403.822 50.726.926 269.593 50.996.519 a. Rupiah 30.478.277 34.762.049 30.519.946 34.813.699   E9DOXWDDVLQJ                E9DOXWDDVLQJ     4. Surat Berharga yang dijual dengan 2. Lainnya janji dibeli kembali (Repo) 5.182.495 - 5.182.495 20.800.550 - 20.800.550 a. Rupiah 3.709.367 - 3.709.367 13.822.910 - 13.822.910   E9DOXWDDVLQJ             LAPORAN RASIO KEUANGAN 5. Tagihan atas surat berharga yang PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK dibeli dengan janji dijual kembali PER 30 JUNI 2020 DAN 2019 (Reverse Repo) 28.285.764 - 28.285.764 a. Rupiah 28.285.764 - 28.285.764 (DALAM %)   E9DOXWDDVLQJ 6. Tagihan Akseptasi 16.585.204 2.286.942 6.867 - 18.879.013 18.476.621 15.057 9.228 18.500.906 INDIVIDUAL 7. Kredit *) 497.951.478 29.150.517 3.893.877 4.323.112 8.272.993 543.591.978 485.437.906 21.618.557 799.332 2.018.560 6.202.582 516.076.936 RASIO 30 JUN 2020 30 JUN 2019   D 'HELWXU8VDKD0LNUR.HFLO (Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit) dan Menengah (UMKM) 96.890.605 6.065.566 847.649 1.286.226 2.521.829 107.611.874 96.194.783 5.633.557 314.603 956.095 1.300.566 104.399.603 i. Rupiah 94.611.689 5.428.485 847.649 1.215.118 2.209.243 104.312.183 93.446.354 5.555.098 314.603 947.073 1.300.566 101.563.695 Rasio Kinerja    LL 9DOXWDDVLQJ             1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) 16,71% 18,68% b. Bukan debitur UMKM 401.060.873 23.084.951 3.046.229 3.036.887 5.751.164 435.980.103 389.243.123 15.985.000 484.728 1.062.465 4.902.016 411.677.333 2. Aset produktif bermasalah dan aset non produktif i. Rupiah 304.191.532 20.694.753 2.493.794 2.732.900 5.662.117 335.775.096 303.945.478 12.593.755 484.728 994.159 4.413.308 322.431.427 bermasalah terhadap total aset produktif dan aset    LL 9DOXWDDVLQJ            non produktif 2,27% 1,43%   F.UHGLW\DQJGLUHVWUXNWXULVDVL          3. Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif 2,15% 1,35% i. Rupiah 99.017.328 18.926.425 2.608.721 1.335.040 1.897.332 123.784.846 13.401.319 9.976.497 414.004 963.267 2.567.957 27.323.044    LL 9DOXWDDVLQJ               &DGDQJDQNHUXJLDQSHQXUXQDQQLODL &.31 DVHWNHXDQJDQ terhadap aset produktif 4,11% 1,87% d. Kredit properti 92.257.117 3.477.827 243.099 466.708 1.614.256 98.059.007 80.999.428 3.182.357 178.589 414.157 909.954 85.684.485 3,03% 1,75% 8. Penyertaan 259.844 259.844 54.453 54.453   13/gross   9. Penyertaan modal sementara 724.338 724.338 724.338 724.338   13/QHW 7. Return on Asset (ROA) 1,38% 2,44% 10. Tagihan Lainnya 14.668.050 105.130 53.542 14.826.722 11.677.146 53.674 11.730.820 8. Return on Equity 52(    11. Komitmen dan kontinjensi 106.892.103 4.256.700 105.155 173.259 413.104 111.840.322 121.139.014 2.098.923 78.710 105.495 310.220 123.732.362 9. Net Interest Margin 1,0    a. Rupiah 73.882.432 2.895.315 105.153 173.259 413.104 77.469.264 87.192.945 841.634 78.710 105.495 272.618 88.491.402 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 82,81% 72,60% 10.   E9DOXWDDVLQJ            11. Loan to Deposit Ratio (LDR) 87,79% 92,30% 12. Aset yang diambil alih 588.981 840.657 214.688 1.644.326 1.290.669 360.069 214.661 27 1.865.426 12. Net Stable Funding Ratio 16)5   D 16)5VHFDUDLQGLYLGX   III. INFORMASI LAIN   E 16)5VHFDUDNRQVROLGDVL   1. Total aset bank yang dijaminkan: -  1LODLLiquidity Coverage Ratio (LCR) a. Pada Bank Indonesia -   D /&5VHFDUDLQGLYLGX   b. Pada pihak lain -   E /&5VHFDUDNRQVROLGDVL     7RWDO&.31DVHWNHXDQJDQDWDV  1LODL Leverage Ratio (LR) aset produktif 37.743.702 15.035.047   D /5VHFDUDLQGLYLGX  3. Total PPA yang wajib dibentuk   E /5VHFDUDNRQVROLGDVL  atas aset produktif 19.918.224 15.624.991 Kepatuhan (Compliance) 4. Persentase kredit kepada UMKM terhadap total kredit 19,79% 20,22% 1. a. Persentase pelanggaran BMPK 5. Persentase kredit kepada Usaha i. Pihak terkait 0,00% 0,00%   0LNUR.HFLO 80. WHUKDGDS ii. Pihak tidak terkait 0,00% 0,00% total kredit 10,46% 10,25% b . Persentase pelampauan BMPK 6. Persentase jumlah debitur UMKM i. Pihak terkait 0,00% 0,00% terhadap total debitur 12,58% 12,29% ii. Pihak tidak terkait 0,00% 0,00% 7. Persentase jumlah debitur Usaha   *LUR:DMLE0LQLPXP *:0     0LNUR.HFLO 80. WHUKDGDS   D *:0XWDPDUXSLDK   total debitur 12,14% 11,74%   E *:0YDOXWDDVLQJ   8. Lainnya   3RVLVL'HYLVD1HWR 3'1 VHFDUDNHVHOXUXKDQ   a. Penerusan kredit 26.105 26.135 b. Penyaluran dana Mudharabah PEMEGANG SAHAM Muqayyadah   F $VHWSURGXNWLI\DQJGLKDSXVEXNX            Pemegang Saham Pengendali (PSP) d. Aset produktif dihapus buku Pemerintah Republik Indonesia : 60,00% yang dipulihkan/ berhasil ditagih 604.083 1.279.310 3HPHJDQJ6DKDP%XNDQ363PHODOXLSDVDUPRGDO •  1LKLO e. Aset produktif yang dihapus tagih 3HPHJDQJ6DKDP%XNDQ363WLGDNPHODOXLSDVDUPRGDO •  1LKLO *) Butir a dan b termasuk kredit properti dan/atau kredit yang berada dalam status restrukturisasi. Butir c adalah kredit direstrukturisasi yang diberikan kepada debitur UMKM maupun bukan debitur UMKM termasuk kredit properti. Butir d adalah kredit properti yang diberikan kepada debitur UMKM maupun bukan debitur UMKM termasuk kredit restrukturisasi.



30 JUN 2019



KONSOLIDASIAN



Modal Inti (Tier 1)



ATMR RISIKO PASAR



LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA



INDIVIDUAL



(Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit)



656 357.135  467.972 591.110 4.235.966  777.143



Beban Operasional Selain Bunga a. Penurunan nilai wajar aset keuangan i. Surat berharga ii. Kredit iii. Spot dan derivatif TOTAL ASET 813.301.436 780.237.387 880.123.799 845.605.208 iv. Aset keuangan lainnya LIABILITAS DAN EKUITAS b. Peningkatan nilai wajar liabilitas keuangan   F .HUXJLDQSHQMXDODQDVHWNHXDQJDQ  LIABILITAS i. Surat berharga ii. Kredit   *LUR      iii. Aset keuangan lainnya 2. Tabungan 187.843.757 182.337.666 198.132.687 191.390.028 d. Kerugian transaksi spot dan derivatif (realised) 3. Simpanan berjangka 215.707.622 189.344.223 215.266.819 188.923.773 e. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) 4. Dana investasi revenue sharing 30.625.942 31.770.347 i. Surat berharga 284.015 5. Pinjaman dari Bank Indonesia 453.441 470.347 453.441 470.347 ii. Kredit 7.825.937 6. Pinjaman dari bank lain 13.406.276 11.420.922 13.593.241 11.521.329 iii. Pembiayaan syariah 7. Liabilitas spot dan derivatif 526.746 203.054 526.746 203.054 iv. Aset keuangan lainnya 157.044 8. Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) 5.029.946 2.183.403 5.029.946 2.183.403 f. Kerugian terkait risiko operasional 21.851 9. Utang akseptasi 4.874.571 5.341.440 4.874.571 5.341.440 g. Kerugian dari penyertaan dengan equity method 10. Surat berharga yang diterbitkan 3.099.388 3.099.253 3.085.084 3.085.017 h. Komisi/propisi/fee dan administrasi 23.639 i. Kerugian penurunan nilai aset lainnya (non keuangan) 11. Pinjaman yang diterima 46.798.840 55.948.491 48.061.917 57.169.571 j. Beban tenaga kerja 3.925.358 12. Setoran jaminan 212.328 325.145 212.328 325.145 k. Beban promosi 430.662 13. Liabilitas antarkantor l. Beban lainnya 5.354.299 a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia b. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia Pendapatan (Beban) Operasional Selain Bunga Bersih (10.509.537) 14. Liabilitas pajak tangguhan LABA (RUGI) OPERASIONAL 5.775.822 15. Liabilitas lainnya 15.307.023 13.271.429 29.549.713 25.990.982 PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL 16. Dana investasi SUR¿WVKDULQJ 1. Keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap dan inventaris 9.236 TOTAL LIABILITAS 709.272.732 663.339.181 767.764.170 720.601.260 2. Keuntungan (kerugian) penjabaran transaksi valuta asing (295.868) EKUITAS 3. Pendapatan (beban) non operasional lainnya (17.006) 17. Modal disetor 8.975.358 9.054.807 8.975.358 9.054.807 LABA (RUGI) NON OPERASIONAL (303.640) a. Modal dasar 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN SEBELUM PAJAK 5.472.182 b. Modal yang belum disetor -/(5.945.193) (5.945.193) (5.945.193) (5.945.193) Pajak penghasilan   F 6DKDP\DQJGLEHOLNHPEDOL treasury stock) -/(79.449) (79.449) a. Taksiran pajak tahun berjalan (1.230.198) 18. Tambahan modal disetor b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan (37.148) a. Agio 14.568.468 14.568.468 14.568.468 14.568.468 LABA (RUGI) BERSIH TAHUN BERJALAN 4.204.836 b. Disagio -/  F 0RGDOVXPEDQJDQ     PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN d. Dana setoran modal   3RVSRV\DQJWLGDNDNDQGLUHNODVLÀNDVLNHODEDUXJL e. Lainnya a. Keuntungan revaluasi aset tetap 19. Penghasilan komprehensif lain b. Pengukuran kembali atas program imbalan pasti (380.664) a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan   F %DJLDQSHQJKDVLODQNRPSUHKHQVLIODLQGDULHQWLWDVDVRVLDVL  dalam mata uang asing 38.676 43.910 38.548 47.199 d. Lainnya b. Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan yang H 3DMDNSHQJKDVLODQWHUNDLWSRVSRV\DQJWLGDNDNDQGLUHNODVL¿NDVLNHODEDUXJL  diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain (256.396) (256.907) (733.645) (822.278)   F %DJLDQHIHNWLIOLQGXQJQLODLDUXVNDV       3RVSRV\DQJDNDQGLUHNODVLÀNDVLNHODEDUXJL d. Keuntungan revaluasi aset tetap 14.454.219 14.804.855 14.946.885 14.946.879 a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing (5.233 ) e. Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi b. Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual 640 f. Pengukuran kembali atas program imbalan pasti   F %DJLDQHIHNWLIGDULOLQGXQJQLODLDUXVNDV g. Pajak penghasilan terkait dengan penghasilan komprehensif lain d. Lainnya h. Lainnya H 3DMDNSHQJKDVLODQWHUNDLWSRVSRV\DQJDNDQGLUHNODVL¿NDVLNHODEDUXJL    20. Selisih kuasi reorganisasi 21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH PAJAK (301.205)   (NXLWDVODLQQ\D     TOTAL LABA (RUGI) KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 3.903.631 23. Cadangan a. Cadangan umum 2.778.412 2.778.412 2.778.412 2.778.412 Laba (Rugi) Bersih Tahun Berjalan yang dapat diatribusikan kepada : b. Cadangan tujuan    3(0,/,.  24. Laba/rugi    .(3(17,1*$11213(1*(1'$/,  a. Tahun-tahun lalu 59.265.131 61.291.797 62.585.216 64.300.617 TOTAL LABA (RUGI) BERSIH TAHUN BERJALAN 4.204.836 b. Tahun berjalan 4.204.836 14.612.864 4.456.306 15.384.476 TOTAL EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK Transaksi dengan non pengendali Kepentingan non pengendali



(% per tahun) Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Berdasarkan Segmen Bisnis Kredit Konsumsi Kredit Kredit Kredit Ritel Mikro Korporasi KPR Non KPR 9,85 1$ 9,85 10,20 12,00



1 JAN 2020 1 JAN 2019 1 JAN 2020 1 JAN 2019 s/d s/d s/d s/d 30 JUN 2020 30 JUN 2019 30 JUN 2020 30 JUN 2019 (Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit) (Tidak Diaudit)



POS - POS



PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dan Beban Bunga



411.442 19.118.275



(242.715) (278.614) (252.464) (287.094) (35.307.431) (15.837.399) (35.363.654) (15.854.393)            35.919.257 34.314.961 38.007.203 35.661.850 (9.467.986) (8.641.930) (10.098.938) (9.137.091)



PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PER 30 JUNI 2020



KONSOLIDASIAN



INDIVIDUAL



KONSOLIDASIAN



30 JUN 2020 31 DES 2019 30 JUN 2020 31 DES 2019 (Tidak Diaudit) (Diaudit) (Tidak Diaudit) (Diaudit)



ASET 1. 2. 3. 4. 5.



SUKU BUNGA DASAR KREDIT (PRIME LENDING RATE)



PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DAN ENTITAS ANAK PERIODE 1 JANUARI S/D 30 JUNI 2020 DAN 2019 (DALAM JUTAAN RUPIAH)



PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DAN ENTITAS ANAK PER 30 JUNI 2020 DAN 31 DESEMBER 2019 (DALAM JUTAAN RUPIAH)



DEWAN KOMISARIS Komisaris Utama/Komisaris Independen Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen .RPLVDULV Komisaris Komisaris Komisaris



: Agus Dermawan Wintarto Martowardojo : Pradjoto : Sigit Widyawan : Asmawi Syam : Septian Hario Seto*) : Iman Sugema*)  5DWLK1XUGLDWL : Askolani : Joni Swastanto : Susyanto



DIREKSI Direktur Utama Direktur Keuangan Direktur Bisnis Korporasi Direktur Tresuri & Internasional Direktur Hubungan Kelembagaan Direktur Manajemen Risiko Direktur Bisnis UMKM Direktur Bisnis Konsumer Direktur Teknologi Informasi & Operasi Direktur Human Capital & Kepatuhan Direktur Layanan dan Jaringan



: : : : : : : : : : :



Herry Sidharta Sigit Prastowo Benny Yoslim Putrama Wahju Setyawan Sis Apik Wijayanto Osbal Saragi Rumahorbo Tambok P.S. Simanjuntak Corina Leyla Karnalies Y.B. Hariantono Bob Tyasika Ananta Adi Sulistyowati



(IHNWLIVHWHODKPHQGDSDWNDQSHUVHWXMXDQGDUL2WRULWDV-DVD.HXDQJDQ 2-. 



Catatan : 1. ,QIRUPDVLNHXDQJDQGLDWDVGLDPELOGDULODSRUDQNHXDQJDQNRQVROLGDVLDQLQWHULP37%DQN1HJDUD,QGRQHVLD 3HUVHUR 7ENGDQ(QWLWDV$QDNWDQJJDO-XQLGDQXQWXNSHULRGHHQDPEXODQ\DQJEHUDNKLUSDGDWDQJJDOWHUVHEXW\DQJGLVXVXQROHKPDQDMHPHQ%DQNVHVXDLGHQJDQ6WDQGDU $NXQWDQVL.HXDQJDQGL,QGRQHVLD\DQJWHODKGLUHYLXROHK.DQWRU$NXQWDQ3XEOLN3XUZDQWRQR6XQJNRUR 6XUMD ³366´  ¿UPDDQJJRWD(UQVW