(Fitrialiyani) LP + Askep Fibroadenoma Mammae [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.L DENGAN DIAGNOSA MEDIS FIBROADENOMA MAMMAE DAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN :NYERI DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



Disusun Oleh: FITRIALIYANI 2018.C.10a.0967



YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Diagnosa Medis Fibroadenoma Mammae dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Rasa Aman dan Nyaman di Ruang Bougenvile Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Ibu Meida Sinta.A, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini



4.



Marjawati, S. Kep., Ners selaku kepala ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di ruang Gardenia.



5.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan



dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 02 Juni 2020 Penulis



i



LEMBAR PENGESAHAN



Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh: Nama



: Fitrialiyani



NIM



: 2018.C.10a.0967



Program Studi



: Sarjana Keperawatan



Judul



: “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Diagnosa Medis Fibroadenoma Mammae dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Rasa Aman dan Nyaman di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk



menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



PEMBIMBING PRAKTIK Pembimbing Akademik



Pembimbing Klinik



Meida Sinta. A , S. Kep., Ners



Marjawati, S. Kep., Ners Mengetahui,



Ketua Program Studi Ners,



Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii DAFTAR ISI ........................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3 1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3 1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5 2.1 Konsep Penyakit ...............................................................................................5 2.1.1



Definisi ...................................................................................................5



2.1.2



Anatomi Fisologi.....................................................................................5



2.1.3



Etiologi....................................................................................................8



2.1.4



Klasifikasi................................................................................................8



2.1.5



Fatosiologi (WOC) .................................................................................9



2.1.6



Manifestasi Klinis .................................................................................11



2.1.7



Komplikasi ...........................................................................................11



2.1.8



Pemerikasaan Penunjang ......................................................................11



2.1.9



Penatalaksanaan Medis .........................................................................12



2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Rasa Aman dan Nyaman : Nyeri) .......12 2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................14 2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................14 2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................16 2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................16 2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................18 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................19 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................20 3.1



Pengkajian ...................................................................................................20



3.2



Diagnosa ......................................................................................................32



3.3



Intervensi .....................................................................................................33



3.4



Implementasi ...............................................................................................36



iii



3.5



Evaluasi .......................................................................................................36



BAB 4 PENUTUP ................................................................................................39 4.1



Kesimpulan .................................................................................................39



4.2



Saran ............................................................................................................39



DAFTAR PUSTAKA



iv



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak pada payudara yang berbatas



jelas dan berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15-25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pada wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda. International Agency for Research Cancer (IARC) tahun 2012 melaporkan bahwa 1,7 juta wanita menderita kanker payudara, bahkan 5 tahun kedepan diperkirakan 6,3 juta manusia akan mengalami kelainan yang sama (WHO,2013; IARC,2012). Penyakit ini pada tahun 2012 masih menjadi penyebab utama kematian kanker pada wanita dengan jumlah kematian 522.000 per tahun (Larsen et al, 2013). Tumor payudara terbagi menjadi dua yaitu lesi jinak dan ganas. Fibroadenoma mammae merupakan lesi jinak payudara yang paling sering ditemukan (Robbins dan Kumar, 2014; Rosai dan Ackerman, 2004). Breast Cancer Institute melaporkan bahwa insidensi fibroadenoma mammae sekitar 9% dari populasi wanita (NSW, 2005). Literatur lain menyebutkan FAM ditemukan sekitar 50% dari seluruh biopsi payudara (Greenberg et al; 1998). Invasive breast cancer merupakan karsinoma terbanyak pada wanita. Gambaran morfologi invasive terbesar adalah Invasive breast carcinoma of no special type sebanyak 70%-80% (Robbins dan Kumar 2014). WHO menyebutkan bahwa kasus NST tersebut terdapat 40%-75% dari kasuskasus yang dipublikasikan (WHO,2013). Data di Indonesia tentang FAM masih belum lengkap, namun diperkirakan selama pertengahan tahun 2011, sebanyak 100 orang telah terkena tumor jinak payudara



1



(Yayasan Kanker Indonesia, 2012). Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Semarang tahun 2013 pada bulan Januari jumlah pasien FAM sebanyak 79 orang, 64 orang pasien rawat jalan dan 15 orang pasien rawat inap, pada bulan Febuari jumlah pasien FAM 106 orang dengan 89 orang rawat jalan dan 17 orang rawat inap, pada bulan Maret pasien FAM rawat jalan berjumlah 42 orang dengan 33 orang rawat jalan dan 9 orang rawat inap. Dari data yang di dapat dari Rumah Sakit Umum dr. Harjono Ponorogo tahun 2014 penderita FAM berjumlah 103 orang, 42 rawat inap, 48 rawat jalan, dan 13 rawat jalan pasca operasi. Data dari RSUP Hasan Sadikin Bandung menyatakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak sedikit penderita yang datang dengan keluhan benjolan di payudara, 16% wanita datang mengalami tumor jinak payudara dan hanya 8% adalah kanker payudara (Elfina, 2015). Peningkatan risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan tanpa adanya pengendalian kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya keganasan atau kanker



(Indrati, 2005).



Berdasarkan data dari International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2012, insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan. Insiden tertinggi penderita kanker payudara pada golongan usia 40 sampai 49 tahun sebesar (23,9%). Prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330.000 orang mengidap kanker (Elfina, 2015). Fibroadenoma dapat terjadi pada semua wanita dan kadang-kadang dapat timbul bersama-sama dengan keganasan pada payudara, maka dari itu bila menemukan suatu benjolan, lesi atau kelainan lain pada payudara harus segera diwaspadai dan memeriksakannya ke dokter ahli atau rumah sakit. Wanita sebaiknya membiasakan diri untuk melakukan “periksa payudara sendiri” sehingga bila ditemukan adanya suatu kelainan dapat dideteksi dan diobati lebih dini. Pemberitahuan informasi tidak hanya diberikan di Rumah Sakit tetapi juga dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, penyuluhan, dan dapat juga saat melakukan arisan.



2



1.2



Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis



Fibroadenoma Mammae dan Kebutuhan Dasar Manusia Nyeri di ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya? 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis Fibroadenoma Mammae dan Kebutuhan Dasar Manusia Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri di ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Fibroadenoma Mammae 1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Kebutuhan Dasar Manusia (Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri ) 1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada pasien Fibroadenoma Mammae dan Kebutuhan Dasar Manusia Rasa aman dan Nyaman: Nyeri 1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. L di ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan Ny. L di ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. L di ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. L di ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Ny. L di ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.4



Manfaat



1.4.1 Bagi Mahasiswa



3



Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya. 1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa medis Fibroadenoma Mammae secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri. 1.4.3 Bagi Institusi 1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan tentang Fibroadenoma Mammae dan Asuhan Keperawatannya. 1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan



gambaran



pelaksanaan



Asuhan



Keperawatan



dan



Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa medis Fibroadenoma Mammae melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif. 1.4.4 Bagi IPTEK Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.



4



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Konsep Penyakit



2.1.1 Definisi Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Fibroadenoma mammae umumnya dikenal dengan tumor mammae. Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara umumnya didiagnosa pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause. FAM merupakan tumor jinak payudara yang paling sering terjadi pada wanita usia kurang dari 25 tahun (Nelson 2010). Menurut Indonesian Nurse, 2008 FAM merupakan tumor jinak pada payudara yang berbatas jelas dan berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Hal ini sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitifitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mammary dysplasia (Sihombing, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak payudara yang kemungkinan disebabkan oleh sensitifitas jaringan berlebihan terhadap hormon estrogen. 2.1.2 Anatomi Fisilogi 2.1.2.1 Anatomi Payudara adalah organ grandular yang terdapat pada kosta ke 2 atau ke 3 sampai ke 7, dan dari garis aksilla depan sampai pinggir sternum, akan tetapi tidak jarang sampai ke m.latissium dorsi (Prawirohardjo, 2008). Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior dan oblique eksterna. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak (Nugroho, 2011). Setiap mammae 5



terdiri dari 12-20 k elenjar lobules yang masingmasing mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara (Sjamsuhidajat, 2004).



gambar 2.1 anatomi payudara Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu : 1. Korpus ( badan) Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus) 2. Areola Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar. 3. Papilla atau puting Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu (Nugroho, 2011). Menurut Pamungkas (2011), bentuk putting ada 4, yaitu : 1) Bentuk puting susu normal



6



2) Bentuk puting susu pendek



3) Bentuk puting susu panjang



4) Bentuk puting susu terbenam



2.1.2.2 Fisiologi Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon (Pamungkas, 2011). 1. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. 2. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke delapan haid, payudara jadi lebih besar, dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata, pada waktu itu pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.



7



3. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobules dan duktus alveolus berpoliferasi dan tumbuh duktus baru (Sjamsuhidajat, 2004). 2.1.3



Etiologi Belum ada penyebab spesifik, namun factor predisposisi terjadinya



fibroadenoma mammae adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu ada beberapa faktor resiko diantaranya : 1. Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter) 2. Menarke dini. Resiko Tumor payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. 3. Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami Tumor payudara. 4. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun. 5. Pernah mengalami radiasi didaerah dada. 2.1.4



Klasifikasi



1. Common Fibroadenoma Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal (Simsir dkk, 2001). 2. Giant Fibroadenoma Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap



8



tumor ini (Simsir dkk, 2001). 3. Juvenile Fibroadenoma Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan, dengan insiden 0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma memiliki lesi yang multipel atau bilateral. 2.1.5 Patofisiologi Sampai saat ini penyebab dari tumor jinak payudara belum diketahui (idiopatik). Namun, ada faktor predisposisi yang mendukung terjadinya tumor pada payudara adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Hal itu disebabkan karena pada fase luteal dalam siklus menstruasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan penurunan kadar hormon progesteron. Sedangkan secara fisiologisnya pada saat menstruasi hormon estrogen dan progesteron meningkat dan dua hari sebelum menstruasi berakhir hormon estrogen dan progesteron menurun. Secara normalnya, fungsi estrogen untuk perkembangan jaringan stroma pada payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan untuk deposit lemak pada payudara. Sedangkan progesteron berfungsi untuk



peningkatan



perkembangan



dari



lobulus



dan



alveoli



payudara,



menyebabkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar dan bersifat sekretorik. Pembesaran jaringan payudara terjadi akibat meningkatnya kadar estrogen dan defisiensi kadar hormon progesteron dari ketidakteraturan siklus menstruasi. Sehingga terjadi peningkatan deposit lemak dan perkembangan jaringan payudara. Dan juga penurunan pembentukan lobulus dan alveoli. Apabila kejadian ini berlangsung secara terus-menerus dapat mengakibatkan tumor payudara (Guyten & Hall, 1997). Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang membentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat.



9



10



2.1.6



Manifestasi Klinis (Tanda Gejala)



1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal 2. Nyeri terkadang dirasakan 3. Ada bagian yang menonjol ke permukaan 4. Ada penekanan pada jaringan sekitar 5. Ada batas yang tegas 6. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma) 7. Memiliki kapsul dan soliter 8. Benjolan dapat digerakkan 9. Pertumbuhannya lambat 10. Mudah diangkat dengan lokal surgery 11. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian 2.1.7 Komplikasi Tumor mammae bisa berkembang menjadi kanker mammae jika tidak mendapatkan penanganan yang baik. Kemudian Ca mammae dapat bermetastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) menuju ke paru, pleura, tulang dan hati. 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) 2. Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, gula daeah, enzim (alkali fosfotose, LDH), sitologi pada cairan putting susu 3. Mammografi Mamografi adalah suatu pemeriksaan untuk mammae (payudara) dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual). 4. Biopsi



11



Biopsi bedah dilakukan dibawah anastesi lokal. Biopsi mencakup eksisi lesi dan mengirimkannya ke laboraturium untuk dilakukan pemeriksaan patologis. Bila ukuran tumor tidak terlalu besar, maka semua benjolan diangkat dengan cara operasi yang dilakukan dalam pembiusan total, disebut biopsi eksisi. Bila tumor ukurannya besar, biasanya diambil sampel dari benjolan yang ada, disebut biopsi insisi. Setelah dilakukan biopsi, jaringan tumor dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi (PA) untuk penentuan tumor jinak atau ganas (kanker). Bila hasil PA jinak maka dengan pengangkatan tumor berarti pengobatan sudah selesai. Namun bila hasilnya adalah kanker , harus dilanjutkan oleh operasi kedua yaitu dengan tindakan bedah kuratif yaitu mastektomi radikal (pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor dan minor, serta semua kelenjar ketiak sekaligus). 2.1.9 Penatalaksanaan Medis 1. Insisi permukaan, dilakukan pada tumor dengan ukuran lebih besar dari



5



cm. 2. Eksisi tumor dengan anastesi lokal ataupun umum. Ini dilakukan untuk tumor yang berukuran < 5 cm. selanjutnya specimen operasi periksa potologis. Bila penderitanya muda dengan lesi kecil, diagnosa dapat dibuat dengan aspurasi jarum halus bila penderita tidak menginginkan biopsi dengan eksisi. Fibroadenoma yang lebih besar dari 3 cm harus diangkat karena dapat menyebabkan nyeri dan tumbuh terus. 2.2



Konsep Kebutuhan Dasar Manusia



2.2.1 Definisi Rasa Aman Nyaman Kenyamanan adalah suatu keadaan telah tepenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kebutuhan yang tepenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri). Konsep kenyamanan memiliki subyektifitas yang sama dengan nyeri (Haswita & Sulistyowati, 2017, p. 169). 2.2.2 Definisi Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan, unsur utama yang harus ada untuk disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak nyaman atau rasa



12



tidak menyenangkan. Tanpa unsur itu tidak dapat dikategorikan sebagai nyeri, walaupun sebaliknya, semua yang tidak menyenangkan tidak dapat disebut sebagai nyeri (Ana, 2015, p. 6). 2.2.3 Jenis Nyeri 1. Nyeri akut Merupakan sensasi yang terjadi secara mendadak, paling sering terjadi sebagai respon terhadap beberapa jenis trauma. Penyebab umum nyeri akut adalah trauma akibat kecelakaan, infeksi, dan pembedahan. Nyeri akut terjadi dalam periode yang singkat, biasanya 6 bulan atau kurang dari 6 bulan, dan biasanya bersifat intermiten (sesekali), tidak konstan. Nyeri akut berasal dari cara normal sistem saraf memproses trauma pada kulit, otot, dan organ visceral, istilah lain nyeri akut adalah nyeri nosiseptif. Penyebab mendasar diidentifikasi dan terapi secara sukses, nyeri akut menghilang (Rosdahi & Kowalski, 2017, p. 882) 2. Nyeri Alih Merupakan nyeri yang berasal dari satu bagian tubuh, tetapi dipersepsikan di bagian tubuh lain. Nyeri alih paling sering berasal dari dalam visera (organ internal) dan dapat dipersepsikan di kulit, meskipun dapat juga dipersepsikan dalam area internal yang lain (Rosdahi & Kowalski, 2017, p. 882). 3. Nyeri Kronis (Juga disebut nyeri neuropatik) Didefinisikan sebagai ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode waktu lama (6 bulan atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup. Penyebab nyeri kronis sering kali tidak diketahui. Nyeri kronis sebenarnya dapat terjadi akibat kesalahan sistem saraf dalam memproses input (asupan) sensori. Nyeri kronis sering kali berlangsung lebih lamadari perkiraan periode pemulihan normal untuk nyeri akut (Rosdahi & Kowalski, 2017, p. 882). 2.2.4 Pengukuran Intensitas Nyeri 1. Skala nyeri menurut Hayward Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut Hayward dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan dari



13



0-10 yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang sangat ia rasakan. Angka 0 menunjukan bahwa tidak ada nyeri sama sekali, angka 1-3 menunjukan nyeri ringan, angka 4-6 nyeri sedang, angka 7-9 bahwa nyeri sangat berat, angka 10 nyeri tidak terkontrol (Haswita & Sulistyowati, 2017, pp. 186-187). 2. Skala Nyeri Menurut Mc Gill Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut Mc Gill dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan dari 0-5 yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang sangat ia rasakan. 0 = Tidak nyeri 1 = Nyeri ringan 2 = Nyeri sedang 3 = Nyeri berat atau parah 4 = Nyeri sangat berat 5 = Nyeri hebat (Haswita & Sulistyowati, 2017, p. 187). 3. Skala wajah atau wong-baker FACES rating scale Pengukuran



intensitas



nyeri



di



wajah



dilakukan



dengan



cara



memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang.  Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyebutkan intensitas nyerinya dengan skala angka., misalnya anak-anak dan lansia (Haswita & Sulistyowati, 2017, p. 187). 2.3



Manajemen Asuhan Keperawatan



2.3.1 Pengkajian 1. Identitas Pasien Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua. 2. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama



14



Keluhan ini dapat berupa massa di payudara yang berbatas tegas atau tidak, benjolan dapat digerakkan dari dasar atau melekat pada jaringan di bawahnya, adanya nyeri, cairan dari putting, adanya retraksi putting payudara, kemerahan, ulserasi sampai dengan pembengkakan kelenjar limfe. 2) Riwayat penyakit sekarang Kaji kronolgi tumor mulai dirasakan sejak kapan, cepat membesar atau tidak terasa, sakit atau tidak. 3) Riwayat penyakit dahulu Sebelum nya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama seperti saat ini karena penyakit tumor jinak pada payudara ini biasanya bisa terjadi berulang-ulang. 4) Riwayat penyakit keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan tumor jinak adalah faktor predisposisi terjadinya tumor dan kanker. Pada keadaan ini dapat dilakukan pemeriksaan dengan 2 cara : 1. Inspeksi Pemeriksaan yang teliti dan sistematis adalah sangat penting untuk menyingkirkan tanda dan gejala tumor. Pemeriksaan di lakukan pada posisi duduk berhadapan dengan dokter, pakaian atas dan bra terbuka dengan posisi lengan disamping, diatas kepala dan kacak pinggang. Inspeksi dimulai dengan membandingkan kedua payudara baik ukuran, bentuk dan simetrisnya. Kemudian perhatikan kelainan pada kulit payudara (penebalan, kemerahan, seperti kulit jeruk, venektasis, dimpling, ulkus dan tonjolan tumor), kelainan nipple/areola (eksem, discharge, retraksi), kelainan di aksila (kelenjar getah bening, mammary abberan), dan kelainan di leher. Perlekatan kulit, skin dimplingdan retraksi putting yang merupakan salah satu tanda keganasan, bisa juga disebabkan kelainan jinak yaitu : abses kronis dengan mastitis periduktal, kista atau fibroadenoma yang besar dan terletak di sentral, Mondor’s Disease. 2. Palpasi



15



Palpasi payudara, termasuk payudara yang diperbesar. Jaringan payudara harus dalam posisi datar dan pasien terlentang. Palpasi area rektangular yang meluas dari klavikula sampai lipatan inframamari atau garis bra, dan dari garis midesternum sampai garis aksila posterior serta ke bagian dalam aksila untuk melihat ujung spance. Catat : Konsistensi (Nodularitas fisiologi), Nyer tekan (Infeksi, nyeri tekan pramenstruasi), Nodulus, jika ada, perhatikan letak, ukuran, bentuk, konsistensi, delimitasi (batas), nyeri tekan, dan mobilitasi ( kista, fibroadenoma, kanker). Gunakan pola garis vertikal (saat ini merupakan teknik validasi yang paling tepat) atau pola melingkar atau baji. Palpasi dengan gerakan lingkaran konsentrik, jangkauan sedikit. Untuk bagiam lateral payudara, minta pasien untuk memiringkan tubuh ke arah pinggul yang berlawanan, letakkan tangan wanita di atas dahinya, tetapi tetap jaga posisi bahu menekan tempat tidur atau meja periksa. Untuk bagian medial payudara, minta pasien untk berbaring dengan posisi bahu datar terhadap tempat tidur atau meja periksa, letakkan tangan pasien pada lehernya dan angkat siku sampai sejajar bahu. Palpasi setiap putting (pada kanker tejadi penebalan). 2.3.2 Diagnosa Diagnosis



Keperawatan



yang



mungkin



muncul



menurut



SDKI,



kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut : (PPNI, 2017) 1. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan penekanan jaringan saraf 2. D.0139 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek treatment 3. D.0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi 2.3.3 Intervensi 1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan jaringan saraf Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 7 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil : 1. Nyeri berkurang



16



2. Pasien terlihat tenang 3. Pasien secara verbal mengatakan nyeri berkurang 4. Skala nyeri 0-1 (0-10) 5. TTV dalam batas normal Intervensi : 1. Lakukan pendekatan pada pasien dengan keluarga 2. Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri 3. Berikan kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional 4. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri 5. Observasi TTV 6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik 2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek treatment Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan integritas jaringan/kulit adekuat. Kriteria hasil : 1. Benjolan (-) 2. Masa teraba (-) 3. Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi/ meningkatkan penyembuhan Intervensi : 1. Kaji kondisi kulit dari efek samping 2. Berikan posisi yang nyaman 3. Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan 4. Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder jika bukan ijin dari dokter atau perawatnya 5. Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk 6. Kolaborasi pemberian antidote sesuai indikasi 3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi Tujuan :



17



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan. Kriteria hasil : 1. Pasien dan keluarganya menyatakan pemahan tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat. Intervensi : 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 4. Beri kesempatan untuk bertanya 5. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit 6. Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit 7. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit 8. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi 9. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan 10. Ajarkan cara meminimalkan efek samping dari intervensi atau pengobatan 11. Informasikan kondisi pasien saat ini 12. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak biasa 3.2.1 Implementasi Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap implementasi keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan kerja sama sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap implementasi keperawatan sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas kesehatan akan berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama



18



dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi masalah yang dialami pasien (Prabowo, 2018).



3.2.2 Evaluasi Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018). Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional, seperti : a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan pasien b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada rencana keperawatan d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen



19



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa



: Fitrialiyani



NIM



: 2018.C.10a.0967



Ruang Praktek



: Gardenia



Tanggal Praktek



: Senin 1 - 6 Juni 2020



Tanggal & Jam Pengkajian



: Selasa, 2 Juni 2020 (12.30 WIB)



3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas Pasien Nama



: Ny. S



Umur



: 25 Tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Suku/Bangsa



: Dayak/Indonesia



Agama



: Islam



Pekerjaan



: IRT



Pendidikan



: SMP



Status Perkawinan



: Kawin



Alamat



: Kasongan



Tgl MRS



: 1 – 6 - 2020



Diagnosa Medis



: Fibroadenoma Mammae



3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan 3.1.2.1 Keluhan Utama



:



Pasien mengatakan ada benjolan di payudara kanannya 3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:



20



Klien mengeluh terdapat benjolan pada payudara kanan bagian samping atas dan pada bagian tengah atas sejak ± dua bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan sebesar kacang ijo, kemudian bertambah besar menjadi sebesar biji jagung. Klien juga mengatakan “nyeri pada bagian nyeri pada bagian payudara kanan, nyeri yang dirasakan P : Bertambah ketika menstruasi, Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, R : didaerah payudara kanan, S : skala nyeri 6 (skala sedang), T : berlangsung sekitar ± 15 menit”. Dan pada saat terasa panas pasien selalu memeberikan salep agar tidak menggaruknya. Karena benjolan dan nyeri yang dirasakan tidak kunjung hilang pasein datang RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, di IGD pasien mendapatkan terapi infus dan pasien diputuskan untuk menjalankan pengobatan dan rawat inap di ruang Bougenville. 1.2.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi) Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit yang sama dan tidak mempunyai riwayat operasi. 1.2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti penyakit keturunan., DM, Hivertensi, sroke dan penyakit menular lainnya, HIV/AIDS, Hepatitis. GENOGRAM KELUARGA



Keterangan : : Hubungan keluarga : Tinggal serumah 21



: Laki-laki : Perempuan : Klien 3.1 Pemerikasaan Fisik 3.1.3.1 Keadaan Umum : Klien tampak sakit sedang, lemah, kesadaran compos menthis, posisi berbaring semi fowler dengan badan terlentang. 3.1.3.2 Status Mental : Tingkat kesadaran pasien compos mentis, ekpresi wajah pasien tampak meringis, murung, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara jelas, suasana hati klien gelisah, penampilan klien cukup rapi, klien mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif. 3.1.3.3 Tanda-tanda Vital : Saat pengkajian TTV klien tanggal 02 Juni 2020 pukul 15:00 WIB, suhu tubuh klien/ S = 36,0 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 80 x/menit dan pernapasan/ RR = 28 x/menit, tekanan darah TD = 110/70 mmhg. 3.1.3.4 Pernapasan (Breathing) Bentuk dada klien teraba simetris, klien memiliki kebiasaan merokok = ±1 bungkus/hari, klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat nyeri, pasen tampak tidak sesak, type pernapasanan klien tampak menggunakan dada, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan. Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada 3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding) Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada



22



pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada terdapat oedema, lingkar perut klien 90 cm, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami kelainan. Keluhan lainnya : Tidak ada. Masalah keperawatan : Tidak ada. 3.1.3.6 Persyarafan (Brain) Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien merasakan nyeri muka dan tangan kanan, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang. Uji Syaraf Kranial : 1. Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti : minyak kayu putih atau alcohol. 2. Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada disekitarnya. 3. Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat cahaya. 4. Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas dan ke bawah. 5. Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti : nasi, kue, buah. 6. Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun kanan. 7. Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum. 8. Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan keluarganya. 9. Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit dan manis. 10. Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.



23



11. Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya. 12. Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya. Uji Koordinasi : Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung. Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala 1, trisep kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik skala 1, patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik skla 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1. Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah keperawatatan : Tidak ada 3.1.3.7 Eliminasi Uri (bladder) Tidak ada masalah dalam eliminasi urin, klien memproduksi urin normal, klien tidak mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi. Keluhan lainnya : Tidak ada. Masalah keperawatan : Tidak ada. 3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel) : Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien merah, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 1x/hari warna kuning dengan konsistensi lunak, tidak diare tidak konstipasi, tidak kembung, dan tidak ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan. Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah keperawatan : Tidak ada 3.1.3.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone) Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak ada paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, tidak terdapat nyeri, tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba simetris.



24



Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah keperawatan : Tidak ada 3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit normal, turgor baik, tekstur halus, tidak ada tampak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris. Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah keperawatan : Tidak ada 3.1.3.11 Sistem Penginderaan a. Mata/Penglihatan Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah a. Telinga / Pendengaran : Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan tidak tuli. c. Hidung / Penciuman: Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi tidak ada, dan tidak ada polip. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : tidak ada. 3.1.3.12



Leher Dan Kelenjar Limfe



Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien bergerak bebas. 3.1.3.13



Sistem Reproduksi



a. Reproduksi Wanita Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatalgatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge, srotum normal, tidak ada hernia. Payudara klien tampak



25



simetris, tidak ada sear, tidak ada lesi, tidak tampak pembengkakan, dan tidak terdapat nyeri tekan. Keluhan lainnya : Terdapat benjolan pada payudara kanan bagian atas dengan ukuran 1x2 cm dan teraba massa berbatas jelas. Masalah



keperawatan



:



Resiko



tinggi



gangguan



integritas



jaringan/kulit 3.1.4



Pola Fungsi Kesehatan



3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit : “ Klien ingin segera sembuh dari penyakitnya” 3.4.1.2 Nutrisi dan Metabolisme Klien tidak ada program diet, klien tidak meras mual, tidak ada muntah, tidak mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus. TB



: 163 Cm



BB sekarang



: 59 Kg



BB Sebelum sakit : 59 Kg IMT = BB (TB)² =



59 (163)²



= 22,3 ( normal) Keluhan lainnya : Tidak ada. Masalah Keperawatan : Tidak ada 3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur : Pasien mengatakan tidur 8 jam/hari dan pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pola tidur. Keluhan lainnya : Tidak ada. Masalah Keperawatan : Tidak ada 3.1.4.4 Kognitif : Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan ingin cepat beraktivitas seperti biasanya” Keluhan lainnya : Tidak ada 26



Masalah keperawatan : Tidak ada. 3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran): Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,. Klien adalah seorang ibu, klien orang yang ramah, klien adalah seorang ibu rumah tangga”. Keluhan lainnya : Klien menanyakan tentang keadaan penyakitnya dan bagaimana proses penyembuhannnya Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan 3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit klien hanya ditempat tidur Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah keperawatan : Tidak ada 3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress Klien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny. L Keluhan lainnya : Tidak ada. Masalah keperawatan : Tidak ada. 3.1.3.8 Nilai-Pola Keyakinan : Klien mengatakan bahwa sakitnya adalah cobaan dari Allah. Sebagai manusia biasa klien hanya bisa berusaha dan berdoa. Keluhan lainnya : Tidak ada. Masalah keperawatan : Tidak ada. 3.1.5



Sosial – Spiritual



3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan yang dirasakan kepada perawat. 3.1.5.2 Bahasa sehari-hari Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa Indonesia. 3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga



27



Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat selalu memperhatikan dan mendampingi Tn. R selama diarawat di rumah sakit. 3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain. 3.1.5.5 Orang berarti/terdekat : Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah anak dan istri/ keluarga 3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang : Pasien mengatakan selalu menghabiskan waktu bersama keluarga 3.1.5.7 Kegiatan beribadah : Pasien mengatakan sekarang ibadah shalat pasien terganggu. 3.1.6



Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)



3.1.6.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 02 Juni 2020 Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 02 Juni 2020 Pemeriksaan Hasil Leukosit 5,6 10 Hematokrit 38,7 Hemoglobin 12,8 Trombosit 593 10 3.1.6.2 Hasil Pemeriksaan Radiologi



Satuan 10^3/uL 10^6/Ul g/dL 10^3/uL



Nilai normal 3,6-11 4.70-6.10 14.0-18.0 150-450



Berdasarkan hasil pemeriksaan USG tanggal 02 Juni 2020 didapat hasil yaitu Fibroadenoma Mammae dextra. 3.1.7



Penatalaksanaan Medis



3.1.7.1 Hasil Penatalaksanaan Medis pada tanggal 02 Juni 2020 Tabel 2.2 Hasil Penatalaksanaan Medis pada tanggal 02 Juni 2020 Nama Obat Dosis Indikasi Cairan Infus 20tpm Mengembalikan keseimbangan RL elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang 28



Kontraindikasi Hipematremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.



Efek Samping Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya termasuk timbulnya panas, infeksi



disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.



pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi. Bila terjadi reaksi efek samping, pemakaian harus dihentikan dan lakukan evaluasi terhadap penderita.



Palangka Raya, 02 Juni 2020 Mahasiswa



(Fitrialiyani )



29



ANALISIS DATA DATA SUBYEKTIF DAN DATA OBYEKTIF Data Subjektif : Pasien mengatakan nyeri pada payudara kanan P : Bertambah ketika menstruasi Q : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk R : Didaerah payudara kanan S : Skala nyeri 6 (skala sedang) T : berlangsung sekitar ± 15 menit”. Data Objektif 1. Pasien tampak meringis 2. Pasien tampak gelisah 3. TTV : TD : 110/90 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 28x/menit Suhu: 36 ℃ Data Subjektif : Pasien mengatakan memberikan salep bila terasa panas agar tidak digaruk Data objektif : 1. terdapat benjolan pada payudara kanan dengan ukuran 1x2 cm 2. Teraba sebuah massa 3. Massa berbatas jelas 4. Hasil pemeriksaan USG terhadi fibroadenoma mammae dextra Data subjektif : 1. Pasien selalu



KEMUNGKINAN PENYEBAB



MASAL AH



Kerusakan jaringan syaraf



Nyeri akut



Efek treatment



Resiko tinggi gangguan integritas jaringan



Kurang terpapar informasi



Defisit pengetahuan



30



bertanya tentang penyakitnya 2. Pasien menanyakan bagaimana proses penyembuhan penyakitnya Data objektif : 1. Pasien tampak murung 2. Pasien bertanya tentang penyakitnya 3. Pasien tidak tau tentang penyakitnya



31



1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf ditandai dengan pasien mengeluh nyeri 2. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan berhubungan dengan efek treatment ditandai dengan terdapat benjolan di payudara 3. Defisit



pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi



berhubungan dengan pasien selalu bertanya tentang penyakitnya



32



PRIORITAS MASALAH



33



RENCANA KEPERAWATAN Nama Pasien: Tn. D Ruang Rawat : Dahlia Diagnosa



Tujuan (Kriteria hasil)



Intervensi



Rasional



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 7 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil : 1. Nyeri berkurang 2. Pasien terlihat tenang 3. Pasien secara verbal mengatakan nyeri berkurang 4. Skala nyeri 0-1 (0-10) 5. TTV dalam batas normal



1. Lakukan pendekatan pada pasien dengan keluarga 2. Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri 3. Berikan kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional 4. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri



1. Hubungan yang baik membuat pasien dan keluarga kooperatif 2. Tingkat intensitas nyeri dan frekuensi menunjukkan nyeri. 3. Meningkatkan relaksasi dan refokus



Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf ditandai dengan pasien mengeluh nyeri



5. Observasi TTV 6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik



Resiko tinggi



Tujuan : Setelah dilakukan



1. Kaji kondisi kulit dari efek



34



4. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama 5. Mengetahui perkembangan lebih lanjut 6. Merupakan tindakan dependent perawat. Dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri 1. Efek-efek



reaksi



kulit



dapat



gangguan integritas jaringan berhubungan dengan efek treatment ditandai dengan terdapat benjolan di payudara



tindakan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan integritas jaringan/kulit adekuat. Kriteria hasil : 1. Benjolan (-) 2. Masa teraba (-) 3. Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi/ meningkatkan penyembuhan



samping 2. Berikan posisi yang nyaman 3. Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan 4. Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder jika bukan ijin dari dokter atau perawatnya 5. Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk 6. Kolaborasi pemberian antidote sesuai indikasi



Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi berhubungan dengan pasien selalu bertanya tentang penyakitnya



Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x7 jam diharapkan klien menunjukkan peningkatan pengetahuan Kriteria hasil : 1. Pasien mengatakan paham tentang penyakit 2. Pertanyaan tentang masalah menurun



1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit 3. Jelaskan tanda gejala yang ditimbulkan penyakit 4. Anjurkan pasien melaporkan jika merasakan tanda dan gejala yang memperberat atau tidak biasa



35



berupa kemerahan 2. Meningkatkan sirkulasi dan pencegahan tekanan pada jaringan/ kulit 3. Mencegah trauma gesekan pada kulit 4. Iritasi atau reaksi pada kulit dapat meningkat 5. Intervensi yang berbeda ini tergantung pada jenis-jenis agen yang digunakan 6. Mengurangi kerusakan jaringan pada area/lokal



1. Memudahkan tenaga kesehatan untuk menggali data 2. Penjelasan dapat meningkatkan pengetahuan pasien 3. Penjelasan dapat meningkatkan pengetahuan pasien 4. Meningkatkan kompetensi perawatan diri dan optimalisasi tingkat ketergantungan menurun



3. Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat



5. Berikan kesempatan untuk 5. Menunjukan ketergantungan bertanya menurun 6. Informasikan kondisi pasien saat 6. Penambahan informasi yang ini akurat



36



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Hari/Tanggal, Jam



Selasa, 2 Juni 2020 07.00-14.00



Selasa, 2 Juni 2020 07.00-14.00



Implementasi



1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri. 2. Mengatur posisi klien dan aktivitas diversional 3. Memberikan teknik nonfarmakologis. Terapi music (klien masih tampak meringis) 4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 5. Mengobservasi TTV



Evaluasi (SOAP) S : Pasien mengatakan nyeri berkurang O: 1. Ekspresi wajah 2. Klien dapat melakukan terapi musik secara mandiri disaat nyeri datang 3. teratur 4. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit S : 36 0C RR : 28x/menit A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan S : Klien mengatakan tidak terasa panas atau gatal pada benjolan di payudara kanan



1. Memberikan posisi yang nyaman 2. Mengkaji kondisi kulit O: 3. Menganjurkan klien untuk tidak menggaruk area yang terkena 1. Terdapat benjolan pada payudara kanan gangguan 2. Massa teraba (+) 4. Menyarankan pada klien untuk 3. Massa berbatas jelas menghindari pemakaian cream kulit, A : Masalah teratasi sebagian salep dan powder P : Intervensi dilanjutkan



37



Tanda tangan dan Nama Perawat



Fitrialiyani



Fitrialiyani



Selasa, 2 Juni 2020 07.00-14.00



S : Klien mengatakan paham tentang 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan Fibroadenoma Mammae pasien menerima informasi 2. Menjelaskan tentang penyebab dan faktor O: risiko Fibradenoma Mammae 1. Klien tidak lagi banyak bertanya 3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala tentang penyakit Fibradenoma Mammae 2. Klien tampak tenang 4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan 3. Klien mampu menjelaskan kembali apa Fibradenoma Mammae yang dijelaskan perawat 5. Melakukan umpan balik tentang hal-hal A: Masalah teratasi yang sudah dijelasakan P: Intervensi terselesaikan



38



Fitrialiyani



BAB 4 PENUTUP 4.1



Kesimpulan Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai



jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Fibroadenoma



mammae



umumnya



dikenal



dengan



tumor



mammae.



Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara umumnya didiagnosa pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause. FAM merupakan tumor jinak payudara yang paling sering terjadi pada wanita usia kurang dari 25 tahun (Nelson 2010). Belum ada penyebab spesifik, namun factor predisposisi terjadinya fibroadenoma mammae adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu ada beberapa faktor resiko diantaranya : 1) Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter) 2) Menarke dini. Resiko Tumor payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. 3) Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami Tumor payudara. 4) Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun. 5) Pernah mengalami radiasi didaerah dada. 4.2



Saran Fibroadenoma dapat terjadi pada semua wanita dan kadang-kadang dapat



timbul bersama-sama dengan keganasan pada payudara, maka dari itu bila menemukan suatu benjolan, lesi atau kelainan lain pada payudara harus segera diwaspadai dan memeriksakannya ke dokter ahli atau rumah sakit. Wanita sebaiknya membiasakan diri untuk melakukan “periksa payudara sendiri” sehingga bila ditemukan adanya suatu kelainan dapat dideteksi dan diobati lebih dini. Pemberitahuan informasi tidak hanya diberikan di Rumah Sakit tetapi juga dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, penyuluhan, dan dapat juga saat melakukan arisan.



39



DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Fitria Nita. 2011. Terapi Psikospiritual. Http: //arsipnitafitria.wordpress. diakses 17 Juli 2018 Grece Frida Rasubala, Lucky Tommy Kumaat, Mulyadi. 2017. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Post Operasi di RSUP Prof. Dr. D. Kandau dan RS TK III R. W. Mongisidi Teling Manado. Jurnal Keperawatan Volume 5 no. 1 Februari 2017 Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan Mawei, Nikita Mayumi. 2012.



Pengaruh Teknik Relaksasi



Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri pada Klien Post Operasi Apendiktomi. Skripsi Manado: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Moh. Alimansur, Agung Setiawan. 2013. Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre dan Post Operasi di Ruang Seruni RSUD Pare. Jurnal ilmu kesehatan, Vol. 1 no. 2. Mei 2013 Solehati Tetti & Kokasih Cecep Eli. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama



40