Cerkak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Alokasi Waktu



: SMA/SMK/MA : Bahasa Jawa : XI / 2 : Cerkak : 8x 45 menit



A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No. 1.



Kompetensi Dasar 3.8 Memahami isi dan struktur karya sastra prosa cerkak



Indikator Pencapaian Kompetensi Pertemuan 1 3.1.1 Membaca cerkak berbahasa Jawa yang memuat budi pekerti dari berbagai media 3.1.2 Mengidentifikasi struktur karya sastra prosa cerkak 3.1.3 Bertanya jawab struktur karya sastra prosa cerkak 3.1.4 Mencari informasi dari berbagai media tentang struktur karya sastra prosa cerkak 3.1.5 Menyimpulkan informasi tentang struktur karya sastra prosa cerkak Pertemuan 2 3.1.6 Mencermati pesan moral yang terkandung dalam cerkak yang memuat budi pekerti 3.1.7 Bertanya jawab tentang pesan moral yang terkandung dalam cerkak yang memuat budi pekerti 3.1.8 Mendiskusikan pesan moral yang terkandung dalam karya sastra prosa cerkak



3.1.9 2.



C.



4.8 Mencipta karya sastra prosa cerkak



Menyimpulkan pesan moral yang terkandung dalam karya sastra prosa cerkak Pertemuan 3 4.1.1 Mengamati langkah-langkah mencipta cerkak 4.1.2 Bertanya jawab tentang langkah membuat cerkak 4.1.3 Mendiskusikan langkah-langkah membuat cerkak 4.1.4 Menyimpulkan langkah-langkah membuat cerkak Pertemuan 4 4.1.5 Membuat kerangka cerkak 4.1.6 Mengembangkan kerangka menjadi sebuah cerkak



Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan scientik, model pembelajaran discovery learning, diskusi, tanya jawab, peserta didik memahami isi dan struktur karya sastra prosa cerkak dan mencipta karya sastra prosa cerkak dengan penuh kejujuran, teliti, disiplin, tanggung jawab, kerja keras dan menerima pendapat orang lain



D.



E.



Materi Pembelajaran 1. Faktual : Cerita Cekak 2. Konseptual : Cara Membuat cerita Cekak 3. Prosedural : Memahami pengertian mengenai karya sastra prosa cerkak, struktur karya sastra prosa cerkak, memahami ajaran moral struktur karya sastra prosa, memahami langkah langkah membuat cerkak, menyusun kerangka karangan, mengembangkan kerangka menjadi sebuah cerkak 4. Metakognitif : Mencipta Cerkak Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Scientifik 2. Metode : Diskusi, Tanya Jawab, Penugasan



F. 1. 2. 3.



Media, Alat, dan Sumber Belajar Media : Modul Alat dan bahan : naskah cerkak Sumber Belajar : a. Modul b. Naskah cerkak c. Kalawarti d. Internet



G.



Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 KEGIATAN Pendahuluan



Inti



Penutup



ALOKASI KET WAKTU 1. Guru mengecek kesiapan fisik kelas 10 menit PPK Religi sebelum belajar (misalnya kebersihan kelas, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk berkelompok, dll), mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Literasi Kritis 2. Siswa dan guru bertanya jawab tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan 3. Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan, langkah dan manfaat pembelajaran yang akan dilaksanakan 4. Siswa menyimak penjelasan cakupan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Mengamati : 70 menit Literasi 1. Membaca cerkak berbahasa Jawa yang memuat budi pekerti dari berbagai media 2. Mengidentifikasi struktur karya sastra Kolaborasi:kreatif prosa cerkak PPK: teliti, 3. Bertanya jawab struktur karya sastra bertanggung prosa cerkak jawab dan kerja 4. Mencari informasi dari berbagai media keras tentang struktur karya sastra prosa cerkak 5. Menyimpulkan informasi tentang struktur karya sastra prosa cerkak 6. Membacakan hasil kerja kelompok/individu tentang tentang struktur karya sastra prosa cerkak 1. Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran. 2. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 3. Siswa melaksanakan evaluasi. 4. Siswa dan guru melakukan umpan balik. DESKRIPSI KEGIATAN



5. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Pertemuan ke-2 KEGIATAN Pendahuluan



1.



2.



3. 4. Inti



Penutup



ALOKASI KET WAKTU Guru mengecek kesiapan fisik kelas 10 menit PPK Religi sebelum belajar (misalnya kebersihan kelas, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk berkelompok, dll), mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Siswa dan guru bertanya jawab berkaitan Literasi Kritis dengan materi cerkak yang sudah didapatkan siswa pada pembelajaran sebelumnya dengan kritis dan cermat Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan, langkah, dan manfaat pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa menyimak penjelasan cakupan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. DESKRIPSI KEGIATAN



1. Mencermati pesan moral yang terkandung dalam cerkak yang memuat budi pekerti 70 menit 2. Bertanya jawab tentang pesan moral yang terkandung dalam cerkak yang memuat budi pekerti 3. Mendiskusikan pesan moral yang terkandung dalam karya sastra prosa cerkak 4. Menyimpulkan pesan moral yang terkandung dalam karya sastra prosa 5. Membacakan hasil kerja kelompok/individu tentang tentang pesan moral yang terkandung dalam prosa cerkak. 1. Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran. 2. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 3. Siswa melaksanakan evaluasi. 4. Siswa dan guru melakukan umpan balik. 5. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.



Literasi Kolaborasi:kreatif PPK: menerima pendapat orang lain, toleransi Kolaborasi: komunikasi



Pertemuan ke-3 KEGIATAN Pendahuluan



1.



2.



3. 4. Inti



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Penutup



ALOKASI KET WAKTU Guru mengecek kesiapan fisik kelas 10 menit sebelum belajar (misalnya kebersihan kelas, PPK Religi kerapian berpakaian, posisi tempat duduk berkelompok, dll), mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Siswa dan guru bertanya jawab berkaitan Literasi Kritis dengan materi cerkak yang sudah didapatkan siswa pada pembelajaran sebelumnya dengan kritis dan cermat Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan, langkah, dan manfaat pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa menyimak penjelasan cakupan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Mengamati salah satu contoh cerkak 70 menit Literasi Mengamati langkah langkah mencipta cerkak Kolaborasi:kreatif Bertanya jawab tentang langkah-langkah PPK: teliti, membuat cerkak bertanggung Mendiskusikan langkah-langkah membuat jawab dan kerja cerkak keras, menerima Menyimpulkan langkah-langkah membuat pendapat orang cerkak lain, toleransi Membacakan hasil kerja Kolaborasi: kelompok/individu tentang langkah-langkah komunikasi membuat cerkak. Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa melaksanakan evaluasi. Siswa dan guru melakukan umpan balik. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. DESKRIPSI KEGIATAN



1. 2. 3. 4. 5.



Pertemuan ke-4 KEGIATAN Pendahuluan



1. 2.



3. 4. Inti



1. 2. 3. 4.



Penutup



ALOKASI KET WAKTU Siswa merespon salam dan pertanyaan dari 10 menit PPK Religi guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya. Siswa dan guru bertanya jawab berkaitan dengan materi cerkak yang sudah didapatkan siswa pada pembelajaran sebelumnya dengan kritis dan cermat Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan, Literasi Kritis langkah, dan manfaat pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa menyimak penjelasan cakupan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Mengamati kerangka cerkak 70 menit Literasi Bertanya jawab mengenai kerangka cerkak Membuat kerangka cerkak Kolaborasi:kreatif Secara individu siswa mengembangkan PPK: teliti, kerangka menjadi sebuah cerkak bertanggung Membacakan hasil kerja individu tentang jawab dan kerja cerkak yang telah dibuat keras. Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa melaksanakan evaluasi. Siswa dan guru melakukan umpan balik. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. DESKRIPSI KEGIATAN



1. 2. 3. 4. 5.



H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Sikap Spiritual a. Teknik Penilaian : Observasi b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi c. Kisi-Kisi : Lembar Observasi Sikap Spiritual No 1



Sikap/Nilai Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa



Indikator Menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar dalam memahami isi, struktur dan nilai



Butir Pertanyaan



Jawa sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis



pesan moral karya sastra prosa cerkak baik lisan maupun tulisan Menggunakan kata, isitilah, atau ungkapan bahasa Jawa dalam menuliskan isi, struktur dan nilai pesan moral dalam menciptakan karya sastra prosa cerkak



2. Penilaian Sikap 1) Penilaian kompetensi sikap melalui Observasi a. Teknik Penilaian : Observasi b. Bentuk instrumen : Lembar Observasi c. Kisi – kisi : Lembar Observasi Sikap Spiritual No



Sikap/Nilai



Indikator



1



Jujur



2



Disiplin



3



Tanggung jawab



4



Proaktif



Menunjukkan perilaku tidak berbohong pada kegiatan memahami struktur dan pesan moral dalam cerkak Berperilaku selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain Berperilaku selalu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang dialokasikan dalam pembelajaran Berperilaku tidak mengganggu siswa atau kelompok lain dalam pembelajaran Berperilaku selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan pembelajaran karya sastra prosa cerkak Berperilaku yang menunjukkan sifat halus dan baik dari sudut pandang bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang Berperilaku giat berusaha dapat mengumpulkan informasi dalam pembelajaran Berperilaku selalu beraksi dan bereaksi dalam berdiskusi pembelajaran



2) Penilaian kompetensi sikap melalui penilaian diri



Butir Pertanyaan



Nama : Kelas : Tanggal penilaian : Materi/topik : Bacalah baik-baik setiap pertanyaan dan berilah tanda v pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. No



Pernyataan



1.



Ya



2.



Saya melakukan tugas kelompok, saya bekerja sama dengan teman satu kelompok Saya mencatat data dengan teliti sesuai fakta



3.



Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang dirancang



4.



Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca literatur yang mendukung tugas Saya terlibat dalam pembelajaran



5.



Tidak



3) Penialain kompetensi Sikap antar Peserta Didik Mata Pelajaran: Bahasa Jawa Kelas/Semester : XI / 2 Topik : memahami isi dan struktur karya sastra prosa cerkak dan menulis karya sastra prosa cerkak. Indikator : Peserta didik menunjukkan perilaku memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif 1. Amati perilaku temanmu dengan cermat selama mengikuti pembelajaran 2. Berikan tanda v pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatan 3. Serahkan hasil pengamatanmu kepada gurumu



No 1. 2. 3. 4. 5.



Perilaku Berperilaku tidak berbohong pada kegiatan dan selalu dapat dipercaya Menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu dan tidak mengganggu siswa atau kelompok lain Melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang dirancang Mengungkapkan informasi disertai dengan sumber rujukan Giat berusaha dapat mengumpulkan informasi dan selalu beraksi serta bereaksi dalam berdiskusi atau pembelajaran



4) Jurnal



Dilakukan / muncul Ya Tidak



Jurnal Penilaian Nama Kelas



: :



No 1. 2.



Hari, Tanggal



Kejadian



Keterangan/ Tindak Lanjut



2. Pengetahuan a. Teknik Penilaian : Tes Tertulis b. Bentuk instrumen : Uraian c. Kisi-kisi No. 1 2 3



Indikator Mengetahui unsur-unsur intrinsik cerkak Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerkak Mencari nilai moral yang terkandung dalam cerkak



3. Keterampilan a. Teknik Penilaian b. Bentuk instrumen c. Kisi-kisi



Butir Soal



: unjuk kerja : Produk



No



Indikator



1



Mencipta karya sastra prosa cerkak



Butir soal



..., .............................. 20... Mengetahui Kepala SMA/SMK/MA



Guru Mata Pelajaran



…………………………….. NIP. ...



………………………….. NIP. ...



Lampiran 1: Bahan Ajar Tembang Macapat (Sinom Dan Durma) A. Pemahaman Tembang Macapat (Sinom Dan Durma) Hakikat Tembang Macapat (Sinom Dan Durma)



CERKAK 1. Hakikat Cerkak CERITA CEKAK Cerita cekak utawi ingkang asring kacekak ‘Cerkak’, menika salah satunggaling wujud prosa naratif fiktif. Cerita cekak cendrung padhet saha langsung wonten ancasipun, bilih dipuntandhingaken kaliyan karya-karya fiksi ingkang langkung dawa, kados dene Novella (kanthi teges modhern) saha novel. Amargi cekakipun cerkak-cerkak ingkang sukses ngendelaken teknik-teknik sastra kados dene tokoh, plot, tema, basa saha insight kanthi langkung wiyar tinimbang karya fiksi ingkang langkung dawa. Miturut sujarahipun cerkak menika wiwitanipun saking tradhisi cariyos lisan ingkang wisuwur. Cariyos-cariyos kasebat adatipun kaaturaken kanthi wujud geguritan ingkang wonten wiramanipun. Wirama kasebat nggadhahi paedah minangka piranthi kangge tetulung supados tiyang saged ngeling-ngeling cariyosipun. Perangan cekak saking cariyos-cariyos menika punjeripun saking perangan naratif ingkang kaaturaken wonten ing kalodhangan ingkang cekak. Sedaya cariyosipun tembe kemawon saged dipunmangertosi rikala sedaya cariyos menika sampun dipuncariyosaken. Wujud sanes saking cerkak inggih menika anekdot. Anekdot menika popular rikala jaman Romawi. Anekdot menika nggadhahi pungsi kados dene saloka, minangka cariyos realistis ingkang cekak, ingkang nggadhahi setunggal ancas utawi piweling. Cerita cerkak adatipun kirang kompleks tinimbang Novel. Cerkak adatipun cariyosipun namung kadadosan saking setunggal pragmen, nggadhahi setunggal plot utawi alur, setting ingkang tunggal, cacahing paraga ugi winates, cakupan wekdalipun ugi cekak. Bilih diwujudaken cariyos ingkang langkung wiyar, cariyos cendrungipun nggadhahi suraosing unsur tartamtu saking struktur dramatis, inggih menika Eksposisi (ingkang nglantarken Setting, wekdal saha paraga utama), Komplikasi (kadadosan ing salebeting cariyos ingkang nepangaken konflik),



krisis (wekdal ingkang nemtokaken paraga utama anggenipun tumindak rikala ngadepi konflik), klimaks (punjering cariyos ingkang dados perangan ingkang wigati piyambak), wasana (peranganing cariyos rikala konflik saged karampungaken) saha bab moralipun. Amargi cekak, cerkak saged nggadhahi pola ajeg saged ugi boten. Kados dene cariyoscariyos ingkang langkung dawa, plot saking cerkak ugi nggadhahi klimaks. Ananging wasananing cariyos saking saperangan cerkak adatipun bebas saha saged ugi ngandhut piweling. 2. Unsur-unsur karya sastra prosa cerkak Titikan cerkak beda-beda miturut ingkang ngganggit. Cerkak nggadhahi kalih unsur inggih menika: 1. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik inggih menika unsur ingkang wonten ing salebeting cerkak piyambak. Ingkang kalebet unsure intrinsik: a. Tema iggih menika undering cariyos ingkang dipunpitados saha dipundadosaken undering cariyos. b. Latar (Setting) inggih menika panggenan, wekdal, swasana ingkang wonten ing salebetipun cerkak. Cariyos menika kedah cetha, wonten pundi kadadosanipun, kapan kadadosanipun saha swasana sarta kahanan menika kadadosan. c. Alur (Plot) inggih menika reroncening kadadosan ingkang wonten ing salebeting cariyos. Alur kaperang dados 3 inggih menika: 1) Alur Maju inggih menika reroncening kedadosan ingkang urutanipun manut kaliyan urutaning wekdal kadadosan ingkang wonten ing cariyos utawi cariyosipun tansah lumampah majeng. 2) Alur Mundur inggih menika reroncening kedadosan ingkang urutan kadadosanipun boten miturut urutan wekdal kadadosan utawi cariyos ingkang lumampahipun mundur. 3) Alur campuran inggih menika campuran antawisipun alur maju kaliyan alur mundur Alur menika kaperang dados pinten-pinten tahapan, inggih menika: 1) Pangantar inggih menika perangan cariyos ingkang awujud gegambaran wekdal, panggenan saha kadadosan ingkang wonten ing wiwitanipun cariyos. 2) Wiwitaning perkawis inggih menika peranganing cariyos ingkang minangka gegambaran perkawis ingkang dipunadhepi dening paraga cariyos. 3) Klimaks inggih menika perkawis ingkang wonten ing cariyos ingkang minangka undering cariyos. 4) Antiklimaks inggih menika perkawis sekedik mbaka sekedik sampun saged dipunlampahi, raos sumelang ugi sampun wiwit ical. 5) Resolusi inggih menika perkawis sampun saged karampungaken. d. Watak inggih menika gegambaran watak utawi karakter paraga-paraga ingkang wonten ing cariyos, bab watak menika saged dipuntingali saking tigang aspek, inggih menika: 1) Pacelathon paraga 2) Gegambaraning paraga



3) Gegambaraning blegeripun paraga e. Nilai (amanat) inggih menika piweling ingkang badhe kaaturaken dening panganggit lumantar cariyos. 2. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik inggih menika unsur-unsur ingkang wontenipun ing sanjawinipun cariyos, ananging nggadhahi pangaribawa ingkang boten langsung ing cariyos menika. Unsur ekstrinsik menika: a. Nilai – nilai ing salebetipun cariyos (agami, kabudayan, politik, ekonomi) b. Latar belakang gesangipun panganggit c. Kahanan sosial rikala cariyos menika dipundamel Nemtokaken menapa ingkang saged dipundadosaken titikan anggenipun milah cerkak saking format cariyos fiksi sanesipun ingkang langkung dawa taksih dados pirembagan para sastrawan. Salah satuggaling definisi kuna saking cerkak inggih menika kedah saged dipunwaos kanthi sekali duduk. Definisi-definisi sanesipun nyebataken cekak saha dawanipun saged katingal saking cacahipun tembung-tembungipun inggih menika 7.500 tembung. Ananging bilih katingal saking karya kontemporer bilih cerkak menika umumipun karya fiksi ingkang dawanipun boten langkung saking 20.000 tembung saha boten kirang saking 1.000 tembung. Cariyos ingkang cacahipun kirang saking 1.000 tembung kagolong genre fiksi kilat (falsh fiction). Cariyos fiksi ingkang nglampahi batas maksimal saking parameter cerkak kagolong novelette, novella utawi novel. (Kapetik saking: http://jv.wikipedia.org/wiki/Nov%C3%A8l)



Tuladha cerkak Raden Rangga



Panembahan Senapati Satunggaling dinten ing pendhapa Kraton Mataram, Kotagedhe Panembahan Senapati diadhep putrane. “Apa sira ngerti, sebabe daktimbali Rangga?” Pandangune Panembahan Senapati. “ Boten Rama, menapa wonten bab wigatos ingkang kedah kula tindakaken?”



“Sewengi aku ora bisa sare, sariraku krasa lungkrah, apa gelem mijeti samparanku?” Pandangune ingkang rama. Raden rangga nyembah, banjur wiwit mijeti samparane ramane, sinambi dipijeti, Panembahan Senapati nerusake pangandikane. “Rangga, sira kudu sadhar, yen sing koktindakake wingi kae dudu tumindak kang becik, sanajan sira ora mempan ketaman pusaka, saengga tumbak Manggala Tuban iku putung, lan sira males kanthi kepelan tangan sing ngremukake sirahe utusan Sultan Hadiwijaya padhang, uga kok ambali maneh marang utusan Banten. Yen tumindak mangkono iku kok terusake bisa tuwuh perdondi ing antarane aku lan mitraku. Aku samar yen tumindakmu iku bisa gawe cilakane awakmu dhewe. Sira kudu ngerti yen ana gunung dhuwur, isih ana gunung liyane sing ngluwihi dhuwure. Coba putungen drijiku yen kowe rumangsa sekti. Raden Rangga rumaos serik manahipun, rumaos dipunece dening ramanipun, lajeng nyobi mutung drijinipun keng rama, nanging boten saged. Rangga paribasane Suradira jayaningrat, lebur dening pangastuti, sakabehing wujud tumindak ala lan angkara murka iku bakal sirna kanthi luhuring budi lan tumindak utama, tumindakmu iku ora becik, kumalungkung, apa ta sing sira goleki ing panguripan sira iku? Uripe mangungsa ora suwe, bakal abadi ing alam sawise mati, becike sira singkiri tumindak sing ala lan seneng pamer iku. Adhuh… Rangga kok apakake sikilku iki, rasane kok panas banget?” Samparane ramane dipijet sakatoge, minangka tandha yen Raden Rangga boten remen pangandikanipun keng Rama. Panembahan Senapati enggal nendhang Raden Rangga ngangge Samparanipun, saengga Raden Rangga mencelat medal nabrak beteng kraton ngantos jebol lan dhawah ing desa Depokan (samenika mapan ing kidul Bonbin Gembiraloka). Raden Rangga lajeng mlajar nilar Mataram, Piyambakipun ngertos menawi ramanipun duka sanget. Kesahipun tumuju ing Pati daleme pamanipun Wasis Jayakusuma. Nalika menika pamanipun nembe lenggah siniwaka kaadhep para nayaka ing pendhapa kadipaten. Adipati Wasis ngawe, supados Raden Rangga nyelaki paman. Ing salebeting pendhapa wonten sela ageng ingkang boten saged dipunpindhah nalika pendhapa kabangun, sebab boten wonten mergi sanes. Raden Rangga nerjang sela ageng wau saengga sela wau ajur rata kaliyan siti. Sedaya ingkang wonten sami gumun. Raden Rangga lajeng mapan sawetawis ing Pati ndherek pamanipun.



Papan nyimpen watu gatheng



Amargi sampun sawetawis ing Pati, Raden Rangga rumaos kasepen, boten saged dolanan gatheng, watu bunder 50 kg. Piyambakipun jeleh lajeng nimbali dhateng satunggaling prajurit regol: “Paman apa ing kene ana wong sing sekti ngluwihi aku?” “Wonten Raden, satunggaling pertapa ingkang sumendhe ing wit, lan elok, wit asem wau dados garing lan pejah.” Raden Rangga lajeng dipundugekaken ing pertapa kasebat, lajeng nyuwun pirsa dhateng pertapa. “He, sang atapa jawaben pitakonku iki, apa sejatine tujuwan wong urip iku lan kepiye nasibku sesuk?” Sarehne ingkang disuwuni pirsa mèndêl mawon, sang atapa lajeng dipuntendhang dhawah klumah, saderengipun tekaning seda, pertapa mangsuli lan sepata : “He bocah enom sing ora ngerti tata krama, wong urip iku mung bekti lan ngawula marang Gustine, dene nasibmu ora bakal suwe uripmu, yen sesuk ing Mataram ana ula gedhe kang gawe gendra yaiku kang bakal males tumindakmu sing seneng milara.” “Aku ora wedi, saiki kena, sesuk ora dadi apa,” wangsulane Raden Rangga kumaki. Sedaya kedadosan ingkang dipunalami ing Pati dipuncariyosaken dhateng Ramanipun ing Mataram. Raden Rangga lajeng kadhawuhan meguru ngaji dhateng eyangipun Ki Juru Martani, supados sampurna ngelmunipun. Sinaosa ing salebeting manah boten remen, Raden Rangga nurut kemawon. Saduginipun ing daleme Ki Juru Martani, Raden Rangga nengga Ki Juru Martani nembe shalat luhur, sinambi mbolongi jun ngangge drijinipun. Toyanipun dados mancur, Raden Rangga rumaos remen manahipun. Ki Juru Martani Priksa lajeng ngendika : “Thole Rangga apa drijimu ora lara, watu iku rak atos?” “Boten eyang, menika watu empuk sanget.” “Atos, watu iku atos.” Ngendikane Ki Juru Martani. Sanalika sela dados atos, astanipun Raden Rangga kraos sakit. Raden Rangga rumaos klentu lajeng kersa meguru dhateng eyangipun, dipunwulang tata krama lan budi pekerti luhur lan ngemu utama.



Satunggaling dinten Raden Rangga kadhawuhan nyingkiraken ula ageng ingkang ngganggu warga ing Patalan Bantul. Ula ingkang ngubet sariranipun saged dipunkawonaken, ula pejah amargi endhase dikeplak ajur dados sawalang-walang. Raden Rangga boten ateges menang, sariranipun kraos lungkrah, balungipun remuk kados dipunlolosi nalika dipungubet ula, wekasan Raden Rangga seda, trep kados sabdanipun sang atapa ingkang dipunpilara tanpa dosa.



Lampiran 2: LEMBAR KERJA (LK) A. LK Memahami isi dan struktur karya sastra prosa cerkak serta mencipta karya sastra prosa cerkak LK 1: Isi dan struktur karya sastra prosa cerkak Cermatilah teks berikut ini! CERITA CEKAK Cerita cekak utawi ingkang asring kacekak ‘Cerkak’, menika salah satunggaling wujud prosa naratif fiktif. Cerita cekak cendrung padhet saha langsung wonten ancasipun, bilih dipuntandhingaken kaliyan karya-karya fiksi ingkang langkung dawa, kados dene Novella (kanthi teges modhern) saha novel. Amargi cekakipun cerkak-cerkak ingkang sukses ngendelaken teknik-teknik sastra kados dene tokoh, plot, tema, basa saha insight kanthi langkung wiyar tinimbang karya fiksi ingkang langkung dawa. Miturut sujarahipun cerkak menika wiwitanipun saking tradhisi cariyos lisan ingkang wisuwur. Cariyos-cariyos kasebat adatipun kaaturaken kanthi wujud geguritan ingkang wonten wiramanipun. Wirama kasebat nggadhahi paedah minangka piranthi kangge tetulung supados tiyang saged ngeling-ngeling cariyosipun. Perangan cekak saking cariyos-cariyos menika punjeripun saking perangan naratif ingkang kaaturaken wonten ing kalodhangan ingkang cekak. Sedaya cariyosipun tembe kemawon saged dipunmangertosi rikala sedaya cariyos menika sampun dipuncariyosaken. Wujud sanes saking cerkak inggih menika anekdot. Anekdot menika popular rikala jaman Romawi. Anekdot menika nggadhahi pungsi kados dene saloka, minangka cariyos realistis ingkang cekak, ingkang nggadhahi setunggal ancas utawi piweling. Cerita cerkak adatipun kirang kompleks tinimbang Novel. Cerkak adatipun cariyosipun namung kadadosan saking setunggal pragmen, nggadhahi setunggal plot utawi alur, setting ingkang tunggal, cacahing paraga ugi winates, cakupan wekdalipun ugi cekak. Bilih



diwujudaken cariyos ingkang langkung wiyar, cariyos cendrungipun nggadhahi suraosing unsur tartamtu saking struktur dramatis, inggih menika Eksposisi (ingkang nglantarken Setting, wekdal saha paraga utama), Komplikasi (kadadosan ing salebeting cariyos ingkang nepangaken konflik), krisis (wekdal ingkang nemtokaken paraga utama anggenipun tumindak rikala ngadepi konflik), klimaks (punjering cariyos ingkang dados perangan ingkang wigati piyambak), wasana (peranganing cariyos rikala konflik saged karampungaken) saha bab moralipun. Amargi cekak, cerkak saged nggadhahi pola ajeg saged ugi boten. Kados dene cariyoscariyos ingkang langkung dawa, plot saking cerkak ugi nggadhahi klimaks. Ananging wasananing cariyos saking saperangan cerkak adatipun bebas saha saged ugi ngandhut piweling. 3. Unsur-unsur karya sastra prosa cerkak Titikan cerkak beda-beda miturut ingkang ngganggit. Cerkak nggadhahi kalih unsur inggih menika: 3. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik inggih menika unsur ingkang wonten ing salebeting cerkak piyambak. Ingkang kalebet unsure intrinsik: f. Tema iggih menika undering cariyos ingkang dipunpitados saha dipundadosaken undering cariyos. g. Latar (Setting) inggih menika panggenan, wekdal, swasana ingkang wonten ing salebetipun cerkak. Cariyos menika kedah cetha, wonten pundi kadadosanipun, kapan kadadosanipun saha swasana sarta kahanan menika kadadosan. h. Alur (Plot) inggih menika reroncening kadadosan ingkang wonten ing salebeting cariyos. Alur kaperang dados 3 inggih menika: 4) Alur Maju inggih menika reroncening kedadosan ingkang urutanipun manut kaliyan urutaning wekdal kadadosan ingkang wonten ing cariyos utawi cariyosipun tansah lumampah majeng. 5) Alur Mundur inggih menika reroncening kedadosan ingkang urutan kadadosanipun boten miturut urutan wekdal kadadosan utawi cariyos ingkang lumampahipun mundur. 6) Alur campuran inggih menika campuran antawisipun alur maju kaliyan alur mundur Alur menika kaperang dados pinten-pinten tahapan, inggih menika: 6) Pangantar inggih menika perangan cariyos ingkang awujud gegambaran wekdal, panggenan saha kadadosan ingkang wonten ing wiwitanipun cariyos. 7) Wiwitaning perkawis inggih menika peranganing cariyos ingkang minangka gegambaran perkawis ingkang dipunadhepi dening paraga cariyos. 8) Klimaks inggih menika perkawis ingkang wonten ing cariyos ingkang minangka undering cariyos. 9) Antiklimaks inggih menika perkawis sekedik mbaka sekedik sampun saged dipunlampahi, raos sumelang ugi sampun wiwit ical. 10) Resolusi inggih menika perkawis sampun saged karampungaken.



i. Watak inggih menika gegambaran watak utawi karakter paraga-paraga ingkang wonten ing cariyos, bab watak menika saged dipuntingali saking tigang aspek, inggih menika: 4) Pacelathon paraga 5) Gegambaraning paraga 6) Gegambaraning blegeripun paraga j. Nilai (amanat) inggih menika piweling ingkang badhe kaaturaken dening panganggit lumantar cariyos. 4. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik inggih menika unsur-unsur ingkang wontenipun ing sanjawinipun cariyos, ananging nggadhahi pangaribawa ingkang boten langsung ing cariyos menika. Unsur ekstrinsik menika: d. Nilai – nilai ing salebetipun cariyos (agami, kabudayan, politik, ekonomi) e. Latar belakang gesangipun panganggit f. Kahanan sosial rikala cariyos menika dipundamel Nemtokaken menapa ingkang saged dipundadosaken titikan anggenipun milah cerkak saking format cariyos fiksi sanesipun ingkang langkung dawa taksih dados pirembagan para sastrawan. Salah satuggaling definisi kuna saking cerkak inggih menika kedah saged dipunwaos kanthi sekali duduk. Definisi-definisi sanesipun nyebataken cekak saha dawanipun saged katingal saking cacahipun tembung-tembungipun inggih menika 7.500 tembung. Ananging bilih katingal saking karya kontemporer bilih cerkak menika umumipun karya fiksi ingkang dawanipun boten langkung saking 20.000 tembung saha boten kirang saking 1.000 tembung. Cariyos ingkang cacahipun kirang saking 1.000 tembung kagolong genre fiksi kilat (falsh fiction). Cariyos fiksi ingkang nglampahi batas maksimal saking parameter cerkak kagolong novelette, novella utawi novel. (Kapetik saking: http://jv.wikipedia.org/wiki/Nov%C3%A8l)



Kawangsulana pitakenan ing ngandhap menika mawi basa Jawa karma! 1. Menapa ingkang dipunwastani cerkak menika? ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… 2. Kasebatna menapa kemawon ingkang dados titikanipun cerkak! ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… 3. Kaandharna menapa ingkang dados unsur intrinsik cerkak! ………………………………………………………………………………………………… ………………. ………………………………………………………………………………………………… ……………….………………………………………………………………… 4. Kaandharna menapa ingkang dados unsur ekstrinsik cerkak! ………………………………………………………………………………………………… ………………. ………………………………………………………………………………………………… ……………….………………………………………………………………….



LK 2 : LK Unsur intrinsik cerkak Raden Rangga



Panembahan Senapati Satunggaling dinten ing pendhapa Kraton Mataram, Kotagedhe Panembahan Senapati diadhep putrane. “Apa sira ngerti, sebabe daktimbali Rangga?” Pandangune Panembahan Senapati. “ Boten Rama, menapa wonten bab wigatos ingkang kedah kula tindakaken?” “Sewengi aku ora bisa sare, sariraku krasa lungkrah, apa gelem mijeti samparanku?” Pandangune ingkang rama. Raden rangga nyembah, banjur wiwit mijeti samparane ramane, sinambi dipijeti, Panembahan Senapati nerusake pangandikane. “Rangga, sira kudu sadhar, yen sing koktindakake wingi kae dudu tumindak kang becik, sanajan sira ora mempan ketaman pusaka, saengga tumbak Manggala Tuban iku putung, lan sira males kanthi kepelan tangan sing ngremukake sirahe utusan Sultan Hadiwijaya padhang, uga kok ambali maneh marang utusan Banten. Yen tumindak mangkono iku kok terusake bisa tuwuh perdondi ing antarane aku lan mitraku. Aku samar yen tumindakmu iku bisa gawe cilakane awakmu dhewe. Sira kudu ngerti yen ana gunung dhuwur, isih ana gunung liyane sing ngluwihi dhuwure. Coba putungen drijiku yen kowe rumangsa sekti. Raden Rangga rumaos serik manahipun, rumaos dipunece dening ramanipun, lajeng nyobi mutung drijinipun keng rama, nanging boten saged. Rangga paribasane Suradira jayaningrat, lebur dening pangastuti, sakabehing wujud tumindak ala lan angkara murka iku bakal sirna kanthi luhuring budi lan tumindak utama, tumindakmu iku ora becik, kumalungkung, apa ta sing sira goleki ing panguripan sira iku? Uripe mangungsa ora suwe, bakal abadi



ing alam sawise mati, becike sira singkiri tumindak sing ala lan seneng pamer iku. Adhuh… Rangga kok apakake sikilku iki, rasane kok panas banget?” Samparane ramane dipijet sakatoge, minangka tandha yen Raden Rangga boten remen pangandikanipun keng Rama. Panembahan Senapati enggal nendhang Raden Rangga ngangge Samparanipun, saengga Raden Rangga mencelat medal nabrak beteng kraton ngantos jebol lan dhawah ing desa Depokan (samenika mapan ing kidul Bonbin Gembiraloka). Raden Rangga lajeng mlajar nilar Mataram, Piyambakipun ngertos menawi ramanipun duka sanget. Kesahipun tumuju ing Pati daleme pamanipun Wasis Jayakusuma. Nalika menika pamanipun nembe lenggah siniwaka kaadhep para nayaka ing pendhapa kadipaten. Adipati Wasis ngawe, supados Raden Rangga nyelaki paman. Ing salebeting pendhapa wonten sela ageng ingkang boten saged dipunpindhah nalika pendhapa kabangun, sebab boten wonten mergi sanes. Raden Rangga nerjang sela ageng wau saengga sela wau ajur rata kaliyan siti. Sedaya ingkang wonten sami gumun. Raden Rangga lajeng mapan sawetawis ing Pati ndherek pamanipun.



Papan nyimpen watu gatheng



Amargi sampun sawetawis ing Pati, Raden Rangga rumaos kasepen, boten saged dolanan gatheng, watu bunder 50 kg. Piyambakipun jeleh lajeng nimbali dhateng satunggaling prajurit regol: “Paman apa ing kene ana wong sing sekti ngluwihi aku?” “Wonten Raden, satunggaling pertapa ingkang sumendhe ing wit, lan elok, wit asem wau dados garing lan pejah.” Raden Rangga lajeng dipundugekaken ing pertapa kasebat, lajeng nyuwun pirsa dhateng pertapa. “He, sang atapa jawaben pitakonku iki, apa sejatine tujuwan wong urip iku lan kepiye nasibku sesuk?” Sarehne ingkang disuwuni pirsa mèndêl mawon, sang atapa lajeng dipuntendhang dhawah klumah, saderengipun tekaning seda, pertapa mangsuli lan sepata :



“He bocah enom sing ora ngerti tata krama, wong urip iku mung bekti lan ngawula marang Gustine, dene nasibmu ora bakal suwe uripmu, yen sesuk ing Mataram ana ula gedhe kang gawe gendra yaiku kang bakal males tumindakmu sing seneng milara.” “Aku ora wedi, saiki kena, sesuk ora dadi apa,” wangsulane Raden Rangga kumaki. Sedaya kedadosan ingkang dipunalami ing Pati dipuncariyosaken dhateng Ramanipun ing Mataram. Raden Rangga lajeng kadhawuhan meguru ngaji dhateng eyangipun Ki Juru Martani, supados sampurna ngelmunipun. Sinaosa ing salebeting manah boten remen, Raden Rangga nurut kemawon. Saduginipun ing daleme Ki Juru Martani, Raden Rangga nengga Ki Juru Martani nembe shalat luhur, sinambi mbolongi jun ngangge drijinipun. Toyanipun dados mancur, Raden Rangga rumaos remen manahipun. Ki Juru Martani Priksa lajeng ngendika : “Thole Rangga apa drijimu ora lara, watu iku rak atos?” “Boten eyang, menika watu empuk sanget.” “Atos, watu iku atos.” Ngendikane Ki Juru Martani. Sanalika sela dados atos, astanipun Raden Rangga kraos sakit. Raden Rangga rumaos klentu lajeng kersa meguru dhateng eyangipun, dipunwulang tata krama lan budi pekerti luhur lan ngemu utama. Satunggaling dinten Raden Rangga kadhawuhan nyingkiraken ula ageng ingkang ngganggu warga ing Patalan Bantul. Ula ingkang ngubet sariranipun saged dipunkawonaken, ula pejah amargi endhase dikeplak ajur dados sawalang-walang. Raden Rangga boten ateges menang, sariranipun kraos lungkrah, balungipun remuk kados dipunlolosi nalika dipungubet ula, wekasan Raden Rangga seda, trep kados sabdanipun sang atapa ingkang dipunpilara tanpa dosa.



Deskripsikan unsur intrinsic cerkak dengan data yang mendukung! NO 1



STRUKTUR TEKS PARAGRAF / KALIMAT Pernyataan umum / …………………………………………………………………………. klasifikasi …………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………….



2



Data yang dilaporkan



…………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………….



3



Data yang dilaporkan



…………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………….



C. LK Menganalisis unsur intrinsic dan pesan moral dalam cerkak Cermatilah contoh teks cerkak dibawah ini! Raden Rangga



Panembahan Senapati Satunggaling dinten ing pendhapa Kraton Mataram, Kotagedhe Panembahan Senapati diadhep putrane. “Apa sira ngerti, sebabe daktimbali Rangga?” Pandangune Panembahan Senapati. “ Boten Rama, menapa wonten bab wigatos ingkang kedah kula tindakaken?” “Sewengi aku ora bisa sare, sariraku krasa lungkrah, apa gelem mijeti samparanku?” Pandangune ingkang rama. Raden rangga nyembah, banjur wiwit mijeti samparane ramane, sinambi dipijeti, Panembahan Senapati nerusake pangandikane. “Rangga, sira kudu sadhar, yen sing koktindakake wingi kae dudu tumindak kang becik, sanajan sira ora mempan ketaman pusaka, saengga tumbak Manggala Tuban iku putung, lan sira males kanthi kepelan tangan sing ngremukake sirahe utusan Sultan Hadiwijaya padhang, uga kok ambali maneh marang utusan Banten. Yen tumindak mangkono iku kok terusake bisa tuwuh perdondi ing antarane aku lan mitraku. Aku samar yen tumindakmu iku bisa gawe cilakane awakmu dhewe. Sira kudu ngerti yen ana gunung dhuwur, isih ana gunung liyane sing ngluwihi dhuwure. Coba putungen drijiku yen kowe rumangsa sekti.



Raden Rangga rumaos serik manahipun, rumaos dipunece dening ramanipun, lajeng nyobi mutung drijinipun keng rama, nanging boten saged. Rangga paribasane Suradira jayaningrat, lebur dening pangastuti, sakabehing wujud tumindak ala lan angkara murka iku bakal sirna kanthi luhuring budi lan tumindak utama, tumindakmu iku ora becik, kumalungkung, apa ta sing sira goleki ing panguripan sira iku? Uripe mangungsa ora suwe, bakal abadi ing alam sawise mati, becike sira singkiri tumindak sing ala lan seneng pamer iku. Adhuh… Rangga kok apakake sikilku iki, rasane kok panas banget?” Samparane ramane dipijet sakatoge, minangka tandha yen Raden Rangga boten remen pangandikanipun keng Rama. Panembahan Senapati enggal nendhang Raden Rangga ngangge Samparanipun, saengga Raden Rangga mencelat medal nabrak beteng kraton ngantos jebol lan dhawah ing desa Depokan (samenika mapan ing kidul Bonbin Gembiraloka). Raden Rangga lajeng mlajar nilar Mataram, Piyambakipun ngertos menawi ramanipun duka sanget. Kesahipun tumuju ing Pati daleme pamanipun Wasis Jayakusuma. Nalika menika pamanipun nembe lenggah siniwaka kaadhep para nayaka ing pendhapa kadipaten. Adipati Wasis ngawe, supados Raden Rangga nyelaki paman. Ing salebeting pendhapa wonten sela ageng ingkang boten saged dipunpindhah nalika pendhapa kabangun, sebab boten wonten mergi sanes. Raden Rangga nerjang sela ageng wau saengga sela wau ajur rata kaliyan siti. Sedaya ingkang wonten sami gumun. Raden Rangga lajeng mapan sawetawis ing Pati ndherek pamanipun.



Papan nyimpen watu gatheng



Amargi sampun sawetawis ing Pati, Raden Rangga rumaos kasepen, boten saged dolanan gatheng, watu bunder 50 kg. Piyambakipun jeleh lajeng nimbali dhateng satunggaling prajurit regol: “Paman apa ing kene ana wong sing sekti ngluwihi aku?” “Wonten Raden, satunggaling pertapa ingkang sumendhe ing wit, lan elok, wit asem wau dados garing lan pejah.” Raden Rangga lajeng dipundugekaken ing pertapa kasebat, lajeng nyuwun pirsa dhateng pertapa.



“He, sang atapa jawaben pitakonku iki, apa sejatine tujuwan wong urip iku lan kepiye nasibku sesuk?” Sarehne ingkang disuwuni pirsa mèndêl mawon, sang atapa lajeng dipuntendhang dhawah klumah, saderengipun tekaning seda, pertapa mangsuli lan sepata : “He bocah enom sing ora ngerti tata krama, wong urip iku mung bekti lan ngawula marang Gustine, dene nasibmu ora bakal suwe uripmu, yen sesuk ing Mataram ana ula gedhe kang gawe gendra yaiku kang bakal males tumindakmu sing seneng milara.” “Aku ora wedi, saiki kena, sesuk ora dadi apa,” wangsulane Raden Rangga kumaki. Sedaya kedadosan ingkang dipunalami ing Pati dipuncariyosaken dhateng Ramanipun ing Mataram. Raden Rangga lajeng kadhawuhan meguru ngaji dhateng eyangipun Ki Juru Martani, supados sampurna ngelmunipun. Sinaosa ing salebeting manah boten remen, Raden Rangga nurut kemawon. Saduginipun ing daleme Ki Juru Martani, Raden Rangga nengga Ki Juru Martani nembe shalat luhur, sinambi mbolongi jun ngangge drijinipun. Toyanipun dados mancur, Raden Rangga rumaos remen manahipun. Ki Juru Martani Priksa lajeng ngendika : “Thole Rangga apa drijimu ora lara, watu iku rak atos?” “Boten eyang, menika watu empuk sanget.” “Atos, watu iku atos.” Ngendikane Ki Juru Martani. Sanalika sela dados atos, astanipun Raden Rangga kraos sakit. Raden Rangga rumaos klentu lajeng kersa meguru dhateng eyangipun, dipunwulang tata krama lan budi pekerti luhur lan ngemu utama. Satunggaling dinten Raden Rangga kadhawuhan nyingkiraken ula ageng ingkang ngganggu warga ing Patalan Bantul. Ula ingkang ngubet sariranipun saged dipunkawonaken, ula pejah amargi endhase dikeplak ajur dados sawalang-walang. Raden Rangga boten ateges menang, sariranipun kraos lungkrah, balungipun remuk kados dipunlolosi nalika dipungubet ula, wekasan Raden Rangga seda, trep kados sabdanipun sang atapa ingkang dipunpilara tanpa dosa. LK 1 : Mencari makna kata sulit Interpretasilah kata-kata yang sulit pada cerkak diatas !



No 1 2 3 4



Kata Sulit ……………………………………. ……………………………………. ……………………………………. …………………………………….



Arti ……………………………………………………………. ……………………………………………………………. ……………………………………………………………. …………………………………………………………….



LK 2 : Mencari unsur intrinsic cerkak Temukan Unsur intrinsik pada cerkak! No 1



Unsur intrinsik Tema



2



Alur



3



Latar



4



Tokoh



5



Watak



6



Nilai / amanat



Paragraph / Kalimat ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. …………………………………………………………………….



Lampiran 3 : INSTRUMEN PENILAIAN 1. Sikap Spiritual 1) Penilaian kompetensi sikap melalui observasi a. Teknik Penilaian : Observasi b. Bentuk Penilaian : Lembar Observasi c. Kisi-Kisi



No



Sikap/Nilai



1



Jujur



Lembar Observasi Sikap Spiritual Indikator Menunjukkan perilaku tidak berbohong pada kegiatan memahami struktur dan pesan moral dalam cerkak Berperilaku selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain



Butir Pertanyaan



2



Disiplin



Berperilaku selalu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang dialokasikan dalam pembelajaran Berperilaku tidak mengganggu siswa atau kelompok lain dalam pembelajaran



3



Tanggung jawab



Berperilaku selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan pembelajaran karya sastra prosa cerkak Berperilaku yang menunjukkan sifat halus dan baik dari sudut pandang bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang



4



Proaktif



Berperilaku giat berusaha dapat mengumpulkan informasi dalam pembelajaran Berperilaku selalu beraksi dan bereaksi dalam berdiskusi pembelajaran



2) Penilaian kompetensi sikap melalui penilaian diri Nama : Kelas : Tanggal Penilaian : Materi / Topik : Bacalah baik-baik setiap pertanyaan dan berilah tanda v pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. No 1. 2. 3. 4. 5.



Pernyataan Saya melakukan tugas kelompok, saya bekerja sama dengan teman satu kelompok Saya mencatat data dengan teliti sesuai fakta Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang dirancang Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca literatur yang mendukung tugas Saya terlibat dalam pembelajaran



Ya



3) Penialain kompetensi Sikap antar Peserta Didik Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/Semester : XI / 2 Topik : memahami isi dan struktur karya sastra prosa cerkak dan menulis karya sastra prosa cerkak.



Tidak



Indikator



: Peserta didik menunjukkan perilaku memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif 1. Amati perilaku temanmu dengan cermat selama mengikuti pembelajaran 2. Berikan tanda v pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatan 3. Serahkan hasil pengamatanmu kepada gurumu No



Dilakukan / muncul Ya Tidak



Perilaku



1.



Berperilaku tidak berbohong pada kegiatan dan selalu dapat dipercaya 2. Menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu dan tidak mengganggu siswa atau kelompok lain 3. Melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang dirancang 4. Mengungkapkan informasi disertai dengan sumber rujukan 5. Giat berusaha dapat mengumpulkan informasi dan selalu beraksi serta bereaksi dalam berdiskusi atau pembelajaran 4) Jurnal Jurnal Penilaian Nama : Kelas : No 1. 2.



Hari, Tanggal



Kejadian



Keterangan/ Tindak Lanjut



2. PENGETAHUAN TES URAIAN Petunjuk 1. Baca secara cermat contoh cerkak berikut! 2. Setelah itu, jawablah pertanyaan berikut! a. Berdasarkan contoh cerkak yang diberikan, jawablah pertanyaan berikut untuk mengetahui pemahaman kalian tentang cerkak! 1. Menapa ingkang dipunwastani cerkak menika? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 2. Kasebatna menapa kemawon ingkang dados titikanipun cerkak! ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 3. Kaandharna menapa ingkang dados unsur intrinsik cerkak! ………………………………………………………………………………………… ……………………….………………………………………………………………… 4. Kaandharna menapa ingkang dados unsur ekstrinsik cerkak!



………………………………………………………………………………………… ……………………….………………………………………………………………… b. Berdasarkan contoh cerkak yang diberikan, jelaskan Unsur intrinsik dan pesan moral yang terkandung di dalam cerkak tersebut! Raden Rangga



Panembahan Senapati Satunggaling dinten ing pendhapa Kraton Mataram, Kotagedhe Panembahan Senapati diadhep putrane. “Apa sira ngerti, sebabe daktimbali Rangga?” Pandangune Panembahan Senapati. “ Boten Rama, menapa wonten bab wigatos ingkang kedah kula tindakaken?” “Sewengi aku ora bisa sare, sariraku krasa lungkrah, apa gelem mijeti samparanku?” Pandangune ingkang rama. Raden rangga nyembah, banjur wiwit mijeti samparane ramane, sinambi dipijeti, Panembahan Senapati nerusake pangandikane. “Rangga, sira kudu sadhar, yen sing koktindakake wingi kae dudu tumindak kang becik, sanajan sira ora mempan ketaman pusaka, saengga tumbak Manggala Tuban iku putung, lan sira males kanthi kepelan tangan sing ngremukake sirahe utusan Sultan Hadiwijaya padhang, uga kok ambali maneh marang utusan Banten. Yen tumindak mangkono iku kok terusake bisa tuwuh perdondi ing antarane aku lan mitraku. Aku samar yen tumindakmu iku bisa gawe cilakane awakmu dhewe. Sira kudu ngerti yen ana gunung dhuwur, isih ana gunung liyane sing ngluwihi dhuwure. Coba putungen drijiku yen kowe rumangsa sekti. Raden Rangga rumaos serik manahipun, rumaos dipunece dening ramanipun, lajeng nyobi mutung drijinipun keng rama, nanging boten saged. Rangga paribasane Suradira jayaningrat, lebur dening pangastuti, sakabehing wujud tumindak ala lan angkara murka iku bakal sirna kanthi luhuring budi lan tumindak utama, tumindakmu iku ora becik,



kumalungkung, apa ta sing sira goleki ing panguripan sira iku? Uripe mangungsa ora suwe, bakal abadi ing alam sawise mati, becike sira singkiri tumindak sing ala lan seneng pamer iku. Adhuh… Rangga kok apakake sikilku iki, rasane kok panas banget?” Samparane ramane dipijet sakatoge, minangka tandha yen Raden Rangga boten remen pangandikanipun keng Rama. Panembahan Senapati enggal nendhang Raden Rangga ngangge Samparanipun, saengga Raden Rangga mencelat medal nabrak beteng kraton ngantos jebol lan dhawah ing desa Depokan (samenika mapan ing kidul Bonbin Gembiraloka). Raden Rangga lajeng mlajar nilar Mataram, Piyambakipun ngertos menawi ramanipun duka sanget. Kesahipun tumuju ing Pati daleme pamanipun Wasis Jayakusuma. Nalika menika pamanipun nembe lenggah siniwaka kaadhep para nayaka ing pendhapa kadipaten. Adipati Wasis ngawe, supados Raden Rangga nyelaki paman. Ing salebeting pendhapa wonten sela ageng ingkang boten saged dipunpindhah nalika pendhapa kabangun, sebab boten wonten mergi sanes. Raden Rangga nerjang sela ageng wau saengga sela wau ajur rata kaliyan siti. Sedaya ingkang wonten sami gumun. Raden Rangga lajeng mapan sawetawis ing Pati ndherek pamanipun.



Papan nyimpen watu gatheng



Amargi sampun sawetawis ing Pati, Raden Rangga rumaos kasepen, boten saged dolanan gatheng, watu bunder 50 kg. Piyambakipun jeleh lajeng nimbali dhateng satunggaling prajurit regol: “Paman apa ing kene ana wong sing sekti ngluwihi aku?” “Wonten Raden, satunggaling pertapa ingkang sumendhe ing wit, lan elok, wit asem wau dados garing lan pejah.” Raden Rangga lajeng dipundugekaken ing pertapa kasebat, lajeng nyuwun pirsa dhateng pertapa. “He, sang atapa jawaben pitakonku iki, apa sejatine tujuwan wong urip iku lan kepiye nasibku sesuk?” Sarehne ingkang disuwuni pirsa mèndêl mawon, sang atapa lajeng dipuntendhang dhawah klumah, saderengipun tekaning seda, pertapa mangsuli lan sepata :



“He bocah enom sing ora ngerti tata krama, wong urip iku mung bekti lan ngawula marang Gustine, dene nasibmu ora bakal suwe uripmu, yen sesuk ing Mataram ana ula gedhe kang gawe gendra yaiku kang bakal males tumindakmu sing seneng milara.” “Aku ora wedi, saiki kena, sesuk ora dadi apa,” wangsulane Raden Rangga kumaki. Sedaya kedadosan ingkang dipunalami ing Pati dipuncariyosaken dhateng Ramanipun ing Mataram. Raden Rangga lajeng kadhawuhan meguru ngaji dhateng eyangipun Ki Juru Martani, supados sampurna ngelmunipun. Sinaosa ing salebeting manah boten remen, Raden Rangga nurut kemawon. Saduginipun ing daleme Ki Juru Martani, Raden Rangga nengga Ki Juru Martani nembe shalat luhur, sinambi mbolongi jun ngangge drijinipun. Toyanipun dados mancur, Raden Rangga rumaos remen manahipun. Ki Juru Martani Priksa lajeng ngendika : “Thole Rangga apa drijimu ora lara, watu iku rak atos?” “Boten eyang, menika watu empuk sanget.” “Atos, watu iku atos.” Ngendikane Ki Juru Martani. Sanalika sela dados atos, astanipun Raden Rangga kraos sakit. Raden Rangga rumaos klentu lajeng kersa meguru dhateng eyangipun, dipunwulang tata krama lan budi pekerti luhur lan ngemu utama. Satunggaling dinten Raden Rangga kadhawuhan nyingkiraken ula ageng ingkang ngganggu warga ing Patalan Bantul. Ula ingkang ngubet sariranipun saged dipunkawonaken, ula pejah amargi endhase dikeplak ajur dados sawalang-walang. Raden Rangga boten ateges menang, sariranipun kraos lungkrah, balungipun remuk kados dipunlolosi nalika dipungubet ula, wekasan Raden Rangga seda, trep kados sabdanipun sang atapa ingkang dipunpilara tanpa dosa.



Rubric / criteria penilaian hasil memahami cerkak No Aspek dan Kriteria 1. Menapa ingkang dipunwastani cerkak menika? 2. Kasebatna menapa ingkang dados titikanipun cerkak! 3. Kaandharna menapa kemawon Unsur intrinsik cerkak! 4. Kaandharna menapa kemawon unsure ekstrinsik cerkak! Total skor = No



Aspek dan Kriteria Ajaran moral dan unsure intrinsik 1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam yang mendukung sangat lengkap 2. Unsur intrinsik yang terdapat dalam yang mendukung lengkap 3. Unsur intrinsik yang terdapat dalam yang mendukung kurang lengkap 4. Unsur intrinsik yang terdapat dalam



Skor 2 2 3 3 10 Skor



cerkak dan data



100



cerkak dan data



75



cerkak dan data cerkak dan data



50



yang mendukung tidak lengkap No 1 2 3



Aspek dan Kriteria



25 Skor



Wosing seratan Leres botenipun seratan (ejaan) Jumbuhipun kaliyan tema



5 3 2



Nlai = jumlah skor



10



KUNCI JAWABAN TES PENGETAHUAN a. Soal Paragraph / kalimat 1 Cerita cekak utawi ingkang asring kacekak ‘Cerkak’, menika salah satunggaling wujud prosa naratif fiktif. 2 Titikanipun : 1. Wosipun ringkes : kirang langkung 10.000 tembung. 2. cariyosipun limrah fiksi, saged ugi non fiksi 3. perwatakan tokoh dipungambaraken sakeplasan 4. Namung wonten 1 alur 5. Dipuntampilaken sepisan 3



6. Konflik ingkang medal boten ngantos ngewahi nasib. Unsur-unsur intrinsik : 1.



Tema : undheraning cariyos ingkang dipunpitadosi dados sumbering cariyos.



2.



Alur : urut-urutaning cariyos ingkang ndhapuk satunggaling cariyos. Tahapanipun : a. Pengantar : peranganing cariyos arupi gegambaran wekdal, papan, kedadosan ingkang mujudaken wiwitaning cariyos. b. Penampilan masalah : perangan ingkang nyariosaken masalah ingkang dipunadhepi dening paraga. c. Klimaks : perkawis sampun awrat, konflik memuncak. d. Anti klimaks : perkawis sampun wiwit saged dipunrampungaken, kuwatir ugi sampun wiwit ical. e. Penyelesaian : masalah sampun saged dipunrampitaken



3.



Latar : papan, wekdal, kawontenan. Satunggaling cariyos kedah cetha wonten pundi, kapan dumadosipun, kawontenan rikala cariyosipun dumados.



4.



Tokoh : paraga ingkang wonten ing salebeting cariyos.



5.



Watak : nggambaraken watak utawi karakter batin lan fisik satunggaling tokoh ingkang saged dipuntingali saking : a. dialog tokoh b. penjelasan tokoh c. gegambaran fisik tokoh. d. lingkungan



6. Nilai/amanat : pesen ingkang dipunandharaken panyerat lumantar cariyosipun. a. Nilai – nilai ing salebetipun cariyos (agami, kabudayan, politik, ekonomi) b. Latar belakang gesangipun panganggit c. Kahanan sosial rikala cariyos menika dipundamel



4



a. Unsur intrinsik cerkak No Unsur intrinsik 1 Tema 2



Alur



3



Latar



4



Tokoh



5



Watak



6



Nilai / amanat



Paragraph / Kalimat ……………………………………………………………………. …………………………………………………………………….\ ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. …………………………………………………………………….



3) KETERAMPILAN Petunjuk Kadamela cerkak kanthi tema…. Pedoman penskoran : No 1 2 3



Aspek dan Kriteria



Skor



Wosing seratan Leres botenipun seratan (ejaan) Jumbuhipun kaliyan tema



5 3 2



Nlai = jumlah skor



10