Budidaya Pinang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Tanaman pinang secara nasional bukan merupakan komoditas utama Indonesia, namun di Pulau Sumatera komoditas ini merupakan andalan sebagian petaninya dan sejak lama menjadi komoditas ekspor. Berbagai kendala ditemui oleh petani dalam mengusahakan komoditas ini



terutama mengenai budidaya dan ketersediaan benih varietas



unggul untuk pengembangan tanaman. Selama ini dalam pengembangan tanaman pinang, petani hanya memanfaatkan benih asalan serta penerapan teknik budidaya yang kurang optimal. Sehubungan dengan masalah tersebut, perlu disusun Buku Teknologi Budidaya dan Pascapanen Pinang sebagai panduan bagi petani, dinas-dinas dan instansi terkait untuk pengembangan pinang di Indonesia. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan produkstivitas tanaman pinang Indonesia.



Bogor, Agustus 2015 Kepala Puslitbang Perkebunan, Ttd Dr.Ir. Fadjry Djufry, M.Si



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



1



DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ................................................................... Daftar Isi ............................................................................. Daftar Tabel ........................................................................ Daftar Gambar .................................................................... I. Pendahuluan ................................................................ II. Biologi Pinang .............................................................. A. Silsilah ..................................................................... B. Morfologi Tanaman Pinang ...................................... 1. Batang ................................................................. 2. Daun .................................................................... 3. Bunga .................................................................. 4. Buah .................................................................... C. Komposis Kimia Buah Pinang .................................. III. Sumberdaya Genetik dan Varietas Unggul Pinang ....... IV. Perbanyakan Tanaman ................................................ V. Kesesuaian Tanah dan Iklim ........................................ VI. Teknik Budidaya .......................................................... A. Persiapan Benih ...................................................... 1. Jumlah Benih ....................................................... 2. Kriteria Buah untuk Benih .................................... 3. Persiapan Lahan ................................................. 4. Perkecambahan .................................................. 5. Pembibitan .......................................................... B. Persiapan Lahan Penanaman ................................. 1. Pembukaan Lahan ............................................... 2. Penentuan Jarak Tanaman .................................. 3. Pemancangan Tiang Ajir ...................................... 4. Pembuatan Lubang Tanam ................................. 2



v vii ix x 1 5 5 7 7 7 7 8 9 11 16 18 20 20 20 21 21 22 22 25 25 25 26 28 Pendahuluan



C. Sistim Penanaman .................................................. 1. Penanaman Sistim Monokultur ............................ 2. Penanaman dengan Sistim Tumpang Sari ........... D. Pemeliharaan Tanaman .......................................... 1. Penyulaman ......................................................... 2. Pemupukan ......................................................... 3. Penyiangan Gulma .............................................. 4. Pengairan ............................................................ VII. Hama dan Penyakit ...................................................... A. Hama Tanaman Pinang ........................................... B. Penyakit Tanaman Pinang ....................................... VIII. Panen dan Pasca Panen ............................................. A. Panen ...................................................................... 1. Panen Buah Matang Penuh ................................. 2. Panen Buah Muda ............................................... B. Penanganan Pasca Panen Tingkat Petani................ C. Penanganan Pasca Panen Tingkat Eksportir ............ Daftar Pustaka .................................................................... Glosarry .............................................................................. Indeks ................................................................................. Biodata Penulis ...................................................................



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



29 29 29 29 30 30 30 31 32 32 40 48 48 48 49 50 51 53 55 57 60



3



DAFTAR TABEL No.



Uraian



Halaman



Tabel 1. Komposisi kimia buah pinang muda dan matang ....



10



Tabel 2. Karakteritik koleksi ex situ pinang di Kebun Percobaan Kayuwatu, Sulawesi Utara .....................



12



Tabel 3. Takaran pupuk tanaman pinang (satu kali aplikasi) ..



30



4



Pendahuluan



DAFTAR GAMBAR No. Gambar 1.



Gambar 2. Gambar 3.



Gambar 4.



Gambar 5.



Gambar 6.



Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15.



Uraian Jarak antar nodus (ruas batang) pohon pinang. a). Jarak antar nodus jarang, b). Jarak antar nodus lebih rapat ................................... a). Tangkai daun/petiole, b). Helaian daun, c). Pinak daun ................................................ a). Rangkaian bunga pinang; b). bunga betina yang sedang reseptif; c). bunga jantan yang sedang mekar ................................................. Buah pinang dan buah matang (a), Penampang melintang buah (b), Penampang membujur buah (c) ......................................... a). Pinang Betara-1 warna buah muda hijau kehitaman, b). Warna buah matang oranye, c). Pinang Mongkonai, warna buah muda hijau kekuningan, d). Warna buah matang kuning ............................................................. Tinggi tanaman sebagai karakter pembeda varietas pinang. a). Pinang Mongkonai umur 6 tahun, b). Pinang Molinow-1 umur 6 tahun ..... Cara pengajiran lubang tanam pinang ............ Rayap (Coptotermes curvignathus) ................ Belalang dan gejala serangan ........................ Larva dan imago Leucopholis sp .................... Larva Tirathaba mundelia ............................... Larva dan serangan Batrachedra sp. .............. Larva dan serangan E. hypermnestra ............. Tupai .............................................................. Bercak daun menguning .................................



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



Halaman



7 7



8



9



13



14 28 33 34 35 36 38 39 40 40 5



Gambar 16. Buah gugur akibat penyakit Fruit rot (tanda panah adalah gejala serangan ....................... Gambar 17. Gejala serangan Mycoplama .......................... Gambar 18. Serangan Ganoderma lucidum ....................... Gambar 19. Gejala serangan Bacterial leaf stripe .............. Gambar 20. Gejala serangan penyakit batang berdarah .... Gambar 21. Kriteria panen buah matang penuh ................. Gambar 22. a). Panen buah muda umur 3-4 bulan, b). Buah muda yang direbus untuk diekspor ... Gambar 23. Pasca panen pinang di Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. a). Buah pinang dikemas dalam karung setelah di panen; b). Buah dibelah dengan alat belah tradisional; c). Penjemuran buah; d). Proses pencungkilan buah yang telah kering dari sabut ............................................. Gambar 24. a). Pengeringan biji pinang secara tradisional; b). Pengeringan lanjutan oleh perusahaan eksportir dengan menggunakan tungku pemanas; c,d). Penyortiran biji pinang kering ....



6



42 43 44 45 46 49 50



51



52



Pendahuluan



1 PENDAHULUAN Asal usul tanaman pinang (Areca catechu L.) hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Kuat dugaan bahwa tanaman ini adalah tanaman asli Asia Selatan. Penyebarannya meliputi Asia Selatan, Asia Tenggara, serta beberapa pulau di Laut Pasifik. Spesies terbesar dari tanaman ini terdapat di Semenanjung Malaya (Malay-Archipelago), Filipina dan Kepulauan Hindia Timur (East Indies Island). Pola penyebaran spesies Areca di Indonesia terutama di Malaya, Kalimantan dan Sulawesi yang terdiri dari 24 spesies. Kelompok Hindia Timur merupakan pusat keragaman tanaman pinang terbesar (Bavappa et al., 1988). Luas tanaman pinang di Indonesia ± 147.890 ha dengan penyebaran hampir di semua wilayah Indonesia, terutama di Pulau Sumatera 42,388 ha, Nusa Tenggara/Bali 42.388 ha, Kalimantan luas 4,475 ha, Sulawesi 2.407 ha, dan Maluku/Papua 1.428 ha. Produksi biji Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



7



kering 69.881 ton dengan volume ekspor pada tahun 2009 sebesar 197,197 ton (Anonim, 2011). Linneaus



menamakan Areca catechu pada saat melakukan



deskripsi pada tahun 1753. Areca berasal dari kata Melayu adeka atau



adaka. Kata Catechu berasal dari bahasa Portugis cacho (dalam bahasa Inggris cutch) kemudian ditranskrip ke dalam bahasa Jepang sebagai



catechu dan digunakan sebagai kata asli untuk obat-obatan dari kata Acacia catechu, yang diimpor dari Jepang ke Jerman pada abad ketujuhbelas sebagai terra japonica (Corner, 1966). Budidaya pinang secara komersil hanya dilakukan di India, Bangladesh dan Sri Lanka (Anonim, 1985). Di Indonesia Tanaman pinang tumbuh secara liar atau ditanam sebagai tanaman pekarangan kecuali di beberapa daerah di Sumatera sebagian petani sudah mulai membudidayakan walaupun tidak dalam areal yang luas (Novarianto dan Mahmud, 1988). Pinang sudah umum dimanfaatkan di India, Sri Lanka, Maldives, Bangladesh, Myanmar, dan sebagian besar masyarakat di Kepulauan Asia Pasifik. Juga populer di Indonesia Thailand, Kamboja, Malaysia, Vietnam, Filipina, Laos, dan Cina (Gupta et al., 2002). Pada umumnya tanaman pinang digunakan sebagai stimulansia, dicampur dengan sirih, kapur dan tembakau. Penggunaan buah pinang selain untuk ramuan sirih pinang, juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dan farmasi. Di bidang industri digunakan dalam penyamakan kulit, pewarna kain dan kapas. Pinang juga dimanfaatkan untuk bidang farmasi, yaitu sebagai campuran pembuat obat-obatan, 8



Pendahuluan



seperti obat disentri, cacing, obat kumur dan lan-lain (Novarianto dan Rompas, 1990). Arecoline adalah salah satu alkoloid berupa ester metiltetrahidrometil-nikotinat dan berwujud sebagai minyak basa keras merupakan salah satu komponen yang ada dalam biji pinang. Alkoloid ini merupakan racun yang manjur untuk membunuh cacing pita dan mampu mempengaruhi syaraf manusia dan mamalia (Wardiana dan Enny Randriani, dalam Lukman, 1990). Menurut Meyanto et al. (2008), senyawa etanolik biji buah pinang dapat menghambat proliferasi dan memacu terjadinya apoptosis sel MCF-7 penyebab penyakit kanker. Selain itu Chang et al. (2002) menyatakan bahwa pinang mampu menginduksi cell cycle arrest pada pada kultur sel epitelial sel kanker oral-KB. Hampir semua bagian tanaman pinang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia mulai dari alat rumah tangga hingga mengatasi berbagai gangguan penyakit. Menurut Natalini dan Syahid (2007),



tanaman



pinang



terutama



bagian



bijinya



telah



lama



dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, mimisan, panu, kudis, cacingan, disentri dan gigi goyang. Peluang pengembangan tanaman di beberapa daerah seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Timur, dan Papua



cukup besar, tapi masih belum



diprioritaskan. Perluasan areal dan rehabilitasi tanaman adalah program yang harus mendapat prioritas pada beberapa daerah sentra produksi



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



9



(Pandin dan Rompas, 1994). Masalahnya adalah ketersediaan benih bermutu terutama varietas unggul pinang. Hasil eksplorasi yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Palma mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 di beberapa daerah di Pulau Sumatera, Sulawesi dan Papua, ditemukan beberapa aksesi pinang yang memiliki keragaman yang cukup besar dengan tingkat produksi yang cukup tinggi, dan dapat digunakan sebagai sumber benih. Aksesi-aksesi tersebut adalah Pinang Betara asal Tanjung Jabung Barat, Jambi yang telah dilepas sebagai varietas unggul lokal dengan produksi buah 131 butir per tandan; Pinang Mongkonai dan Molinow asal Kotamobagu, Sulawesi Utara yang memiliki kandungan tanin yang tinggi (13.22 % dan 11.78%) dan karakteristik warna buah yang berbeda dengan aksesi pinang lainnya. Aksesi-aksesi tersebut berpeluang untuk dikembangkan sebagai varietas unggul. Permasalahannya adalah jumlah benih yang terbatas terutama untuk Pinang Mongkonai dan Molinow sehingga perlu pembangunan kebun induk disentra produksi pinang.



10



Pendahuluan



2 BIOLOGI PINANG A. Silsilah Pinang merupakan tanaman monokotil dan termasuk famili Palmaceae, genus Areca. Selain itu, pinang merupakan tanaman berumah satu (monoceous), yaitu bunga betina dan bunga jantan berada dalam satu tandan dan menyerbuk silang. Penggolongan tanaman pinang secara rinci sebagai berikut : Devisi



: Spermatophyta



Sub Divisi



: Angiospermae



Klas



: Monocotyledoneae



Ordo



: Principes/Palmales/Arecales



Family



: Palmae/Arecaceae



Sub Family



: Arecoideae



Genus



: Areca



Species



: Areca catechu L.



Jumlah kromosom diploid : 32 Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



5



Jenis pinang yang ada di daerah-daerah tersebut umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu (1) Areca catechu varietas Alba juga disebut pinang putih dengan ciri-ciri buah berukuran besar dan memiliki aroma seperti nasi yang baru ditanak pada saat dikunyah, dan (2) Areca



catechu varietas Nigra atau disebut pinang hitam dengan ciri buah berukuran lebih kecil dari varietas Alba. Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitpalma) telah mengkonservasi (koleksi ex situ) sebanyak 41 aksesi pinang yang berasal dari daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Papua. Dari hasil evaluasi terhadap kadar tanin diperoleh 7 aksesi yang memiliki kandungan tanin tertinggi, yaitu Mongkonai, Molinow-2, Betara-1, Betara-2, Bengkulu 1, Bengkulu 2 dan Sumbar-2. B. Morfologi Tanaman Pinang 1. Batang Pinang merupakan tanaman soliter (tumbuh secara individual), berbatang lurus dan mampu mencapai tinggi 20 – 30 meter dengan diameter antara 25-30 cm. Batang pinang memiliki ruas bekas daun (nodus) yang jelas dengan jarak antar ruas 15-20 cm, tergantung varietas. Makin rapat jarak antar ruas batang makin baik (Gambar 1). 2. Daun Jumlah daun pinang bervariasi antara 7-10 helai. Daun pinang berbentuk menyirip majemuk dengan panjang antara 1-1,5 m, memiliki anak daun (leaflet) berjumlah antara 30-50 pinak daun (Gambar 2). 6



Biologi Pinang



a



b



Gambar 1. Jarak antar nodus (ruas batang) pohon pinang; a). jarak antar nodus jarang; b). jarak antar nodus lebih rapat.



b



a c Gambar 2. a). tangkai daun/petiole; b). helaian daun; c). pinak daun.



3. Bunga Bunga pinang berumah satu, bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu rangkaian bunga (inflorescence). Bunga betina terletak pada bagian dasar dari tangkai rangkaian bunga (spikelet), Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



7



sedangkan bunga jantan ukurannya lebih kecil, jumlahnya banyak dan terletak menyebar meluas dari bagian luar sampai bagian ujung tangkai rangkaian bunga (Gambar 3). Baik bunga jantan maupun bunga betina memiliki 6 petal, tetapi tidak memiliki tangkai bunga dan berwarna putih susu. Bunga jantan memiliki 6 benang sari (stamen). Bunga betina berukuran panjang 1.3 – 2.0 cm dan lebih besar dari bunga jantan, memiliki 6 benang sari yang steril dan 3 indung telur (ovary) yang memiliki stigma berbentuk segi tiga.



a



b



c



Gambar 3. a). Rangkaian bunga pinang; b). bunga betina yang sedang reseptif; c). bunga jantan yang sedang mekar.



4. Buah Buah pinang termasuk buah drupe (buah batu) karena lapisan bagian dalamnya atau endocarp liat, tebal dan keras seperti batu; berwarna kuning sampai oranye pada saat masak. Pericarp bersabut dengan ketebalan 5-6 mm. Biji berbentuk lonjong, bulat 8



Biologi Pinang



atau elip, dengan bagian dasar biji rata. Embrio terletak pada bagian dasar biji (Gambar 4). Pembungaan dimulai saat tanaman berumur 4-6 tahun, mulai produksi buah saat berumur 7-8 tahun. Puncak produksi sampai umur 10-15 tahun dan berlanjut sampai umur 40 tahun, kemudian menjadi steril sampai tanaman mati.



a



Gambar 4. Buah pinang muda



b



c



dan buah matang (a); penampang melintang buah



(b); penampang membujur buah (c).



C. Komposisi Kimia Buah Pinang Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang



et al., 1996). Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



9



mengandung proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Proantosianidin mempunyai efek anti bakteri, anti virus, anti karsinogenik, anti inflamasi, anti alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000). Komposisi kimia buah pinang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia buah pinang muda dan matang. No.



Kandungan (%)



Buah Muda



Buah Matang



1.



Kadar Air



69,40-74,1



38,90 -56,70



2.



Polyphenol



17,20-29,8



11,10 – 17,80



3.



Arecoline



0,11-0,14



0,12 – 0,24



4.



Lemak



8,10-12,0



9,50 – 15,10



5.



Serat Kasar



8,20-9,8



11,40 – 15,40



6.



Total Polysacharida



17,30-23,0



17,80 – 25,70



7.



Protein Kasar



6,70-9,40



6,20 – 7,50



8.



Kadar Abu



1,20-2,50



1,10 – 1,50



Sumber: Jayalakshmi & Mathew (1982).



10



Biologi Pinang



3 SUMBERDAYA GENETIK DAN VARIETAS UNGGUL PINANG Keragaman karakter dalam koleksi sumberdaya genetik pinang cukup luas. Beberapa karakter yang dapat dijadikan sebagai pembeda antar varietas antara lain, tinggi batang, warna buah, ukuran buah, dan produksi buahnya (Gambar 5 dan 6). Di India terdapat 5 varietas unggulan yang didasarkan pada produksi buah matang/pohon/tahun. Kelima varietas tersebut adalah: a). Mangala 10 kg buah matang/ pohon/ tahun; b). Sumangala 17,25 kg buah matang/pohon/tahun; c). Sree Mangala 15,63 kg buah matang/pohon/ tahun; d). Mohitnagar 15,8 kg buah matang/pohon/tahun; dan e.) Calicut 18,89 kg buah matang/ pohon/tahun. Sejak tahun 1980-an



Balai Penelitian Tanaman Palma telah



melakukan eksplorasi pinang unggul di berbagai daerah di Indonesia, dan berhasil mengoleksi 41 aksesi pinang. Dalam koleksi tersebut, 24 Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



11



aksesi diantaranya memiliki keunggulan produksi. Karakteristik ke 24 aksesi pinang Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteritik koleksi ex situ pinang di Kebun Percobaan Kayuwatu, Sulawesi Utara. Karakter No



Aksesi



.



Tinggi



Lingkar



Jumlah



Jumlah



Jumlah



Jumlah



Kadar



batang



batang



bekas



daun



tandan



buah



tanin



(m)



(cm)



daun



(%)



1.



Bengkulu-1



8,10



50,66



8,00



8,38



3,00



119,00



5,17



2.



Bengkulu-2



8,00



50,65



7,62



8,32



3,00



61,92



7,95



3.



Sumbar-1



7.,82



53,00



6,83



8,50



3,27



41,00



-



4.



Sumbar-2



6,70



50,28



8,94



8,31



4,00



81,00



5.47



5.



Sumbar-3



7,86



53,35



6,85



7,50



3,00



65,36



-



6.



Sumbar



8,36



56,38



5,85



7,57



3,00



100,00



-



7.



Sumut-1



7,30



50,13



8,27



7,93



3,43



75,38



-



8.



Sumut-2



8,15



54,50



6,00



7,50



4,13



79,00



-



9.



Mongkonai



4,18



47,71



12,71



5,35



4,00



59,00



13,22



10.



Molinow-1



6,32



53,79



17,07



7,15



3,00



35,00



11,78



11.



Molinow-2



4,41



47,71



13,50



5,93



4,00



67,00



-



12.



Galangsuka



7,68



54,28



19,18



7,95



3,41



60,00



-



13.



Jaharun



6,30



57,00



9,60



6,20



4,00



79,00



-



14.



Nifasi-1



6,16



62,76



11,76



7,62



4,30



91,00



-



15.



Nifasi-2



5,97



62,63



9,74



7,85



5,10



43,00



-



16.



Tarean



6,57



54,10



18,27



7,10



3,00



27,00



-



17.



Kampung Harapan



5,95



65,71



9,21



7,51



4,00



65,00



-



18.



Kalisusu



5,86



60,62



9,77



7,08



3,40



71,00



-



19.



Oyehe



6,47



66,09



10,36



7,45



3,70



83,00



-



20.



Kaliharapan



6,16



64,48



9,81



7,19



4,20



63,00



-



21.



Betara Muara Sabak Timur-1



10,28 7,64



44,18 36,25



9,00 4,36



9,62



5,00



131,35



9.79



Muara Sabak Timur-2



7,23



43,36



4,40



9,57



4,57



47,21



-



Muara Sabak Timur-3



7,50



43,73



4,27



9,73



4,67



53,17



-



9,73



4,53



73,07



-



22. 23. 24.



12



Sumberdaya Genetik dan Varietas Unggul Pinang



a



b



c



d



Gambar 5. a). Pinang Betara-1 warna buah muda hijau kehitaman; b). warna buah matang oranye; c). Pinang Mongkonai, warna buah muda hijau kekuningan; d). warna buah matang kuning. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



13



a



b



Gambar 6. Tinggi tanaman sebagai karakter pembeda varietas pinang; a). Pinang Mongkonai umur 6 tahun; b). Pinang Molinow-1 umur 6 tahun.



Berdasarkan produktivitas buah per tandan per pohon, beberapa aksesi memperlihatkan produktivitas tinggi, aksesi-aksesi tersebut adalah: Betara (131.35 butir),



Bengkulu-1 (119 butir), Sumbar (100



butir), Nifasi-1 (91 butir), Oyehe (83 butir), Sumbar-2 (81 butir), Sumut-2 (79 butir), Jaharun (79 butir), Sumut-1 (75.38 butir), Muara Sabak Timur3 (73.07 butir), Kalisusu



(71 butir), Molinow-2 (67 butir), Sumbar-3



(65.36 butir), Kampung Harapan (65 butir), Kaliharapan (63 butir), Bengkulu-2 (61.92 butir), Galangsuka (60 butir), Mongkonai (59 butir), dan Muara Sabak Timur-2 (53.17 butir). Hasil pengamatan komponen buah, populasi pinang Betara jauh mengunguli 5 varietas pinang unggul koleksi India, yaitu Betara 30,91 kg berat buah matang/pohon/tahun (produksi buah = jumlah 14



Sumberdaya Genetik dan Varietas Unggul Pinang



tandan/pohon/tahun x jumlah buah/pohon x berat buah). Aksesi pinang lainnya produksi buahnya menyamai produksi 5 varietas unggul India adalah: Muara Sabak Timur-3 (18,27 kg), Nifasi-1 (18,2 kg), Bengkulu-1 (17,85 kg), Oyehe (16,60 kg), Sumbar-2 (16,20 kg), Sumut-2 (15,80 kg), Jaharun (15,80 kg), Sumbar (15 kg), Molinow-2 (13,40 kg), Muara Sabak Timur-2 (13,25 kg), Kampung Harapan (13 kg), Kaliharapan (12.60 kg), Sumut-1 (11.25 kg). Mongkonai (11.80 kg), Kalisusu (10,65 kg).



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



15



4 PERBANYAKAN TANAMAN Ketersediaan pohon induk pinang produksi tinggi sebagai sumber benih merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengembangan tanaman pinang. Seleksi pohon induk dilakukan dalam suatu populasi tanaman atau suatu blok pertanaman. Beberapa tahap dalam menghasilkan bahan tanaman yang berkualitas meliputi evaluasi Blok Penghasil Tinggi, seleksi Pohon Induk, (dapat dilihat dalam Lampiran), seleksi benih dan teknik perkecambahan yang baik. Dalam memperbanyak tanaman pinang, persyaratan yang sangat penting adalah benih berasal dari Pohon Induk Unggul. Beberapa karakter yang menjadi persyaratan dalam memilih pohon induk unggul pinang adalah: 1.



Berbunga lebih awal (6 sampai dengan 7 tahun)



2.



Prosentase buah jadi atau fruit set tinggi



16



Perbanyakan Tanaman



3.



Jarak antar nodus (ruas batang) pendek



4.



Jumlah daun banyak (minimal 7, tergantung varietas)



5.



Produksi tandan minimal 4 tandan per tahun



6.



Produksi buah per tandan minimal di atas 50 butir. Disarankan untuk tidak memilih pohon induk yang berasal dari



blok pertanaman yang telah berumur lebih dari 25 tahun, karena cenderung menurun produktivitasnya.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



17



5 KESESUAIAN TANAH DAN IKLIM Tanah Tanaman pinang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tapi yang paling sesuai adalah jenis tanah berliat (clay loam). Persyaratan lain yang perlu diperhatikan adalah tanah harus beraerasi baik, solum tanah dalam dan tidak terdapat lapisan cadas. Iklim Tanaman pinang dapat tumbuh pada daerah-daerah dengan ketinggian mulai dari 1 meter sampai dengan 1.400 meter di atas permukaan laut (Van Steenis, 2003). Menurut



Purseglove (1975),



tanaman pinang tumbuh dengan subur pada iklim tropis dengan pengaruh kondisi laut dan tumbuh sampai pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Tanaman pinang membutuhkan kelembaban



18



Kesesuaian Tanah dan Iklim



tanah yang cukup dan curah hujan tinggi sepanjang tahun dengan kisaran 1500 sampai dengan 5000 mm dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 hari. Bulan basah berkisar antara 3 sampai dengan 6 bulan per tahun, sedangkan bulan kering yang dapat ditolerir oleh tanaman pinang berkisar antara 4 sampai dengan 8 bulan per tahun. Menurut Purseglove (1975) tanaman pinang sangat sensitif terhadap kekeringan dan tidak sesuai dikembangkan di daerah-daerah dengan curah hujan kurang dari 1250 mm per tahun sehingga dibutuhkan irigasi. Cahaya matahari sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman pinang. Kebutuhan cahaya matahari yang ideal untuk pertumbuhan tanaman pinang adalah 6-8 jam/hari. Beberapa pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan tanaman pinang, antara lain: 1). jarak antar ruas batang (nodus) lebih pendek dibanding tanaman yang terlindungi; 2). pertumbuhan tanaman tidak cepat tinggi; 3). fisik tanaman lebih kuat; dan 4). persentase bunga betina menjadi buah lebih besar.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



19



6 TEKNIK BUDIDAYA Produksi pinang yang tinggi akan dicapai dengan penerapan teknik budidaya yang baik. Beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman pinang adalah: A. Persiapan Benih



1.



Jumlah Benih Budidaya



tanaman pinang dilakukan mulai dari penyemaian biji.



Sekalipun daya kecambah pinang tergolong tinggi, yaitu lebih dari 90 persen, kebutuhan biji untuk disemaikan sebaiknya dicadangkan sebanyak 25% dari jumlah benih yang dibutuhkan dalam setiap hektar areal tanam. Penanaman dengan arak tanam 2,7 m X 2,7 m, membutuhkan 1.300 tanaman/ha. Oleh karena itu, disiapkan sebanyak 1.625 benih untuk disemaikan.



20



Teknik Budidaya



2. Kriteria Buah untuk Benih Beberapa kriteria tentang buah pinang yang baik untuk dijadikan benih, adalah ukuran, berat, dan umur buah. Khusus untuk ukuran buah, sangat tergantung pada varietas pinang. Ukuran buah pinang bervariasi dari ukuran kecil sampai besar. Kriteria buah pinang untuk benih adalah : a. Sebaiknya buah diambil yang berukuran besar dan seragam, buah yang besar berpotensi menghasilkan keturunan dengan buah besar juga. b. Berat buah yang dijadikan benih sekitar 60 buah/kg, atau kurang lebih bobot buah sekitar 35 g/butir. c. Umur pohon yang baik > 10 tahun dan telah stabil berproduksi, sampai umur 25 tahun. d. Buah untuk benih harus matang fisiologis ditandai dengan warna buah oranye, atau telah berumur kurang lebih 12 bulan. e. Tidak terserang hama dan penyakit.



3. Persiapan Lahan Sebelum mengecambahkan biji, lahan persemaian/pendederan perlu disiapkan terlebih dahulu. Untuk kebutuhan benih pada penanaman di lahan seluas 1 ha maka luas pesemaian yang diperlukan berkisar 4-5 m² atau sekitar 400 biji/m2. Langkah-langkah persiapan lahan pendederan sebagai berikut: a. Lokasi pesemaian harus cukup baik atau subur dan aman dari gangguan orang, ternak dan organisme pengganggu lainnya. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



21



b. Lahan dibersihkan dari rumput dan digemburkan. c. Buat bedengan memanjang sesuai kebutuhan dan kondisi lahan dengan lebar 1 meter. Caranya dengan menggali saluran drainase diantara dua bedengan dan tanah galiannya diuruk ke tengah sambil diratakan.



4. Perkecambahan Tahapan perkecambahan biji adalah sebagai berikut: a. Menyusun buah pinang terpilih pada bedengan dengan posisi horizontal. Penyusunan harus rapat agar daya tampung bedengan maksimal. b. Menutup buah pinang tersebut dengan tanah berpasir. c. Bedengan diberi naungan agar kelembaban terjaga dan terhindar dari teriknya penyinaran matahari langsung. d. Bedengan diberi pagar agar terhindar dari gangguan hewan. Perkecambahan berlangsung sekitar 1,5-3 bulan. Saat itu akar atau tunas dari buah sudah bermunculan. Daya kecambah buah pinang dapat mencapai 90 persen.



5. Pembibitan Pemindahan buah yang telah berkecambah ke pembibitan langsung dipindahkan ke dalam medium tanam dalam polybag. Pembibitan dilakukan dalam dua tahap, sebagai berikut: 1. Pembibitan Tahap Pertama Kecambah buah dibibitkan pada lahan dengan lebar 1 m dan 22



panjang



disesuaikan



dengan



kondisi



lapangan



dan



Teknik Budidaya



bedengan diberi dinding keliling dari papan setinggi polybag (15 cm). Tujuannya agar polybag dapat disusun tegak dan rapi. Polybag yang digunakan berukuran 25 cm x 25 cm atau volume 1 kg media tanam. Polybag harus memiliki lubang di bagian bawahnya agar drainasenya baik. Polybag dengan tanah hingga setinggi 3/4 bagian, lalu dipadatkan. Biji pinang yang sudah berkecambah ditanam didalam polibag pada kedalaman 4 cm atau posisi rata dengan tanah. Setiap polybag diisi satu kecambah. Selanjutnya



kecambah



ditutup dengan tanah



secukupnya agar kelihatan rapi. Bedengan diberi naungan dengan tinggi tiang naungan sekitar 2,5 m. Naungan terbuat dari daun kelapa, nipah dan alang-alang. Naungan mulai dikurangi setelah bibit berumur 2 bulan. Pengurangan ini dilakukan hingga bibit akan dipindahkan pada pembibitan kedua atau sudah berumur 5 bulan. Selama dalam pembibitan, bibit perlu dipelihara dengan cara sebagai berikut: a. Penyiraman dilakukan setiap pagi atau sore hari sebanyak 0,25 l/polybag, atau kondisi tanah dalam polybag sudah jenuh air. b. Penyiangan gulma dilakukan bila di dalam dan disekitar polybag tumbuh gulma. c. Pemberian pupuk majemuk NPK dilakukan dengan dosis 4 g/polybag.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



23



d.



Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dan fungisida.



e. Seleksi bibit yang baik adalah bibit yang berpangkal relatif besar berbentuk seperti botol dan helaian daun melengkung. 2. Pembibitan Tahap Kedua Pada pembibitan tahap kedua ini, bibit pada pembibitan pertama dipindah kedalam polibag ukuran 40 cm x 50 cm. Lahan yang digunakan dapat dilakukan dilahan pembibitan tahap pertama. Jarak antar polybag pada pembibitan tahap kedua sekitar 30 cm x 30 cm. Lahan harus datar agar polybag tidak rebah. Kedalam polybag diisi tanah subur 2/3 bagian dan bisa ditambah kompos. Dari 2/3 bagian polybag yang akan diisi dengan media tanam, 50% adalah kompos plus (pada bagian bawah) dan 50% sisanya diisi tanah biasa (pada bagian atas). Bibit dari polybag kecil pada pembibitan tahap pertama dapat dipindahkan kedalam polibag tersebut di atas dengan cara menyobek polybag kecil, dan selanjutnya bibit ditanam dalam polybag besar. Tanah dalam polibag harus relatif padat dan pangkal batang bibit tepat pada permukaan polybag. Agar pertumbuhan tanaman di polybag sempurna, perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK dengan dosis 20 g/ polybag. Lokasi pembibitan sebaiknya diberi pagar keliling agar terlindung dari gangguan ternak maupun hewan lainnya. Lokasi pembibitan kedua ini sebaiknya dekat dengan sumber air. 24



Teknik Budidaya



Pemeliharaan pembibitan tahap kedua ini dilakukan selama 12 bulan sebelum dipindahkan ke lapang. 3. Seleksi Bibit Sebelum dipindahkan ke lapang, sebaiknya dilakukan seleksi bibit yang vigor atau kekar dengan kriteria sebagai berikut: a. Bibit yang akan dipindahkan ke lapang berumur antara 12 - 18 bulan. b. Jumlah daun minimal 5 helai. c. Tinggi sekitar 60-75 cm dengan lingkar batang yang kekar. d. Tidak terserang hama dan penyakit. B. Persiapan Lahan Penanaman Tahapan yang harus dilakukan setelah lokasi tanam ditentukan adalah persiapan lahan yang dimulai dari pembukaan lahan (jika tanah berupa hutan semak, atau hutan lainnya) sampai dengan pembuatan lubang tanam. 1. Pembukaan Lahan Lahan yang dapat ditanami tanaman pinang adalah lahan semak belukar, lahan tidur dan lahan pekarangan. 2. Penentuan Jarak Tanam Jarak tanam yang umum digunakan di lapang adalah 2,7 m x 2,7 m segi empat. Jarak tanam ini dianggap cukup efisien untuk pertumbuhan tanaman. Dengan jarak tanam demikian, diantara



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



25



tanaman pinang dalam barisan dapat ditanami dengan tanaman lain seperti tanaman palawija sebagai tanaman tumpang sari. 3. Pemancangan Tiang Ajir Pemancangan tiang ajir akan memudahkan penentuan letak lubang tanam dan jarak menjadi lebih teratur. Peralatan yang digunakan untuk pengajiran adalah tali nilon, meteran dan tiang ajir dari bambu setinggi 1,75 m. Tali nilon disiapkan sepanjang 100 m. Kemudian diberi tanda dengan mengikatkan potongan tali nilon yang warnanya berbeda dengan tali induk. Batas setiap tanda sepanjang 2.7 m, disesuaikan dengan jarak tanam anjuran (2,7 m x 2,7 m). Setelah peralatan siap, pemancangan tiang ajir dapat dilakukan, dengan cara sebagai berikut: 1. Menentukan arah Timur dan Barat dan menentukan satu titik di sudut Barat dan satu titik lainnya di sudut Timur. 2. Menancap tiang ajir pada kedua titik tersebut dan membentangkan tali nilon 100 meter (sesuai kebutuhan) yang meng-hubungkan kedua ajir tersebut. 3. Memasang simpul sepanjang tali (simpul dari tali nilon dengan warna berbeda dari tali pertama) dengan jarak antar simpul 2.7 meter. Tali bersimpul ini merupakan baris pertama (bukan urutan baris pertanaman). 4. Membuat baris kedua. Pada baris pertama, ditentukan satu titik secara acak (tepat pada salah satu simpul) dan dari titik tersebut ditarik meteran sepanjang 8 meter. 26



Teknik Budidaya



5. Dari titik yang sama, ditarik meteran ke arah samping (kiri atau kanan) sepanjang 6 meter tegak lurus dengan baris pertama dan menghubungkan titik pada ujung titik 6 meter dengan ujung dari titik 8 meter pada baris pertama, sehingga membentuk segi tiga siku-siku. Penarikan garis ini harus diatur sampai membentuk sisi dengan panjang 10 meter mengikuti Rumus Pitagoras. 6. Setelah diperoleh segitiga siku-sikunya, maka tarik garis lurus pada sisi 6 meter dari segitiga siku-siku tersebut, diperoleh baris kedua. 7. Pembuatan baris ketiga dilakukan pada bagian sebelah dari baris pertama atau baris kedua



dengan cara yang sama



seperti point 4 sampai point 6. 8. Selanjutnya dengan menggunakan tali nilon panjang yang telah diberi simpul berjarak 2.7 meter, baris pertama, kedua dan ketiga dihubungkan sambil memancangkan tiang ajir sampai seluruh lahan terisi dengan tiang ajir (Gambar 7).



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



27



T



Baris I 10 m 8m



6m



Baris III



Baris II



Gambar 7. Cara pengajiran lubang tanaman pinang.



4. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam untuk pinang dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Lubang tanam harus sudah dibuat 1 bulan sebelum penanaman, karena perlu dibiarkan terbuka kena sinar matahari. Setelah itu lubang dapat di isi tanah lapisan atas yang telah dicampur dengan kompos atau pupuk kandang sebanyak 1 kg. Selain itu, tanah lapisan atas tersebut dapat dicampur 28



Teknik Budidaya



pupuk NPK sebanyak 50-75 g/lubang. Tanah tercampur pupuk tersebut dimasukan ke lubang hingga 2/3 bagian. C. Sistim Penanaman Ada dua sistim penanaman pinang yang dapat dilakukan, yaitu penanaman dengan sistim monokultur dan penanaman dengan sistim tumpang sari. 1. Penanaman Sistim Monokultur Dalam sistim ini hanya satu jenis tanaman menghasilkan. Penanaman sebaiknya pada musim penghujan. Bibit yang ditanam sudah merupakan hasil seleksi. 2. Penanaman dengan Sistim Tumpang Sari Penanaman sistem tumpang sari memberikan nilai tambah petani karena tanaman pinang baru berproduksi pada umur 5 tahun. Tanaman tumpang sari yang biasa ditanam adalah tanaman



palawija



antara



lain



jagung,



kacang-kacangan.



Tanaman tumpang sari pada pertanaman pinang akan memberikan manfaat ganda pada petani, yakni pendapatan sebelum tanaman berproduksi dan efektifitasnya pemeliharaan tanaman pinang. D. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman pinang dilakukan agar tanaman lebih vigor pada pertumbuhan awalnya. Tanaman yang vigor pertumbuhannya baik biasanya berkorelasi dengan pembungaan yang lebih cepat. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



29



1. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk tanaman-tanaman yang mati atau rusak. Sebaiknya dalam penyediaan bibit untuk dipindahkan ke lapang, disisihkan sebanyak 25 persen dari total kebutuhan tanaman untuk satu hektar lahan yang akan ditanami sebagai tanaman sulaman. 2. Pemupukan Pemupukan tanaman dilakukan dua kali dalam 1 tahun, yaitu pada awal musim penghujan dan pada akhir musim penghujan. Dosis pupuk untuk tanaman muda dan tanaman yang mulai berbunga disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Takaran pupuk tanaman pinang (satu kali aplikasi). Jenis pupuk/takaran/pohon/tahun Umur Tanaman



1 – 3 tahun 



4 tahun



Urea (g)



TSP (g)



KCL (g)



55



40



180



220



80



240



Pupuk Kandang (kg) 6



3. Penyiangan Gulma a. Pembersihan blok pertanaman Pembersihan blok sebaiknya dilakukan tergantung keadaan gulma minimal 4 kali setahun. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanik atau dengan menggunakan herbisida.



30



Teknik Budidaya



b. Ring Weeding Gulma di sekeliling pohon pinang pada radius 1,5 m disiang secara mekanik atau menggunakan herbisida, dilakukan sebelum dilakukan pemupukan. 4. Pengairan Tanaman pinang sangat peka terhadap kekeringan, oleh sebab itu pengairan penting dilakukan pada daerah yang memiliki musim kering panjang. Tanaman perlu diairi sekali dalam 4 sampai 7 hari tergantung jenis tanah dan iklim.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



31



7 HAMA DAN PENYAKIT Hama dan penyakit penting pada tanaman pinang mulai dari pembibitan sampai di gudang penyimpanan adalah sebagai berikut: A. Hama



1. Bagworms (Ulat kantung) Penyebabnya adalah Manatha albipes Moore. Ditemukan pada bagian bawah pelepah daun dan membuat lubang-lubang kecil. Apabila serangan ulat kantung cukup parah dapat menyebabkan pelepah daun tersisa lidi. Pengendalian ulat kantung dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan insektisida yang mengandung bahan aktif acephate dengan dosis 10 g/250 ml air, takaran ini untuk diaplikasikan pada 10 pohon.



32



Hama dan Penyakit



2. Rayap (Coptotermes curvignathus) Rayap menyerang benih atau bibit pada musim kemarau. Serangan pada bibit dimulai pada pangkal batang, sehingga bagian pucuk menjadi layu dan lama kelamaan tanaman mati. Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan menutup bagian pangkal



batang



dengan



pasir



ataupun



secara



kimiawi



menggunakan insektisida dengan bahan aktif Fipronil dengan dosis 50 ml/liter air atau Chlor pyriphos dengan dosis 6,25 ml/liter air.



Gambar 8. Rayap (Coptotermes curvignathus).



3. Belalang (Valanga sp.) Belalang



merupakan



salah



satu



hama



tanaman



pinang.



Serangga ini mengalami metamorfosis sederhana yang di mulai dari telur, nimfa dan imago. Belalang menyerang tanaman pinang dengan cara memakan daun yang masih relatif muda, gejala serangan daun berlubang tidak beraturan bahkan pada serangan berat yang tersisa hanya tulang daun pinang. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



33



Pengendalian dilakukan dengan entomopatogen Metarhizium



anisopliae, Nosuma locustae atau menggunakan insektisida berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.



Gambar 9 . Belalang dan gejala serangan



4. Kutu Ada 3 jenis kutu menyerang tanaman pinang, yaitu kutu merah (Raolella indica Hirst), kutu putih (Oligonychus Indicus Hirst) dan kutu oranye (Dolichotetranychus sp.) yang hidup berkelompok di bawah daun dan mengisap cairan di daun dan mengakibatkan daun berwarna kekuningan, coklat dan akhirnya mengering. Kutu oranye menyerang buah yang masih muda dan bersembunyi dibagian dalam perianth buah serta mengisap cairan, sehingga buah akan gugur. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan Kelthan 1,86 ml/l air ataupun penggunaan musuh alami predator antara lain Chilocorus sp.



34



Hama dan Penyakit



5. Kepik (Carvalhoia arecae Miller.) Kepik ditemukan berkumpul di bagian ujung ketiak daun. Kepik dewasa berwarna hitam dan kepik muda berwarna hijau kekuningan, keduanya mengisap cairan pada bagian spindle sehingga pertumbuhan tidak normal. Daun yang telah dihisap nampak garis-garis nekrotik berwarna coklat tua lama kelamaan daun mengering dan patah. Pengendalian dilakukan dengan insektisida sistemik Sevin 4G dengan dosis 10 g/pohon dengan interval 3 bulan per aplikasi.



6. Tempayak Akar (Leucopholis burmeistri Brenske.) Tempayak akar atau dikenal tempayak putih merupakan hama yang cukup merugikan tanaman pinang. Bentuk larva hama ini seperti huruf ”U”, serta tubuh lembut dengan kaki berbulu berwarna cokelat (Gambar 10). Larva memakan akar pinang muda dan tua, akibat serangannya daun berubah warna kuning, buah gugur dan pohon mudah rebah bila terkena angin.



Gambar 10 . Larva dan imago Leucopholis sp. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



35



7. Ulat Bunga (Tirathaba mundella Walk.) Ulat bunga (Gambar 1) menyerang mayang dengan mengisap cairan dalam bunga. Ulat dewasa meletakkan telurnya pada bagian spatha. Sehingga Spadix tidak dapat membuka dengan sempurna. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida Malathion 50 % EC dengan konsentrasi 2 ml/l air.



Gambar 11. Larva Tirathaba mundella



8. Gugur Buah Muda Gugur



buah



muda



disebabkan



oleh



kepik



Pentatomid



(Halyomorpha marmorea F). Buah pinang yang ditusuk dengan belalai akan mengeluarkan cairan. Buah yang ditusuk berwarna hitam pada permukaan kulit buah dan daging buah akan berwarna cokelat gelap. Gejala ini akan berkembang terus sehingga menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menyemprot Endosulfan 0.05% pada tandan. 36



Hama dan Penyakit



9. Kumbang Pinang (Coccotrypes carpophagus Horn.) Kumbang ini menggerek buah sehingga berlubang sampai pada bagian biji. Besar lubang gerekan berdiameter kira-kira 0,6 1,0 mm.



10. Kumbang Penggerek kopi (Araecerus fasculatus D.) Kumbang ini menyerang biji pinang yang mengakibatkan buah berlubang sebesar 1,5 – 2,5 mm. Hama ini ditemukan pada buah pinang di bagian dalam kelopak bunga (perianth). Musuh alami adalah parasit Anisopteromatus calandra Howard.



11. Kumbang Sigaret (Lasioderma serricome F.) Kumbang dewasa berwarna coklat kekuningan dengan bulu-bulu bercahaya. Kumbang ini menggerek buah dan bekas gerekannya terlihat seperti tepung. Musuh alaminya, yaitu parasit



Anisopteromatus calandrae Howard. 12. Ngengat Padi (Corcyra cephalonica Stainton) Ngengat ini termasuk hama gudang. Ngengat memakan daging buah sehingga menyebabkan buah berongga. Hama gudang ini dapat dikendalikan dengan insektisida sintetik berupa tablet phostoxin dengan takaran 800 g/1000 cm3 luas gudang. 13. Penggerek bunga pinang (Batrachedra sp.) Hama Batrachedra sp. (Gambar 12)



termasuk jenis ngengat



yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yang dimulai dari telur, larva, pupa dan imago. Imago Batrachedra sp. meletakkan telur pada bunga Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



jantan yang baru merekah 37



(reseptif). Fase yang merusak adalah larva dengan cara menggerek bunga jantan dan betina. Gejala serangan pada bunga jantan mengakibatkan bunga mengalami perubahan warna, satu per satu bunga jantan berubah warna cokelat lama kelamaan menjadi kering dan gugur diakibatkan gerekan larva yang ada di dalam bunga. Serangan berat dapat mengakibatkan tandan mengering. Pengendalian hama ini dapat memanfaatkan musuh alami sejenis tawon, yaitu predator Ancistrocerus sp., parasitoid Trichogramma sp., Apantales sp.



Gambar 12. Larva dan serangan Batrachedra sp.



14. Ulat Tanduk (Elymnias hypermnestra L.) Hama ulat tanduk termasuk serangga mengalami metamorfosis sempurna. Telur dan larva yang baru menetas berwarna putih, sedangkan larva tua berwarna hijau bergaris kuning. Ulat tanduk menyerang tanaman pinang yang masih muda sampai dewasa. Serangan di pembibitan (Gambar 13) menyebabkan tanaman gundul sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman pinang jadi terhambat, sedangkan serangan pada tanaman dewasa 38



Hama dan Penyakit



tidak terlalu berpengaruh. Pengendalian ulat tanduk dapat dilakukan dengan sanitasi, monitoring hama, musuh alami parasit pupa Bachymeria sp., predator larva Montrouzeriellus



melacanthus.



Gambar 13. Larva dan serangan E. Hypermnestra



15. Tupai Tupai merusak buah pinang dengan cara mengikis buah pada bagian kelopak bunga (perianth), melubangi dan memakan buah pinang muda dan tua. Pengendalian dapat dilakukan dengan sanitasi lahan, perangkap untuk menjebak tupai ataupun dengan musuh alami seperti burung elang, ular dan anjing.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



39



Gambar 14.Tupai (Sumber : Shashagiri et al., 2010)



B. Penyakit Tanaman Pinang



1. Bercak Daun Menguning (Yellow leaf spot) Penyebabnya adalah cendawan Curvularia sp. Gejala pada lamina daun, terlihat bercak-bercak kuning berdiameter 3 - 10 mm.



Infeksi



lanjut



dapat



menyebabkan



kematian



bibit.



Penyemprotan dengan Dithane dapat mengurangi serangan.



Gambar 15. Bercak daun menguning (Shashagiri et al., 2010).



40



Hama dan Penyakit



2. Leaf Blight Penyebabnya adalah Pestalotia palmarum Cooke. Gejala penyakit berupa bercak-bercak coklat kekuningan pada helaian daun. Pemupukan N dan K2O ataupun dengan pemberian naungan dapat menekan penyakit.



3. Karat Merah Daun (Red rust) Penyebabnya adalah Cephaleuros sp. Cendawan ini menginfeksi batang dan daun. Sehingga terlihat bercak tak beraturan pada bagian batang dan daun yang berwarna kekuningan. Untuk menghindari perlu dibuat naungan secukupnya.



4. Busuk akar/Pangkal batang (root/coolar rot) Penyebabnya adalah cendawan Fusarium sp. dan Rhizoctoria



sp. Penyakit ini biasanya terlihat di pembibitan dengan sistim drainase jelek. Serangan cendawan ini mengakibatkan tanaman layu.



5. Busuk Buah (fruit rot) Penyebabnya adalah Phytopthora arecae. Gejala bercak basah terlihat pada permukaan buah dekat kelopak bunga (perianth) (Gambar 16). Bercak ini akan menyebar sehingga warna buah berubah menjadi hijau tua. Jika bercak mencapai bagian apikal buah akan menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimia dapat di lakukan dengan fungisida Copper oxychlorride serta fitosanitasi (pembersihan) kebun.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



41



Gambar 16.



Buah gugur akibat penyakit fruit rot (tanda panah adalah gejala serangan (Narendra, P.S. ICAR Research Complex for GOA, India).



6. Busuk Pucuk (bud rot) Penyebabnya sama dengan penyakit busuk buah, yaitu P.



Arecae. Bagian yang diserang adalah pangkal spindle. Bagian yang terinfeksi berat warnanya berangsur menjadi kuning coklat, pucuk membusuk dengan bau khas. Pembersihan lokasi pertanaman dari tanaman terserang akan mencegah penyebaran penyakit.



7. Daun Menguning (yellow leaf disease) Penyebabnya adalah Mycoplasm Like Organism (MLO). Daun yang terserang memperlihatkan warna kekuningan dan terdapat garis-garis nekrotik (Gambar 17) pada lamina daun. Pertumbuhan daun akan mengecil sehingga produksi buah menurun. Daging buah berwarna kehitaman. Pengendalian dengan cara terpadu dengan pemupukan, penggunaan fungisida 2 g phorate granula per pohon serta fitosanitasi. 42



Hama dan Penyakit



Gambar 17. Gejala serangan Mycoplasma (Sheshagiri et al., 2010).



8. Busuk Kaki (foot rot) Penyebabnya



adalah



Ganoderma



lucidum



(Gambar



18).



Munculnya penyakit ini karena kurang pemeliharaan kebun, dan drainase jelek. Tanaman yang terserang menunjukkan gejala kekeringan yaitu daun menguning, terkulai dan akhirnya patah. Infeksi lanjut ditunjukkan oleh gejala batang terlihat bercak coklat tidak beraturan dan mengeluarkan cairan, dan selanjutnya akar tanaman akan membusuk. Untuk menghindari penyakit tersebut perlu pengaturan sistim drainase, dan kebersihan kebun. Beberapa mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma sp,



Streptomyces sp. dapat menjadi agen hayati pengendalian penyakit ini.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



43



Gambar 18. Serangan Ganoderma lucidum



9. Die back pembungaan dan Gugur buah Penyebabnya adalah Cooletotrichum gloesporioides. Gejalanya yaitu terlihat tulang daun menguning mulai ujung daun sampai ke arah pangkal. Bunga betina akan gugur. Pengendalian dapat dilakukan dengan fungisida Dithane 4 g/l air pada saat bunga betina terbuka dan pada 20-24 hari berikutnya.



10. Bacterial leaf stripe Penyebabnya adalah bakteri Xanthomonas campestris pv.



Arecae yang ditunjukkan dengan gejala daun terlihat bercakbercak selebar 0.5-1.0 cm. Permukaan bagian bawah daun ditutupi oleh bakteri. Daun yang ter-serang menimbulkan bercak yang tidak teratur berwarna putih keabuan atau kekuningan. Penyemprotan dengan antibiotik tetracyclin 1 g/2 L air yang dilakukan setiap 2 minggu.



44



Hama dan Penyakit



Gambar 19. Gejala serangan Bacterial leaf stripe (Shashagiri et al., 2010)



11. Daun Mengecil (band) Penyebab penyakit ini belum diketahui. Gejalanya adalah daun menjadi pendek, mengecil dan berbentuk sapu, warna daun menjadi hijau tua, batang meruncing dan jarak antar ruas batang memendek. Selain itu, mahkota pohon berbentuk seperti bunga mawar, sehingga pembungaan menjadi tidak sempurna, dan produksi buah menurun. Pengendalian penyakit dilakukan dengan perbaikan drainase dan penggemburan tanah. Pemberian campuran Copper sulfat dengan kapur perbandingan 1 : 1 dengan dosis 225 g per pohon per 6 bulan dapat memperbaiki kondisi ling-kungan tumbuh.



12. Batang Berdarah (stem bleeding) Penyebabnya adalah bakteri Thielaviopsis paradoxa Von Hohn (Ceralostomelia paradoxa). Gejalahnya adalah terjadi perubahan warna pada bagian yang terinfeksi di bagian batang dan jaringan Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



45



lembut serta mengeluarkan cairan berwarna coklat gelap (Gambar 20). Penyakit ini diduga berkembang akibat air tanah yang dangkal dan drainase jelek. Untuk menghindari serangan hama Xyleborus sp. yang dapat masuk melalui lobang tersebut, maka dilakukan penempelan dengan tar dan insektisida.



Gambar 20. Gejala serangan penyakit batang berdarah.



13. Buah Retak (nut splitting) Penyebabnya karena ketidak seimbangan fisiologis. Karakteristik penyakit ini terlihat dari buah yang retak-retak. Gejala dimulai dengan buah kekuningan ketika buah setengah matang atau tiga per empat bagian matang. Perbaikan drainase dan penyemprotan dengan Borax 2 g/1 l air pada tahap awal dapat menekan serangan penyakit. Umumnya buah pinang akan terserang penyakit pada saat panen, prosesing sampai penyimpanan. Sumber infeksi terutama berasal dari: 46



Hama dan Penyakit



a. Infeksi pada tanaman. Buah pinang yang berasal dari tanaman terserang penyakit buah retak (nut splitting) akan mudah terserang juga oleh organisme sekunder seperti: Aspergillus sp.



Penicilium sp. b. Infeksi selama panen dan prosesing. Buah pinang yang biasanya panen kemudian terjatuh ke tanah sering ditemukan adanya infeksi ke buah tersebut. Jenis cendawan yang ditemukan seperti Aspergillus niger, A. flavus, Botryodiplodia



theobromae dan Rhizopos sp. Penyakit ini dipicu oleh kurangnya pemanasan selama proses pengeringan awal, sehingga memudahkan tumbuhnya cendawan-cendawan tertentu. c. Infeksi selama pengangkutan dan penyimpanan. Buah pinang yang dipanen dan keranjang yang digunakan untuk menampung harus bersih. Demikian pula pada penyimpanan di gudang haruslah dalam keadaan yang terkontrol. Cendawan yang sering ditemukan pada proses pasca panen adalah



Aspergillus niger arecae, Subramanella arecae. d. Pengendalian penyakit selama panen sampai di gudang yang perlu diketahui adalah: menghindari kontak langsung buah pinang dengan tanah. Buah pinang sebaiknya dimasukan ke dalam karung goni polyetylen dan diperlakukan fumigasi dalam ruang penyimpanan dengan ethylene dibromida.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



47



8 PANEN DAN PASCA PANEN A. Panen Panen dapat dilakukan dengan dua cara sesuai dengan kebutuhan produk pinang yang diinginkan, yaitu panen buah masak penuh dan panen buah muda.



1. Panen Buah Matang Penuh. Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning kehijauan atau oranye (Gambar 21). Panen dapat dilakukan setiap bulan dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebulan dengan produksi rata-rata 400-450 kg biji pinang kering.



2. Panen Buah Muda Panen buah muda biasanya dilakukan sesuai dengan kebiasaan konsumsi buah pinang, seperti di Papua yang memanen buah 48



Panen dan Pasca Panen



muda kira-kira berumur 3-4 bulan. Biasanya buah dengan umur demikian endosperm (kernel) masih lembut, langsung dikunyah utuh bersama-sama dengan sirih, kapur dan gambir. Buah yang dipanen muda dapat disimpan lama maka harus direbus sampai mengeras dan dijemur dan disimpan dalam wadah yang kering. Di India, buah pinang yang diproses seperti ini disebut “Kali”. Biasanya dapat disimpan lama dan tidak mudah terserang hama/penyakit.



Gambar 21. Kriteria panen buah matang penuh.



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



49



a



b



Gambar 22. a). Panen buah muda umur 3- 4 bulan; b). Buah muda yang direbus untuk diekspor (di India disebut Kali).



B. Penanganan Pasca Panen Tingkat Petani Sesudah di panen buah dibelah menjadi dua yang betujuan agar buah cepat kering. Buah yang sudah terbelah segera dikeringkan dengan panas sinar matahari, dan setelah kering buah dicungkil dan dijemur kembali selama 50 jam. Penjemuran berlangsung selama 4 hari secara berturur-turut. Setelah kering biji pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk dijual atau disimpan dalam gudang. Penanganan pasca panen disajikan pada Gambar 23.



50



Panen dan Pasca Panen



a



b



C C c Gambar 23.



d Pasca panen pinang di Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi; a). Buah pinang dikemas dalam karung setelah dipanen; b). Buah dibelah dengan alat belah tradisional; c). Penjemuran buah; d). proses pencungkilan buah yang telah kering dari sabut.



C. Penanganan Pasca Panen Tingkat Eksportir Biji pinang yang dibeli dari petani, biasanya dikeringkan dan disortir mutunya. Pengeringan menggunakan tungku pemanas sampai kadar air mencapai ± 4 persen. Selanjutnya biji pinang yang sudah kering disortir dan dikemas (Gambar 24). Pengeringan dilakukan supaya biji pinang



tidak



mudah terserang



jamur



Aspergillus spp, yang



menghasilkan senyawa aflatoxin. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



51



a



b



c



d



Gambar 24.



a). Pengeringan biji pinang secara tradisonal; b). Pengeringan lanjutan oleh perusahaan eksportir dengan menggunakan tungku pemanas; c,d). penyortiran biji pinang kering.



52



Panen dan Pasca Panen



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1985. Arecanut package of practice. Central Plantation Crops Research Institute. Kerala. India. Anonim. 2011. Direktorat Jenderal Perkebunan. Bavappa, K.V.A., M.K. Nair, and T. Prem Kumar. 1988. The Arecanut Palm (Areca catechu Linn). Central Plantation Crops Research Institute. Kasaragod, Kerala,India. Corner, E.J.H. 1966. The Natural History of Palms. Weidenfeld and Nicolson. 20 New Bond Street London W1. p.278. Fine, A.M. 2000, Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure, and Phytopharmaceutical Applications, Altern Med Rev, 5(2):144-151. Gupta, P.C., and S. Warnakularuriya. 2002. Global epidemiology of areca nut usage. Addiction Biology (2002) 7, 77- 83 Meyanto, E., R.A. Susidarti, S. Handayani, dan F. Rahmi. 2008. Ekstrak etanolik biji buah pinang (Areca catechu L.) mampu menghambat proliferasi dan memacu apoptosis sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia. 19 (1) : 12-19. Natalini, N.K., dan Siti Fatimah Syahid. 2007. Penggunaan tanaman kelapa (Cocos nucifera), pinang (Areca catechu) dan aren (Arenga pinnata) sebagai tanaman obat. Warta Penelitian dan Pengembangan



Tanaman



Industri.



Badan



Penelitian



dan



Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Vol.13. No.2, Agustus 2007. Hal.15-16. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



53



Novarianto H., dan Z. Mahmud. 1988. Pinang sebagai komoditi ekspor masa depan. Buletin Balitka No. 5&6. Mei-September. Novarianto, H. dan T. Rompas. 1990. Prospek dan budidaya tanaman pinang. Buletin Balitka. No. 10. Januari 1990. Hal 1. Pandin, D.S., dan T. Rompas. 1994. Karakterisasi tanaman pinang di Bengkulu,



Sumatera



Barat



dan



Sumatera



Utara.



Jurnal



Penelitian Kelapa. Vol. 7. No.2. Desember 1994. Hal. 35. Purseglove, J.W. 1975. Tropical Crops. Monocotyledons. The English Language Book Society and Longman. Longman Group LTD. London. p. 435. Van Steenis, C.G.G.J. 2003. Flora. Diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto, Sunarto Hardjosuwarno, Soerjo Sodo Adisewojo, Wibisono, Margono Partodidjojo, Sumantri Wirjahardja. Cetakan kesembilan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Hal. 131 Wardiana, E. dan E. Randriani, 1991. Beberapa ciri morfologis tanaman pinang (Areca catechu L.). Buletin Balitka. No.15, September 1991. Hal. 60. Weda, M.M., dan D.S. Pandin. 2013. Kriteria masak fisiologis bunga jantan pinang dan uji viabilitas polen pinang Galang Suka pada media agar. Buletin Palma 14 (2) : 132-141.



54



Daftar Pustaka



INDEKS A



Budidaya, 21



Adaka, 2



Busuk akar, 43



Adeka, 2



Busuk buah, 43



Aksesi, 4, 6, 15, 16, 18



Busuk kaki, 45



Alba, 6



Busuk pucuk, 44



Alkaloid, 3, 11, 12 Areca, 1, 2, 5 Arecoline, 3, 11 Areca catechu, 1, 2, 5, 6, 55, 56 B Bacterial leaf stope, 46 Batang berdarah, 47 Belalang, 35 Bengkulu-1, 6, 16, 18, 19 Bengkulu-2, 6, 16, 18



C Cacho, 2 Clay loam, 13 Catechu, 2 D Daun mengecil, 47 Daun menguning, 44 Die back, 46 Drupe, 9



Benih, 21



E



BPT, 57



Embrio, 9



Bercak daun menguning, 42



Ex situ, 6, 16



Betara, 4, 16, 18 Betara-1, 6, 17



F



Betara-2, 6



Flavonoid, 11



Bibit, 26



Fruit set, 20



Buah retak, 48, 49 Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



57



G



Monokultur, 31



Gugur buah, 38, 46



Mongkonai, 4, 6, 16, 17, 18, 19



Gulma, 23, 32



N



I



Ngengat padi, 39



Inflorescence, 8



Nigra, 6



J Jarak tanam, 27 K



Nodus, 7, 8, 14 O Ovary, 9



Karakteristik, 15



P



Karat merah daun, 43



Panen, 50, 51, 52



Kepik, 37



Pasca panen, 52, 53



Kutu, 36



Penggerek bunga pinang, 39



Kumbang pinang, 39



Perianth, 43



Kumbang penggerek kopi, 39



Pinak daun, 7, 8



Kumbang sigaret, 39



Petiole, 8



L



R



Leaflet, 7



Rayap, 35



Leaflet blight, 43



S



M



Seleksi, 20



Molinow, 4



Seleksi blok, 57



Molinow-1, 16



Seleksi pohon induk, 57



Molinow-2, 6, 16, 19



Species, 1



58



Indeks



Spikelet, 8



U



Sumut-1, 16, 18, 19



Ulat bunga, 38



Sumut-2, 16, 18, 19



Ulat kantung, 34



Sumbar, 16, 18, 19



Ulat tanduk, 40



Sumbar-1, 16 Sumbar-2, 6, 16, 19 Sumbar-3, 16



V Varietas, 15, 19, 23



Stamen, 9 Sumber benih, 20 T Tanin, 11 Tempayak akar, 37 Tupai, 41, 42 Tumpangsari, 31



Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang



59



BIODATA PENULIS



Ir.



Miftahorrachman



dilahirkan



di



Manado,



Sulawesi Utara pada tanggal 16 Januari



1958.



Pada tahun 1983 mendapat Gelar Sarjana Pertanian, Jurusan Agronomi, Universitas Sam Ratulangi Manado. Selain



pendidikan formal,



juga mendapat kesempatan untuk



mengikuti



pelatihan-pelatihan yang erat kaitannya dengan bidang ilmu dan pekerjaan yang ditekuni, antara lain Training of Coconut Germplasm Collection di Filipina pada tahun 1989; Pelatihan Teknik Pemuliaan di Sukamandi tahun 1989; dan Pelatihan Aplikasi Peralatan Laboratorium di LIPI-Bandung Tahun 1990. Pada tahun 1984 mulai berkarier sebagai peneliti di Balai Penelitian Tanaman Industri Manado, yang sejak tahun 2011 berganti nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Palma. Pada tahun 1985 diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil, kemudian diangkat sebagai peneliti dengan jabatan fungsional Asisten Peneliti Muda sebagai jenjang fungsional pertama pada tanggal 1 November 1992. Sekarang ini menduduki jenjang fungsional Peneliti Madya IV c. Selain sebagai peneliti, pernah diserahi juga tanggung jawab sebagai pejabat structural. Pada 1 Oktober tahun 1985 sampai dengan 1 Agustus 1987 menjabat sebagai Kepala Kebun Percobaan Paniki, Sulawesi Utara; tanggal 30 Desember 1992 menjabat sebagai Kepala Laboratorium; tanggal 20 Januari 2004 sampai tanggal 30 September 2009 menjabat sebagai



v



Buku Pinang



Kepala Seksi Pelayanan Teknik Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma; tanggal



10 Septer 2009 sampai dengan 1 September 2013



menjabat sebaga Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Penelitian Tanaman Palma. Yulianus Rompah Matana, SP, M.Si di lahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 28 Juli 1976. Pendidikan Sekolah Dasar hingga



sekolah



Menegah



Atas



(SMA)



di



selesaikan di Ujung pandang (Makassar). Pada tahun 1995 mendapatkan kesempatan untuk sekolah S1 di Universitas Sam Ratulangi Manado pada Jurusan Ilmu Tanah dan tahun 2001 mendapatkan gelar Sarjana Pertanian. Pada tahun yang sama, mendapat kesempatan untuk mengembangan ilmu pertanian di Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Manado (Balitka) sebagai staf peneliti Ekofisiologi. Pada tahun 2010 mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan mendapatkan gelar Magister Sains (M.Si) pada jurusan Ilmu dan Teknologi Benih pada tahun 2013. Selain pendidikan formal, kegiatan training yang telah diikuti yang masih berhubungan dengan kepakaranya sebagai peneliti di antaranya teknik penulisan karya ilmiah di Bandung tahaun 2013, Teknik penulisan Sosial Di IPB tahun 2012, dan tahun 2013 mengikuti pelatihan stastika untuk penunjang penelitian studi di IPB.



vi



Buku Pinang



Penulis diangkat menjadi pengawai negeri sipil pada tahun 2002. Sejak menjadi tenaga honorer tahun 2001, penulis sudah terlibat dengan berbagai kegiatan penelitian.



Pada tahun 2007-2008 terlibat



dengan kerjasama Balitka dengan COGENT penelitian pengentasan kemiskinan bagi para petani kelapa di Desa Nonapan Kabupaten Bolaang Mongodow, Desa Wori Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara dan



Desa Huntu Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo.



Penulis sebagai coordinator lapang di Desa Huntu Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo dan pada tahun yang sama di desa sungai ara kabupaten Inhil Propinsi Riau. Pada bulan Juli tahun 2007, penulis diangkat menjadi peneliti pertama pada bidang Budidaya tanaman. Pada tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di IPB dan pada tahun Bulan Oktober 2013 diangkat kembali menjadi Peneliti Pertama bidang Budidaya tanaman. Selain itu, penulis pernah menjabat kepala Laboratorium Ekofisiologi tahun 2008-2009. Pada tahun 2015, diberi kembali kepercaya untuk menjabat sebagai kepala laboratorium ekofisiologi dan melaksanakan persiapan Laboratorium pengujian unsur hara tanah dan tanaman untuk diakreditasi KAN. Di bidang kerjasama, penulis telah terlibat dalam kerjasama dengan dinas dan instasi di luar, diantaranya anggota tim kerjasama dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan



Kota Tomohon untuk



pelepasan Aren Dalam Tomohon (Akel) pada tahun 2014 dan juga terlibat di dalam pengajaran petani, staf dinas daerah dan pusat serta



vii



Buku Pinang



menjadi narasumber pada berbagai kegiatan di lapang. Penulis juga aktif didalam penulisan di jurnal dan prosiding nasional, diantaranya: - Nurhani M. dan Yulianus Matana. 2014. Produktivitas nira beberapa aksesi kelapa Genjah. Buletin Palma 15 (2) : 110-114. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Bogor. - Yulianus Matana dan Engelbert Manaroinsong. 2014. Karakter Fisiologi 15 populasi F1 hasil persilangan kelapa Dalam Di KP Kima Atas. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII, Jambi 21-22 Mei 2014. : 171-177. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Bogor.



Salim, SP, lahir di Desa Bulucenrana, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, tanggal 14 Pebruari 1979. Pendidikan SD sampai SMU dijalani di Kabupaten Sidrap (1999). Tahun 2004, mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Universitas Hasanuddin Makassar dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di STKIP Puangrimaggalatung (2010). Penulis diangkat sebagai pegawai negeri sipil tahun 2011 dan mendapatkan jabatan fungsional peneliti



pertama pada tahun 2013



dengan bidang kepakaran hama dan penyakit tanaman. Saat ini, penulis masih aktif dalam kegiatan penelitian dan aktif dalam menulis di jurnal, prosiding, buku maupun majalah populer. viii



Buku Pinang



Teknologi Budidaya dan Pascapanen Pinang TIM PENYUSUN Penanggung Jawab: Kepala Balai Penelitian Tanaman Palma Penyusun: Ir. Miftahorrachman Yulianus R. Matana, SP, M.Si Salim, SP Penyunting: Prof.Dr.Ir. Novarianto Hengky, MS Prof.Dr.Ir. Supriadi, M.Sc Ir. Lay Abner, MS Ir. Elsje T. Tenda, MS Pelaksana: Djunaid Akuba, S.Sos Fandy Fardian, ST Alamat Redaksi: Balai Penelitian Tanaman Palma Jln. Raya Mapanget, PO Box 1004 Manado-95001 Telp. (0431) 812431, Fax. (0431) 812017 E-mail : [email protected] Website : www.balitka.litbang.pertanian.go.id ix