Budidaya Polikultur BAGUS SANJAYA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TERSTRUKTUR MAKALAH TENTANG BUDIDAYA POLIKULTUR



DI SUSUN OLEH : BAGUS SANJAYA



Dosen Pembimbing : Rio Yusufi Subhan, S. Pi., M .Si.



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG TAHUN 2020



KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR”. Kami juga berterima kasih kepada Rio Yusufi Subhan, S. Pi., M .Si. yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah Dasar-dasar Budidaya Perikanan ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa



untuk



ke



depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Dalam makalah ini saya menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.



Palas, 18 November 2020



Bagus Sanjaya



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2 1.3 Tujuan...........................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pembuatan Kolam Tambak Polikultur.........................................................................4 3.2 Persiapan Tambak.........................................................................................................5 3.3 Adaptasi dan Penebaran Benih.....................................................................................7 3.4 Pemeliharaan................................................................................................................ BAB IV KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUDIDAYA 4.1 Kelemahan Budidaya Polikultur...................................................................................8 4.2 Kelebihan Budidaya Polikultur....................................................................................10 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...................................................................................................................11 5.2 Saran.............................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya perairan merupakan bentuk pembudidayaan organisme air termasuk ikan, udang, kerang, kepiting dan tumbuhan air. Pada dasarnya budidaya cenderung menguasai ekosistem perairan agar memperoleh produksi yang lebih tinggi dengan menerapkan teknologi pengelolaan secara terkontrol. Di Indonesia kegiatan budidaya perairan dibagi menjadi 3 yaitu sistem tradisional, semi intensif, dan intensif. Secara umum budidaya perairan dilakukan melalui ekosistem buatan manusia satuan budidaya yang biasanya terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik terdiri dari ikan udang yang dibudidayakan, organism plankton, organism lain yang hidup di dalam air seperti parasit, predator dan mikroba, sedangkan komponen abiotik terdiri dari bahan kimia dan fisika baik dari tanah maupun air sebagai media pembudidaya komponen ekosistem pembudidaya



baik biotik maupun abiotik memberikan fungsi ekologis dan



berhubungan satu sama lain. Udang windu (Penaeus mondon fab) merupakan salah satu komoditas primadona di subsektor perikanan yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar di luar negeri yang cenderung meningkat serta sumber daya yang cukup tersedia di Indonesia memberikan peluang sangat besar untuk dapat dikembangkan budidayanya. Budidaya udang windu sudah lama di kenal oleh masyarakat Indonesia, sejak awal dekade 1970, pada awal-awal tahun (1970-1990) produksi udang windu yang dihasilkan dari budidaya meningkat dengan pesat, namun seiring dengan berjalannya waktu sampai sekarang budidaya udang windu mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan pengembangan teknologi budidayanya dilakukan tanpa dasar ilmiah yang kokoh maka banyak usaha budidaya udang (lebih dari 60%) mengalami kegagalan, selain itu udang windu mengalami kematian massal yang disebabkan kondisi lingkungan yang buruk dan terserang penyakit. Sehingga banyak petani udang windu beralih usaha ke budidaya ikan (bandeng atau nila) dan sebagian lain menelantarkan tambak akibat kerugian.



1



Di sisi lain, perkembangan teknologi budidaya Bandeng (Chanos chanos) berjalan sangat lambat, tetapi bandeng tetap menjadi komoditas budidaya yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia. Budidaya udang windu lebih menguntungkan dari pada bandeng, karena harga jual udang windu lebih tinggi. Sehingga untuk mengantisipasi agar kegiatan budidaya udang windu tetap berlangsung, perlu diterapkan budidaya dengan cara polkultur. Polikultur merupakan metode budidaya yang digunakan untuk pemeliharaan banyak produk dalam satu lahan. Dengan sistem ini diperoleh manfaat yaitu tingkat produktifitas lahan yang tinggi. Pada prinsipnya terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan produk yang harus diatur sehingga tidak terjadi persaingan antar produk dalam memperoleh pakannya, selain itu setiap produk diharapkan dapat saling memanfaatkan sehingga terjadi sirkulasi dalam satu lokasi budidaya. Penerapan teknik budidaya secara polikultur diharapkan dapat meningkatkan craying capacity atau daya dukung lahan tambak pada keadaan tertentu, dimana pertumbuhan produksi akan tetap stabil. Hasil produksi dengan sistem monokultur, petani hanya dapat memanen satu produk dalam satu periode. Namun dengan polikultur, hasil panen dalam satu periode akan bertambah dengan pemanfaatan lahan luasan yang sama, hal ini sangat membantu peningkatan penghasilan petambak. 1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian konsep budidaya polikultur ? 2. Proses pembuatan kolam budidaya ? 3. Proses persiapan kolam budidaya ? 4. Cara budidaya polikultur ? 5. Kelebihan dan kelemahan budidaya polikultur ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui konsep budidaya polikultur ? 2. Mengetahui proses pembuatan kolam budidaya ? 3. Mengetahui proses persiapan kolam budidaya ? 4. Mengetahui cara budidaya polikultur ? 5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan budidaya polikultur ?



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Baru-baru ini sedang marak dengan adanya budidaya polikultur atau budidaya dua kultivan dalam satu tambak. Contohnya adalah budidaya ikan bandeng dengan udang. Para pembudidaya berani melakukan gebrakan seperti ini dikarenakan ikan bandeng dan udang jika di gabungkan dalam satu lokasi tambak tidak akan terjadi persaingan dikarenakan jenis makanan dua kultivan tersebut berbeda. Udang windu dan ikan secara biologis memiliki sifat–sifat yang dapat bersinergi sehingga budidaya polikultur semacam ini dapat dikembangkan karena merupakan salah satu bentuk budidaya polikultur yang ramah terhadap lingkungan. Ikan bandeng sebagai pemakan plankton merupakan pengendali terhadap kelebihan plankton dalam perairan. Hubungan yang seperti ini dapat menyeimbangkan ekosistem perairan (Murachman dkk, 2010). Dalam budidaya polikultur harus di perhatikan juga persiapan dan keadaan tambak itu sendiri. Karena budidaya ini melibatkan dua kultivan dan tiap kultivan berbeda-beda kebutuhan dari habitat hidupnya. Persiapan tambak ini penting mengingat kultivan akan beradaptasi dengan lingkungan baru, yang biasanya kultivan tersebut hanya di budidayakan sendiri sekarang harus berbagi tempat dengan kultivan lain. Harapannya tiap kultivan memiliki tugas masing-masing dalam tambak tersebut dan saling menguntungkan satu sama lain.



3



BAB III PEMBAHASAN Secara garis besar seperti yang kita ketahui bersama bahwa sistem akuakultur adalah usaha penitipan ikan di kolam yang melibatkan aktivitas manusiawi kecil dan hanya mengandalkan energi dari makanan alami yang ada di perairan. Biasanya kolam yang hanya memelihara satu jenis ikan saja, ikan tidak akan dapat memanfaatkan semua organisme makanan alami yang ada pada kegiatan usaha budidaya. Salah satu alternatif pemecah masalah penggunaan pakan alami di tambak adalah pengembangan metode budidaya ikan yang di kenal dengan sistem polikultur. 3.1 Pembuatan Kolam Tambak Polikultur 1. Pembuatan Pematang / Galengan. Pembuatan pematang kolam polikultur sebaiknya mempunyai ukuran yang memadai sesuai luas kolam. Pematang harus kuat untuk menahan volume air di kolam dan mampu menahan luapan air yang timbul karena banjir atau hujan lebat. Cara pembuatan di lakukan sebagai berikut :  Sisi pematang di buat miring dengan perbandingan 1:1 atau 1:1,5 artinya perbandingan sisi tegak dengan sisi mendatarnya adalah 1:1 atau 1:1,5.  Tinggi pematang di sesuaikan dengan luas kolam dengan luas kolam 2000 m 2 mempunyai tinggi pematang yang muncul di permukaan air cukup 30 cm. Sedangkan untuk kolam dengan luas 4000 m2, sebaiknya tinggi pematang yang muncul di permukaan air adalah 50 cm.  Lebar pematang bagian atas dapat di buat sama dengan tinggi pematang tetapi tidak boleh kurang dari 1 m agar tidak mudah hancur. 2. Pembuatan Kamalir atau Parit Pembuatan parit di sekeliling kolam bertujuan untuk mempermudah dalam penangkapan ikan pada saat panen. Parit ini dapat menjadi tempat berkumpulnya ikan pada saat panen dan berfungsi sebgai tempat berlindung ikan terhadap serangan hama, bahaya kekeringan, atau sengatan matahari. 4



Ukuran parit tergantung pada luas kolam. Kolam yang berukurang kecil dapat di buat parit dengan dengan ukuran lebar 1m dengan kedalaman 30 cm. Kolam yang berukuran besar dapat di buat parit dengan lebar 2-2,5 m dengan kedalaman 50 cm. Parit harus di buat miring ke arah pintu pengeluaran air agar lebih mudah di gunakan untuk menggiring ikan. Di sekitar pintu pengeluaran air di buat parit dengan ukuran panjang 4 m, lebar 2-2,5 m, dan kedalaman 60 cm. 3. Pembuatan Pintu Air Pintu pemasukan dan pengeluaran sangat penting dalam budidaya polikultur untuk menjaga sirkulasi air kolam sehingga kualitas air dapat selalu terpelihara. Cara pembuatan pintu ari adalah :  Pintu pemasukan dan pengeluaran pada kolam di buat dari bambu atau pipa yang di tanam pada pematang kolam  Diameter bambu atau pipa paralon di sesuaikan dengan debit air.  Debit air yang di inginkan dapat menggunakan beberapa bambu atau pipa paralon sebagai pintu pemasukan dan pengeluaran air.  Pintu pengeluaran air terdiri dari dua bagian yaitu pertama pintu pengeluaran yang terletak sejajar dengan parit. Bagian kedua merupakan pintu pengeluaran yang terletak di sebelah atas pintu pengeluaran pertama. Pintu pengeluaran ini berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air yang berasal dari pintu pemasukan atau dari air hujan.  Sebaiknya pada pintu pemasukan dan pengeluaran di lengkapi dengan saringan untuk mencegah lolosnya ikan atau masuknya ikan lain dalam kolam.  Pintu pemasukan dan pengeluaran air harus sering di kontrol untuk mencegah kemungkunan terjadinya penyumbatan oleh sampah dan benda benda lain.



3.2 Persiapan Tambak Tujuan Persiapan tambak adalah untuk memperoleh kondisi lingkungan yang optimal bagi kultivan secara fisik, biologi dan kimia. Kegiatan ini meliputi pemberantasan hama, pengeringan tambak, perbaikan pematang, perbaikan pintu air, perbaikan caren dan saluran air, pengapuran tambak, pemasukan air dan penyiapan air media.



5



1. Pemberantasan Hama Pemberantasan hama dilakukan pada saat masih ada air. Bahan yang digunakan adalah pestisida sintetis (contoh; brestan, kaporit) dan pestisida nabati (contoh; saponin,akar tuba, tembakau). Pestisida sintetis diberikan saat air dalam kondisi macak-macak (5 cm) dengan disebar merata, kemudian dibiarkan selama 15-21 hari agar trisipan terbunuh total. Saponin bisa diberikan jika masih ada ikan liar. Kaporit bisa diberikan untuk memberantas ikan dan krustase liar dengan ketinggian air 15-25 cm. 2. Pengeringan Dasar Tambak Dasar tambak dikeringkan dengan kondisi lembab, kemudian lumpur diangkat ke pematang sekaligus memperbaiki pematang yang bocor. Bila pH tanah kurang dari 6,5 pengapuran perlu dilakukan dengan dosis 500-1000 kg/ha. Kapur diberikan 60% sebelum pembalikan tanah dan 40% sesudah pembalikan tanah (sedalam 25 cm). Pengeringan total bisa dilakukan 7-10 hari jika intensitas cahaya matahari mencukupi. Kegiatan yang seiring dengan proses ini adalah perbaikan pintu dan pemasangan saringannya. 3. Pemupukan Penyiapan air media dianggap cukup jika kondisi kualitas air stabil. Sebelum air dimasukkan kelayakan pH tanah harus dicek terlebih dulu. Air dimasukkan pada saat pasang tinggi (1,2-2,4 m) dengan memeriksa kualitas sumber air terlebih dulu. Air perlu dibiarkan 2-5 hari setelah terisi penuh untuk mengetahui tingkat perembesan dan penguapan. Air kemudian diperiksa kelayakannya. Jika kondisi kualitas air dinyatakan layak maka bisa dilakukan pemberian pupuk. Pupuk yang biasa di gunakan adalah : 1. Pupuk Kandang Jenis pupuk ini banyak di gunakan pada usaha perikanan tradisional. Pupuk ini dihasilkan dari kotoran hewan, misalnya sapi, kerbau, kuda, kambing, dan unggas. Dosis pupuk yang di gunakan sangat bervariasi tergantung pada sumber pupuk yang di gunakan. Pemupukan pada umumnya di lakukan dengan cara menebarkan pupuk secara merata ke seluruh dasar permukaan kolam.



6



2. Pupuk Hijau/Organik Penggunaan pupuk hijau telah lama di gunakan oleh petani ikan di Indonesia dan telah terbukti cukup berhasil untuk meningkatkan produksi pakan alami. Kelompok pupuk hijau adalah tanaman dan sisa sisa industri seperti bungkil kelapa, kacang tanah, ampas tahu, dan lain-lain. Tanaman yang umum di gunakan sebagai pupuk hijau adalah daun ranting kipahit, daun ranting petai cina, daun dadap solo, daun waru, dan daun talas. Pemupukan di lakukan dengan cara menempatkan pupuk pada saluran pemasukan air untuk mendapatkan hasil yang di harapkan. Aliran air yang masuk akan membantu percepatan terjadinya proses pembusukan pupuk hijau, sehingga unsur unsur yang terkandung di dalamnya akan cepat terurai. Proses pembusukan yang terjadi pada pupuk hijau akan menciptakan media yang cocok untuk hidup bagi larva serangga air, cacing, dan organisme makanan ikan yang lainnya. Kemudian unsur unsur pupuk hijau itu kemudian akan di hanyutkan oleh aliran air yang masuk ke kolam sehinggan akan di manfaatkan ikan sebagai makanan ikan. 3. Pupuk Buatan Pupuk buatan yang biasa di gunakan adalah urea dan tsp. Pemberian pupuk ini biasanya di lakukan ketika kolam di airi. Pupuk tidak boleh di gunakan sekaligus dalam jumlah banyak. Pemberian pupuk buatan di maksutkan untuk meningkatkan tersedianya fitoplankton di dalam kolam. Dosis pemberian pupuk yang biasa di gunakan adalah anorganik (urea 50 kg/ha dan TSP/NPK 200-300kg/ha) atau pupuk organik (kompos 3 ton/ha atau kotoran hewan 1-3 ton/ha). Dalam waktu 7-10 hari pakan alami akan tumbuh (fitoplankton dan makroalga). 3.3 Adaptasi dan Penebaran Benih Benih udang (benur) di pasaran umumnya adalah PL 12-25 sedangkan benih bandeng (nener) berukuran 2-3 cm. Benih bisa dibeli langsung dari hatcheri atau lewat perantara. Penebaran udang dilakukan terlebih dulu dari pada bandeng. Sebelum benih ditebar maka benih dalam kantong plastik ini perlu diaklimatisasi yaitu pengadaptasian dulu dengan kondisi air dalam tambak (suhu, salinitas, pH) selama 15-30 menit. Pengadaptasian dilakukan dengan cara mengapungkan plastik di air tambak, mengisinya dengan air sedikit demi sedikit.



7



Jika ukuran masih dianggap kecil benih dapat terlebih dulu didederkan sampai ukuran yang dinginkan. Dalam pendederan ini benih dipelihara dalam sebuah petakan kecil dalam tambak yang disebut sebagai pinihan. Jika ukuran yang diinginkan sudah tercapai maka bisa dilakukan penebaran dengan membuka petakan dan membiarkan udang menyebar ke seluruh bagian tambak. Waktu penebaran yang terbaik adalah pagi atau sore hari. Untuk budidaya tradisional padat tebar udang maksimal adalah 3 ekor/m2 sedangkan bandeng 2.500-5.000 ekor/ha. 3.4 Pemeliharaan Tahap pemeliharaan memerlukan waktu paling lama dibanding tahap budidaya yang lain. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah pengelolaan fitoplankton dan klekap, pengaturan air, monitoring hama dan penyakit, dan pemupukan susulan. Warna air yang baik adalah hijau kekuningan yang menandakan pertumbuhan alga hijau dan diatom. Klekap yang baik bertekstur lembut tumbuh di dasar tambak dan tidak mengapung di air. Pertumbuhan klekap yang pesat pada awal pemeliharaan dapat mengganggu gerak udang. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian jalan dengan menyibak klekap. Jika kondisi air kurang baik penggantian dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasang surut. Pada hari tertentu udang dan bandeng juga perlu diambil untuk melihat pertumbuhannya. Pengamatan kesehatan dilakukan setiap hari untuk mengantisipasi kematian massal. Pemupukan susulan bisa dilakukan jika kondisi pakan alami dianggap berkualitas rendah. 4. Pemanenan Pada umumnya pemanenan dilakukan pada umur 90-120 hari (DOC) tetapi kenyataan di lapangan waktu pemanenan bergantung pada kondisi kultivan. Pemanenan bisa dilakukan secara bertahap atau total. Udang lebih mudah dipanen dengan bertahap dari pada bandeng. Alat panen meliputi bubu dan sero untuk panen sebagian dan jaring untuk panen total. Bubu dan sero lebih menjamin kualitas fisik udang dan biasanya digunakan saat air pasang dimana udang mencari air segar. Panen sebaiknya dilakukan pada dini hari atau sore hari saat udara dingin. Pemanenan di lakukan dengan cara mengeringkan kolam secara perlahan lahan. Pengeringan di lakukan dengan menutup menutup saluran pemasukan air dan membuka saluran pengeluaran air pertama yang terletak di dasar kolam. Permukaan air di dalam kolam akan menurun secara



8



perlahan-lahan dan ikan secara naluriah akan berenang menuju bagian kolam yang masih mengandung air, yang akhirnya ikan akan berkumpul di dalam bak penampungan. Penurunan air sebaiknya tidak di lakukan secara tergesa-gesa karena dapat membuat ikan stres dan dapat menurunkan kualitas dari ikan itu sendiri. Penutupan saluran pemasukan dan pembukaan saluran pengeluaran air sebaiknya di lakuakn di sore hari, yaitu sehari sebelum akan dilakukannya panen. Karena pada pagi hari ikan akan berkumpul pada bak penampungan dan dengan mudah dapat ditangkap. Ikan-ikan yang telah terkumpul di bak penampungan kemudian dapat segera di tangkap dengan menggunakan jaring . 5. Pasca panen             Setelah baik udang windu maupun ikan bandeng selesai ditangkap, maka tahapan berikutnya adalah pembersihan udang dan bandeng, setelah itu kita siapkan peti yang sudah berisi gumpalan es. Ikan dan udang dimasukkan kedalam peti tersebut, agar supaya kesegaran baik udang maupun ikan bandieng tetap terjaga, dan siap dipasarkan.



9



BAB IV KELEMAHAN DAN KELEBIHAN BUDIDAYA 4.1 Kelemahan Budidaya Polikultur 1. Jika terjadi serangan penyakit terhadap komoditas yang di budidayakan, maka penanganannya akan lebih sulit. 2. Pada awal penebaran, biasanya tingkat stres biota yang berukuran lebih kecil akan meningkat. 3. Jika pakan yang di berikan tidak mencukupi, maka kemungkinan ketidak seragaman ukuran menjai lebih tinggi. 4.2 Kelebihan Budidaya Polikultur 1. Makanan alamiah seperti fitoplankton dan zooplankton yang tersedia di kolam dapat di manfaatkan oleh ikan secara efektif sehingga tidak ada lagi makanan yang terbuang sia-sia. 2. Penggunaan lahan menjadi efisien karena dengan luas lahan yang sama ikan yang di pelihara dalam satu kolam dapat lebih banyak. 3. Secara keseluruhan produksi kolam akan meningkat karena jumlah ikan yang di pelihara dalam satu kolam lebih banyak. 4. Produksi tiap jenis ikan akan lebih bila di bandingkan dengan hasil budidaya monokultur. 5. Cara budidaya relatif lebih mudah karena tidak memerlukan persyaratan dan perlakuan khusus.



10



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Polikultur merupakan metode budidaya yang digunakan untuk pemeliharaan banyak produk dalam satu lahan. Dengan sistem ini diperoleh manfaat yaitu tingkat produktifitas lahan yang tinggi. Pada prinsipnya terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan produk yang harus diatur sehingga tidak terjadi persaingan antar produk dalam memperoleh pakannya. Kegiatan budidaya Polikultur terdiri dari : 1. Pembuatan Kolam Tambak Polikultur 2. Persiapan tambak 3. Adaptasi dan penebaran benih 4. Pemeliharaan 5. Kelebihan dan kelemahan budidaya 5.2 Saran Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah saya. Bagi para pembaca dan teman-teman mahasiswa yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul “ SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR.”



11



DAFTAR PUSTAKA Adiwidjaya, D., Kokarkin, C., Supito. 2001. Petunjuk Teknis Operasional Tambak Sistem Resikulasi. Ditjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan.Jepara. Effendi. 1997. Metode Biologi Perikanan.Y a y a s a n D e w i S r i . B o g o r Hal 112. Murachman,Hanani, N., Soemarno, dan Muhammad, S,. 2010. Model Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon Fab), Ikan Bandeng (Chanos-chanos Forskal) dan Rumput Laut (Gracillaria Sp.) Secara Tradisional. Program Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.