Blok 2 Prakonsepsi-Kompre [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN



PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA PRAKONSEPSI DENGAN SASARAN CALON PENGANTIN (CATIN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMOMULYO SURABAYA



Oleh : Asri Hartutika NIM. P27824620006



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN TAHUN 2020



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan individu yang berjudul “ Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Prakonsepsi Dengan Sasaran Calon Pengantin (Catin) di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo, Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok



2 (prakonsepsi) pada Pendidikan



Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Dalam penyusunan laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi dan pembimbing pendidikan 1 Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini. 2. drg. Dharmawati Zahara selaku Kepala Puskesmas Simomulyo Surabaya. 3. Al Usnaini, SST., M.Kes selaku Bidan Koordinator dan pembimbing praktik lapangan Puskesmas Simomulyo Surabaya yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini. 4. Titi Maharrani, SST., M. Keb, selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini. 5. Nur Cholifah yang telah bersedia untuk menjadi klien/responden 6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Surabaya, Oktober 2020



Penyusun



iii



DAFTAR ISI



Cover .................................................................................................................... i Lembar Pengesahan ............................................................................................. ii Kata Pengantar.................................................................................................... iii Daftar Isi............................................................................................................. iv BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan Praktik .......................................................................................... 2 1.3 Lama Praktik ............................................................................................ 2 BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................... 3 2.1 Konsep Dasar Prakonsepsi ....................................................................... 3 2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Prakonsepsi ....................................... 10 2.2.1 Pengkajian ........................................................................................... 10 2.2.2 Interpretasi Data .................................................................................. 20 2.2.3 Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial ........................................... 20 2.2.4 Tindakan Segera .................................................................................. 20 2.2.5 Perencanaan/Intervensi ........................................................................ 20 2.2.6 Pelaksanaan ......................................................................................... 51 2.2.7 Evaluasi ............................................................................................. 51 BAB 3 TINJAUAN KASUS ............................................................................. 52 3.1 Data Subyektif ........................................................................................ 52 3.2 Data Obyektif ......................................................................................... 55 3.3 Analisa Data ........................................................................................... 56 3.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi ................................................................. 56 BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 5 BAB 5 SIMPULAN .......................................................................................... 60 5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 60 5.2 Saran............................................................................................................ 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Calon pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang akan segera hidup bersama dalam rumah tangga dan membentuk keluarga dalam ikatan pernikahan (Kemenag, 2009). Masalah pra nikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome kehamilan (Paratmanitya & Hadi, 2012). Perencanaan kehamilan merupakan pengaturan kapan usia ideal dan saat yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak. Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. (Kemenkes RI, 2017). Kehamilan merupakan impian bagi pasangan suami istri dengan memiliki seorang anak, salah satu tujuan dari pernikahan telah terpenuhi. Bagi beberapa wanita, hamil adalah hal yang sangat mudah didapatkan. Namun, ada beberapa wanita yang harus melakukan banyak usaha untuk dapat hamil. Pengetahuan gizi sangat diperlukan bagi pasangan suami istri dalam mempersiapkan kehamilan terutama bagi pasangan yang akan menikah (Nuryani, 2012). Status gizi calon pengantin perempuan perlu diketahui dalam rangka persiapan kehamilan. Catin perlu melakukan persiapan gizi seperti mengkonsumsi makanan gizi seimbang, mengkonsumsi tablet tambah darah (zat besi) dan konsumsi asam folat. Selain TTD makanan yang mengandung zat besi yaitu sayuran berwarna hijau seperti bayam, daging berwarna merah, hati,dsb. dan makanan yang mengandung asam folat seperti sayuran hijau, buah bit, brokoli, dsb. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan



1



komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2018). Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat ( Oktaria dan Juli , 2016). Solusi untuk calon pengantin yang hendak merencanakan kehamilan yang sehat antara lain dengan dengan cara memberikan informasi pranikah, konseling dan memberikan health education (Kemenkes RI, 2018). Karena malasah yang mucul maka akan diberikan asuhan kebidanan pada prakonsepsi



dengan



sasaran



calon



pengantin



dengan



perencanaan



kehamilan. 1.2



Tujuan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi



1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan pranikah. 1.2.2 Tujuan Khusus : 1. Menjelaskan konsep asuhan pranikah secara umum 2. Menjelaskan konsep pranikah dengan perencanaan kehamilan 3. Melakukan asuhan pranikah sesuai dengan standar asuhan kebidanan 4. Melakukan evaluasi terkait asuhan pranikah yang sudah diberikan. 1.3 Lama Praktik Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada prakonsepsi dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Pada tanggal 28 September 2020 s/d 20 November 2020.



2



BAB 2 TINJAUAN TEORI



2.1



Konsep Dasar Prakonsepsi



2.1.1 Pengertian Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan



yang



diberikan



sebelum



kehamilan



dengan



sasaran



mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung (Katherine, dkk, 2013). Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/ mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013). Dari beberapa pengertian diatas, perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga. 2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk: 1. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas 2. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir 3. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi



3



4. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.1.3 Konseling/Informasi Pranikah Menurut Kemenkes RI (2017), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi: 1. Kesehatan reproduksi 2. Hak reproduksi dan seksual 3. Organ reproduksi 4. Persiapan pernikahan a. Persiapan fisik b. Persiapan gizi c. Imunisasi Tetanus d. Menjaga kesehatan organ reproduksi e. Menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri 2.1.4 Kesetaraan Gender Dalam Pernikahan 1. Saling menghormati dan menghargai Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika suami istri saling menghormati dan menghargai satu sama lain : a. Pngambilan keputusan di rumah tangga dilakukan secara bersama, tidak memaksakan ego masing-masing b. Suami istri saling membantu



dalam pekerjaan rumah tangga,



pengasuhan, dan pendidikan anak c. Perencanaan kehamilan dan keikutsertaan ber-KB



merupakan



keputusan dan tanggung jawab bersama d. Suami mendukung pelaksanaan ASI eksklusif. 2. Tindak kekerasan yang menganggu pernikahan Hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan adalah kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, penelantaran,dan eksploitasi (Kemenkes RI, 2018).



4



2.1.5 Kehamilan, Perencanaan Persalinan Dan Kontrasepsi 1. Kehamilan a. Masa subur Merupakan saat indung telur (ovarium) melepaskan sel telur (ovum) yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba fallopi). b. Proses kehamilan Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam tuba falopi sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan dalam dinding rahim dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan sel (hayati) memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi janin/bayi kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280 hari (9 bulan 10 hari) (Kemenkes RI, 2018). c. Tanda-tanda kehamilan Terdapat tanda-tanda kehamilan menurut Kemenkses (2018), yaitu : a. Tidak mendapat haid b. Timbul rasa mual, muntah dan pusing terutama pada pagi hari c. Tidak ada nafsu makan d. Tes kehamilan positif (+) e. Pada usia lebih lanjut dengan alattertentu dapat terdengar djj f. Perut membesar dan dirasakan gerakan janin. d. Kehamilan Ideal vs Kehamilan Berisiko Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan di jaga perkembangannya dengan baik. Namun adakalanya terjadi kehamilan yang tidak dinginkan seperti : a. Akibat hubungan seks pranikah b. Pada WUS yang ingin menunda atau ingin punya anak tetapi tidak menggunkan kontrasepsi c. Gagal KB. Setiap kehamilan tetap harus dijaga dan dipantau kesehatan dan perkembangannya. Usia terbaik perempuan untuk hamil adalah 20-35



5



tahun dan jarak antar kelahiran 2-5 tahun atau tidak lebih dari 2 balita dalam satu keluarga. Setiap kehamilan mempunyai risiko untuk terjadi komplikasi walaupun sebelumnya baik-baik saja. Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang disebut 4 Terlalu dan 3 Terlambat : a. 4 Terlalu yaitu : a) Terlalu muda untuk hamil (≤ 20 tahun) b) Terlalu tua untuk hamil (≥ 35 tahun) c) Terlalu sering hamil (anak ≥ 3) d) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilan (≤ 2 tahun). b. 3 Terlambat yaitu : a) Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, nifas, serta mengambil keputusan untuk mencari pertolongan medis b) Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan c) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat. e. Tanda Bahaya Kehamilan Menurut Kemenkes RI (2018) tanda-tanda bahaya yang dapat mengancam jiwa ibu hamil atau janin yang di kandungnya : a. Muntah terus menerus dan tidak mau makan b. Demam tinggi c. Bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang d. Gerakan janin berkurang e. Perdarahan hamil muda atau tua f. Air ketuban keluar sebelum waktunya. Apabila terdapat salah satu atau beberapa tanda bahaya tersebut segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.



6



f. Kondisi Emosional Ibu Hamil Menurut Kemenkes RI (2018) setiap kehamilan perlu didukung oleh suami dan keluarga. Berikut kondisi emosional yang biasa dialami bumil: a) Mudah tersinggung : sensitif, uring-uringan, mudah marah, dsb b) Perasaan mudah lelah : tidak mau makan, tidak nyaman, tidurtidak nyenyak, merasa sesak c) Mencemaskan perkembangan



perubahan bayi



fisiknya



dalam



:



khawatir



terhadap



rahim,



khawatir



bayinya



cacat/meninggal d) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi e) Ingin diperhatiin 2. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Merupakan kegiatan dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam menjaga ibu hamil termasuk : a. Merencanakan persalinan yang aman b. Persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada saaat hamil, bersalin dan nifas c. Perencanaan penggunaan KB pasca persalinan. Untuk menandai adanya ibu hamil, ditempel stiker P4K di pintu atau jendela depan rumah ibu hamil. Di dalam stiker P4K terdapat informasi mengenai lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, tafsiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donordarah, transportasi yangakan digunakan, serta pembiayaan. Setiap P4K terdapat di dalam buku KIA yang diisi oleh tenaga kesehatan sesuai dengan hasil kesepakatan dengan ibu, keluarga , masyarakat. Melakukan perencanaan tempat persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, persiapan transportasi, keuangan dan calon donor darah akan menurunkan risiko terjadinya keterlambatan dalam penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi



7



(Kemenkes RI, 2018). 3. Metode Kontrasepsi Bagi Pasangan Baru yang Ingin Menunda Kehamilan Bagi pasangan yang belum ingin segera memiliki anak atau istri kurang dari 20 tahun, dapat menunda kehamilan dengan menggunakan salah satu metode KB yang sesuai. Menurut Kemenkes RI (2018) pilihan metode KB bagi pasangan suami istri yang baru menikah dan ingin menunda kehamilannya antara lain : a. Metode modern jangka pendek a) Pil b) Kondom c) Suntik b. Metode modern jangka pendek a) Implan b) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) c. Metode Alamiah a) Pantang berkala b) Pengukuran suhu basal c) Penilaian lendir vagina (Kemenkes RI, 2017). 2.1.6 Kondisi Kesehatan Dan Penyakit yang Perlu Diwaspadai Catin 1. Anemia 2. Kekurangan gizi 3. Hepatitis B 4. Diabetes Melitus 5. Malaria 6. TORCH 7. Thalasemia 8. Hemofilia 9. Infeksi Menular Seksual (IMS) 10. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) 11. HIV/AIDS



8



2.1.7 Gangguan Dalam Kehidupan Seksual Suami Istri 1. Gangguan Seksual Pada Perempuan a. Gangguan



dorongan



seksual



:



dorongan



seksual



hiperaktif



(nimfomania) atau dorongan seksual hipoaktif (frigid) b. Gangguan bangkitan seksual : vagina kurang mengeluarkan cairan meskipun sudah dalam keadaan terangsang c. Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin setiap kali berhubungan seksual d. Tidal bisa / sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual. 2. Gangguan Seksual Pada Laki-laki a. Gangguan dorongan seksual :



dorongan seksual



hiperaktif



(nimfomania) atau dorongan seksual hipoaktif (frigid) b. Disfungsi ereksi (impotensi) : disebabkan oleh faktor fisik misal menserita DM atau faktor psikis misal stres c. Gangguan ejakulasi : ejakulasi dini / justru ejakulasi yang terlambat d. Gangguan orgasme : tidak bisa merasakan orgasme. 3. Mencegah Gangguan Seksual a. Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama b. Bersikap dan berbicaralah secara terbuka apa adanya c. Jaga kesehatan tubuh dan jiwa d. Hindari gaya hidup yang tidak sehat : rokok, stres, kurang tidur, dsb. e. Jangan mengkonsumsi obat/ramuan yang tidak jelas isi dan indikasinya f. Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi g. Selalu usahakan untukmemiliki waktu khusus hanya berdua dengan pasangan h. Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin. (Kemenkes RI, 2018).



9



2.2



Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi



2.2.1 Pengkajian 1. Data Subyektif 1) Biodata a. Nama Untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang lain. Sastrawinata, 1983:154 (dalam Marmi, 2017:179) b. Umur Perempuan Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 -35 tahun (Prawirohardjo, dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih, 2012). Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012). Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang (RSUA, 2013). Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan risiko kelainan baik fisik maupun psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014). c. Suku/bangsa Untuk menentukan adat



istiadat



atau budayanya (Marmi,



2017:179). d. Agama Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi, 2017:179). e. Pendidikan Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan dan pekerjaan orang tua, baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis (Wahidiyat, 2014:6).



10



f. Pekerjan Untuk mengetahui apakah ibu terlalu lelah dalam pekerjaan yang berhubungan dengan keseimbangan tubuh. g. Alamat Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal (Marmi, 2017:179). 2) Keluhan Utama Keluhan atau sesuatu yang dirasakan oleh pasien yang mendorong pasien mencari layanan kesehatan. (Kemenkes RI, 2017:63). Calon pengantin biasanya dalam keadaan sehat. 3) Riwayat Menstruasi Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda siklus masa subur telah mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk, 2013). 1) Usia menarche: umumnya wanita mengalami menarche usia 12-16 tahun. 2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama



menstruasi sampai datangnya



menstruasi periode



berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh, 2009). 3) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah, 2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. 4) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea (Kusmiran, 2012)



11



5) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010). 4) Riwayat Kesehatan Sekarang Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan perkembangan gejala dari keluhan utama tersebut dimulai saat pertama kali pasien merasakan keluhan. Menemukan adanya gejala penyerta dan mendeskripsikannya (lokasi, durasi, frekuensi, tingkat keparahan, faktor yang memperburuk dan mengurangi keluhan. (Kemenkes RI, 2017:63) 5) Riwayat Kesehatan Dahulu Keterangan terperinci dari semua penyakit yang pernah dialami dan sedapat mungkin menuliskan dengan urutan waktu, baik riwayat penyakit yang diderita sewaktu kecil, penyakit yang diderita sesudah dewasa beserta waktu kejadiannya serta riwayat alergi dan riwayat operasi, riwayat pemeliharaan kesehatan atau riwayat trauma fisik baik riwayat penyakit menular atau keturunan (Kemenkes RI, 2017:63-64). 6) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan pasien, dituliskan tentang umur, keadaan kesehatan masing-masing bila masih hidup, atau umur waktu meninggal dan sebabnya. Tuliskan hal-hal yang berhubungan dengan peranan keturunan atau kontak diantara keluarga. Ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga, misalnya jantung, hipertensi, diabetes dan sebagainya. (Kemenkes RI, 2017:64) Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit



12



arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Varney, 2007). 7) Riwayat Sosial Ekonomi Pendidikan terakhir, riwayat pekerjaan dan riwayat prilaku berisiko. 8) Aktivitas Seksual Dampak adanya perilaku seks bebas pada remaja adalah dapat menimbulkan rasa bersalah, takut, cemas, apabila terjadi kehamilan dapat dikucilkan di masyarakat, timbul perasaan malu dan depresi. Selain itu, mempengaruhi fisiologis perilaku seks bebas yiatu dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan sehingga melakukan tindakan aborsi, dan tertular penyakit seksual seperti HIV AIDS, sifilis, (Prawirohardjo, 2011). 9) Riwayat Pernikahan Meliputi status perkawinan, usia pertama kali menikah, pernikahan yang keberapa dan lama pernikahan sebelumnya, jumlah anak pada pernikahan sebelumnya, status kesehatan pasangan sebelumnya, riwayat penyakit pasangan sebelumnya, ada atau tidak perilaku seksual beresiko serta hubungan dengan suami sekarang (Kemenkes RI, 2017:54). 10) Aktivitas sehari-hari 1) Pola Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010:133). Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Felicia, dkk, 2015). Angka Kecukupan Energi, Protein, Karbohidrat, Serat, dan Air yang dianjurkan (per orang per hari) pada wanita usia 19-29 tahun yaitu 2250 kkal, 60 g, 360 g, 32 g, dan 2350 ml (PMK. No 28, 2019).



2) Pola Eliminasi



13



Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. (Ambarwati dan Wulandari, 2010:136). 3) Pola Istirahat Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang. Kebutuhan tidur atau istirahat pada masa dewasa dengan rentan usia 18-40 tahun biasanya mencapai 7-8/jam. (Kemenkes RI). 4) Pola Aktivitas Apa saja aktivitas yang dilakukan klien, kelelahan dapat mempengaruhi sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormone seksual (Idriss, dkk, 2015). 5) Pola Hubungan seksual Mengetahui pernah/tidak pernah melakukan hubungan seksual. 2. Data Objektif a. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum baik, Kesadaran : composmentis (Romauli, 2011). b. Tanda-Tanda Vital Tanda vital menurut Roumali (2011) : - Tekanan darah



:Sistolik



antara



110-130



mmhg,



diastolik antara 70-80 mmhg - Nadi



:60-80 x/menit



- RR



:16-24 x/menit



- Suhu



:36,5-37,5 0C.



b. Pemeriksaan Fisik a. Kepala Mengkaji adanya kelainan bawaan atau genetik, keadaan rambut, kulit kepala, warna dan kebersihan atau keluhan dan



14



masalah yang dimiliki klien (Marmi, 2015:122) b. Muka Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia. Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain (Marmi, 2015: 122) c. Mata Bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva normal warna merah muda. Jika konjungtiva pucat merupakan salah satu tanda anemia (Romauli, 2011). d. Mulut Mulut dan gigi: Lidah bersih, gigi: tidak ada karies. (Marmi, 2017). Jika ada lesi, ada lubang pada gigi, bintik hitam, sering terasa ngilu merupakan tanda dan gejala karies gigi (Alviani, 2016) e. Leher Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011). Jika ada pembengkakan kelenjar limfe merupakan tanda adanya infeksi pada klien, ada pembengkakan vena jugularis merupakan tanda adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi, 2015: 122) f. Dada Normal bila bentuk dada simetris, pernafasan teratur, tidak ada retraksi intercostae, tidak ada wheezing dan ronchi (Marmi, 2011).



Jika ada suara tambahan wheezing dan ronchi



merupakan salah satu gejala klinis yang berkaitan dengan PPOK/Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Kemenkes RI, 2008). g. Payudara Tidak terdapat benjolan/massa yang abnormal (Marmi, 2015:



15



123). Jika ada benjolan, kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit, terdapat Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta, ada kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi dan venektasi



merupakan



diagnosis



dari



kanker



payudara



(Kemenkes RI, 2008). h. Abdomen Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan. (Marmi, 2015: 123). i. Ekstremitas Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas, tidak ada varises (Marmi, 2015: 123). j. Genetalia Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis. (Marmi, 2015: 123). c. Pemeriksaan Antopometri a. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu (Marmi, 2015:122) b. Berat Badan Berat badan (BB) adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, BB berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi penurunan atau penambahan BB yang tidak dikehendaki (Marmi, 2015:121-122).



16



Anak perempuan yang agak gemuk cenderung mengalami menarche dini, sedangkan anak yang kurus dan kekurangan gizi cenderung mengalami siklusnya yang pertama lambat (Nugroho & Utama, 2014.



c. Indeks Masa Tubuh (IMT) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi catin dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan (Kemenkes RI, 2017:21). d. LILA Penapisan



status



gizi



dilakukan



dengan



pengukuran



menggunakan pita LILA pada WUS untuk mengetahui adanya risiko KEK. Ambang batas LILA pada WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm atau dibagian pita merah LILA artinya perempuan tersebut mempunyai resiko KEK, diperkiraka akan melahirkan bayi BBLR. (Kemenkes RI, 2017:22). d. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Darah Rutin  Hemoglobin Pemeriksaan haemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan haemoglobin dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru obstruksi menahun, gagal jantung kongesif, dan lain-lain. (Uliyah dan Hidayat, 2009:194)  HbsAg Peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, ameba), alkohol, obat-obatan,



dan



virus



lain



(dengue,



herpes).



Cara



penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E melalui



17



kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C, dan D melalui kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi darah dan organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan darah). (Kemenkes RI, 2017:2). Penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Hal tersebut yang mendasari Kemenkes memprioritaskan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil terutama pada remaja dengan persiapan kehamilan setelah menikah. (Kemenkes RI, 2017:2)  Sifilis Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh (guma). Pada populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak diobati dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir dengan abortus, lahir mati, atau infeksi neonatus (sifilis kongenital). Pada asuhan pra nikah dianjurkan untuk pemeriksaan sifilis mengingat akan persiapan kehamilan nantinya. (Kemenkes RI, 2013:1).  HIV/AIDS Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada



bayi adalah dengan mencegah



perempuan usia reproduksi tertular HIV. Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan primer. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi secara dini, bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal ini berarti mencegah perempuan muda pada usia reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak terinfeksi



18



HIV. Dengan demikian, penularan HIV dari ibu ke bayi dijamin bisa dicegah. (Kemenkes RI, 2015:9).  Golongan Darah dan Rhesus Pemeriksaan



Golongan



darah



dan



rhesus



bertujuan



menghindari komplikasi fatal saat transfusi darah, yaitu penghancuran sel darah (hemolisis). Sistem imun yang dimiliki seseorang akan melihat antigen yang tidak cocok dengan dirinya sebagai benda asing, sehingga antibodi dalam tubuh akan menyerang serta menghancurkan sel darah. Penghancuran sel darah ini dapat menyebabkan anemia, gagal ginjal, gangguan paruparu, hingga syok anafilaktik. (Kemenkes RI, 2017:77). b. Pemeriksaan Darah Yang Dianjurkan  Gula Darah Sewaktu Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan oleh pasangan apalagi jika ada riwayat diabetes dalam keluarga. Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mencegah dan komplikasi yang disebabkan oleh diabetes. Terutama ketika nanti hamil, wanita dengan risiko diabetes otomatis kan



turut



membahayakan



janin



yang



dikandung



(Kemenkes RI, 2017:80-81)  TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus, dan Herpes) TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi



virus



Toksoplasma



Gondii,



Rubella,



Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus II (HSV-II). TORCH dapat menimbulka masalah kesuburan (fertilitas) sehingga



baik



pada



menyebabkan



perempuan sulit



maupun laki-laki



terjadinya



kehamilan,



kecacatan janin, dan resiko keguguran. (Kemenkes RI, 2017:82).



19



2.3.2 Interpretasi Data 1. Diagnosa kebidanan Calon pengantin dengan perencanaan/penundaan kehamilan 2. Masalah Tidak ada 2.3.3 Diagnosa dan Masalah Potensial 1. Diagnosa potensial Tidak ada 2. Masalah Potensial Tidak ada 2.3.4 Tindakan Segera Tidak ada 2.3.5 Perencanaan Kriteria : 1. KU baik, kesadaran composmentis 2. TTV : TD : sistolik 110-130 mmHg, diastolik 70-80 mmHg, N 60100x/menit, R : 16-24 x/menit, S: 36.5-37.5 0C 3. IMT : 18.5-25.0 (kategori normal) 4. Tidak ada keluhan dan masalah Intervensi : Intervensi dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian (Kemnkes RI. 2017). 1. Jelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat penting untuk klien memahami kondisinya dan mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi. 2. Berikan informed consent Rasional : sebagai pertanggungjawaban bahwa klien bersedia atau tidak diberi asuhan /pelayanan sesuai kondisinya 3. Lakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa, menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO yaitu self Reporting Questionere (SRQ20, dan berikan edukasi terkait kestabilan emosional pada calon



20



pengantin 4. Berikan HE tentang : 1) Pengetahuan kesehatan reproduksi Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya (Kemenkes RI, 2018). a. Pentingnya Kesehatan Reproduksi a) Catin perlu mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman b) Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. c) Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga,



seperti



menggunakan



alat



kontrasepsi



serta



mendukung kehamilan dan persalinan yang aman d) Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual e) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.



21



b. Hak Reproduksi dan Seksual Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berpa jumlah anak mereka, jarak kelahiran, waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan. Hak reproduksidan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang lengkap. Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa paksa. Informasi yang perlu diketahui antara lain : a) Kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obatobatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kespro b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahami cara penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan. c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan komplikasi dari masing-masinng alat dan obat kontrasepsi. d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi yang sehat. e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling menghargai dan menghormati pasangan, serta dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.



22



Perilaku yang sebaiknya di hindari dalam aktivitas seksual untuk menjaga kesehatan reproduksi : a) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dn masa nifas b) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut. c. Organ Reproduksi Organ reproduksi atau alat reproduksi adalah bagian dari tubuh yang berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan. a) Organ Reproduksi Perempuan  Ovarium (Indung telur) Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur (fimbrae) dan terletak di rongga pinggul, indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi.  Tuba Fallopi (Saluran Telur) Saluran



di



kiri



dan



kanan



rahim



yang



berfungsi



untukmengantar ovum dari indung telur menuju rahim.  Fimbrae (Umbai-umbai) Dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur  Uterus (Rahim) Merupakan tempat janin berkembang, bentuk sepeti pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidk hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya terdiri dari: - Lapisan parametrium : lapisan paling luar dan yang



23



berhubungan dengan rongga perut - Lapisan myometrium : lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi) - Lapisan endometrium : lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.  Serviks (Leher Rahim) Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.  Vagina (Liang Senggama) Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ± 6.5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis



dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai



tempat penis berada saat bersenggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.  Klitoris (Kelentit) Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan saraf.  Labia (Bibir Kemaluan) Terdiri dari dua labia, yaitu labia mayor dan labia minor. b) Organ Reproduksi Laki-Laki  Testis (Buah zakar) Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar



rongga



panggul



karena



pembentukan



sperma



membutuhkan suhu yang lebih rendah dari suhu badan (36.70C). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan



24



saat ejakulasi bersama cairan manidan bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.  Skrotum (Kantung buah zakar) Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.  Vas deferens (Saluran sperma) Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke uretra/saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 mm. Saluran ini muara dari epididimis yaitu saluran-saluran yang berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.  Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya Kelenjar-kelenjar



yang menghasilkan cairan air



mani



(semen), yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma  Penis Berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa besar



ke penis sehingga berubah menjadi tegang dan



disebut sebagai ereksi. Bagian glans adalah bagian



depan /kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan karena



memudahkan



pembersihan



penis



sehingga



mengurangi kemungkinan terkenan infeksi, radang dan kanker.



25



d. Cara Merawat Organ Reproduksi : a) Pakaian dalam dan celana dalam (CD) diganti minimal 2 kali sehari. Jangan pakai celana dalam bolak-balik. b) Menggunakan CD berbahan yang menyerap keringat c) Pakai handuk yang bersih, kering, tidak lembab dan tidak bau. d) Khusus untuk Perempuan:  Bersihkan organ reproduksi luar sehabis buang air besar dan kecil, siram air dari arah depan ke belakang.  Keringkan organ reproduksi luar dengan handuk lembut yang bersih dan tidak lembab atau tisu yang tidak mudah robek dan tidak beraroma.  Basuh organ reproduksi luar dengan air tawar bersih dan sedikit sabun setiap habis mandi.  Bila datang bulan, ganti pembalut secara teratur yaitu 4-6 kali sehari (paling lama setiap 4 jam sekali). e) Khusus untuk Laki-Laki:  Sangat dianjurkan untuk disunat/khitan supaya terhindar dari kemungkinan kanker penis dan kanker leher rahim pada istri nanti.  Bersihkan organ reproduksi luar setiap habis buang air kecil, basuh glandula penis  Jangan memakai celana terlalu ketat, tebal, atau yang dapat membuat skrotum menjadi panas dalam waktu lama. Rasional : pengetahuan dan pendidikan kespro bertambah, sehingga kesehatan semakin baik untuk mempersiapkan kehamilan 2) Penundaan dan Perencanaan kehamilan Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. (Kemenkes RI, 2017) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan



26



saat yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak. Menurut Kemenkes RI (2017) perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah : a. Terlalu Muda (< 20 tahun) b. Terlalu Tua (> 35 tahun) c. Terlalu Dekat Jarak Kehamilan (< 2 tahun) d. Terlalu Sering Hamil (> 3 anak) Bila terjadi kehamilan dengan 4 terlalu akan berdampak tidak baik bagi kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan terhindar dari penyakit (Kemenkes RI, 2017). a. Dampak Usia Kehamilan Muda dan Kehamilan Tua Menurut Kemenkes RI (2017:105) dampak usia kehamilan terlalu muda dan tua yaitu sebagai berikut : a) Kehamilan pada usia muda (35 tahun)  Dapat meningkatkan resiko hipertensi dalam kehamilan  Diabetes  Pre eklamsi  Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)  Cacat Bawaan



27



 Lahir Sebelum waktunya  Keguguran b. Mencegah Kehamilan Usia Muda Menurut Kemenkes RI (2017:105) cara mencegah kehamilan di usia muda, yaitu : a) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia diatas 20 tahun. b) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan diatas 20 tahun. c) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai metode kontrasepsi yang tepat d) digunakan untuk menunda kehamilan sesuai dengan kondisi pasangan suami istri. c. Metode Kontrasepsi yang dapat digunakan untuk Penundaan dan Penjarangan Kehamilan Menurut Kemenkes RI (2018) berikut merupakan metode kontrasepsi



yang



dapat



digunakan



untuk



penundaan



dan



penjarangan kehamilan, yaitu: a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)  Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)  Implant b. Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)  Kondom  KB Suntik  KB Pil. c. Metode Alamiah  Pantang berkala  Pengukuran suhu basal  Penilaian lendir vagina. Rasional : agar klien dapat mempersiapkan dengan baik sehingga tidak terjadi komplikasi



28



3) Kondisi Dan Penyakit yang perlu diwaspadai pada Catin Kondisi yang perlu di waspadai pada catin yang akan merencanakan kehamilan a. Anemia Sekitar dari 1 dari 5 wanuta usia subur (WUS) di Indonesia menderita kekurangan darah (anemia). Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah ≤ 12 mg/dL.anemia dapat menimbulkan resiko pada kehamilan dan persalinan. Anemia sering dialami oleh perempuan karena kurangnya asupan atau konsumsi makanan yang mengandung zat besi, pengaturan pola makan yang salah, gangguan haid, dan penyakit lainnya (Malaria, kecacingan dan lain-lain). Tanda anemia antara lain :  5L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lunglai)  Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. Anemia dapat dicegah dan diatasi dengan :  Mengkonsumsi makanan gizi seimbang  Minum tablet tambah darah (TTD) 1 tablet per minggu sebelum hamil dan 1 tablet per hari selama kehamilan  Mengobati jika ada penyakit penyerta yangmenyebabkan anemia. Jika catin perempuan mengalami anemia, perlu segera mendapatkan penanganan kesehatan sampai Hb normal (≤ 12 mg/dL) dan menunda kehamilan dengan berKB (Kemenkes RI, 2018). b. Kekurangan Gizi Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menerus dapat mengakibatkan Kurang Energi Kronis (KEK). KEK dalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsunglama atau menahun. KEK merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang di alami



29



WUS termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Untuk mengetahui status KEK wanita usia subur adalah dengan cara mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA). Ambang batas normal LiLA pada WUS dengan KEK di Indonesia adalah 23.5 cm, artinya apabila LiLA ≤ 23.5 cm WUS mengalami KEK. Jika catin mengalami gizi kurangsebaiknya menunda kehamilan dengan ber-KB dan mendapatkan penanganan sampai status gizinya baik (Kemenkes RI, 2018). Penyakit-Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Pada Catin a. Infeksi Menular Seksual (IMS) a) Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit infeksi yang salah satu penularannya melalui hubungan seksual (Kemenkes RI, 2018) b) Gejala IMS  Adanya cairan yang keluar dari alat kelamin (vagina, penis) atau cairandari anus, yangberbedadari biasanya  Rasa perih/nyeri/panas pada saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi sering kencing  Ada luka terbuka/basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut. Luka ini bisa nyeri bisa tidak  Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam / kutil disekitar kemaluan  Terjadi pembengkakan pada lipatan paha  Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung zakar  Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan dengan haid/menstruasi  Keluar darah setelah berhubungan seksual  Demam. Kemenkes RI, 2017.



30



c) Jenis IMS yang sering dijumpai :  Gonore dan klamidia berakibat kemandulan jika tidak diobati dengan benar  Kondiloma akuminata (Jengger ayam) dan herpes genetalis sangat menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup  Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati  Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita sifilis seringkali cacat / lahir dalam IUFD  HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan Kemenkes RI, 2017. d) Pencegahan Terinfeksi IMS  Jaga kebersihan alat kelamin  Tidak berhubungan seksual  Menggunakan kondom  Setia pada pasangan  Menghindari faktor pencetus  Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan dan minum obat sesuai anjuran. e) Tindakan Jika Terinfeksi IMS  Jangan mengobati sendiri  Segera periksa kefasilitas kesehatan  Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai petunjuk dokter  Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh  Minta pasangan segera memeriksakan diri kefasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengetahui adanya penularan. f) Keterkaitan IMS dengan HIV DAN AIDS dan Hepatitis B  HIV DAN AIDS dan Hepatitis B termasuk IMS karena



31



ditularkan melalui hubungan seksual  Luka karena IMS bisa menjadi pintu masuk HIV  Orang yang pernah terkena IMS sebaiknya melakukan tes HIV. b. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) Macam-macam ISR menurut Kemenkes RI (2017) sebagai berikut : a) Kandidosis vaginalis Gejala klinis berupa pruritusvulva, inflamasi pada introitus dan labia, disertai edeme / fisura, duh tubuh vagina bergumpal, putih, kadang kental, atau kekuningan pH vagina 4,7, tes amin (+). Komplikasi yang dapat terjadi adalah padawanita hamil dapat menyebabkan KPD, prematur dan BBLR. c) Trikomoniasis Gejala klinis berupa duh tubuh vagina homogen, banyak, purulen, kadang berbusa, mukosa vagina eritema, berbau seperti ikan busuk, dapat disertai pruritus vulva, pH vagina > 5. Masa inkubasi beberapa hari sampai 4 minggu. Komplikasi pada trikomoniasis adalah pada wanita hamil dapat menyebabkan partus prematur, BBLR.. c. HIV dan AIDS a) Pengertian HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (sel darah



32



putih



/



limfosit).



Virus



HIV



memiliki



kemampuan



memperbanyak diri dalam tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome, adalah sekumpulan gejala penyakit akibat hilang atau menurunnya sistem kekebalan tubuh. b) Penularan HIV HIV tidak ditularkan melalui :  Menggunakan toilet serta makan dan minum bersama orang dengan HIV DAN AIDS (ODHA)  Bersentuhan,



berpelukan



/



mencium



(selama



tidak



luka/sariawan/berdarah dalam mulut/gigi berlubang), berjabat tangan dengan ODHA  Gigitan nyamuk / serangga  Tinggal serumah / tidur bersama dengan ODHA  Berenang/berolahraga bersama dengan ODHA. Cara penularan HIV Media Penularan Cairan kelamin Darah



Cara Penularan Hubungan seksual  Pengguna jarum suntik bersama yang



tidak steril diantara pengguna napza suntik  Benda



tajam



alat



cukur,



jarum



akupunktur, alat tindik yang tercemar darah yang mengandung HIV  Darah Ibu ke bayi yang dikandung



dalam rahimnya  Transfusi darah yang mengandung HIV



Dari Ibu HIV ke



 Selama kehamilan



bayi



 Saat persalinan  Saat menyusui



Kemenkes RI, 2017



33



c) Pencegahan HIV/AIDS Cara pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS dengan A,B,C,D dan E yaitu : A (Abtinence)



: Tidak melakukan hubungan seksual pra



nikah B (Be Faithful)



: Bagi yang sudah menikah untuk bersikap saling setia dengan pasangan, tidak bergantiganti pasangan



C (Condom)



:Menggunakan



kondom



untuk



kelompok



berisiko tinggi. D (Drugs)



:Tidak



menggunakan



NAPZA,



tidak



menggunakan alat suntik, alat tindik dan alat tato bersama E (Education)



:Membekali diri dengan informasi yang benar dan komprehensif tentang HIV DAN AIDS yang dapat diperoleh di layanan kesehatan terdekat dan program HIV



atau “E” /



Equipment : pakai alat-alat yang bersih, steril, sekali pakai, diantaranya jarum sunti, alat cukur dan lain sebagainya. d) Penanganan Kasus HIV/AIDS HIV dapat diketahui melalui VCT (Voluntaru Counselling & Test). Dengan mengetahui status HIV lebih dini, infeksi akan cepat diketahui sehingga dapat segera dimulai upaya pengobatan dan perawatan. Setiap orang yang terinfeksi HIV dan memenuhi syarat dianjurkan untuk minum obat ARV (Anti Retroviral Virus). Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV dan AIDS. ARV adalah obat untuk mengendalikan jumlah virus di dalam tubuh yang bertujuan untuk:  Menghambat infeksi oportunistik



34



 Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV  Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi  Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. d. Hepatitis B Merupakan penyakit menular berupa peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui darah/cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi, seperti cairan seresbrospinal, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya. Apabila salah satucatin menderita hepatitis B, akan dapatmenularkan kepada pasangannya dan keturunannya. Gejala : tidak khas, sering tanpa gejala sehingga banyak orang yang tidak menyadari dirinya terinfeksi. Gejala seringkali timbul dalam keadaan penyakit yang sudah lanjut seperti penyakit hati bahkan kanker hati, hepatitis seringkali disebut sebagai silent killer / penyakit mematikan. Gejala yang dapat timbul antara lain : a) Demam, mual muntah, rasa lelah b) Kencing berwarna gelap seperti teh c) Mata dan kulit berwarna kuning. Pencegahan : menghindari faktor risiko penularan Hepatitis B dan Imunisasi Hepatitis B yang diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan ke 0,1 dan 6. Bila sudah terinfeksi Hepatitis B : segera konsultasi ke dokter, perlukaan pada kulitharus selalu dibalut dan tidak berbagi pratan pribadi. e. Diabetes Melitus Merupakan penyakit kronis yangditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam darah ≥ 200 mg/dL (GDS). DM disebabkan oleh kurangnya / ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan hormon insulin.



35



Gejala pada DM menurut kemenkes RI (2018) : a) Trias DM (banyak inum, banyak makan, sering kencing) b) Mudah lelahdan mengantuk c) Penglihatan kabur d) Penurunan BB meskipun nafsu makan mengalami peningkatan e) Bila terdapat luka sulit sembuh f) Masalah pada kulit misal gatal-gatal, iritasi dll. Dampak terhadap kehamilan menurut kemenkes RI (2018) : a) Bayi lahir lebih besar (Makrosomia) b) Bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia (kuning) c) Peningkatan risiko kelahiran prematur, hipertensi dalam kehamilan, diabetes kehamilan dan risiko mengidap diabetes saat dewasa. Pencegahan : menjaga pola makan dengan gizi seimbang, melakukan aktivitas fisik dan periksa kesehatan secara rutin. f. Malaria Malaria ini disebabkan sekelompok parasit plasmodium yang hidup dalam sel darah merah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria juga dapat ditularkan tranfusi darah



yang



terkontaminasi



Seseorangyangmenderita malaria



parasit



plasmodium.



dapatterlihat sehat dan tidak



menunjukkan gejala. Pencegahan yangdilakukan antara lain : a) Penggunaan kelambu saattidur b) Tutup pintu dan jendela menggunakan kawat/kassa/kelambu nilon c) Gunakan pakain pelindung yang menutupi lengan dan kaki saatkeluar rumah d) Gunakan obat/cream anti nyamuk (Kemenkes RI, 2018).



36



g. TORCH Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus toksoplasma, rubella, cytomegalovirus dan herpes simplex virus (HSV-II) serta virus lainnya. a) Penularan  Penularan aktif : konsumsi makanan dan sayuran yang terkontaminasi virus TORCH dan tidak dimasak sempurna. Makanan/sayuran dapat terkontaminasi virus TORCH dari kotoran hewan seperti kucing, anjing, ayam, dan lain-lain.  Penularan pasif : dari ibu hamil pengidap TORCH ke janin. b) Dampak  Infertilitas (baik catin perempuan ataupun laki-laki)  Jika hamil dapat mengakibatkan kecacatan pada janin (kelainan saraf, mata, telinga, otak dan lain-lain). Apabila diperlukan, catin perempuan sebaiknya diskrining TORCH untuk menyiapkan calon ibu agar dapat menjalani kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat. c) Pencegahan  Vaksinasi MMR (Mumps Mealeas Rubella) : mencegah komponen rubellaa dari TORCH dilakukan 3-6 bulan dari rencana hamil  Perilaku hidup bersih sehat : cuci tangan pakai sabun, cuci bahan makanan dengan air bersih yang mengalir dan memasak makanan sampai matang sempurna (Kemenkes RI, 2018). h. Thalasemia Merupakan



penyakit



kelainan



sel



darah



merahakibat



kekurangan protein pembentuk sel darah merah yang menyebabkan sel darah merah mudah pecah,sehingga penderita mengalami kurangdarah berat yangdapat mengancam jiwa. Penyakit ini diturunkan oleh kedua orangtua penderita thalasemia kepada anak kandung dan keturunannya. Terdapat 2 jenis thalasemia yaitu



37



thalasemia minor (tampak sehat, tidak ada gejala) dan thalasemia mayor (perlu pengobatan, tranfusi darah rutin seumurhidup). Deteksi dini : memiliki keluarga dengan riwayat thalasemia dan anemia serta pucatdan lemah. Untuk mencegah kelahiran anak dengan thalasemia mayor dilakukan melalui :  Skrining thalasemiasedini mungkin/ sebelum menikah pada catin  Jika kedua pasangan catin penderita thalasemia memutuskan untuk tetap menikah, anjurkan untuk menghindari kehamilan dengan selalu menggunakan KB, karena jika hamil berisiko melahirkan anak dengan thalasemia minor (Kemenkes RI, 2018.) i. Hemofilia Merupakan penyakit/gangguan faktor pembekuan darah dalam tubuh



yang



berlangsung



menyebabkan lebihama



perdarahan



dan



umumnya



sulit



berhenti



dialami



oleh



atau laki-



laki.Penyakit ini diturunkan oleh salah satu arau kedua orang tua kepada



anak



kandung



dan



keturunannya.



Apabila



salah



satupasangan adalah penderita / pembawa sifat hemofilia maka berisiko menurunkan penyakit hemofilia pada anak kandung dan keturunannya. a) Gejala  Perdarahan sulit berhenti / berlangsung lebih lama. Tingkat keparahan tergantung dari jumlah faktor pembekuan di dalam darah  Mudah memarpada kulit yang terbentur, persendian bengkak dan nyeri, mimisan, sering muntah, sakit kepala, cepatlelah dan penglihatan ganda. b) Pencegahan Untuk mencegah risiko kelahiran anak dengan hemofilia dilakukan :



38



 Skrining hemofilia sedini mungkin / sebelum menikah pada catin laki-laki maupun perempuan. Jika salah satu catin merupakan penderita hemofila memutuskan untuk tetap menikah dan mempunyai anak akan berisko melahirkan anak dengan hemofilia.  Penggunaan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan. (Kemenkes RI, 2018). Rasional : pengetahuan dan pendidikan mengenai kondisi dan penyakit yang perlu diwaspai padacalon pengantin bertambah, sehingga dapat menjaga kesehatan untuk mempersiapkan kehamilan. 4) Kesehatan Jiwa Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara prosuktifdan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Kemenkes RI, 2018). Ciri-ciri sehat jiwa menurut Kemenkes RI (2018) antara lain : a. Perasaan sehat dan bahagia b. Menyadari kemampuan diri c. Merasa nyaman terhadap diri sendiri d. Dapat menerima orang lain apa adanya e. Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain f. Mampu memenuhi kebutuhan hidup g. Mampu menghadapi tantangan hidup h. Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain. 5) Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur) Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah saat ovarium (indung telur) melepaskan ovum (sel



39



telur) yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba fallopi). Masa subur adalah periode dalam siklus menstruasi dimana konsepsi atau fertilisasi (pembuahan) paling mungkin terjadi. Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011). Puncak masa subur biasanya terjadi pada hari ke 13 hari setelah hari pertama haid. Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi/maa subur pada wanita (Kemenkes RI, 2018). Tanda-tanda masa subur menurut Kemenkes RI (2018) : a. Perubahan lendir serviks : cairan bertekstur lengket dan kental b. Dorongan seksual meningkat : terjadi karena hormon estrogen dan progesteron meningkat c. Temperatur



tubuh



meningkat



dan



payudara



lebih



lunak



:dikarenakan meningkatnya hormon progesteron Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara lain : a. Umur Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Pada usia 25.0-27.0 berat Kelebihan BB tingkat >27.0 berat



Kemenkes RI, 2018. Sebelum memasuki jenjang pernikahan,catin perlu melakukan persiapan gizi antara lain : a. Setiap pasangan catin dianjurkan mengkonsumsi makanan gizi seimbang b. Setiap catin perempuan dianjurkan mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu sekali. c. Bagi catin perempuan yang mengalami KEK dan anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai dengan penyebab tersebut. d. Untuk mendapatkan masukan gizi seimbang ke dalam tubuh catin perlu mengkonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam



46



setiap hari atau setiap kali makan.kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk,sayuran, buah-buahan dan minuman. Proporsi dalam setiap kali makan dapat digambarkan dalam “isi piringku” yaitu : a) 1/3 piring berisi makanan pokok b) 1/3 piring berisi sayuran c) 1/3 piring berisi lauk pauk, dan buah-buahan dalam porsi yang sama e. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh tetap sehat : a) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari e) Hindari minum teh dan kopi setelah makan f) Batasi mengkonsumsi garam, gula dan lemak/minyak. Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Adapun 4 pilar gizi seimbang yangdapat dijadikan pedoman untuk gaya hidup sehat : a. Mengkonsumsi makanan yang beragam Tidak ada satu jenispun pangan yang mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap kecuali ASI untuk bayi 0-6 bulan. b. Membiasakan perilaku hidup bersih Adanya hubungan timbal balik antara infeksi dan status gizi. c. Melakukan aktivitas fisik Aktivitas fisik memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh. d. Mempertahankan berat badan normal Merupakan salah satu indikator bahwa telah terjadi keseimbangan gizi di dalam tubuh.



Asam folat dibutuhkan selama masa kehamilan. Asam folat merupakan komponen penting yang harus dipenuhi sebelum



47



kehamilan dan selama masa-masa awal kehamilan untuk mencegah defek tabung saraf serta berbagai abnormalitas kongenital yang terkait dengan asam folat seperti defek jantung, anomali saluran kemih, cleft oral facial, dan defek anggota gerak. (Moore,2015). Sedangkan menurut Goetzl (2017) asam folat sangat dianjurkan untuk semua wanita, terutama yang sedang mengikuti program hamil. Pada pasien yang ingin hamil, perlu dilakukan edukasi prakonsepsi mengenai konsumsi asam folat selama kehamilan. Suplementasi asam folat perikonsepsi dapat menurunkan angka terjadinya neural tube defects. Folat dapat ditemukan dalam beberapa macam makanan, termasuk dalam daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan, telur, dan susu. Asam folat tersedia dalam bentuk multivitamin atau dalam suplemen tunggal. Folat yang terkandung dalam makanan memiliki sifat yang kurang stabil yang tidak tahan terhadap penyimpanan dan proses pemasakan, sehingga bentuk sintetisnya yaitu asam folat sering digunakan sebagai suplemen dan tambahan pada makanan seperti dalam tepung, pasta, roti, atau sereal (Goetzl, 2017; Crider, 2011). Secara umum kebutuhan asam folat pada wanita hamil meningkat dari normal. Kebutuhan asam folat pada wanita usia subur dan ibu hamil sekitar 400-600 mikrogram per hari (0,4-0,6 mg/hari). Lebih dari separuh dari semua neuraltube defect dapat dicegah dengan asupan harian 400 mikrogram asam folat sepanjang periode perikonsepsi. Terdapat bukti yang juga menunjukkan bahwa insufisiensi folat merupakan masalah global yang berkaitan dengan perkembangan otak (Ars, 2016). Penambahan asam folat pada masa kehamilan sangat penting selain dapat mencegah terjadinya kecacatan pada bayi, dapat juga mengurangi berbagai risiko yang terjadi misalnya preeklampsia. Angka kecukupan sehari asam folat di Indonesia yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari (Sutrisminah dan Nasriyah; Criders, 2011). Pemberian asam folat 0,4 hingga 1,0 mg setiap hari tidak menyebabkan bahaya pada fetus



48



yang sedang berkembang atau pada wanita hamil (Moore, 2015). Kekurangan asam folat sangat berpengaruh pada perkembangan sistem saraf, terutama otak dan tulang belakang janin. Asam folat sangat berperan penting pada fase awal pembentukan janin, yaitu pada fase pembentukan sistem saraf pusat. Jika perkembangan janin terganggu, maka akan mempengaruhi perkembangan janin, yakni pembentukan tulang kepala dan wajah (bibir sumbing), sistem hormonal (gangguan menstruasi), fungsi kognitif (gangguan belajar), sistem motorik (kelunpuhan atau keterlambatan), sistem otonom (gangguan berkemih dan defekasi), serta gangguan pada jantung (Sutrisminah dan Nasriyah, 2011). Seorang wanita dengan anak sebelumnya mengalami neural tubedefect dapat mengurangi 2-5% risiko rekurensi hingga lebih dari 70% dengan suplemen asam folat 4 mg setiap hari yang dikonsumsi selama sebulan sebelum konsepsi dan selama trimester pertama. Seperti ditekankan oleh American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists, dosis tersebut harus dikonsumsi sebagai suplemen terpisah dan bukan sebagai tablet multivitamin. (ACOG, 2016). 9) Skrining dan imunisasi tetanus Imunisasi Tetanus pada catin perempuan penting untuk mencegah dan melindungi dari penyakit tetanus baik bagi diri sendiri maupun bagi bayi yang akan dilahirkan kelak. Tabel Status Imunisasi Tetanus pada Catin



Kemenkes RI, 2017



49



Jadwal imunisasi lanjutan Tetanus Neonatorum



Kemenkes RI, 2015 a. Imunisasi Td untuk WUS termasuk ibu hamil dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri. b. Catin perempuan perlu mendapat imunisasi tetanus agar memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan terlindung dari penyakit tetanus. c. Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali imunisasi tetanus lengkap (T5). d. Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi tetanus (status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka catin perempuan harus melengkapinya di Puskesmas. e. Pemberian imunisasi tetanus tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang tercantum antara lain : pada kartu imunisasi, buku KIA, buku rapor kesehatanku, kohort dan / rekam medis catin yang bersangkutan. 10) Kolaborasi dengan petugas laboratorium, gizi, psikologi untuk melakukan pemeriksaan darah sebagai deteksi dini penyakit menular, deteksi dini kekurangan gizi (KEK/Obesitas) dan mendeteksi adanya gangguan psikosial pada catin. 11) Pengobatan / terapi dan rujukan sesuai indikasi yang dibutuhkan



50



2.3.6 Pelaksanaan/Implementasi Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. 2.3.7 Evaluasi Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat.



51



BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA PRAKONSEPSI CALON PENGANTIN DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN



3.1



Pengkajian Tanggal



: 13 Oktober 2020



Pukul



: 08.00 WIB



Tempat



: Puskesmas Simomulyo Surabaya



Oleh



: Asri Hartutika



3.1.1 Data Subyektif 1. Biodata Nama



: Nn. N



Tn. M. A



Umur



: 22 tahun (22-04-1998)



26 Tahun



Agama



: Islam



Islam



Suku/bangsa : Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Pendidikan



: SMK



S1



Pekerjaan



: Swasta



Swasta



Alamat



: Simo Tambaan 2/2, Surabaya



Dk. Gogor GG 3/16



2. Keluhan utama - Utama



: tidak ada



- Tambahan : Klien datang bersama calon suami ingin memeriksakan kesehatan untuk persiapan pernikahan dan ingin suntik TT. 3. Riwayat Menstruasi - Menarche



: 12 tahun



- Siklus



: 28 hari, teratur



- Lama



: 6-7 hari



- Banyaknya



: 2-3 x/hari ganti pembalut



- Keluhan



: tidak ada



- HPHT



: 25-9-2020



52



4. Riwayat Penyakit Sekarang Klien sehat, tidak ketergantungan obat-obatan apapun. Klien tidak memiliki penyakit menurun (DM, hipertensi, thalasemia, dan lain-lain), tidak memiliki penyakit menular (HIV, TBC, dan lain-lain) dan tidak memiliki penyakit menahun (jantung, batuk rejan dan lain-lain). Status imunisasi catin perempuan saat kecil lengkap karena selalu mengikuti imunisasi di Posyandu dan mengikuti suntik saat SD. Setelah menikah klien ingin merencanakan kehamilan. 5. Riwayat Kesehatan Dahulu Pada catin perempuan tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan. Klien pernah menderita sakit tifus saat masih SMP dan kuliah semester 4 (klien tidak dirawat inap, hanya istirahat dirumah satu mingu dan periksa di dokter praktik langganan), tidak pernah mengalami kekerasan fisik/ riwayat trauma fisik. Sedangkan pada catin laki-laki tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan. Tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menular (hepatitis, HIV, TBC, dll), penyakit menurun (hipertensi, DM, asma, dll)dan penyakit menahun seperti jantung, batuk rejan dll. 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Di dalam anggota keluaga catin perempuan (ibu dan kakak) menderita asma, selain itu tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV, TBC, hepatitis), penyakit menurun (hipertensi, diabetes) dan penyakit menahun seperti jantung. Sedangkan di dalam anggota keluaga pada catin laki-laki tidak ada yang menderita penyakit menular (hepatitis, HIV, TBC, dll), penyakit menurun (hipertensi, DM, asma, dll)dan penyakit menahun seperti jantung, batuk rejan dll. 7. Riwayat Sosial Ekonomi Saat ini catin perempuan masih kuliah semester 8, klien kerja part time di salah satu rumah makan di Surabaya. Klien tidak pernah merokok, tidak pernah menggunakan narkoba/obat-obatan terlarang, dan tidak pernah melakukan seks bebas. Sedangkan catin laki-laki saat ini sedang



53



bekerja di salah satu perusahaan di surabaya bagian accounting. Klien tidak merokok, tidak pernah menggunakan narkoba/obat-obatan terlarang, dan tidak pernah melakukan seks bebas. 8. Riwayat Pernikahan Pernikahan pertama klien dan pernikahan pertama calon suami klien pula. Menikah atas kehendak pribadi. Klien menyatakan sudah siap secara fisik dan psikologis dalam mempersiapkan pernikahannya 9. Aktivitas Seksual (Sexuality) Klien mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual diluar nikah. 10. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 1) Pola makan - Catin perempuan : tidak ada gangguan nafsu makan, makan 2-3 x/hari, porsi sedang (nasi, sayur, lauk), buah kadang-kadang. Klien lebih sering makan makan rumah dan makanan restoran tempat ia kerja. - Catin laki-laki : tidak ada gangguan nafsu makan, makan 3-4 x/hari, porsi sedang (nasi, sayur, lauk), buah kadang-kadang. Klien lebih sering makan makan rumah 2) Pola Istirahat - Catin perempuan : Malam hari 7-8 jam/hari, siang biasanya tidur tidur karena bekerja - Catin laki-laki : Malam hari 7-8 jam/hari, siang biasanya tidur tidur karena bekerja 3) Pola Personal Hygiene - Catin perempuan : Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, gosok gigi 2x/hari, ganti pakain dalam 2x/hari - Catin laki-laki :



Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, gosok gigi



2x/hari 4) Eliminasi - Catin perempuan : BAB 1x/hari, normal, BAK 4-5x/hari, normal - Catin laki-laki : BAB 1x/hari, normal, BAK 4-5x/hari, normal



54



5) Aktivitas - Catin perempuan : klien sehari-hari kerja di rumah makan, setelah pulang kerja klien hanya dirumah saja. Klien jarang melakukan olahraga - Catin laki-laki : klien sehari-hari kerja disebuah perusahaan bagian accounting, setelah pulang kerja klien hanya dirumah saja. Klien melakukan olahraga seminggu sekali. 3.1.2 Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan umum : Baik 2) Kesadaran



: Composmentis



3) Tanda-tanda vital a. Tekanan darah : 110/70 mmHg b. Suhu



: 36.6 oC



c. Nadi



: 86 x/menit



d. Respirasi



: 20 x/menit



4) Berat badan



: 50



5) Tinggi badan



: 150 cm



6) IMT



: 50 kg/ 1.502 = 22.22 (kategori normal)



7) LILA



: 25 cm (Tidak KEK).



2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada catin laki-laki dan catin perempuan sebagi berikut : 1) Kepala : tidak teraba massa di kepala 2) Muka : tidak pucat, tidak odem, tidak berjerawat 3) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada kelainan 4) Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, dan tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe 5) Dada : tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan teratur 6) Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas operasi dan tidak



55



ada massa 7) Punggung: tidak ada kelainan skoliosis, lordosis dan kifosis 8) Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian 9) Ekstremitas - Atas



: tidak odem, akral hangat



- Bawah : tidak odem, tidak ada varises 3. Pemeriksan Penunjang Tanggal : 13-10-2020  Golongan darah



: B+



A+



 HbsAg



: Non reaktif



Non reaktif



 Sifilis



: Non reaktif



Non reaktif



 HIV



: Non reaktif



Non reaktif



 Kolaborasi interprofesi :



Psikolog : tidak ada gangguan psikologis 3.2



Analisa Data Nn. N Calon Pengantin dengan perencanaan kehamilan



3.3



Penatalaksanaan No



Tanggal



1.



Selasa,



Penatalaksanaan 1.



menginformasikan



hasil



pemeriksaan



dan



13-10-2020



merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan



Jam : 08.00



pada catin



WIB



2. Melakukan informed consent pada catin 3. Memberikan HE tentang : 1) Pengetahuan tentang prakonsepsi 2) Pengetahuan



tentang



kesehatan



reproduksi



(pentingnya kesehatan reproduksi, hak reproduksi dan seksual, organ reproduksi dan cara menjaga kebersihan organ reproduksi) 3) Perencanaan kehamilan(pengertian, tujuan) 4) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada Catin (Anemia, KEK, IMS, HIV, dsb)



56



5) Kesehatan jiwa (ciri-ciri sehat jiwa) 6) Pengetahuan tentang fertilitas (cara menghitung masa subur, tanda masa subur,



faktor yang



mempengaruhi masa subur) 7) Kekerasan dalam rumah tangga (jenis kekerasan rumah tangga) 8) Pemeriksaan (pemeriksaan



kesehatan ttv,



bagi



calon



pemeriksaan



pengantin



status



gizi,



pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan sesuai indikasi masalah) 9) Pelayanan Gizi Seimbang ( makanan yang dimakan dianjurkan merupakan makanan yang beragam. Yang divisualisasikan dalam “Isi Piringku” yaitu antara lain : - 1/3 untuk makanan pokok - 1/3 untuk sayuran - 1/3 terdiri dari lauk pauk dan buah-buahan - Batasi konsumsi makanan yang mengandung tinggi gula, garam dan minyak. 4. Skrining imunisasi. Status imunisasi klien TT 4 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter umum, ahli gizi, dan psikolog untuk pemeriksaan penunjang lainnya. 6. Memberikan terapi obat asam folat 1x1 (400 mcg)30. 7. Catin perempuan dan catin laki-laki mengerti dan memahami serta bersedia melakukan asuhan kebidanan yang telah diberikan.



57



BAB 4 PEMBAHASAN



Pada bab ini penulis akan membandingkan antara teori yang didapat dari beberapa sumber dan kenyataan di lahan yang telah diuraikan dalam tinjauan kasus pada bab 3, untuk memperoleh gambaran tentang kesamaan dan kesenjangan dalam melakukan asuhan kebidanan yang didapat. Pada pengkajian data subjektif ditemukan bahwa Nn.”N” calon pengantin perempuan berumur 22 tahun. Hal ini sesuai dengan BKKBN (2017) usia Nn.“N” sudah termasuk dalam usia ideal untuk melakukan pernikahan, usia ideal untuk menikah bagi perempuan adalah minimal 21 tahun. Batasan usia minimal 21 tahun bagi perempuan ditetapkan karena pada masa ini wanita dianggap sudah siap meghadapi kehidupan keluarga, baik dari segi kesehatan maupun emosional. Selain itu usia wanita berusia 21 tahun sudah masuk dalam usia reproduksi ideal, saat dimana organ reproduksi berkembang dengan optimal dan siap untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Pada pengkajian data obyektif didapatkan bahwa KU baik, kesadaran composmentis, TD: 110/70 mmHg, N:86x/menit, R: 20x/menit, S: 36.6 0C, IMT 22.22 (normal). Pemeriksaan fisik tidak ditemukan gangguan/kelainan dan dipemeriksaan golda B+, HbsAg : non reaktif, sifilis non reaktif, HIV non reaktif. Dari hasil pemeriksaan semua normal. Analisa data yang dapat ditegakkan adalah Nn. “N” usia 22 tahun, calon pengantin dengan perencanaan kehamilan. Dari hasil analisa data maka penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :menjelaskan hasil pemeriksaan dan merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada catin, melakukan informed consent pada catin, memberikan HE pada catin sesuai dengan permasalahan, melakukan kolaborasi dengan dokter umum, ahli gizi, dan psikolog dan melakukan evaluasi. Calon pengantin mengerti dan memahami serta bersedia melakukan asuhan kebidanan yang telah diberikan.



58



Setelah dilakukan pengkajian data subyektif dan obyektif menunjukkan bahwa Nn. N umur 22 tahun dengan perencanaan kehamilan dalam keadaan sehat, tidak ada masalah dan gangguan psikologis.



59



BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN



5.1 Simpulan Dalam melakukan asuhan kebidanan pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penulis mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pranikah secara umum 2. Penulis mampu menjelaskan konsep pranikah dengan perencanaan kehamilan 3. Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pranikah sesuai dengan standar asuhan kebidanan 4. Penulis mampu melakukan evaluasi terkait asuhan kebidanan pranikah yang sudah diberikan 5. Nn. N umur 22 tahun dengan perencanaan kehamilan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan status kesehatan baik, tidak ada masalah, tidak ada gangguan psikologis dan status gizi baik. 5.2 Saran 1. Bagi calon pengantin Mempersiapakan diri secara fisik dan mental sebelum menikah. Memeriksakan diri ke tenaga kesehatan agar dapat dideteksi bila ada kelainan dan segera ditatalaksana sehingga saat ibu menikah dan hamil ia dalam kondisi optimal. 2. Bagi Puskesmas Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah ada. 3. Bagi mahasiswa 1) Lebih banyak belajar tentang persiapan prakonsepsi agar dapat memberikan pelayanan pada klien secara komprehensif dan sesuai kebutuhan.



60



2) Lebih banyak berlatih dalam berkomunikasi dan memberikan KIE kepada Klien agar klien bisa lebih terbuka dan KIE yang diberikan dilaksanakan oleh klien.



61



DAFTAR PUSTAKA



1. Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Bagi Calon Pengantin. Jakarta. Kemenkes RI. 2018 2. Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Bagi Calon Pengantin. Jakarta. Kemenkes RI. 2018 3. Kemenkes RI. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Bagi Konselor Sebaya 4. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat 5. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2018 6. Prawirohardjo,S. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT.Bina Pustaka.2009 7. Varney H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta.EGC.2017.



62