Geomorfologi Pulau Sulawesi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GEOMORFOLOGI PULAU SULAWESI Pulau Sulawesi merupakan pulau memiliki keunikan dalam proses geologinya. Dimana pulau Sulawesi terbentuknya dipengaruhi oleh 3 lempeng dunia, dan 1 lempeng kecil yang mengakibatkan pulau Sulawesi keadaannya sangat kompleks. Dimana kekomplekskan tersebut akan mempengaruhi kondisi geomorfologinya yaitu memiliki relief yang kasar, memiliki jenis tanah Vulkanis, Laterit, dan tanah Kapur. Kondisi hidrologi pulau Sulawesi sangat menarik yaitu dilihat dari sungai besar yang mengalir di pulau Sulawesi yaitu : sungai Konawe, disungai ini berdiri Bendungan Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas 18.000 Ha, sungai Lasolo, sungai Roraya, sungai Sampolawa, sungai Wandasa, sungai Kabangka Balano, sungai Laeya dll. Pulau Sulawesi juga memiliki iklim yang sama dengan daerah lain yaitu iklim tropis yang terdiri dari dua musim, musim kemarau dan musim penghujan. Potensi fisik di pulau Sulawesi juga cukup menarik karena merupakan daerah peralihan, potensi fisiknya yaitu : kenekaragaman flora dan fauna, hasil tambang seperti Minyak Bumi, Batu Bara, Tembaga, perak, Emas, dll. Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia timur dan system pegunungan sunda ). Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan, dan merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-pulau besar di Indonesia. 1. Lengan Utara Sulawesi,Pada lengan ini, fisiografinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek geologinya, ketiga bagian tersebut adalah :a.Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utara sulawesi dengan arah timur laut barat daya yang bersambung dengan pegunungan sangihe yang di dirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.b. Seksi Gorontalo, merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh



sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limbotoc..c Jenjang Sulawesi Utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 ). 2. Lengan Timur,Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah :Bagian Timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama.Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsurangsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 ) 3. Lengan Tenggara,Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :Bagian Utara, berupa massip-mass Peridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada antara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunungan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta



berkelanjutan sampai kepulauan Manui,Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur. Lengan Selatan,Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis Tenggara-Barat Lauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis Timur Laut-Barat Daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006 : 103 ). Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl.Pada bagian utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai palung Bone. 5. Sulawesi Tengah,Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah sulawesi terbagi dalam



tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utaraselatan (Sutardji, 2006:104). Ketiga zona tersebut adalah :a.Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.b.Zona Poso, merupakan palung antara yang seperti Granit dan endapan sedimen pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.c.Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji, 2006:104). Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur PalezoikumMesozoikum (Smith and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.



2.2 Kondisi Geomorfologi di Sulawesi



Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia, maka bagian convaknya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaknya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc. Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesanya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut : 1.      Orogenese di bagian Sulawesi Utara,Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu–Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc. 2.      Orogenese di bagian Sulawesi Sentral Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai berikut :Jalur Timur disebut Zone Kolonodale,Jalur Tengah disebut Zone Poso,Jalur Barat disebut Zone Palu Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.



Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite. Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano – diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc. 3.      Orogenese di bagian Sulawesi Selatan Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak. Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group Tukang Besi. Tanah terdiri atas horison-horison yang terletak di atas batuan induk yang terbentuk dari interaksi berbagai faktor pembentuk tanah seperti iklim, organisme, bahan induk dan relief yang terjadi sepanjang waktu. Proses yang berbeda dalam pembentukan tanah akan menghasilkan tanah yang berbeda pula yang dapat diamati dari sifat morfologi tanah. Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang (Hardjowigeno, 1993). Pengetahuan mengenai morfologi tanah



dapat memberikan gambaran perubahan atau evolusi yang terjadi dalam tubuh tanah melalui deskripsi dan interpretasi sifat-sifat profil tanah yang dapat dijadikan sebagai informasi awal dalam mengklasifikasikan tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Selatan pada tiga Kecamatan yakni Kecamatan Tamalatea, Bangkala dan Bangkala Barat. pada beberapa sistem lahan yang berbeda yakni sistem lahan Palu (PLU), Salo Marana (SMA) dan Baraja (BRA)pada4 profil yang berbeda. Pengamatan tanah dilakukan dengan membuat profil tegak lurus pada tubuh tanah dengan ukuran 2 m x 1,5 m hingga kedalaman 2 meter atau hingga mendapatkan muka air tanah dan atau bahan induk. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang pelaksanaannya dilakukan dengan survei di lapang dan didukung oleh data hasil analisis laboratorium. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelengkapan bagi penentuan titik sampel, pengamatan morfologi tanah, pengambilan contoh tanah serta peralatan analisis laboratorium. Bahan-bahan yang digunakan berupa (1) sampel tanah utuh dan terganggu yang diambil dari masing-masing horison untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah, (2) khemikalia yang digunakan untuk analisis sifat-sifat tanah, (3) bahan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapangan antara lain menyangkut informasi sekitar lokasi penelitian, cuplikan, informasi tanah dan deskripsi horison individu tanah. Sedangkan data sekunder adalah data yang berhubungan dengan obyek penelitian dari instansi terkait, berupa data iklim Kabupaten Jeneponto selama 10 tahun terakhir, Peta Geologi Kabupaten Jeneponto skala 1 : 165.000, peta Sistem Lahan Kabupaten Jeneponto skala 1 : 250.000, peta Rupa Bumiskala



1 : 50.000 (Bakosurtanal, 1991), Peta Administrasi



Kabupaten Jeneponto skala 1 : 165.000. Pengamatan ciri morfologi pada setiap profil tanah menggunakan acuan Boring Log, pengamatan profil meliputi tebal solum, batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi dan sebagainya pada tiap-tiap lapisan. Data yang digunakan untuk klasifikasi tanah meliputi tekstur, bulkdensity, kelembaban, kapasitas mengembang dan



mengkerut, kapasitas tukar kation, reaksi tanah, besi bebas, daya hantar listrik, bahan organik dan data mineral pasir. Pengklasifikasian tanah menggunakan sistem soil taxonomy tahun 2003 dari kategori Ordo hingga Family. Karakteristik Umum Lokasi . Profil studi terdiri atas 4 profil yaitu T0P0, T1P2, T2P4 dan T3P2. Profil T0P0 Terletak di Desa Cikaro pada titik koordinat 119034’50’’ BT dan 05033’51’’ LS sedangkan Profil T1P2 Terletak di Kelurahan Tamanroya Selatan pada titik koordinat 119039’49’’ LS dan 05037’49’’ BT. Profil (T0P0 dan T1P2) terletak pada sistem lahan kipas alluvial



non vulkanik yang



melereng landai (PLU), kemiringan 2-8%, relief