Format Proposal TAK [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ismi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)



DI SUSUN OLEH Kelompok 1



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2020



TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Judul



: stimulasi persepsi sensori (halusinasi)



Hari/Tgl



: Jumat/ 6 Maret 2020



Jam



:09:00-09:45



Tempat



: di aula di yayasan dhira suman tritoha



Sasaran/ Kriteria Klien : A. TUJUAN 1. Tujuan Umum Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya. 2. Tujuan Khusus a. Klien dapat mengenal halusinasi. b. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi. c. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi d. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi B. TINJAUAN TEORI TAK a. Halusinasi Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata



lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003). Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005). Halusinasi



adalah



pengalaman



paska



indra



tanpa



adanya



rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara – suara, bisikan dari telinga padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu. ( Hawari, 2001 ) Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik ( nasutiaon, 2003) Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah.( stuart, 2007 ) Kesimpulannya halusinasi adalah presepsi klien melalui panca indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. b. Macam – macam Halusinasi 1. Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan



lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan. 2. Penglihatan Stimulus



visual



dalam



bentuk



kilatan



cahaya,



gambar



geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. 3. Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya



bau-bauan



yang



tidak



menyenangkan.



Halusinasi



penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia. 4. Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. 5. Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 6. Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine 7. Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.



c. Penyebab 1. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah : a) Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b) Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c) Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.



2. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah: a.) Biologis Abnormalitas



perkembangan



sistem



saraf



yang



berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: 1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. 2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. 3. Pembesaran



ventrikel



dan



penurunan



massa



kortikal



menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). b.) Psikologis Keluarga,



pengasuh



dan



lingkungan



klien



sangat



mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu



sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. c.) Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. d. Tanda dan Gejala a. Pertama / comforting / menyenangkan Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat. Klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri. b. Fase Kedua / comdemming Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien



takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas. c. Fase Ketiga / controlling Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah. d. Fase Keempat / conquering/ panik Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik



diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang. e. Pengertian TAK Terapi



kelompok



merupakan



psikoterapi



yang



dilakukan



sekelompok pasien bersama – sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang di pimpin atau di arahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih ( Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007 ). Terapi kelompok adalah teraapi psikologi yang dilakukan secara untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan linterpersonal ( Yosep, 2008 ). Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) dibagi empat yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktivitas stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi relita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi ( keliat, 2004). Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) stimulasi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok ( keliat, 2004 ). f. Aktivitas TAK a.) Terapi aktivitas kelompok stimulasi perepsi : Mengenal halusinasi seperti waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, perasaan saat terjadi halusinasi. b.) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan menghardik.



c.) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan. d.) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mencegah halusinasi dengan bercakap – cakap. e.) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. B. PENGORGANISASIAN KELOMPOK 1. Terapis a. Leader



: Liana



b. Co Leader



: Dicky Herliman



c. Fasilitator



:



1.) Ani Hartati 2.) Sofyan Hadireza 3.) Saiful Islam 4.) Hj. Surtini 5.) Hangga Pribadi 2. Peran Fungsi a. Tugas Leader



:



1. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok 2. Merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengembangkan jalannya terapi aktivitas kelompok 3. Membuka acara terapi aktivitas kelompok 4. Memimpin diskusi kelompok 5. Memberikan informasi



6. Menutup acara b. Tugas Co Leader



:



1. Mendampingi leader 2. Mengambil posisi leader jika pasif 3. Mengarahkan kembali posisi peminpin kepada leader 4. Menjadi motivator c. Tugas Fasilitator



:



1. Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien sebagai anggota kelompok 2. Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang ketika kegiatan kelompok berlangsung 3. Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok 3. Seleksi Klien Kegiatan terapi kelompok ini akan diikuti oleh : 1. Klien yang tenang dan kooperatif 2. Klien yang tidak mengalami proses fikir 3. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol 4. Klien yang tidak mengalami gangguan kesehatan fisik. 4. Nama Klien yang Ikut 1. Gibran 2. – 3. – 4. – 5. –



5. Waktu Terapi Aktivitas Kelompok akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal



: Jumat, 6 Maret 2020



Waktu



: 09.00 – 09.45 WIB



Tempat



: Di aula



C. SETTING TEMPAT



L



CL



K



K F



F



K



K K Keterangan Gambar : : Leader L : Co Leader CL K F



: Klien/ Pasien : Fasilitator



D. MEDIA DAN ALAT 1. Alat – alat : a.



Spidol



b. Papan tulis/whiteboard/flipchart



F



c.



Papan nama



d. Balon e.



Peniti



f.



Musik Box / Speaker



g.



Kabel Pc



E. LANGKAH KEGIATAN 1. Fase Orientasi a. Salam terapeutik 1.) Leader memberikan salam kepada semua klien 2.) Leader memperkenalkan diri dan anggota kelompoknya seperti co leader, fasilitator dan observer serta menyebutkan nama panggilan leader dan anggotanya (pakai papan nama) 3.) Menanyakan nama dan nama panggilan semua klien (beri papan nama). b. Evaluasi/validasi 1.) Menanyakan perasaan klien saat ini c. Kontrak 1.) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal pengalaman halusinasi. 2.) Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut: a. Lamanya kegiatan 45 menit b. Leader membacakan tata tertib c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai



2. Fase Kerja a. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal halusinasi tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, perasaan klien pada saat terjadi halusinasi dan jenis halusinasi. b. Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, perasaan klien saat terjadi halusinasi. Klien di tunjuk dengan permainan musik balon, yaitu pasien berdiri dibelakang garis yang di tentukan, setelah itu co leader akan memainkan lagu dan pasien akan berjoged, saat musiknya berhenti pasien berlari ke depan dan meletuskan balon yang ada di depannya, pasien yang bisa memecahkan balon akan menceritakan pengalaman halusinasinya, permainan musik balon akan dimainkan secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran, hasilnya akan ditulis di whiteboard . c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik. d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari pengalaman halusinasinya. 3. Fase Terminasi a. Evaluasi 1.) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2.) Leader memberi pujian atas keberhasilan kelompok. b. Tindak Lanjut 1.) Leader meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaannya jika terjadi halusinasi.



c. Kontrak yang akan datang 1.) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi. 2.) Menyepakati waktu dan tempat. F. Antisipasi Masalah a. Tata Tertib 1.) Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok 2.) Peserta berpakaian rapi dan bersih 3.) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti terapi aktivitas kelompok 4.) Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung 5.) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas kelompok berlangsung 6.) Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan oleh leader 7.) Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok 8.) Anggota harus bersikap terbuka 9.) Waktu sesuai dengan yang sudah disepakati G. Strategi Pelaksanaan 1.



Fase Orientasi a. Salam Teraupetik “ Selamat pagi semuanya ?” “ Perkenalkan kami mahasiswa profesi ners universitas nasional, nama saya….saya paling suka di panggil.., dari ujung kanan…. dia paling suka di panggil.., di sebelahnya ada …….. paling suka di



panggil……, di sebelah…. ada …… dia paling suka di panggil…., terakhir disebelah saya ada……, dia paling suka di panggil….. ( Memakai Papan Nama )“ “Saya ingin tahu siapa nama kalian semua, dari ujung kanan siapa namanya? Dan paling suka di panggil siapa ? ( diberi nama )” b. Evaluasi atau Validasi “ Bagus semuanya, ngomong – ngomong bagaimana perasaan kalian semuanya pagi ini ?” “Apakah kalian masih ingat dengan kami dan janji kita kemarin, yaitu tentang kegiatan terapi kelompok ?” c. Kontrak “Bagus kalian masih mengingatnya, baiklah pada Terapi Aktivitas Kelompok kali ini kita akan mengenal pengalaman halusinasi” “Baiklah semuanya saya akan membacakan peratutan aktivitas hari ini 1. Peserta bersedia mengikuti terapi aktifitas kelompok 2. Peserta berpakaian rapi dan bersih 3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti terapi aktivitas kelompok 4. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung 5. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas kelompok berlangsung 6. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan leader



7. Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok 8. Anggota harus bersikap terbuka 9. Waktu sesuai dengan yang sudah di sepakati yaitu 45 menit 2.



Fase Kerja “ Baiklah Semuanya kegiatan ini kita mulai” “Kami akan Membagikan kertas dan spidol kepada kalian, kemudian kalian tuliskan pengalaman halusinasi seperti menyebutkan isi halusinasi, waktu halusinasi, situasi saat halusinasi, perasaan saat halusinasi” “ Bagus sekali semuanya sudah mengisi kertas yang kami bagikan, sekarang kita mulai untuk membacakan pengalaman halusinasi yang sudah kalian tulis, nanti kalian maju satu – satu dengan permainan musik balon, nanti kalian berdiri di belakang garis yang sudah kami buat, kemudian kami akan bagi peniti untuk memecahkan balon yang terpasang di dinding, ingat peniti itu untuk memecahkan balon, setelah itu teman saya noti akan menyalakan musik setelah musik menyala kalian harus berjoged, setelah musiknya berhenti kalian maju ke depan dan



memecahkan



balon



dengan



peniti,



peserta



yang



berhasil



memecahkan balon akan membacakan pengalaman halusinasinya di depan, permainan musik balon ini akan dimainkan secara berurutan sampai semua peserta mendapat giliran membacakan hasil pengalaman halusinasi di depan, bagaimana kalian setuju?” “Baiklah kalau kalian setuju kita mulai permainannya” “Terima kasih semuanya karena sudah membacakan pengalaman halusinasi, dan semua yang kalian bacakan itu sangat baik”



“ Baiklah kalau pengalaman halusinasi muncul lagi kalian bisa melakukan merhardik dengan cara jika kalian melihat atau mendengar sesuatu kalian harus berbicara dengan keras husss... pergi dari saya,,, jangan dekat – dekat saya kalian palsu atau ketika sedang makan kemudian pengalaman halusinasi kalian datang kalian harus bilang makanan ini enak, sangat... sangat enak, begitu di ulang – ulang sampai suara dan bayangan itu tidak terdengar atau tidak nampak lagi, apakah kalian paham.“ “Bagus kalau kalian paham, coba kalian peragakan! Nah begitu,....bagus! Coba lagi, Bagus kalian semua sudah bisa menghardik, ingat kalau pengalaman halusinasi kalian muncul lagi lakukan menghardik seperti yang kami ajarkan.” 3.



Fase Terminasi “Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti kegiatan ini” “Tepuk tangan untuk kalian semua, kalian semua sangat bagus” “Mungkin dari kalian yang masih memiliki pengalaman halusinasi yang belum di tulis, untuk itu sekarang kalian boleh menulisnya” “Mas. Mas... Mba..mba besok kita ada akan ada terapi aktivitas kelompok sseperti ini lagi dengan kegiatan mempraktekan cara menghardik dan cara mengontrol halusinasi kalian semua dan dapat diterapkan dirumah sakit dan sampai kalian pulang ke rumah.



H. EVALUASI Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuanTAK. untuk TAK stimulasi halusinasi penglihatan kemampuan yang di harapkan adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi.formulir evaluasi sebagai berikut



DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dirjen Yanmed Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat. 2011. Kumpulan materi keperawatan jiwa. RSJ Jawa Barat Stuart & Sunden. 1998. Ilmu Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama Hartono,Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna.2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Purwaningsih, wahyu dan Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta :NUHA MEDIKA Riyadi, Sujono.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu