Fibroma Molle Yang Diterapi Dengan Bedah Eksisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FIBROMA MOLLE YANG DITERAPI DENGAN BEDAH EKSISI A.Nurhana, Asnawi Madjid, Anni Adriani, Khairuddin Djawad, Anis Irawan Anwar, Siswanto Wahab, Airin R.Nurdin, Idrianti Idrus Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar Abstrak Fibroma molle ialah tumor jinak kulit yang sering ditemukan berasal dari jaringan ikat. Tumor ini merupakan sinonim dari acrochordon, fibroepithelial polyp, skin tag , soft fibroma. Banyak didapatkan pada usia pertengahan dan orang tua, sering terletak pada kelopak mata, leher, ketiak dan selangkangan. Gambaran klinis didapatkan bentuk lesi bulat/oval, bertangkai, biasanya melekat pada dasar kulit. Meskipun biasanya tidak bergejala, lesi dapat menjadi teriritasi atau nekrotik. Pasien sering meminta untuk dihilangkan sebagai alasan kosmetik. Dilaporkan satu kasus, laki-laki 33 tahun dengan benjolan dibahu kanan, yang dialami kurang lebih 9 tahun. Awalnya kecil dan lama kelamaan bertambah besar. Pasien ini didiagnosa fibroma molle yang kemudian diterapi dengan bedah eksisi dan terapi suportif. Kata kunci: fibroma molle, eksisi Abstract Fibroma molle is a benign skin tumors that are often found to originate from connective tissue. This tumor is synonymous acrochordon, fibroepithelial polyp, skin tags, soft fibroma. Many obtained in middle age and older people, often located on the eyelids, neck, armpits and groin. The clinical features of the lesion obtained form round / oval, sessile, usually attached to the base of the skin. Although usually asymptomatic, lesions can become irritated or necrotic. Patients often ask to be removed as cosmetic reasons. Reported one case, a man 33 years with a lump in her right shoulder, which is experienced by approximately 9 years. Initially small and gradually grow. This patient was diagnosed fibroma molle were then treated with surgical excision and supportive therapy. Keywords: fibroma molle, excision



1



Pendahuluan Fibroma molle merupakan sinonim dari acrochordon, skin tag, fibroepitelial polips, fibroma pendularis, fibroepitelial papilloma dan soft fibroma yang merupakan tumor epitel kulit yang berupa penonjolan pada permukaan kulit yang bersifat lunak dan berwarna seperti daging atau hiperpigmentasi, melekat pada permukaan kulit dengan sebuah tangkai dan biasa juga tidak bertangkai. Prevalensi yang sama pada laki-laki dan perempuan, ditemukan terutama pada orang gemuk dan terjadi peningkatan pada wanita hamil. Pada awalnya timbul pada umur 40-50 tahun dan meningkat pada dekade kelima dan sekitar 95% ditemukan pada umur 70-an. Predileksi ditemukan di daerah leher (35%), aksila (48%), kelopak mata, dan lipatan kulit lainnya seperti lipatan paha dan payudara. 1-3 Faktor penyebab pasti dari kelianan ini belum diketahui secara pasti, mungkin berhubungan kondisi inflamasi non spesifik dari kulit. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa skin tag merupakan efek yang biasa terjadi akibat penuaan kulit dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, misalnya hubungan dengan penyakit diabetes melitus, obesitas, sindrom metabolik dan genetik 4,5 Tumor ini biasanya hanya akan ditangani bila menimbulkan keluhan kosmetik bagi pasien, atau mengalami iritasi dan nekrosis. Tumor ukuran kecil dapat dihilangkan dengan memakai curved blade scissors, elektrodesikasi atau cryotherapy sementara ukuran besar dieksisi dengan tindakan bedah kulit sederhana.6-9 Dilaporkan satu kasus laki-laki 33 tahun dengan benjolan dibahu kanan, yang dialami kurang lebih 9 tahun. Awalnya kecil dan lama kelamaan bertambah besar. Pasien ini didiagnosa fibroma molle yang kemudian diterapi dengan bedah eksisi dan terapi suportif.



Laporan Kasus 2



Seorang laki-laki usia 33 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan benjolan dibahu sebelah kanan, dialami kurang lebih 9 tahun. Awalnya kecil dan lama kelamaan bertambah besar. Riwayat sering berdarah bila terkena pakaian atau trauma, kadang-kadang terasa gatal. Riwayat menggunakan obat tetrasiklin pada benjolan. Riwayat berobat ke dokter puskesmas bila berdarah dan diberikan obat oles. Riwayat penyakit diabetes dalam keluarga tidak diketahui, riwayat hipertensi tidak ada. Pada pemeriksaan fisis didapatkan, keadaan umum baik, kesadaran komposmentis dan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan pada regio shoulder dekstra berupa tumor ukuran 4cm x 3cm x 2cm, hiperpigmentasi, erosi, pus dengan konsistensi kenyal. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan dalam batas normal.



a



Berdasarkan anmnesis dan pemeriksaan fisis, pasien didiagnosis sementara dengan fibroma molle dan granuloma pyogenic. Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan biopsi (histopatologi). b



Pada saat 1 minggu kemudian pasien datang membawa hasil histopatologi dengan kesimpulan



c



Gambar 1 (a-c): Regio shoulder dekstra berupa tumor ukuran 4cm x 3cm x papilloma dengan dysplasia sedang dan konsistensi peradangan 2cm, hiperpigmentasi, erosi, pus dengan kenyal.



kronik. Penatalaksaan yang diberikan berupa eksisi 3



dan pemberian terapi suportif setelah tindakan berupa cefixime 2 kali 100 mg, asam mefenamat 3 kali 500 mg, B comp c 3 kali sehari dan fuson cream.



a



b



c



d



4



e



f



f



g



Gambar 2 (a-g): tindakan eksisi



5



b a Gambar 3 (a-b): sediaan jaringan dilapisi epitel squamous berlapis yang mengalami hyperplasia, hiperkeratotik, setengah tebal epitel menunjukkan sel-sel displastik, rete ridge tampak memanjang, subepitel terdapat sebukan radang limfosit yang sangat padat.papilloma dengan dysplasia sedang dan peradangan kronik



6



Pada kontrol hari ke 6 setelah eksisi, luka tampak basah dan eritem sehingga diberikan terapi tambahan berupa metronidazole tablet 3 kali 500mg. Kontrol hari ke 14 memberikan perbaikan klinis.



Gambar 4: post eksisi hari ke 14



Diskusi Diagnosis fibroma molle pada pasien ini ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan benjolan dibahu sebelah kanan, dialami kurang lebih 9 tahun. Awalnya kecil dan lama kelamaan bertambah besar. Riwayat sering berdarah bila terkena pakaian atau trauma, kadang-kadang terasa gatal. Riwayat menggunakan obat tetrasiklin pada benjolan. Riwayat berobat ke dokter puskesmas bila berdarah dan diberikan obat oles. Riwayat penyakit diabetes dalam keluarga tidak diketahui, riwayat hipertensi tidak ada. Tumor ini merupakan tumor epitel kulit yang berupa penonjolan pada permukaan kulit yang bersifat lunak dan berwarna seperti daging atau hiperpigmentasi, melekat pada permukaan kulit dengan sebuah tangkai dan biasa juga tidak bertangkai. 1 Timbul pada umur 40-50 tahun dan meningkat pada dekade kelima dan sekitar 95% ditemukan pada umur 70-an.3 Predileksi ditemukan di daerah leher, aksila, kelopak mata, dan lipatan kulit lainnya seperti lipatan paha dan payudara. Lesi ditemukan soliter atau multiple 7



dan dapat bervariasi dengan diameter 1-6 mm ataupun lebih besar yang sering disebut dengan giant.2,10 Penegakan diagnosis seringkali cukup berdasarkan klinis, namun pada lesi yang meragukan dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi.3,7 Faktor penyebab pasti dari kelianan ini belum diketahui secara pasti, mungkin berhubungan kondisi inflamasi non spesifik dari kulit. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa skin tag merupakan efek yang biasa terjadi akibat penuaan kulit dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, misalnya hubungan dengan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, obesitas, sindrom metabolik dan genetik.4,5 Pasien ini di diagnosis banding dengan granuloma piogenik. Granuloma piogenik adalah reaksi hiperplasia inflamasi yang muncul dalam berbagai rangsangan seperti iritasi lokal dan cedera traumatis. Kasus pertama granuloma piogenik dilaporkan pada tahun 1844 oleh Hullihen dan istilah granuloma piogenik ini diciptakan pada tahun 1904 oleh Hartzell. Dalam sebagian besar kasus, trauma minor atau iritasi berperan dalam etiopathogenesis dari granuloma piogenik. Pada pasien ini memiliki riwayat benjolan bertambah besar dan sering berdarah bila terkena pakaian atau trauma.11,12 Gambaran histopatologi yang ditemukan pada pasien ini berupa sediaan jaringan dilapisi epitel squamous berlapis yang mengalami hyperplasia, hiperkeratotik, setengah tebal epitel menunjukkan sel-sel displastik, rete ridge tampak memanjang, subepitel terdapat sebukan radang limfosit yang sangat padat. Sesuai kepustakaan gambaran histologi secara umum yang dapat ditemukan tampak adanya hyperplasia epidermis dan jaringan ikat longgar pada dermis.6,8 Tumor ini biasanya asymptomatic, dan akan ditangani bila menimbulkan keluhan kosmetik bagi pasien, atau mengalami iritasi dan nekrosis. Tumor ukuran kecil dapat dihilangkan dengan memakai curved blade scissors, elektrodesikasi atau cryotherapy sementara ukuran besar dieksisi dengan tindakan bedah kulit sederhana. Pada pasien ini fibroma molle yang muncul telah mengalami iritasi atau infeksi sekunder dengan ditemukannya lesi tumor ukuran 4cm x 3cm x 2cm, hiperpigmentasi, erosi dan pus. Kondisi ini yang merupakan salah satu alasan untuk mengangkat atau menghilangkan fibroma tersebut karena apabila dibiarkan akan dapat menyebabkan infeksi yang berkelanjutan.6-9 Dilakukan tindakan eksisi pada pasien ini sesuai dengan kepustakaan oleh karena mempunyai ukuran besar dan tidak memerlukan follow up yang berkepanjangan setelah 8



eksisi karena angka kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah serta penyembuhan luka primer biasanya tercapai dengan memberikan hasil yang baik. Eksisi adalah teknik untuk menghilangkan lesi kulit dan tepi kulit normal sekitarnya dengan memastikan seluruh lesi terangkat. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan memperbaiki penampilan secara kosmetik.13-15 Pada kontrol hari ke 6 setelah eksisi, luka tampak basah dan eritem sehingga diberikan terapi tambahan berupa metronidazole tablet 3 kali 500mg. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut olah karena lokasi operasi pada bahu yang masih sering digerakkan secara berlebihan dan tidak menjaga kebersihan luka. Dimana sesuai kepustakaan untuk mendapatkan hasil akhir dari sebuah skar yang baik ialah penggunaan teknik atraumatik, penempatan skar sesuai dengan garis tegangan kulit, usia pasien, lokasi pada badan, tipe kulit dan faktor komplikasi seperti kelainan kulit dan infeksi.16 Pemberian antibotik setelah eksisi merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka bekas operasi, dan analgetik diberikan untuk menghilangkan rasa sakit setelah operasi. Penatalaksanaan dengan medikamentosa secara teratur merupakan salah satu faktor terbentuknya hasil operasi yang baik.15-16



DAFTAR PUSTAKA 1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 8th edition. New York: Mc.Graw-Hill, 2012. p.712 2. A. Agarwal, C.Garg, S. Mukherjee, KP Kakkar. Giant acrochordon of vulva: a rare occurrence. NDJVL, 13; 2015 3. Farshchian M, Soltanieh E, Mousavi L, Rahmatpour G. A Case Report of a Giant Skin Tag. Iranian Journal of Dermatology :2009.p.136-8 4. A. G. Zebitay et al. Unusually Large Skin Tag of Labium Majus. Open Journal of Obstetrics and Gynecology ;4, p.699-702 5. N.Ramya, Prakash B, Kumar S. Skin Tags And Its Association With Systemic Illnesses. Jemds; 2015.p.6402-11



9



6. You HS, Park SM, Cho HH, Kim WJ, Mun JH, Kim MS, Ko HC, Kim MB, Kim BS. A Case of Soft Fibroma of the Nipple with a Cauliflower-Like Appearance. Ann Dermatol; 27;1:2015, p.102-3 7. Abbasi F, Pourghasem G, Rezaei M. Giant Skin Tag. Journal of Surgery Pakistan ;16 (4); 2011, p.183-4 8. Lee JA, K Morteza. Enlarging, Pedunculated Skin Lesion. American Family Physician; 85,12; 2012, p.1191-2 9. Manuel J, Chirayath S, Paulson S. Multiple soft fibromas of the lid. 2015, p.262-4 10. Sancaktutar AA, Bozkurt Y, Tepeler A, Penbegül N, Atar M. An Unusual Mass on the Skin of Scrotum: Acrochordon. J Clin Anal Med 2015;6(1): p.112-3 11. Kurian B, Sasirekha, Ebenezer. Pyogenic Granuloma- a Case Report and Review. Ijdsr, 2014;2(3),p. 66-68 12. British Association Of Dermatologists Patient Information Leaflet, 2011 13. Z Seia, L Musso, Stefania P, M Bertero. Skin Biopsy Procedures: How and Where to Perform a Proper Biopsy. 2011 14. Blanco JMA, Tejero MH. Skills in Minor Surgical Procedures for General Practitioners. 2012 15. Farrant P. Skin Excision. 16. Cunliffe TP, Chou C. Primary Care Dermatology Society, Skin Surgery Guidelines. 2007



10