Defisiensi Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DEFISIENSI GIZI



Di Susun Oleh : Dona Derlin Sapulette



Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku husada 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan penyertaannya penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah Defisiensi Gizi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bpk Dosen mata kuliah, yang telah memberikan tugas makalah ini demi meningkatkan pengetahuan penulis. Semoga makalah ini bermanfaat, sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan penulis untuk kedepannya.



Penulis



Dona Derlin Sapulette



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.......................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................ ii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1 C. Tujuan.............................................................................................................. 1



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Zat Gizi Mikro dan Makro....................................................................2 B. Defenisi Defisiensi Zat Gisi............................................................................... C.Masalah Gizi di Indonesia................................................................................2 a. Kurang Kalori Protein..........................................................................2 b. GAKI....................................................................................................4 c. Anemia Gizi Besi..................................................................................5 d. KVA.....................................................................................................6 e. Obesitas.................................................................................................7 3. Cara Mengatasi Masalah Gizi Pada Masyarakat..............................................8 a. Perbaiki asupan nutrisi..........................................................................8 b. Lakukan Pengobatan............................................................................9 c. Minimalisir kebiasaan buruk................................................................9 d. Pemaksimalan keseimbangan ekonomi................................................9 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................10 DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 11



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi zat gizi adalah zat kimia yang dapat digunakan oleh organisme untuk mempertahankan kegiatan metabolisme tubuhnya. Kegiatan metabolisme pada manusia dan hewan lainnya termasuk penyediaan energi, pertumbuhan, pembaruan jaringan, dan reproduksi. Beberapa bahan kimia yang berperan sebagai zat gizi adalah karbohidrat, protein, asam lemak, vitamin dan mineral. Bahan kimia seperti serat makanan dan metabolit sekunder tanaman merupakan bagian dari makanan tetapi tidak diklasifikasikan sebagai zat gizi.Zat gizi adalah senyawa dari makanan yang digunakan tubuh untuk fungsi fisiologis normal. Definisi yang luas ini mencakup senyawa yang digunakan langsung untuk produksi energi yang membantu dalam metabolisme (koenzim), untuk membangun struktur tubuh atau untuk membantu dalam sel tertentu. Suatu zat gizi sangat penting untuk organisme dalam kelangsungan siklus hidup dan terlibat dalam fungsi organisme. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut: 1)Zat Gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram (g). Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. 2)Zat Gizi Mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan miligram (mg) untuk sebagian besar mineral dan vitamin. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi diatas dapat menyebabkan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi atau malnutisi adalah kondisi ketika manusia tidak mendaatkan unsur pembangun tubuh yang dibutuhkan dalam kadar ideal agar tubuh bisa berfungsi dengan baik. hal ini membuat tubuh lebih rentan terserang penyakit. Indonesia dan dunia masi hadapai masalah gizi. Berbagai kasus defisiensi zat gisi ditemukan diberbagai negara, terkhususnya negara berkembang mulai dari usia bayi hingga lansia. Dalam makalah ini akan menguraikan zat gizi makro dan zat gizi mikro serta masalah defisiensi gizi.Tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Ironisnya, dibeberapa daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-



kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi; meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Berbagai masalah kesehatan akibat defesiensi gizi sangat memepengaruhi pembangunan bangsa Indonesia, untuk itu sangat penting mengerti pentingnya gizi bagi kelangsungan hidup setiap orang.



B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah ; 1. apa itu defisiensi gizi ? 2. apa saja masalah defisiensi gizi yang ada di Indonesia C. Tujuan Perumusan Masalah 1. Mendeskripsikan defenisi defisiensi zat gizi 2. Mendeskripsikan defisiensi gizi yang ada di Indonesia 3. Mendeskripsikan cara mengatasi defisiensi pada masyarakat



BAB II PEMBAHASAN



A. Zat Gizi Makro Dan Zat Gizi Mikro Jika dilihat dari defenisinya, zat gizi makro adalah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit didalam tubuh. a) Zat gizi makro Zat gizi makro adalah zat kimia yang diperlukan dalam pertumbuhan, perkembangan, serta menjalankan fungsi tubuh yang normal. Makronutrien atau zat gizi makro, berperan besar dalam membentuk energy tubuh dan seluruh proses metabolise. b) Zat gizi mikro Zat gizi mikro berguna untuk menjaga fungsi tubuh dan pertumbuhan, selain itu cenderung berperan untuk mencegah penyakit. Dalam hal memproduksi energy ataupun proses metabolism, zat gizi mikro berperan sebagai kofaktor, pengikat, serta menjadi alat dari proses tersebut. B. Pengertian Defisiensi Zat Gizi Defisiensi nutrisi atau malnutisi adalah kondisi ketika manusia tidak mendapatkan unsur pembangun tubuh seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam kadar ideal agar tubuh bisa berfungsi baik. hal ini membuat tubuh rentan terserang penyakit. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahtraan seseorang, kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi pennyakit (infeksi). Ketidakseimbangan ini bisa mengakibatkan gizi kurang maupun gizi lebih.Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu-individu untuk tumbuh dan berkembang.Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan otak janin, sejak dari menggu ke empat pembuahan sampai lahir dan anak berusia 3 tahun (golden age). C. Defisiensi Gizi 1. Kurang Kalori Protein Kurang kalori protein (KKP) akan terjadi apabila kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersamaan, meskipun salah satu lebih dominan ketimbang yang lain.



 Sindrom kwashiorkor adalah salah satu penyakit yang lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus merupakan penyakit yang terjadi karena kekurangan energi parah. Kombinasi kedua bentuk ini, marasmik-kwasiorkor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih dominan.



MASALAH KURANG GIZI DALAM SIKLUS KEHIDUPAN IMR, perkemb mental, risiko penyakit kronis pada usia dewasa



Tumbuh kembang terhambat



USIA LANJUT KURANG GIZI



BBLR BALITA KEP



REMAJA & USIA SEKOLAH



Sumber : Nutrition Throught The Life Cycle Prepared.2000



MMR meningkat



Gangguan Pertumbuhan, Produktivitas Kurang/ rendah



 Pengaruh KKP Terhadap Beberapa Organ 1. Saluran Pencernaan 2. Pancreas 3. Hati 4. Ginjal 5. System Hematologic 6. System Kardiovaskular 7. System Pernapasan  Pemeriksaan Laboratoris Jika tersedia kemudahan untuk pemeriksaan, sebaiknya uji laboratorium ini dilakukan. Namun, langkah ini bukanlah satu kewajiban karena hasil pemeriksaanya pun diragukan karena hampir seluruh parameter yang teraplikasi pada orang normal tidak berlaku bagi penderita KKP.



1. KKP Derajat Ringan dan Sedang Gambaran klinis utama KKP ringan sampai sedang ialah penyusutan berat badan yang disertai dengan penipisan jaringan lemak bawah kulit. Jika KKP berlangsung menahun, pertumbuhan memanjang akan berhenti sehingga anak akan bertumbuh pendek. Kegiatan fisik dan keluaran energy anak berkurang, disamping berlangsung pula perubahan pada fungsi kekebalan, saluran pencernaan, dan kebiasaan. 2. KKP Berat  Kwashiokor Edema yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak, biasanya terjadi dikaki, merupakan gambaran utama kwashiorkor. Diagnosis banding harus dibuat untuk menyingkirkan kondisi lain yang dapat menimbulkan edema dan hipoproteinemia, serta KKP sekunder yang disebabkan oleh gangguan penyerapan protein dan metabolisme. Penyulit yang biasanya terjadi sama dengan marasmus, kecuali diare, infeksi saluran nafas dan kulit yang berlangsung lebih.



 Marasmus Gambaran penderita marasmus dapat terwakili dalam istilah “tulang terbalut kulit”: jaringan lemak bawah kulit (nyaris) lenyap, otot mengecil. Diare menahun dan kelemahan yang menyeluruh sering mendampingi KKP sehingga anak tidak dapat berdiri sendiri tanpa dibantu. Namun demikian, diagnosis banding harus ditegakkan untuk membedakan KKP yang parah dengan KKP sekunder yang diakibatkan oleh pnyakit, misalnya, AIDS atau penyakit berat lainnya. Gizi Buruk : Marasmus











Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Zscore) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita.



 Host Host adalah manusia yang kemungkinan terpapar atau beresiko terhadap suatu penyakit. Dalam gizi buruk manusia berperan sebagai host atau pejamu. Dalam hal ini yang rentan terkena penyakit gizi buruk adalah balita. Karena balita daya tahan tubuhnya masih rentan.  Pencegahan 1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. 2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat. 3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter. 4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit. 5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.  Penanganan KKP Berat Secara garis besar penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi.  Pengobatan awal ditunjukkan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.



Yang pertama dimulai sejak pasien tiba dirumah sakit hingga kondisi anak stabil dan nafsu makan pulih. Fase ini biasanya berlangsung selama 2-7 hari. Jika lebih dari 10 hari keadaan pasien tidak juga pulih, berarti diperlukan upaya tambahan.  Rehabilitasi  Fase ini semestinya telah dimulai dirumah sakit dan dilanjutkan secara rawat jalan. Penderita harus terus mengonsumsi energy, protein dan zat-zat gizi lain dalam jumlah yang tepat, terutama jika makanan tradisional telah dimasukkan kedalam menu harian. Sementara itu, dukungan fisik dan emosi harus diberikan, disamping pengobatan untuk diare yang membandel, parasit usus, penyulit, serta vaksinasi.  Tugas utama dalam fase ini ialah mendorong anak untuk makan sebanyak mungkin, memulai dan mendorong pemberian air susu ibu secukupnya, merangsang perkembangan fisik dan emosi, serta menyiapkan ibu dan/atau pengasuh dalam pengawasan anak setelah keluar rumah sakit.  Kriteria Sembuh  Perawatan dirumah sakit tidak harus berlangsung hingga penderita sembuh sempurna. Setelah keadaan yang mengancam jiwa teratasi, nafsu makan membaik, edema dan lesi kulit hilang, penderita telah dapat tersenyum dan berinteraksi dengan lingkungannya (staf rumah sakit dan teman sebayanya), dan pertambahan berat badan telah mencapai kecepatan maksimal; idealnya mereka boleh dirujuk ke klinik gizi atau pusat rehabilitasi untuk kelanjutan pengobatan.  Peningkatan kadar protein atau albumin merupakan tanda bahwa pengobatan terespon dengan baik, namun tidak berarti kesembuhan yang sempurna. Kriteria sembuh yang paling praktis adalah pertambahan berat badan.  Kegagalan Terapi Penyebab ketidakberhasilan ini boleh jadi berakar pada fasilitas pengobatan dan masalah yang ada pada diri penderita.  Masalah yang terkait dengan fasilitas perawatan ialah (1) lingkungan yang buruk bagi peenderita KKP, (2) staf tidak terlatih dengan baik, (3) alat penimbang tidak akurat, dan (4) penyiapan atau pemberian makanan tidak tepat.







Masalah yang berhubungan dengan sipenderita, antara lain, (1) ketidakcukupan makanan yang diberikan, (2) defisiensi vitamin dan mineral, (3) malabsorbsi, (4) ruminasi, (5) infeksi; terutama diare, disentri, otitis media, pneumonia, TBC, infeksi saluran kemih, malaria, cacing usus, dan HIV\AIDS dan (6) penyakit pelatarbelakang yang serius.  Penanggulangan Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif 1. Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk. 2. Perawatan balita gizi buruk 3. Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif 1. Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi 2. Revitalisasi posyandu. 3. Pemberian suplementasi gizi. 4. Pemberian MP – ASI bagi balita gakin  Kriteria Sembuh Kriteria Pulang dari Pusat Rehabilitasi Gizi Anak :-Rasio BB/TB telah mencapai -1 SD (90%) nilai median acuan. -Menyantap makanan bergizi yang dibuat ibu di rumah dalam jumlah yang adekuat. -Pertambahan BB normal atau lebih cepat. -Semua kekurangan vitamin dan mineral teratasi. -Semua infeksi terobati, atau tengah diobati (anemia,diare,infeksi,parasit,usus,malaria,TBC,otitis ). 2. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) Defisiensi yodium Merupakan salah satu masalah gizi kurang yg masih



dihadapi Pemerintah Indonesia Dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia Dikenal sebagai Gondok (perbesaran kelenjar tiroid).  Akibat defisiensi yodium keguguran, lahir mati, cacat bawaan, kretin, dan hipotiroid Kretin merupakan akibat yg paling berbahaya karena selain gangguan fisik juga gangguan pada perkembangan otak Defisiensi yodium à gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)



 Ekologi dan Demografi Defisiensi Yodium Sumber yodium: laut, lapisan dalam tanah (sumur minyak, gas alam) Tidak semua negara mempunyai sumber mineral yodium Di tanah yodium berupa I, di laut I2 Konsentrasi yodium dialam tergantung sumbernya: di laut µg/L, udara 0,7 µg/m3, air hujan 1,8-8,5 µg/L Sifat yodium: mudah menguap dan peka terhadap cahaya à garam dari laut tidak mengandung yodium.  Penyebab Defisiensi Yodium dan Ketcukupan asupan yodium  Penyebab masalah gizi: a) Primer: ketidak seimbangan antara asupan dan kebutuhan. Asupan > kebutuhan à terjadi kelebihan zat gizi. Asupan < kebutuhan à defiensi zat gizi b) Sekunder: ketidakmampuan tubuh menggunakan zat gizi yg ada karena inborn defect metabolisme Defisiensi yodium = ketidakcukupan asupan yodium.  GAKY manifestasi Penyebab langsung Ketcukupan asupan yodium Yodium dlm bhn makanan rendah Memilih garam yg tak beryodium Penyebab tak langsung Kurang pengetahuan mengenai GAKY dan manfaat garam beryodium Sumber daya dan kontrol, sumber daya manusia, Ekonomi dan organisasi Faktor politik dan ideologi Struktur ekonomi Penyebab mendasar Sumber daya potensial (kandungan yodium tanah rendah) Gambar. Kerangka Konsep UNICEF pada terjadinya GAKY .  Intake dan Bioviabilitas Yodium Sumber yodium yg terbaik yg dari laut Ikan laut mengandung 30x dari ikan air tawar Sayuran daun > banyak dari umbi Garam yg difortifikasi yodium Pengolahan bahan pangan akan mengurangi ketersediaan yodium dalam pangan: berbanding lurus dengan waktu dan suhu pengolahan Pengurangan kandungan yodium: penggorengan 20%, pemanggangan 23%, perebusan 58% )WHO, 1999).



Tabel. Angka Kecukupan Yodium yg Dianjurkan



Sumber: WHO (1996). Bahan makanan yg mengandung goitrogen ( singkong, jagung, rebung, ubi jalar) menyebabkan kebutuhan yodium meningkat menjadi µg/hari.  Toksisitas dan Hipertiroid  Kelebihan yodium digolongkan: Kelebihan dlm jumlah sedang, akan mempercepat penyerapan yodium tetapi tdk menghambat kemampuan utk melepaskan yodium Kelebihan dlm jumlah cukup besar, akan menghambat pelepasan yodium Kelebihan dlam jumlah besar, akan menghambat pembentukan yodium organik dan menyebabkan goiter Kelebihan yg sangat besar, akan menjenuhkan mekanisme tranport aktif ion yodium.  Intake yodium µg/hari berpotensi bahaya, tetapi tidak berpengaruh bila berasal dari laut ( Jepang dan China: fungsi tiroid normal meski konsumsi 30 mg/hari) KRETIN Akibat defisiensi yodium irreversible IQ dibawah rata-rata, beban selama hidup Terjadi saat organogenesis: defisiensi yodium Nampak jelas pada bayi setelah 12 bulan, prevalensi pada bayi dengan ASI lebih kecil darpada bayi yg diberi PASI.  Pengukuran status yodium 1. Metode Biokimia : teknik radioimmunoassay, protein binding iodine (PBI), Thyroid Stimulated Hormones (TSH), Urine Iodine Excretion (UIE), kadar kreatinin darah Tanda-tanda klinis- melihat perbesaran kelenjar tiroid 2. Keperluan Individu : kadar kreatinin, thyroxin Masyarakat: UIE, perbesaran kelenjar tiroid



 Kadar kreatinin dalam urin Dan Pembesaran Kelenjar tiroid  Tahap 1. Normal > 50 mg I/g kreatinin 2. Hipotiroid mg I/g kreatinin 3. Kretin < 25 mg I/g kreatinin. Pembesaran kelenjar tiroid (struma) Kasat mata (gol II), terlihat dalam posisi normal Tersembunyi (gol I), hanya dalam posisi tengadah, > besar dari kuku ibujari anak à ada perbesaran kelenjar tiroid.  Diagnosis Keluasan dan Keparahan Gaky Perlu Dinilai Dengan seksama untuk Menentukan Perlu atau tidaknya upaya intervensi indikator utama diagnosis ialah “total goitre rate dan iodine level”.  Penanggulangan Masalah GAKY  Indikator GAKY sbg masalah kesehatan masy: struma (palpasi, USG), kadar yodium dalam urin, TSH Masalah GAKY: ringan, sedang dan berat ringan: TGR >5% Penanggulangan : fortifikasi yodium pada garam, air minum suplementasi yodium pada hewan suntikan minyak yodium suplementasi kapsul yodium.  Garam yodium 1920 pertama kali digunakan di Swiss 1927 digunakan di Indonesia (Tengger & Dieng à daerah endemik GAKY) biaya murah Kendala : Produksi garam; tidak tersentralisasi, produksi garam 1 ton à 30% PN Garam, 58% garam beryodium dikonsumsi Cara pengolahan: sebaiknya ditambahkan pada saat akan disantap u/ mengurangi kehilangan yodium, bukan saat penyiapan bumbu (ditumbuk), masakan pedas dan asam à yodium hilang  Penerimaan masyarakat: kurang asin, rasa pahit, rumah tangga yg konsumsi garam beryodium 85%  Suplemen yodium pada hewan sapi & babi di Jerman Timur meningkatkan kadar yodium dalam daging à meningkatkan konsumsi daging Suntikan minyak yodium pertama kali di Papua Nugini (endemik terisolasi) wanita 100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk). Anak-anak yang mengalami obesitas dapat berisiko lebih besar mengidap penyakit jantung, diabetes dan gangguan akibat kelebihan berat badan lainnya dari yang terpikirkan. Fakta ini diketahui berdasarkan studi baru tentang dampak obesitas



selama masa kanak-kanak dan perkembangan kesehatan di masa dewasa.Dibanding anak-anak dan remaja yang berbobot ideal, anak dengan obesitas lebih berisiko menderita gangguan kesehatan yang memicu penyakit jantung dan diabetes. Seperti, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi. Di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitas pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia pada 2010, menunjukkan 27,7 juta jiwa penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun, mengalami obesitas. Jumlah ini sama dengan 11,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. D. Cara Mengatasi Masalah Gizi pada Masyarakat  Perbaiki asupan nutrisi  Lakukan pengobatan  Minimalisir kebiasaan buruk  Pemaksimalan keseimbangan ekonomi



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Sampai saat ini ada lima masalah gizi utama di Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dan Obesitas. Energi dan protein merupakan zat gizi makro, sedangkan zat besi, vitamin A dan Iodium merupakan zat gizi mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian penduduk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekurangan pangan, penyakit infeksi seperti cacingan, lingkungan yang kurang bersih serta penyebab tidak langsung lainnya seperti pola asuh orang tua. Kesadaran dari setiap orang sangat diharapkan untuk membantu memperbaiki masalah kesehatan yang ada. B. Saran Sebaiknya pemerintah dan semua lembaga kesehatan lebih mengoptimalkan lagi program kerja berkaitan dengan peningkatan status dan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Dan untuk tenaga kesehatan masyarakat agar lebih meningkatkan performa kerja, untuk mendukung program kerja yang telah ada.



DAFTAR PUSTAKA



http://www.alodokter,com https://hellosehat.com https://www.academia.edu