LP Polisitemia Vera - Fransiska [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS POLISITEMIA VERA MATA KULIAH: PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH     Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Individu Departemen Keperawatan Medikal di Ruang Jimbaran RSUD Dr Saiful Anwar Malang            



        



Disusun Oleh: NAMA : Fransiska Endang Widyastuti Dapi NIM



: 230070300011036



              PROGRAM STUDI PROFESI NERS DEPERTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2024



LAPORAN PENDAHULUAN Polisitemia Vera A. Konsep Penyakit 1. Definisi Polisitemia disebut juga eritrositosis merupakan peningkatan massa sel darah merah yang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan laboratorium ditandai dengan peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit (Ashwin A. Pillai et al., 2023) . Polisitemia merupakan kelainan sistem hemopoieses yang dihubungkan dengan peningkatan jumlah dan volume sel darah merah (eritrosit) secara bermakna mencapai 6-10 juta/ml di atas ambang batas nilai normal dalam sirkulasi darah, tanpa memperdulikan jumlah leukosit dan trombosit. Eritrositosis menggambarkan memiliki terlalu banyak sel darah merah (bagian padat) dalam hubungannya dengan plasma (bagian cair) (Carol DerSarkissian, 2023) Eritrositosis menyebabkan terjadi peningkatan kadar hematokrit dan hemoglobin. Kadar hematokrit adalah jumlah sel darah merah dan hemoglobin adalah protein penting yang ditemukan dalam sel darah merah. Polisitemia vera adalah salah satu kelompok kanker darah yang dikenal sebagai neoplasma myelopraliferatifive, ini terjadi ketika mutase pada gen yang menyebabkan masalah dengan produksi sel darah (Ashwin A. Pillai et al., 2023) 2. Etiologi a) Polisitemia Primer (Polisitemia Vera) Disebabkan oleh perubahan gen JAK2 yang menyebabkan sel sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah. (NHS, 2023). Sel sumsum tulang yang terkena dapat berkembang menjadi sel lain yang ditemukan dalam darah, yang berarti bahwa penderita polisitemia vera mungkin juga memiliki jumlah trombosit dan sel darah putih yang sangat tinggi. b) Polisitemia Sekunder Kondisi yang menyebabkan lebih banyak eritropoietin diproduksi. Eritropoietin adalah hormone yang diproduksi oleh ginjal yang merangsang sel susmsum tulang untuk memproduksi sel darah merah.



3. Klasifikasi a) Spurious Polycythemia (Polisitemia palsu) Terjadi karena kontraksi volume dan bukan peningkatan massa sel darah merah yang sebenarnya (Ashwin A. Pillai et al., 2023) penyebabnya antara lain: 



Dehidrasi berat karena kehilangan cairan: berpotensi terlihat pada diare dan muntah parah.







Sindrom Gaisbock: biasanya terlihat pada pria yang mengalami obesitas dan hipertensi, merokok, alcohol berlebihan, dan penggunaan diuretic.



b) True Polycythemia Dikelompokan lagi berdasarkan kadar serum eritropoietin (EPO), sebagai berikut:  Kadar EPO serum rendah (Polisitemia primer) 



Polisitemia vera







Polisitemia familial dan kongenital primer



 Kadar EPO serum tinggi (Polisitemia sekunder) 



Dataran tinggi







Gangguan pernapasan: PPOK, sindrom Pickwickian, asma yang tidak terkontrol







Penyakit jantung sianotik dengan pirau kanan ke kiri







Gangguan ginjal: kista ginjal, kanker ginjal, stenosis arteri ginjal, sindrom Bartter, glomerulonephritis sclerosis fokal







Peningkatan karboksihemoglobin, biasanya terlihat pada perokok, orang yang bekerja di mobil di ruang tertutup, atau orang yang bekerja di ruang ketel







Hemoglobinopati: hemoglobin dengan afinitas tinggi seperti HB Yakima, methemoglobinemia







Tumor yang mensekresi EPO: sumbernya meliputi hepatoma, leiomyoma uterus, dan hemangioma



serebelar. 



Penyebab iatrogenic: termasuk pemberian analog eritropoietin, steroid anabolic, dan terapi penggantian testosteron.



 Polisitemia Neonatal Peningkatan hematokrit merupakan mekanisme kompensasi normal pada bayi akobat hipoksia relative tingkat jaringan di lingkungan intrauterine. Hal ini diperburuk oleh tingginya afinitas hemoglobin janin terhadap oksigen. 4. Patofisologi Keadaan yang diketahui sebagai polisitemia diakibatkan dari terlalu banyak sel darah merah. Polisitemia berarti kelebihan (poli) semua jenis sel (sitemia), tetapi umumnya nama tersebut digunakan untuk keadaan yang volume sel darah merahnya melebihi normal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Polisitemia primer atau vera, merupakan suatu gangguan mieloproliferatif. Sel induk pluripoten abnormal. Ditemukan juga eritrositosis yang nyata dengan kadar eritropoietin normal atau rendah, serta leukositosis dan trombositosis. Tanda dan gejala ini disebabkan oleh peningkatan volume darah total dan peningkatan viskositas darah. Volume plasma biasanya normal, dan terjadi vasodilatasi untuk menampung peningkatan volume eritrosit. Pasien tersebut datang dengan corak pletorik (merah bata) dan mata merah meradang. Gejala-gejala nonspesifik, bervariasi dan sensasi”penuh dikepala” sampai sakit kepala, pusing,



kesulitan



berkonsentrasi,



pandangan



kabur,



kelelahan,dan



pruritus(gatal) setelah mandi. Peningktan volume dan viskositas darah (aliran darah lambat) bersama dengan peningkatan jumlah trombosit dan fungsi trombosit abnormal mempermudah individu mengalami trombosis dan pendarahan. Trombosis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Penyakit ini berkembang dalam waktu 10 sampai 15 tahun. Selama waktu ini, limpa dan hati membesar,disebabkan oleh kongesti eritrosit. Sumsum tulang menjadi fibrosis dan akhirnya menjadi nonproduktif karena “kehabisan



tenaga”.atau berubah menjadi leukemia mielogenik akut, baik sebagai akibat dari pengobatan atau perjalanan penyakit (Shelton,2000). Modalitas pengobatan untuk polisitemia vera meliputi flebotomi mingguan untuk mencapai kadar hematokrit kurang dari 45%. Polisitemia sekunder terjadi saat volume plasma yang beredar di dalam pembuluh darah berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume total sel darah merah didalam sirkulasi normal. Oleh karena itu, hematokrit pada laki-laki meningkat sampai 54%. Penyebab yang paling mungkin adalah dehidrasi. Bentuk lain disebut pseudo atau stres polisitemia. Walaupun penyebab pastinya tidak diketahui, insiden paling tinggi pada laki-laki usia pertengahan, obese, sangat cemas disertai hipertensi. Merokok sigaret tampaknya mengeksaserbasi keadaan ini karena pajanan karbon monoksida jangka lama meningkatkan eritrositosis ( Linker,2001). Kondisi-kondisi medis mendasar yang merangsang produksi eritropoietin meliputi penyaki-penyakit kardiopilmonal yang menurunkan sarurasi O2 arteri atau tumor ginjal yang menurunkan aliran darah ginjal. Keadaan tersebut juga terjadi pada orang yang hidup di daerah tinggi yang O2 atmosfernya berkurang. Untuk polisitemia sekunder; diindikasikan untuk mengobati penyebab yang mendasarinya. 5. Pathway



6. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala terbagi menjadi 3 fase, yaitu: a) Gejala awal (early symptoms)



Gejala awal dari polisitemia vera sangat minimal dan tidak selalu ada kelainan walaupun telah diketahui melalui tes laboratorium. Gejala awal biasanya sakit kepala, telinga berdenging, mudah lelah, gangguan daya ingat, susah bernapas, hipertensi, gangguan penglihatan, rasa panas pada tangan/kaki, pruritus, perdarahan hidung, lambung, sakit tulang. b) Gejala akhir (later symptoms) dan komplikasi Sebagai penyakit progresif, pasien polisitemia vera mengalami perdarahan/thrombosis, peningkatan asam urat berkembang menjadi gout dan peningkatan resiko ulkus peptikum. c) Fase splenomegaly (spent phase) Sekitar 30% gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali. Pada fase ini terjadi kegagalan sumsum tulang dan pasien menjadi anemia berat, kebutuhan transfuse meningkat, hati dan limpa membesar. Manifestasi klinis polisitemia vera terjadi karena peningkatan jumlah total erotrosit teryang akan meningkatkan viskositas (kekentalan) darah yang kemudian menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat menyebabkan terjadinya thrombosis dan penurunan laju transport oksigen. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa: a) Hiperviskositas Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas (kekentalan) darah yang kemudian menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah, menimbulkan eritrositosis sebagai akibat penggumpalan eritrositm dan penurunan laju transport oksigen. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan, yang berakibat pada iskemia/infark pada organ seperti otak, mata, telinga, paru dan ekstremitas. b) Penurunan shear rate Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi hemostasis primer yaitu agregasi trombosit ( menunjukkan tingkat kemampuan



darah



untuk



menggumpal)



pada



endotel.



Hal



tersebut



akan



mengakibatkan timbulnya perdarhan walaupun jumlah trombosit > 450.000/mm3/ Perdarahan terjadi pada 10-30% kasus polisitemia vera, manifestasinya



berupa



epistaksis,



ekimosis



dan



perdarahan



gastrointestinal. c) Trombositosis Trombositosis dapat menimbulkan thrombosis. Pada polisitemia vera tidak ada korelasi trombositosis dengan thrombosis. d) Basofilia Lima puluh persen kasus polisitemia vera datang dengan gatal (pruritis) di seluruh tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang dengan urtikaria, suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai akibat meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis dan perdarahan lambung terjadi karena peningkatan kadar histamin. e) Splenomegali Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular. f) Hepatomegali Hepatomegali



dijumpai



pada



kira-kira



40%



polisitemia



vera,



hepatomegaly merupakan akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular. g) Gout Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah sekuentrasi sel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat darah akan meningkat. Di sisi lain laju fitrasi gromerular menurun karena penurunan shear rate. Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia h) Defisiensi vitamin B12 dan asam folat Laju siklus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisiensi asam folat dan vitamin B12. Hal ini dijumpai pada ± 30% kasus Polisitemis



Vera karena penggunaan untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat vitamin B12 (Unsaturated B12 Binding Capacity) dijumpai meningkat > 75% kasus. i) Muka kemerah-merahan (plethora) Gambaran pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir, konjungtiva hiperemis sebagai akibat peningkatan massa eritrosit. j) Keluhan lain yang tidak khas: seperti cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa, vertigo, tinnitus, perasaan panas. k) Manifestasi perdarahan (10-20%), dapat berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan gastrointestinal menyerupai ulkus peptikum. Perdarahan terjadi karena peningkatan viskositas darah akan menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien Polisitemia Vera yang tidak diterapi beresiko terjadinya perdarahan waktu operasi atau trauma.



7. Komplikasi a) Komplikasi Mikrovaskuler (Raedler A.Lisa, 2014)  Eritomelalgia  Sakit kepala  Pusing  Gangguan penglihatan  Parestesia  Serangan iskemik sementara b) Komplikasi Makrovaskuler (Raedler A.Lisa, 2014)  Trombotik arteri 



Infark miokard







Angina tidak stabil







Stroke







Oklusi arteri perifer



 Trombotik vena 



Trombosis vena dalam







Emboli paru







Trombosis vena intra abdominal







Trombosis vena serebral



8. Diagnosis a. Anamnesis Pada anamnesis perlu diketahui riwayat penyakit tumor atau keganasan, gangguan kardiovaskuler dan serebrovaskuler, riwayat keluarga pernah menderita



penyakit



yang



berhubungan



dengan



neoplasma



mieloproliferatif seperti polisitemia vera, trombositemia esensial, atau myelofibrosis primer (Wijaya Sandi, 2020) b. Pemeriksaan fisik Pada



pemeriksaan



fisik



ditemukan



adanya



splenomegaly



dan



hepatomegaly, ruddy cyanosis (pembengkakan mukosa dan kulit disertai sianosis), conjungtival plethorta, dan (penumpukan cairan dan darah di konjungtiva dan mukosa) c. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah tepi dapat dijumpai peningkatan jumlah sel darah merah, hematokrit, dan massa sel darah merah. Sesuai kriteria WHO 2016: (Wijaya Sandi, 2020) 



Hemoglobin meningkat jika lebih dari 16,5 gr/dl pada pria dan 16 gr/dl pada Wanita.







Hematokrit meningkat jika lebih dari 49% pada pria dan lebih dari 48% pada Wanita







Peningkatan massa sel darah merah sebanyak 25% di atas nilai rata-rata







Kadar serum eritropoietin di bawah normal







Aspirasi sumsum tulang belakang juga membantu diagnosis, terutama untuk memprediksi terjadinya myelofibrosis



d. Alur diagnosis polisitemia



9. Penatalaksanaan Medis (Rahmat Cahyanur & Ikhwan Rinaldi, 2019) a) Tujuan Terapi, yaitu:  Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah  Mencegah kejadian trombotik misalnya thrombosis arteri-vena, serebrovaskuler, thrombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan infark pulmonal  Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal. b) Prinsip terapi  Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi  Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/



polisitemia yang belum terkendali  Menghindari pengobatan berlebihan  Menghindari obat yang mutagenic, teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia muda  Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik. c) Jenis Terapi  Flebotomi Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu- satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada pasien yang masih dalam usia subur. Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menurun. Jika nilai hematokrit sudah mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah < 45% pada kulit putih dan 52%, pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.  Fosfor radioaktif Digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 23mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32 Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.  Kemoterapi biologis (Sitokin) Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid (Cytoxan).  Pengobatan pendukung 



Hiperurisemia



diobati



dengan



allopurinol



100-600mg/hari oral, pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal 



Pruritis dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran



Ultraviolet range A (PUVA) 



Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2







Antiagregasi



trombosit



analgrelide



turunan



dari



quinazolin, digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder (jumlah platelet



tinggi.



Anagrelid



mengurangi



tingkat



pembentukan trombosit di sumsum. Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati dengan anagrelide. d) Algoritma tata laksana polisitemia vera



B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Arif Muttaqin, 2009). Terdiri dari : a. Biodata Klien Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas



penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien. b. Pengkajian Secondary Survey 1) Status kesehatan saat ini/alasan masuk Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan yaitu pucat, cepat lelah, takikardi, palpitasi, dan takipnoe 2) Riwayat kesehatan dahulu Adanya penyakit kronis seperti penyakit hati, ginjal, adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis, adanya riwayat penyakit hematology, penyakit malabsorbsi 3) Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan dengan status penyakit yang diderita klien saat ini, adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien 4) Pola aktivitas dan latihan  Kegiatan dalam pekerjaan  Olahraga yang dilakukan  Kegiatan di waktu luang  Kesulitan/keluhan yang dirasakan dalam melakukan aktifitas. 5) Data lingkungan  Kebersihan lingkungan  Bahaya yang ada disekitar lingkungan  Polusi: keadaan udara disekitar rumah pasien 6) Data psikologis  Pola pikir dan persepsi Alat bantu yang digunakan Apakah klien menggunkan alat bantu seperti: kacamata, alat pendengar, tongkat, kursi roda dalam beraktifitas. Kesulitan yang dialami oleh klien dalam dalam melakukan sesuatu.



 Persepsi diri 



Hal yang dipirkan saat ini Sesuatu yang dipikirkan klien saat berada di ruangan rawat yang membuat perasaan klien tidak tenang







Harapan setelah menjalani perawatan harapan positif yang diinginkan klien selama menjalan perawata di rumah sakit







Perubahan yang dirasa setelah sakit Jenis perubahan yang dialami tubuh klien setelah sakit dan dirawat di rumah sakit



 Suasana hati Bagaimana suasana hati klien selama menjalani rawatan di rumah sakit.  Hubungan/komunikasi 



Bicara Bahasa



utama



:



bahasa



yang



digunakan



dalam



berkomunikasi dengan orang lain yang baru dikenal Bahasa daerah : bahasa yang digunakan dalam kehidupannya sehari-hari 



Kehidupan keluarga adat istiadat yang dianut Keputusan dalam keluarga: Hasil keputusan diambil oleh siapa dan cara menyelesaikan suatu masalah



 Pertahanan koping 



Yang disukai dalam diri : menggali aspek positif pada diri klien







Yang ingin dirubah dari kehidupan: suatu usaha yang dilakukan klien dalam menjaga kesehatannya selama dirumah







Yang dilakukan saat stress



 Sisten nilai kepercayaan  Siapa / apa sumber kekuatan: berdasarkan agama yang dianutnya



 Apakah Tuhan / kepercayaan penting  Kegiatan agama yang diikuti: jenis kegiatan agama yang diikuti ketika dirumah



 Kegiatan di RS: kegiatan yang dilakukan klien selama



dirawat di rumah sakit



7) Pemeriksaan fisik head to toe  Kepala Bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata, rambut bersih, tidak ada lesi, rambut rontok,tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan pembengkakan.  Mata Bentuk simetris, sclera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, reflek cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.  Wajah Bentuk simetris,  Hidung Septum nasi simetris, sekret -/-, sumbatan -/-, PCH (-), ada/tidak ada nyeri tekan.  Telinga Telinga simetris, jejas (-), lesi (-), rhinorea (-), nyeri tekan tidak ada.  Mulut Mukosa bibir kering dan pucat, stomatitis dan glositis, nyeri pada



daerah



mulut



dan



lidah,



lidah



tampak



merah



daging,kesulitan menelan, bibir terdapat selitis (inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)  Tenggorokan Adanya nyeri telan  Leher Trachea simetris, rigiditas (-), pembesaran vena jugularis, nyeri tekan pada kelenjar limfe.  Thoraks 



Paru-paru Inspeksi: Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot dada, tidak ada lesi, penggunaan otot bantu pernapasan.



Palpasi: nyeri tekan, vocal vremitus Perkusi: terdengar hipersonor pada lapang paru kanan dan kiri. Auskultasi: terdengar suara napas tambahan ronchi. 



Jantung Tidak terlihat pulsasi ictus cordis, Nyeri tekan (-), ictus cordis teraba di ICS V mid klavikula kiri 2 cm, terdengar dullness pada ICS IV sternum dekstra dan sinistra, ICS V mid clavicula line sinistra, ICS V di anterior axial line, sinistra ICS V mid axial line sinistra, BJ I dan II tunggal.







Abdomen bentuk flat, jejas (-), BU (+), 10x/menit, distensi abdomen (-), asites (-), pembesaran pada hepar dan lien, nyeri tekan (-), timpani



 Ekstremitas Akral hangat, CRT > 3 detik  Genitalia Menggunakan DC atau tidak, lesi ada/tidak, edema ada/tidak  Integument Turgor kulit kering, elastisitas menurun, akral hangat, rasa gatal pada kulit, terutama setelah mandi air panas, ruam merah pada wajah, telapak, atau cuping telinga.



2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, klien, tentang masalah kesehatan aktual, potensial dan resiko sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman, 2017). Daftar diagnosa keperawatan menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)



a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077) b. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (D.0057) c. Resiko perfusi serebral tidak efektif dengan faktor risiko hipertensi (D.0017) d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074) e. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (D.0005) f. Resiko perdarahan dengan faktor resiko gangguan koagulasi (D.0149) g. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019) 1.



Intervensi keperawatan Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan



keperawatan



dalam



memecahkan masalah atau (Nurarif, 2015).



usaha



untuk



membantu,



meringankan,



memenuhi kebutuhan pasien



Rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017) Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi (SIKI) No. Keperawatan (SDKI) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017) 1. Tujuan: Intervensi Utama: Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, 1. Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi berhubungan dengan tingkat nyeri pasien menurun (L.08066) - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dengan kriteria hasil: agen pencedera intensitas nyeri - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri - Meringis menurun fisiologis (D.0077) - Identifikasi respon nyeri non verbal - Sikap protektif menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri - Gelisah menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri - Kesulitan tidur menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri - Frekuensi nadi membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan - Tekanan darah membaik - Monitor efek samping penggunaan analgetik - Pola tidur membaik Terapeutik - Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri - Fasilitasi istirahat dan tidur - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri - Jelaskan strategi meredakn nyeri - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri - Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat - Ajarkan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi - Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu



2



3



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Energi (I.05178) Observasi 3x24 jam diharapkan tingkat keletihan pasien - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan berhubungan dengan menurun (L.05046) dengan kriteria hasil: - Monitor kelelahan fisik dan emosional 1. Verbalisasi kepulihan energi meningkat kondisi fisiologis - Monitor pola dan jam tidur 2. Verbalisasi lelah menurun - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 3. Lesu menurun (D.0057) Terapeutik 4. Sakit kepala menurun - Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus - Lakukan Latihan rentang gerak pasif dan /aktif - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi - Anjurkan tirah baring - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan Pencegahan emboli (I.02066) Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, Resiko perfusi maka perfusi serebral meningkat (L.02014) Observasi: serebral tidak efektif dengan kriteria hasil : - Periksa riwayat penyakit pasien secara rinci untuk melihat faktor a. Sakit kepala menurun dengan faktor risiko b. Kesadaran membaik resiko - Periksa trias Virchow (statis vena, hiperkoagulabilitas, dan trauma c. Tekanan darah sistolik membaik hipertensi (D.0017) yang mengakibatkan kerusakan intima pembuluh darah) d. Tekanan darah diastolic membaik - Monitor adanya gejala baru dari mengi, hemoptisis, nyeri saat e. Refleks saraf membaik inspirasi, nyeri pleuritik Terapeutik: - Posisikan anggota tubuh yang beresiko emboli 20 derajat di atas posisi jantung - Pasangkan stocking atau alat kompresi pneumatic intermiten - Lepaskan stocking atau alat kompresi pneumatic intermiten selama 15-20 menit setiap 8 jam - Lakukan Latihan rentang gerak aktif dan pasif



Keletihan



Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam Hindari memijat atau menekan otot ekstremitas Edukasi - Anjurkan melakukan fleksi dan ekstensi kaki paling sedikit 10 kali setiap jam - Anjurkan melaporkan perdarahan yang berlebihan - Anjurkan minum obat antikoagulan sesuai dengan waktu dan dosis - Ajarkan menghindari duduk dengan kaki menyilang atau duduk lama dengan kaki tergantung - Ajarkan melakukan tindakna pencegahan (mis. Berjalan, banyak minum, hindari alcohol, hindari imobilisasi jangka panjang) Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian trombolitik, jika perlu - Kolaborasi pemberian antikoagulan dosis rendah atau antiplatelet dosis tinggi, jika perlu -



4



Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, maka kenyamanan pasien meningkat nyaman berhubungan (L.08064), dengan kriteria hasil: 1. Perawatan sesuai kebutuhan meningkat dengan gejala 2. Keluhan tidak nyaman menurun 3. Gelisah menurun penyakit (D.0074) 4. Keluhan sulit tidur menurun



Gangguan rasa



Manajemen pruritus (I.14519) Observasi - Identifikasi penyebab pruritus - Periksa kondisi kulit Terapeutik - Gunakan sarung tangan wol - Pasang bidai telapak tangan atau penghalang lainnya saat tidur untuk mencegah menggaruk, jika perlu - Pertahankan kelembaban kulit Edukasi - Jelaskan tentang pruritis dan penyebabnya - Anjurkan menghindari alergen - Anjurkan memilih pakaian yang menyerap keringat dan tidak ketat - Anjurkan mandi dengan air hangat Kolaborasi - Kolaborasi pemberian antihistamin, jika perlu



5



Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan efektif berhubungan selama 3x24 jam, pola napas pasien membaik (L.01004) dengan hambatan Pola napas tidak



upaya napas (D.0005) 1. 2. 3. 4. 5.



6



Kriteria Hasil : Dispnea menurun Penggunaan otot bantu napas menurun Ortopnea menurun Frekuensi napas membaik Kedalaman napas membaik



Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan faktor resiko selama 3x24 jam, tingkat perdarahan gangguan koagulasi pasien menurun (L.02017) Resiko perdarahan



(D.0149) 1. 2. 3. 4. 5.



Kriteria Hasil : Kelembaban membrane mukosa meningkat Kelembaban kulit meningkat Hemoglobin membaik Hematokrit membaik Tekanan darah membaik



Manajemen jalan napas (I.01011) Observasi : - Monitor pola napas - Monitor bunyi napas tambahan - Monitor sputum Terapeutik : - Pertahankan kepatenan jalan napas - Posisikan semi fowler atau fowler - Berikan minuman hangat - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu - Berikan oksigen, jika perlu Edukasi - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hr, jika tidak ada kontraindikasi - Ajarkan Teknik batuk efektif Kolaborasi : - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu Pencegahan perdarahan (I.02067) Observasi: - Monitor tanda dan gejala perdarahan - Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah - Monitor tanda-tanda vital ortostatik - Monitor koagulasi Terapeutik: - Pertahankan bedrest selama perdarahan - Batasi tindakan invasive, jika perlu - Gunakan kasur pencegah decubitus - Hindari pengukuran suhu rektal



6.



Suhu tubuh membaik



Edukasi: Jelaskan tanda dan gejala perdarahan Menggunakan kaus kaki saat ambulasi Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari Konstipasi - Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu -



7



Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan berhubungan dengan selama 3x24 jam, status nutrisi pasien membaik (L.03030) ketidakmampuan Defisit nutrisi



mencerna makanan (D.0019



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Kriteria Hasil : Porsi makanan yang dihabiskan meningkat Nyeri abdomen menurun Sariawan menurun Berat badan membaik Nafsu makan membaik Frekuensi makan membaik



Manajemen nutrisi (I.03119) Observasi: - Identifikasi status nutrisi - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan - Identifikasi makanan yang disukai - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric - Monitor asupan makanan - Monitor berat badan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik: Lakukan oral hygiene sebelum makan Fasilitasi menentukan pedoman diet Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein Berikan suplemen makanan, jika perlu Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi: Anjurkan posisi duduk, jika mampu



Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi: Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu



2.



Implementasi Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Perry, 2010) . Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping, selama tahap implementasi perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.



3.



Evaluasi Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Puspasari, 2012). Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Nurarif, 2015).



DAFTRA PUSTAKA Ashwin A. Pillai, Salman Fazal, Shiva Kumar R, Mukkamalla, & Hani M. Babiker. (2023). Polycythemia. StatPearls. Carol DerSarkissian, M. (2023, April). What Is Erythrocytosis. WwbMD. Erythrocytosis. (2023). NHS. https://doi.org/https://www.nhs.uk/ Herdman, T. . H. , & K. S. (2017). Diagnosis KeperawatanDefinisi & Klasifikasi (10th ed.). EGC. Perry, Potter. (2010). Fundamentas Keperawatan Buku. (7th ed.). Salemba Medika. Raedler A.Lisa. (2014). Diagnosis and Management of Polycythemia Vera. Pubmed Central. Rahmat Cahyanur, & Ikhwan Rinaldi. (2019). Polycythemia: A Clinical Approach . Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 6(3). Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed., Vol. 3). Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed., Vol. 3). Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed., Vol. 3). Dewan Pengurus Pusat PPNI. Wijaya Sandi. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Polisitemia Vera. CDK, 47.