BPSL ORTO Blok 8 (2020) PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BPSL



BUKU PANDUAN SKILL’S LAB ORTODONSIA 1



BLOK 8 SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK 2019-2020



NAMA



KLP



NIM



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



1



BUKU PANDUAN SKILL’S LAB BLOK 8



ORTODONSIA 1



SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK 2019-2020



PENYUSUN 1. Drg Neny Roeswahjuni Sp.Ort 2. Drg Sari Kurniawati Sp.Ort 3. Drg Endah Damaryanti Sp.Ort 4. Drg Kuni Rida Sp.Ort 5. Drg Ernani indrawati Sp.Ort 6. Drg Chandra Wigati Sp.Ort



CETAKAN :MARET 2020 FKG UB



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



2



BAB 1 TATA TERTIB PRAKTIKUM/SKILL’S LAB ORTODONSIA I



TATA TERTIB KEGIATAN HARIAN a.



Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan skill’s lab Ortodonsia 1



b.



Sebelum skill’s lab dimulai, mahasiswa harus sudah mempelajari terlebih dahulu materi skill’s lab yang sudah ditentukan hari itu dan siap melaksanakan pretest sebelum kegiatan SL.



c.



Mahasiswa wajib mengenakan jas putih skill’s lab yang bersih dan terkancing rapi serta mengenakan “name tag” sesuai dengan ketentuan yang berlaku.



d.



Bagi mahasiswa perempuan, rambut terikat rapi dan jilbab dimasukkan dalam jas putih. Mahasiswa tidak diperbolehkan menggunakan pakaian/celana/rok berbahan “jeans”, tidak diperbolehkan mengenakan celana/rok yang panjangnya di atas lutut. Mahasiswa wajib mengenakan sepatu tertutup (tidak sandal/sepatu sandal) dan tidak berbahan yang mudah terbakar.



e.



Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka tidak diperkenankan mengikuti kegiatan skill’s lab dan melakukan pretest.



f.



Mahasiswa yang berhalangan mengikuti kegiatan skill’s lab harus melapor pada PJ Skill’s Lab Ortodonsia 1 dengan mengajukan bukti/alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.



g.



Mahasiswa harus hadir di ruang skill’s lab ±10 menit sebelum kegiatan



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



3



skill’s lab dimulai untuk mempersiapkan peralatan di meja masingmasing dan ±10 menit sebelum kegiatan skill’s lab berakhir, mahasiswa harus menghentikan kegiatannya serta membersihkan dan merapikan tempat kerjanya untuk digunakan kelompok mahasiswa berikutnya h.



Selama kegiatan skill’s lab berlangsung, mahasiswa dilarang merokok, makan, minum atau kegiatan serupa lainnya, mengganggu jalannya skill’s lab atau bersenda gurau dengan teman, atau meninggalkan ruangan tanpa seijin instruktur skill’s lab.



i.



Mahasiswa wajib menandatangani bukti peminjaman peralatan/sarana skill’s lab. Peralatan/sarana skill’s lab yang digunakan menjadi tanggung jawab mahasiswa sepenuhnya. Apabila



kemudian



terjadi



kerusakan



atau



kehilangan



pada



peralatan/sarana skill’s lab, maka mahasiswa yang bersangkutan wajib mengganti peralatan/sarana skill’s lab yang rusak/hilang tersebut sesuai dengan kebijakan yang berlaku. j.



Hasil pekerjaan mahasiswa wajib disimpan dalam kotak kerja masingmasing yang diberi nama-NIM dan kelompok kerjanya dan tidak diperkenankan untuk membawa hasil pekerjaan ke luar ruangan skill’s lab tanpa sepengetahuan dan seijin instruktur. Kemudian kotak kerja tersebut harus disimpan di dalam almari penyimpanan dan hanya dapat didistribusikan kembali kepada mahasiswa dengan sepengetahuan dan seijin instruktur skill’s lab.



k.



Setiap kali instruktur selesai menilai tahapan pekerjaan, mahasiswa harus segera meminta tanda tangan instruktur di buku nilai. Apabila tidak ada tanda tangan instruktur, maka dianggap tahapan pekerjaan pada tatap muka tersebut belum terselesaikan dan tidak diperbolehkan melanjutkan



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



4



ke tahap berikutnya. l.



Mahasiswa tidak diperbolehkan untuk bertukar hari kerja dengan teman nya tanpa sepengetahuan atau seijin PJ Skill’s Lab Ortodonsia I



m. Selesai melaksanakan skill’s lab, semua peralatan/sarana dicuci bersih dan dikembalikan ke tempat semula, sampah dibuang pada tempatnya. Tempat kerja ditinggalkan harus dalam keadaan bersih dan rapi. n.



Selama pelaksanaan skill’s lab, mahasiswa dilarang bekerja diluar ruangan skill’s lab tanpa sepengetahuan dan seijin instruktur.



o.



Mahasiswa wajib bersikap profesional, disiplin, bertanggung jawab, saling menghargai dan menghormati instruktur, teman sejawat dan laboran skill’s lab.



p.



Segala bentuk kecurangan atau pelanggaran tata tertib, perbuatan yang dianggap merugikan orang lain, sikap atau perilaku yang tidak profesional dan tidak bertanggung jawab akan mendapatkan sanksi akademik sesuai dengan kebijakan yang berlaku.



TATA TERTIB PRETEST SKILL’S LAB a.



Mahasiswa wajib mengikuti pretest sebelum melaksanakan kegiatan skill’s lab.



b.



Segala bentuk kecurangan dalam pelaksanaan pretest, akan mendapatkan sanksi akademik sesuai dengan kebijakan yang berlaku.



TATA TERTIB UJIAN SKILL’S LAB a.



Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti ujian skill’s lab pada waktu yang telah ditentukan.



b.



Untuk dapat mengikuti ujian skill’s lab, kehadiran mahasiswa dalam kegiatan skill’s lab minimal 10 kali tatap muka. Apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut, maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



5



ujian skill’s lab dan harus menjalani program regular blok 8 di semester yang akan datang. c.



Mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian harus melapor paling lambat 2 (dua) hari sesudah hari ujian kepada PJSL Ortodonsia I dengan mengajukan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan akan dipertimbangkan untuk mendapat kesempatan mengikuti ujian susulan pada waktu dan menurut cara yang ditetapkan oleh Departemen Ortodonsia.



d.



Segala bentuk kecurangan selama ujian berlangsung maupun perbuatan yang dianggap merugikan orang lain serta sikap atau perilaku yang tidak profesional dan tidak bertanggung jawab akan mendapatkan sanksi akademik sesuai dengan kebijakan yang berlaku.



KATEGORI



PELANGGARAN



TATA



TERTIB



DAN



SANKSI



AKADEMIK a.



Kategori Pelanggaran Ringan : 1. Keterlambatan



datang



tanpa



alasan



yang



dapat



dipertanggungjawabkan 2. Tidak membawa peralatan skill’s lab untuk tahapan yang akan dikerjakan 3. Tidak mengenakan jas skill’s lab beserta atributnya sesuai tata tertib 4. Tidak mematuhi tata cara berbusana saat skill’s lab 5. Sanksi Teguran 1 dan Penugasan b.



Kategori Pelanggaran Sedang : 1. Mencontek pekerjaan temannya saat mengerjakan pretest dan ujian. 2. Tidak memelihara kebersihan dan kerapian tempat kerja dan lingkungannya



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



6



3. Tidak dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya 4. Sanksi Teguran 2 dan Penugasan c.



Kategori Pelanggaran Berat : 1. Mengerjakan tahapan kerja tidak pada head phantom dan model rahang 2. Meminta orang laian untuk mengerjakan tugas atau tahapan kerjanya 3. Mengerjakan pekerjaan orang lain yang bukan tugasnya 4. Bekerja di luar jam kerja kegiatan skill’s lab yang telah ditentukan tanpa seijin instruktur 5. Membawa pulang pekerjaan tanpa sepengetahuan dan seijin instruktur 6. Menukar hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain 7. Merusak atau menghilangkan sarana atau peralatan milik FKG UB 8. Memalsukan tanda tangan instruktur skill’s lab pada buku nilai 9. Mengambil barang dalam bentuk apapun yang bukan miliknya (sarana FKG UB ataupun barang milik orang lain) tanpa sepengetahuan dan seijin pemiliknya 10. Bersikap tidak jujur, tidak sopan dan tidak hormat terhadap instruktur SL & pegawai/laboran. Sanksinya dikeluarkan dari SL Ortodonsia I



ASSESSMENT AFEKTIF/PROFESIONALISME a.



Penilaian afektif/profesionalisme mahasiswa dilakukan setiap tatap muka Skill’s Lab oleh instruktur yang membimbing di hari kerja



b.



Bagi mahasiswa yang melakukan pelanggaran tata tertib dan bersikap tidak sesuai etika dan profesionalisme, maka jenis pelanggaran akan dicatat pada log book afektif/profesionalisme. Sanksi akan diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



7



c.



Pada akhir blok, catatan pelanggaran profesionalisme akan menjadi pertimbangan departemen Ortodonsia dalam kelulusan mahasiswa tersebut dari Skill’s Lab Ortodonsia.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



8



SISTEM PENILAIAN SKILL’S LAB ORTODONSIA I Penyelenggaraan proses pendidikan kedokteran gigi FKG UB menerapkan kurikulum berbasis kompetensi dengan berlandaskan pada keputusan KKI No. 23/KKI/XI/2006 mengenai Standar Kompetensi Dokter Gigi yang berisikan kompetensi utama dan penunjang minimal harus dicapai oleh setiap lulusan institusi pendidikan dokter gigi di Indonesia agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan berkualitas. Aspek-aspek yang harus dipenuhi untuk mencapai kompetensi meliputi : 1. KOGNITIF (kemampuan berpikir dalam memahami teori/ilmu pengetahuan) 2. PSIKOMOTORIK (ketrampilan dan kemampuan dalam mengaplikasikan teori/ilmu pengetahuan yang dimiliki) 3. AFEKTIF (profesionalisme atau sikap dan perilaku selama proses pembelajaran) mengacu pada ketetapan yang tersebut di atas, maka penilaian skill’s lab Ortodonsia I meliputi: A. PROSES PEMBELAJARAN : BOBOT PROSENTASE 70 % ELEMEN KOMPETENSI



PENILAIAN



Pre Test untuk menilai persiapan dan pemahaman teori PSIKOMOTOR Ketrampilan mahasiswa pada tiap tahapan kerja skill’s (proses dan hasil pekerjaan) Sikap dan perilaku mahasiswa selama AFEKTIF proses pembelajaran KOGNITIF



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



NILAI BATAS LULUS 75 75



Excellent/ Good



9



B. SKOR PENILAIAN : Penilaian elemen kompetensi skill’s lab dilakukan dengan memberikan skor berikut: Skor 4 = Very Competent/Excellent (Range Nilai 80,01 – 100) Skor 3 = Competent/Good (Range Nilai 70,01 – 80,00) Skor 2 = Fairly (Range Nilai 60,01 – 70,00) Skor 1 = Poor (Range Nilai 40,01 – 60,00) Skor 0 = Failed (Range Nilai 00,00 – 40,00) C. UJIAN SKILL’S LAB : BOBOT PROSENTASE 30 % Ujian Utama dilaksanakan di akhir kegiatan skill’s lab dengan nilai batas kelulusan min.75/B+. Bila tidak memenuhi, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian remidi skill’s lab. NILAI AKHIR SKILL’S LAB: NILAI PROSES (30%)+Nilai UJIAN (70%)



D. KRITERIA KELULUSAN Menurut standar kompetensi drg KKI, seorang lulusan drg yang berkompeten adalah seorang yang memiliki kemampuan berpikir dan analisa kasus yang baik



(kognitif),



ketrampilan



dalam



menangani



kasus



dengan



baik



(psikomotorik) dan berperilaku profesional (afektif). Oleh karena itu, untuk kelulusan dan kompetensi mahasiswa tercapai apabila nilai akhir minimal kelulusan skill’s lab Ortodonsia 1 adalah 76 (B+)



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



10



BAB 2 MODUL KEGIATAN SKILL’S LAB ORTODONSIA



2.1. MODUL 1: MODEL STUDI ORTODONTI 2.1.1. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI: Pada akhir kegiatan skill’s lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan tahapan klinis dan laboratoris pembuatan model



studi



ortodonti 2.1.2. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG 1. Mahasiswa mampu melakukan penanaman hasil cetakan rahang ke dalam basis former sesuai kaidah yang benar 2. Mampu membuat garis median pada basis dengan benar 3. Mampu mengukur sudut-sudut dengan benar pada basis model studi sebagai dasar pembuatan outline 4. Mampu membuat outline pada basis model sebelum dilakukan trimming 5. Mampu melakukan trimming pada basis model sesuai outline 6. Mampu membuat replika model studi dengan proporsi art portion dan anatomical portion dengan benar



2.2. MODUL 2: PROSEDUR DIAGNOSIS 2.2.1 TOPIK 1 : ANALISIS SEFALOMETRI a. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI: Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa mampu menganalisis



hasil



perhitungan



sefalometri



sederhana



dalam



hubungannya dengan diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



11



b. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi yang tampak (landmark) pada foto sefalometri 2. Mahasiswa



mampu



mengidentifikasikan



dan



melakukan



penapakan/tracing pada garis/bidang foto sefalometri 3. Mahasiswa



mampu



mengidentifikasikan



dan



melakukan



penapakan/tracing sudut-sudut pada foto sefalometri 4. Mahasiswa mampu menganalisis kelainan skeletal maupun kelainan dental pada foto sefalometri 5. Mahasiswa



mampu



menginterpretasikan



hasil



perhitungan



sefalometri sederhana dalam hubungannya dengan diagnosis dan rencana perawatan ortodonti.



2.2.2 TOPIK 2 : ANALISIS UMUM a. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa mampu untuk merumuskan dan memverbalkan cara melakukan analisis umum b. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG : 1. Mahasiswa mampu menulis dan



memverbalkan cara menggali



anamnesis 2. Mahasiswa mampu membuat narasi anamnesis sesuai keluhan pasien, sudah berapa lama keluhan berlangsung, apakah sudah pernah dilakukan terapi, bagaimana riwayatnya, dsb 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan adanya kelainan endokrin, riwayat alergi, riwayat penyakit, ras/suku bangsa, tonsil, kebiasaan bernafas melalui mulut/hidung FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



12



4. Mahasiswa



mampu



mengukur



indeks



massa



tubuh



dan



menginterptasikan hasil pengukuran



2.2.3 TOPIK 3 : ANALISIS LOKAL (EKSTRA ORAL & INTRA ORAL) a. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat : melakukan analisis Lokal dengan melakukan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. b. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG : 1. Mahasiswa melakukan pemeriksaan



kesimetrisan wajah, bentuk



skelet (endomorfik, mesomorfik, ektomorfik), tipe profil (cekung, lurus, cembung), kompetensi bibir, lidah (makroglosi, mikroglosi), mukosa (inflamasi/hipertropi /hiperplasi), frenulum labii superior (normal, tinggi, rendah), tonsil, fungsi bicara, kebiasaan buruk, fase geligi, kelainan/anomali gigi (kelainan struktur, bentuk, jumlah dan ukuran gigi) 2. Mahasiswa



mampu



melakukan,



memverbalkan



dan



menginterpretasikan hasil analisis tipe kepala (indeks sefalik), 3. melakukan, memverbalkan dan menginterpretasikan hasil analisis tipe wajah (indeks wajah)



2.2.4 TOPIK 4 : ANALISIS FUNGSIONAL a. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa mampu melakukan analisis fungsional



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



13



b. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG : 1. Mahasiswa mampu menentukan dan memverbalkan path of closure 2. Mahasiswa mampu menentukan adanya kelainan path of closure (deviasi dan displacement mandibula) 3. Mahasiswa



mampu



melakukan



pemeriksaan



sendi temporo



madibula (normal, clicking, krepitasi) 4. mahasiswa



mampu



melakukan,



memverbalkan



dan



menginterpretasikan free way space



2.2.5 TOPIK 5 : ANALISIS MODEL STUDI a. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat: 1. Melakukan analisis model studi 2. Memverbalkan cara menganalisis model studi 3. Menginterpretasikan hasil analisis model studi. b. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG : 1. Mahasiswa mampu



mengidentifikasikan anatomi gigi, bentuk



lengkung gigi, kelainan letak dan posisi gigi, pergeseran garis median diastema, kurva of spee, mendeteksi adanya kelainan asimetri lengkung, hubungan intercusp/interdigitasi 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan dan menganalisis relasi gigi geligi (relasi vertikal, transversal, sagital) 3. Mahasiswa mampu mengukur dan menginterpretasikan relasi vertikal (overjet , overbite) 4. Mahasiswa mampu mengukur dan menginterpretasikan indeks palatum FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



14



5. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan klasifikasi maloklusi gigi melalui model studi. 6. Mahasiswa mampu mengisi Rekam Medik Ortodonti dengan benar sesuai dengan kelainan yang terekam pada data pendukung berupa model studi, foto panoramik dan foto sefalometri.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



15



BAB 3 POKOK BAHASAN 3.1



MODUL 1



: MODEL STUDI ORTODONTI



3.2



TOPIK



: MODEL STUDI ORTODONTI



3.3



SASARAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Umum : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat : Membuat model studi, yaitu membuat replika dari keadaan gigi geligi dan jaringan lunak di sekitarnya yang digunakan sebagai catatan diagnostik penting dalam membantu mempelajari oklusi dan gigi geligi, yang berupa cetakan reproduksi dalam bentuk tiga dimensi. b. Tujuan khusus : 1. Mahasiswa mampu melakukan penanaman hasil cetakan rahang ke dalam basis former sesuai kaidah yang benar 2. Mampu membuat garis median pada basis dengan benar 3. Mampu mengukur sudut-sudut dengan benar pada basis model studi sebagai dasar pembuatan outline 4. Mampu membuat outline pada basis model sebelum dilakukan trimming 5. Mampu melakukan trimming pada basis model sesuai outline 6. Mampu membuat replika model studi dengan proporsi art portion dan anatomical portion dengan benar



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



16



3.4



ALAT 1. Basis former 2. Mesin trimming 3. Penggaris horizontal 4. Penggaris segitiga 5. Busur derajat 6. Pensil 2B, pensil tinta 7. Karet penghapus 8. Mangkuk karet 7. Spatula gips 8. Pisau model



3.5



BAHAN 1. Model cetakan RA dan RB dari gips keras (gips stone) 2. Gips putih



3.6



TAHAPAN PEKERJAAN MEMBUAT MODEL STUDI (BASIS & TRIMMING) Tahapan : 1. Masing-masing kelompok mendapat 1 model RA atau RB dari gips keras/stone



2. Membuat garis median pada model RA & RB (ditunjukkan ke instruktur)



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



17



3. Menanam dan fiksasi model cetakan RA & RB ke dalam cetakan basis yang berisi gips putih (a) Menanam model cetakan RA - Oklusal RA sejajar lantai - Tinggi oklusal RA ke basis minimal 1½ inch (+35mm) - Art portion : Anatomical portion = 1/3 : 2/3 - Garis median tegak lurus dengan bagian posterior - Ujung depan basis former segaris dengan garis median - Model berada di tengah-tengah basis former - Lepas cetakan dari basis former setelah gips putih dingin (b) Fiksasi model RA dan RB dengan malam merah sesuai oklusi sentrik (c) Menanam model cetakan RB - Basis RA sejajar lantai - Tinggi basis RA ke basis RB minimal 2¾ inch (+70mm) - Lepas cetakan dari basis former setelah gips putih dingin



4. Melakukan trimming pada model RA & RB menggunakan mesin trimming Tahapan sebelum melakukan trimming : - Hilangkan semua nodul dan ketidaksempurnaan yang ada dengan alat yang tajam (pisau model) - Rendam model RA dan RB ke dalam air selama ± 5 menit



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



18



Tahapan trimming model : 1. Trimming model RA: a. Bagian basis RA (capital) Letakkan model RA pada permukaan yang rata dan buatlah outline garis median pada model dengan pensil (tipis). Letakkan model pada mesin trimming. Potong bagian kapital model RA dengan ketentuan:  Tinggi 1½ inch (35mm)  Sejajar dengan curve of spee (0-5o terhadap bidang oklusal)  Art portion : Anatomical portion = 1/3 : 2/3



b. Bagian posterior Gambar outline :  Tegak lurus terhadap garis median  Sisakan ¼ inch ke arah distal dari hamular notch Kemudian trimming.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



19



c. Bagian sayap Gambar outline:  Membentuk sudut 65º terhadap bagian posterior model RA  Sisakan ¼ inch ke arah lateral dari batas mucobuccal fold Kemudian trimming. mucobuccal fold



d. Bagian anterior Gambar outline:  Bentuk sudut 25º terhadap bidang posterior setinggi cusp gigi C yang normal  Ujung sudut berada pada cusp gigi C dan median line. Kemudian trimming.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



20



e. Bagian sayap belakang (heel) Gambar outline:  Tarik garis dari cusp C (sudut yang dibentuk bagian anterior dan sayap) ke ujung heel (garis biseksi)  Bentuk sudut tegak lurus terhadap garis bisesksi (+130o terhadap bagian posterior)  Panjang heel + 13mm Kemudian trimming.



2. Trimming model RB Periksa oklusi dengan menggunakan wax bite, untuk memulai trimming model RB. (Wax bite/catatan gigit yang terbuat dari malam diperlukan untuk menentukan oklusi sentrik, wax bite juga sering digunakan untuk mencegah oklusi gigi terlepas selama proses trimming.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



21



a. Bagian basis Balik posisi model, tandai basis RA ke RB setinggi 2¾ inch (+70mm), kemudian trimming bagian dasar / basis dari model RB supaya sejajar dengan basis model RA



b. Bagian posterior Trimming bagian posterior model RB agar terletak dalam dataran yang sama dengan model RA



c. Bagian sayap Trimming bagian sayap model RB agar terletak dalam dataran yang sama dengan model RA (+65o terhadap bagian posterior)



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



22



d. Bagian anterior Triming bagian anterior model RB membentuk kurva, dimulai dari gigi C sebagai panduan, dengan jarak tidak kurang dari 5 mm dari permukaan labial gigi anterior RB.



e. Bagian sayap posterior (heel) Trimming bagian heel model RB agar terletak dalam dataran yang sama dengan model RA



5.



Finishing a. Bentuk basis mukosa mengikuti bagian mucobuccal fold dan mucolabial fold menggunakan pisau model atau Arkansas stone bur b. Haluskan dengan sandpaper (kertas amplas) halus c. Bersihkan model dari sisa-sisa trimming dengan air mengalir menggunakan kapas/sikat gigi. Keringkan dengan kapas/tisu



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



23



3.2



MODUL 2



3.2.1 TOPIK 1



: PROSEDUR DIAGNOSIS : ANALISIS SEFALOMETRI



3.2.2 SASARAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Umum : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa mampu : Menganalisis



hasil



perhitungan



sefalometri



sederhana



dalam



hubungannya dengan diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. b. Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi yang tampak (landmark) pada foto sefalometri dengan metode Steiner 2. Mahasiswa



mampu



mengidentifikasikan



dan



melakukan



penapakan/tracing pada garis/bidang foto sefalometri dengan metode Steiner 3. Mahasiswa



mampu



mengidentifikasikan



dan



melakukan



penapakan/tracing sudut-sudut pada foto sefalometri dengan metode Steiner 4. Mahasiswa mampu menganalisis kelainan skeletal maupun kelainan dental pada foto sefalometri dengan metode Steiner 5. Mahasiswa



mampu



menginterpretasikan



hasil



perhitungan



sefalometri sederhana dalam hubungannya dengan diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. 4.4



ALAT 1. Kotak iluminator/tracing box 2. sefalogram 3. Scotch tape 4. Pensil 3 atau 4 H, penghapus



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



24



5. Penggaris , busur derajat 4.5



BAHAN 1. Kertas matte acetate



2.5



TEORI Titik titik sefalometri pada kranium :  S (Sella turcica)



: pertengahan dari sella turcica



 N (Nasion)



: titik paling anterior dari sutura fronto nasalis



 Po/ Pr (Porion)



: titik paling atas dan paling luar dari porus acusticus



externus, ditunjukkan oleh pertengahan sumbu metal sefalostat  Or (Orbita) : titik paling bawah pada tepi bawah tulang orbita



Titik titik sefalometri pada maksila :  ANS (Spina Nasalis Anterior) : ujung dari anterior spina nasalis (titik paling anterior pada rahang atas)  PNS (Spina Nasalis Posterior) : ujung dari posterior spina nasalis (titik paling posterior pada rahang bawah)  A (Subspinale) :



titik terdalam dari kurvartura permukaan anterior



premaksila, pada pertengahan proc. alveolaris maksila



Titik titik sefalometri pada mandibula :  Go (Gonion) : titik paling posterior-inferior pada sudut mandibula  B (Supramentale) : titik terdalam dari kurvatura permukaan anterior mandibula, pada pertengahan proc. alveolaris mandibula  Pog (Pogonion) : titik yang paling anterior dari pertengahan dagu yang FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



25



terletak pada outline symphisis mandibula  Gn (Gnathion) : titik yang terletak di antara Pogonion dan Menton yang terletak pada garis tepi symphisis  Me (Menton)



: titik paling bawah pada symphisis mandibula



Garis dan bidang :  SN : bidang referensi cranium horizontal yang utama, dibentuk dengan menghubungkan titik S dan N. Merupakan struktur anatomik yang stabil, disebut juga sebagai dasar anterior cranium, yang relatif tidak berubah selama pertumbuhan dan perawatan.  FH : dibentuk dengan menghubungkan porion dan orbitale  Bidang maksila



: bidang yang melalui titik ANS dan PNS



 Bidang mandibula



:



- bidang yang melalui titik gnathion dan gonion  Bidang oklusal



: bidang yang melalui overlapping tonjol mahkota



gigi premolar dan molar pertama atas dan bawah



Sudut :  Sudut SNA : dibentuk dari perpotongan garis dari nasion ke titik A dan bidang SN  Sudut SNB : dibentuk dari perpotongan garis dari nasion ke titik B dan bidang SN  Sudut ANB : sudut SNA dikurangi sudut SNB, menunjukkan relasi maksila dan mandibula  Sudut 1 – NA : sudut yang dibentuk dari perpotongan sumbu gigi insisivus atas dan garis yang ditarik dari titik N ke A FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



26



 Jarak 1 – NA : jarak dari labial gigi insisivus atas ke garis yang ditarik dari titik N ke A  Sudut 1 – NB : sudut yang dibentuk dari perpotongan sumbu gigi insisivus atas dan garis yang ditarik dari titik N ke B  Jarak 1 – NB : jarak dari labial gigi insisivus atas ke garis yang ditarik dari titik N ke B  Sudut 1 – 1 : sudut yang dibentuk dari perpotongan sumbu insisivus atas dan bawah  Sudut GoGn – SN : sudut yang dibentuk dari perptotongan garis SN dan GoGn 



S line : garis yang melewati titik terdepan jaringan lunak dagu dan pertengahan batas bawah hidung yang berbentuk S



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



27



Standard Kisaran Sudut/ Jarak normal normal Steiner Sudut SNA 82 78 - 86



Sudut SNB



80



Sudut ANB



2



Sudut 1 - NA



22



Jarak 1 - NA



4



Sudut 1 - NB



25



Jarak 1 - NB



4



Sudut 1 - 1



131



Sudut GoGn_- SN



32



S line



Kesimpulan



< 78 = maksila retrognatik 78 - 86 = maksila normal > 86 = maksila prognatik 76 - 84 < 76 = mandibula retrognatik 76 - 80 = mandibula normal > 84 = mandibula prognatik 0-4 < 0 = skeletal kelas III 0 - 4 = normal > 4= skeletal kelas II 15 - 32 < 15 = sudut insisivus atas retrusif 15 – 22 =sudut insisivus atas normal > 32= sudut insisivus atas protrusif 2-6 < 2 = insisivus atas retroposisi 2 - 6 = insisivus atas normal > 6 = insisivus atas proposisi 15 - 32 < 15 = sudut isisivus bawah retrusif 15 - 32= sudut insisivus bawah normal > 32= sudut insisivus bawah protrusif 2-6 < 2 = insisivus bawah retroposisi 2 – 6 =insisivus bawah normal > 6 = insisivus bawah proposisi 120 - 150 >150 = retrusif 120-150 = normal < 120 = protrusif 20 - 40 < 20 = low angle (hypodivergent) 20 - 40 = normal > 40 = high angle (hyperdivergent) Bibir menyentuh S line = profil normal Bibir di depan S line = profil cembung Bibir di belakang S line = profil



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



28



cekung



3.2.6 TAHAPAN PEKERJAAN 1. Sefalogram diletakkan pada kotak iluminator dengan penerangan yang baik, sefalogram menghadap ke kanan 2. Kertas matte acetate diletakkan pada sefalogram dengan scotch tape 3. Tulis nama penderita, jenis kelamin, tanggal pembuatan sefalogram dan usia penderita 4. Penapakan garis jaringan lunak dan keras wajah menggunakan pensil 3 atau 4 H 5. Penapakan titik titik sefalometri dengan pensil 3 atau 4 H 6. pembuatan garis dan sudut 7. Membuat kesimpulan : klasifikasi skeletal, posisi insisivus atas dan bawah



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



29



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



30



3.3



MODUL 2



3.3.1 TOPIK 2



: PROSEDUR DIAGNOSIS : ANALISIS UMUM



3.3.2 SASARAN PEMBELAJARAN Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan : 1. Mahasiswa mampu menulis dan memverbalkan cara melakukan analisis umum 2. Mahasiswa mampu menulis dan



memverbalkan cara menggali



anamnesis 3. Mahasiswa mampu membuat narasi anamnesis sesuai keluhan pasien, sudah berapa lama keluhan berlangsung, apakah sudah pernah dilakukan terapi, bagaimana riwayatnya, dsb 4. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan adanya kelainan endokrin, riwayat alergi, riwayat penyakit, ras/suku bangsa, tonsil, kebiasaan bernafas melalui mulut/hidung 5. Mahasiswa



mampu



mengukur



indeks



massa



tubuh



dan



menginterpretasikan hasil pengukuran 3.3.3 ALAT - Alat tulis 3.3.4 BAHAN - Rekam medik 3.3.5 TEORI ANALISIS UMUM 1. Identitas pasien Nama, alamat, kelamin, umur, suku bangsa. a. Nama pasien dicatat dengan lengkap dan benar. Nama kadang menunjukkan suku bangsa/ras seseorang. Hal ini berkaitan dengan



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



31



ciri-ciri maloklusi tertentu, tipe profil, dsb. Nama juga dapat menunjukkan jenis kelamin seseorang b. Alamat: diperlukan agar dapat menghubungi pasien dengan cepat, menunjukkan status ekonomi seseorang (berhubungan dengan pemilihan peranti/rencana perawatan) c. Kelamin dan umur: berkaitan dengan pertumbuh kembangan dentomaksilofasial.



Misal:



perubahan



fase



geligi,



perbedaan



pertumbuhkembangan muka pria dan wanita. d. Suku bangsa: Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku bangsa / ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. 2. Keluhan utama pasien Adalah alasan / motivasi yang menyebabkan pasien datang untuk dirawat. Biasanya tentang keadaan susunan gigi yang dirasakan pasien menggangu estetik yang mempengaruhi status sosial dan fungsi pengunyahan. 3. Keadan sosial Untuk mengetahui emosi pasien. Misal: adanya kebiasaan menghisap jari yang berkepanjangan, prestasi belajar yang kurang baik. 4. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga Yang dimaksud adalah kesehatan pasien sejak dilahirkan sampai pasien datang. Misal: trauma pada muka dan kepala sampai memerlukan operasi, penyakit jantung, diabetes, arthritis, dan tonsil yang sudah pernah dioperasi.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



32



5. Berat dan tinggi badan Untuk mengetahui apakah pertumbuh kembangan pasien normal sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya.



6. Ras / kelompok etnik Dalam pengertian fisik (bukan budaya) meliputi: ras ayah ibu, kakek, nenek. 7. Ciri keluarga / pola tertentu yang selalu ada pada keluarga. Misal: kelainan skelet berupa prognati mandibula, keadaan yang selalu berulang pada suatu keluarga secara turun menurun. 8. Penyakit anak Penyakit yang dapat mengganggu pertumbuh kembangan, misal: penyakit dengan panas tinggi, sistemik. 9. Alergi Alergi terhadap obat-obatan, bahan (latex), lingkungan (debu) 10. Kelainan endokrin Yang terjadi pada pra lahir: hipoplasia gigi Yang terjadi pada pasca lahir: dapat mempengaruhi percepatan hambatan pertumbuhan muka, derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung, erupsi gigi permanen. 11. Tonsil Adanya tonsil ada / tidak. Tonsil yang membesar menyebabkan posisi lidah turun dan berubahnya keseimbangan kekuatan yang memberikan tekanan pada segmen bukal maxila. 12. Kebiasaan bernafas



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



33



Pasien dengan kebiasaan bernafas melalui mulut akan mengalami kesukaran pada waktu dicetak dan mempunyai palatum yang dalam, maxilla yang sempit sehingga kadang-kadang didapatkan gigitan silang posterior.



3.3.6 TAHAPAN PEKERJAAN Mengisi Rekam Medik



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



34



3.4



MODUL 2



3.4.1 TOPIK 3



: PROSEDUR DIAGNOSIS : ANALISIS LOKAL (EKSTRA ORAL & INTRA ORAL)



3.4.2 SASARAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Umum : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat : Melakukan analisis Lokal dengan melakukan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. b. Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa melakukan pemeriksaan



kesimetrisan wajah, bentuk



skelet (endomorfik, mesomorfik, ektomorfik), tipe profil (cekung, lurus, cembung), kompetensi bibir, lidah (makroglosi, mikroglosi), mukosa (inflamasi/hipertropi /hiperplasi), frenulum labii superior (normal, tinggi, rendah), tonsil, fungsi bicara, kebiasaan buruk, fase geligi, kelainan/anomali gigi (kelainan struktur, bentuk, jumlah dan ukuran gigi) 2. Mahasiswa



mampu



melakukan,



memverbalkan



dan



menginterpretasikan hasil analisis tipe kepala (indeks sefalik), 3. melakukan, memverbalkan dan menginterpretasikan hasil analisis tipe wajah (indeks wajah) 3.4.3 ALAT 1. Jangka Sorong 2. Alat tulis



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



35



3.4.4 BAHAN 3.4.5 TEORI ANALISIS LOKAL A. Analisa Ekstra Oral a.



Bentuk skelet: - Endomorfik: pendek, berlemak - Mesomorfik: berotot - Ektomorfik: langsing, sedikit jaringan otot / lemak



b. Bentuk/Tipe kepala Ada hubungan antara bentuk kepala, bentuk muka, palatum, lengkung geligi. Klasifikasi indeks sefalik : - Brakisefalik (80,0-84,9)



: lebar, pendek



- Mesosefalik (75,0-79,9)



: rata-rata



- Dolikosefalik (70,0-74,9)



: panjang, sempit



Cara pengukuran: Indeks sefalik =



lebar kepala (jarak byzygomatik)



x 100



Panjang kepala (jarak glabela-occipital)



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



36



Bentuk kepala :



c. Tipe wajah: - Leptoprosop: sempit, panjang, protrusive. Biasanya mempunyai tipe kepala dolikosefalik. - Mesoprosop:



sedang.



Biasanya



mempunyai



tipe



kepala



mesosefalik. - Euriprosop: lebar, kurang protrusive. Biasanya mempunyai tipe kepala brakisefalik.



Cara Pengukuran : Indeks wajah =



tinggi wajah (jarak Na-Gn)



x 100



Lebar wajah (jarak bizygomatik)



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



37



Klasifikasi indeks wajah : a. Leptoprosop



= 90 - 94,9



b. Mesoprosop



= 85 - 89,9



c. Euryprosop



= 80 - 84, 9



d. Hypereuryprosop



≤ 74,9



e. Hyperleptoprosop ≥ 95



d. Simetris wajah Kesimetrisan wajah dapat dilihat dengan a. menentukan garis median wajah sebagai Vertical Reference Plane , dimana titik anatomis garis median wajah adalah titik nasion jaringan lunak dan titik Sub Nasal b. menentukan Upper Horizontal Plane ( bidang horizontal bagian atas ),dimana garis yang ditarik dari titik pupil kanan dan kiri (bipupillary )



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



38



c. menentukan Lower Horizontal Plane ( bidang horizontal bawah ), dimana garis yang ditarik yang melewati bibir kiri dan kanan



Wajah dikatakan simetris jika Upper dan Lower Horizontal Plane kanan dan kiri simetris Wajah dikatakan tidak simetris jika Upper dan Lower Horizontal Plane kanan dan kiri tidak simetris e. Proporsi wajah Proporsi wajah dikatakan harmonis jika a. tinggi wajah bagian atas ( jarak trichion / hairline ke titik glabella ) adalah 1/3 dari seluruh tinggi wajah b. tinggi wajah bagian tengah ( jarak glabella ke titik subnasal ) adalah 1/3 dari seluruh tinggi wajah c. tinggi wajah bagian bawah ( jarak subnasal ke titik menton ) adalah 1/3 dari seluruh tinggi wajah



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



39



Proporsi wajah dikatakan harmonis jika tidak terdapat perbedaan antara wajah bagian atas, tengah ,bawah Proporsi wajah dikatakan tidak harmonis jika terdapat perbedaan antara wajah bagian atas,tengah ,bawah g. Tipe profil Pemeriksaan ini dapat mengetahui proporsi skeletal jurusan antero posterior, vertikal Titik titik anatomis yang menentukan tipe profil menurut Rakosi a. Titik glabela b. Titik ujung bibir atas c. Titik pogonion - Cekung /concave ,jika dua garis referensi yang membentuk sudut menunjukkan pergerakan dagu reltif ke depan ( anterior divergen ) - Lurus / straight , jika dua garis referansi membentuk garis yang hampir lurus - Cembung / convex , jika dua garis referensi yang membentuk sudut menunjukkan pergerakan dagu relative ke belakang (posterior divergen )



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



40



h. Bibir  Kompeten atau tidak kompeten  Keadaan



: normal atau schisis



 Ketebalan



: tebal atau tipis



 Posisi saat istirahat : membuka atau menutup  Letak stonium saat restorasi Normal = 2,5 mm di atas incisivus atas i. Fungsi bicara Ada hubungan maloklusi dengan fungsi bicara, biasanya dengan mekanisme adaptasi, anak dengan maloklusi yang parah. j. Kebiasaan jelek Kebiasaan yang dapat menyebabkan maloklusi, tergantung dari lama, frekuensi, dan intensitasnya. B. Analisis Intraoral Untuk mengetahui keadaan jaringan keras dan lunak. a) Lidah: Ukuran, bentuk, fungsi (makroglosi, mikroglosi) b) Palatum: Sempit, panjang, dalam. Dapat mempengaruhi retensi alat lepasan. Palatum yang dalam, retensi dan penjangkaran yang lebih baik. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



41



Kadang terdapat torus palatinus yang dapat mengurangi kenyamanan penderita. c) Kebersihan mulut: Baik atau jelek. d) Karies: Dapat merupakan penyebab utama maloklusi lokal. Penyebab terjadinya tanggal prematur gigi disidui yang dapat menyebabkan pergeseran gigi permanen. e) Fase geligi: Pergantian atau permanen f) Gigi yang ada: gigi kelebihan atau agenisi g) Mucosa: Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan mucosa yang inflamasi dan hypertropi. h) Frenulum labii superior: Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui



posisi



perlekatannya



pada



marginal



gingiva



serta



ketebalannya, apakah akan menggangu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan menggangu pemakaian plat ortodonti yang akan dipasang. Kalau ada perluasaan fren. labii sup. dilakukan Blanche test. Caranya : tarik bibir ke atas sehingga frenulum tertarik, maka gusi tampak pucat. Jarak normal frenulum ke gingiva = 3 – 5 mm i) Tonsil : Apakah ada amandel yang membengkak. Tonsil yang membesar menyebabkan posisi lidah turun dan berubahnya keseimbangan kekuatan yang memberikan tekanan pada segmen bukal maxilla. j) Keadaan jaringan periodontal: Penyakit periodontal meningkat pada pasien dewasa. 3.4.6 TAHAPAN PEKERJAAN 1. Mengisi Rekam medik 2. Mengukur indeks kepala/sefalik 3. Mengukur indeks wajah FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



42



3.5



MODUL 2



3.5.1 TOPIK 4



: PROSEDUR DIAGNOSIS : ANALISIS FUNGSIONAL



3.5.2 SASARAN PEMBELAJARAN Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan : 1. Mahasiswa mampu menentukan dan memverbalkan path of closure 2. Mahasiswa mampu menentukan adanya kelainan path of closure (deviasi dan displacement mandibula) 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan sendi temporo madibula (normal, clicking, krepitasi) 4. mahasiswa mampu melakukan, memverbalkan dan menginterpretasikan free way space 3.5.3 ALAT 1. Jangka berujung runcing 2. Benang 3. selotip 3.5.4 BAHAN 1. benang 2. kertas 3. spidol 3.5.5 TEORI 1. Path of closure: arah gerakan mandibula pada posisi istirahat ke oklusi sentrik. Path of closure berupa gerakan engsel sederhana melewati freeway space. a. Deviasi mandibula: keadaan ini berhubungan dengan posisi kebiasaan mandibula b. Displacement mandibula: dapat terjadi pada : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



43



a) Jurusan tranversal - Adanya gigitan silang posterior - Adanya gigitan silang unilateral gigi posterior disertai garis median atas bawah yang tidak segaris. b) Jurusan sagital Adanya kontak premature pada daerah Insisive



Gambar:



Displacement mandibular ke kanan



2. Freeway space (interocclusal clearance): jarak antaroklusi pada saat mandibula dalam posisi istirahat, besarnya 2-3 mm, arahnya ke atas dan ke depan.  Cara mengukur : 2. Memposisikan kepala pasien menghadap lurus ke arah depan 3. Menentukan 1 titik di hidung dan 1 titik di dagu.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



44



4. Titik di ujung hidung dan di dagu diukur pada saat mandibula rest posisi dan oklusi sentrik menggunaan jangka sorong/ jangka dan penggaris



5. Freeway space =selisih jarak kedua titik (pada ujung hidung dan dagu) saat rest posisi dan saat oklusi sentris



3. Sendi



Temporomandibula:



Indikator



penting



fungsi



sendi



temporomandibua adalah lebar permukaan maksimal antara 35-40mm, 7mm gerakan ke lateral, 6mm ke depan. Cara memeriksa adalah dengan dilakukakn palpasi, yaitu ada rasa sakit / tidak, ada suara / tidak.



2.6 TAHAPAN PEKERJAAN 1. Pengisian Rekam Medis 2. Cara pengukuran Freeway space



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



45



3.6



MODUL 2



3.6.1 TOPIK 5



: PROSEDUR DIAGNOSIS : Analisis Model Studi



3.6.2 SASARAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Umum : Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat: 1. Melakukan analisis model studi 2. Memverbalkan cara menganalisis model studi 3. Menginterpretasikan hasil analisis model studi. b. Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa mampu mengukur dan menginterpretasikan indeks palatum 2. Mahasiswa mampu mengukur dan menginterpretasikan kurva spee 3.6.3 ALAT 1. Penggaris 2. Simetroskop 3. Alat tulis 3.6.4 BAHAN Model studi 3.6.5 TEORI 1. Palatum : Sempit, panjang, dalam. Dapat mempengaruhi retensi alat lepasan. Palatum yang dalam, retensi dan penjangkaran yang lebih baik. Kadang terdapat torus palatinus yang dapat mengurangi kenyamanan penderita.



Tinggi palatum (indeks korkhous) :



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



46



Tinggi palatum berdasarkan Korkhaus didefinisikan sebagai garis vertikal yang tegak lurus terhadap raphe palatina yang berjalan dari permukaan palatum ke permukaan oklusal pada garis intermolar menurut Pont.



Indeks Tinggi Palatum =



Tinggi palatum



x



100



jarak intermolar Pont



Nilai ideal = 42% > 42%



= palatum tinggi



< 42%



= palatum dangkal



2. Kurva Spee Kurva Spee (curve of Spee) merupakan lengkung yang menghubungkan insisal insisivi dengan bidang oklusal molar terakhir pada rahang bawah. Pada keadaan normal kedalamannya tidak melebihi 1,5 mm (kurva Spee datar). Pada kurva Spee yang positif (bentuk kurvanya jelas dan dalam) biasanya didapatkan gigi insisivi yang supraposisi atau gigi posterior yang infraposisi atau gabungan kedua keadaan tersebut.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



47



3.6.6 TAHAPAN PEKERJAAN 1. Mengukur indeks palatum 2. Menentukan kurva spee



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA



48