14 0 248 KB
LAPORAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) “FUYUNGHAI” DI RUMAH SAKIT TK IV CIJANTUNG KESDAM JAYA JAKARTA TIMUR
RAFA AMALIA 1610714059 SYAHYA PADLATUN 1610714075 ANDITA PUTRI INDRASWATI 1610714089 NI LUH EVA LARASWATI 1610714090 ARRUUM MAYANGSARI 1610714091
PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2019 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ i DAFTAR TABEL................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB
I
PENDAHULUAN....................................................................................... 1 I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 I.2 Tujuan ............................................................................................................ 3 I.3 Manfaat .......................................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5 II.1 Definisi HACCP........................................................................................... 5 II.2 Langkah – Langkah HACCP........................................................................ 5 BAB III METODE PENGAMATAN................................................................... 13 III.1 Waktu dan Tempat .................................................................................... 13 III.2 Jenis Data................................................................................................... 13 III.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14 IV.1. Deskripsi Produk...................................................................................... 14 IV.2. Tujuan Penggunaan Produk ..................................................................... 21 IV.3. Diagram Alur............................................................................................ 21 IV.4. Penentuan CCP......................................................................................... 22 BAB V PENUTUP................................................................................................ 41 V.1 Kesimpulan................................................................................................. 41 V.2 Saran ........................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42 LAMPIRAN
i
DAFTAR TABEL Tabel 1. Karakteristik Bahan..............................................................................14 Tabel 2. Kandungan Gizi Fuyunghai .................................................................15 Tabel
3.
Analisis
Bahaya
dan
Resiko
Bahan
Baku ............................................16 Tabel 4. Analisis Bahaya dan Resiko Pengolahan Fuyunghai...........................19 Tabel 5. Identifikasi Bayaha dan Resiko Bahan Baku.......................................24 Tabel 6. Identifikasi Bayaha dan Resiko Pengolahan Fuyunghai......................29 Tabel 7. Form HACCP Worksheet Plan ............................................................35
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar CCP
1.
..........................................................................................11
Pohon Gambar
2.
Diagram Alir .......................................................................................21 Gambar 3.
Penentuan CCP....................................................................................22
iii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat
dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Produk makanan atau pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati atau air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan untuk makanan atau minuman bagi konsumsi manusia (Saparinto & Hidayati, 2010). Selain menjadi kebutuhan pokok yang sangat diperlukan manusia, makanan juga bisa membahayakan manusia, ini dapat terjadi karena makanan yang dikonsumsi tidak cukup aman. Makanan yang tidak aman disebabkan oleh adanya zat asing yang membahayakan, memberikan dampak terhadap timbulnya berbagai penyakit yang ringan hingga yang membahayakan (Febriana & Artanti, 2009). Menurut WHO 2015, setiap tahunnya ada sebanyak 600 juta atau hampir 1 dari 10 orang di dunia jatuh sakit setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Sedangkan menurut Risalia dkk (2018), terdapat sekitar 200 laporan berasal dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014 yang berisikan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat keracunan makanan yang terjadi di Indonesia tiap tahunnya. Melihat banyaknya kejadian buruk yang diakibatkan oleh keracunan makanan, maka sangat penting untuk mempehatikan keamanan pangan. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu,
merugikan
dan
membahayakan
kesehatan
manusia.
Persyaratan keamanan pangan adalah standar dan ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Keamanan pangan adalah suatu risiko yang dapat diterima dan ditolerir atas keadaan sakit, penyakit, atau cedera yang diakibatkan dari konsumsi makanan. Keamanan pangan dicapai melalui kebijakan, peraturan, standar, penelitian, rancang teknik dan teknologi, pengawasan dan pemeriksaan, dan upaya lainnya yang dapat diterapkan untuk 1
mengurangi resiko atau pengendalian bahaya dalam rantai pasokan pangan. Hal ini mencakup semua makanan dan bahan makanan, dimulai dari produksi pertanian, dilanjutkan dengan panen, pengolahan, penyimpanan, penyaluran, penanganan, persiapan, dan beragam kegiatan lainnya sebelum dikonsumsi (Knechtges, 2015). Untuk di rumah sakit, penyelenggaraan makanan harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi
penyakit pasien (PGRS, 2005), karena penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (tidak saniter atau higienis) selain memperpanjang proses perawatan juga menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infection) atau infeksi nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang diantaranya dapat melalui makanan (WHO, 2015). Oleh karena itu diperlukan suatu
pendekatan
sistematis
melalui
pengidentifikasian
bahaya
baik
mikrobiologis, kimiawi, dan fisik pada proses pengolahan makanan dan melakukan pengendalian bahaya pada titik kritis yang dikenal dengan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Suatu cara untuk menjamin keamanan produk yang akan dipasarkan dan dikonsumsi yaitu dengan menggunakan sistem pengendalian kualitas keamanan pangan yang mempunyai tujuan dan tahapan jelas, yaitu metode HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Menurut Muhandri dan Kadarisman (2008) HACCP merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengkategorikan bahaya dan menentukan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan. Salah satu alasan mengenai pentingnya penerapan sistem HACCP pada industri pangan adalah karena selama proses produksi memiliki peluang terjadinya pencemaran yang dapat membahayakan konsumen. Pencemaran tersebut misalnya kontaminasi silang yang terjadi dari tenaga pemasak yang kurang menjaga kebersihan disaat proses pembuatan fuyunghai. HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia (BSN, 1998). Penerapan HACCP dalam suatu rumah sakit dinilai sangat penting guna menghindari bahaya yang akan ditimbulkan oleh makanan, karena pada dasarnya makanan merupakan sumber energi dan salah satu faktor penyembuh seorang
2
pasien. Oleh karena itu, dengan diterapkannya sistem HACCP yang bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir didistribusikan ini diharapkan dapat mencegah risiko terjadinya hal-hal buruk pada makanan karena adanya bahaya pada suatu produk pangan dan dapat mencegah terjadinya foodborn disease. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin melakukan pengamatan tentang analisis bahaya dan titik kendali kritis (HACCP) pada menu fuyunghai di Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Jaya.
I.2 Tujuan I.2.1 Tujuan Umum Mengetahui titik kritis dan cara pencegahan serta pengendaliannya pada produk Fuyunghai. I.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran produk fuyunghai. 2. Mengetahui identifikasi penggunaan fuyunghai. 3. Mengidentifikasi sumber sumber bahaya yang mungkin terjadi pada fuyunghai. 4. Menentukan titik kritisi fuyunghai. 5. melakukan sistem monitoring titik kritis fuyunghai. 6. Menetapkan tindakan koreksi pada fuyunghai. 7. Melakukan pencatatan terkait kegiatan HACCP fuyunghai. I.3 Manfaat I.3.1 Bagi Mahasiswa Menambah pengetahuan mengenai HACCP dalam Rumah Sakit dan implementasinya pada produk fuyunghai. I.3.2 Bagi Instalasi Gizi Sebagai bahan evaluasi dan pematauan penyelenggaraan HACCP di Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Jaya terutama pada produk fuyunghai.
3
I.3.3 Bagi Pasien Terjaminnya keamanan pangan pada menu fuyunghai yang dikonsumsi selama menjalani perawatan di Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Jaya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi HACCP Pengertian singkat dari Hazard analysis critical control point (HACCP) adalah maksud dari menjamin keamanan pangan. Menurut Codex Alimentarius Commission 1997, HACCP adalah suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya-bahaya yang signifikan dalam keamanan pangan. HACCP menjadi begitu penting sebagai suatu komponen dari cara-cara berproduksi pangan secara komersil, misalnya di bidang pertanian dan produksi. Secara umum HACCP digunakan untuk menetapkan suatu bingkai atau sistem untuk menjalankan bagaimana implementasi dari prosedur HACCP disetiap sektor yang dapat digunakan untuk mengembangkan jaminan setiap rantai penyediaan mulai dari prosedur penyediaan pangan mentah atau proses penyediaan makanan sampai ke konsumen. Pada setiap perusahaan atau industri makanan menggunakan sistem HACCP sebagai salah satu sistem dan erat kaitannya dengan sistem yang lain seperti GMP (Good Manufacturing Practices), ISO (International Organization for Standardization) dan standar-standar lain yang berlaku di negara bersangkutan dengan tujuan untuk menjamin kualitas makanan (Van der Spiegel et al., 2003 dalam Nurliana. 2004). II.2 Langkah – Langkah HACCP II.2.1. Langkah 1 : Pembentukan Tim HACCP Tim HACCP terdiri dari individu-individu dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu yang beragam dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang terkait. Dalam hal ini bisa diwakilkan dengan asisten kepala produksi, mandor pabrik,dan karyawan yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Pembentukan tim HACCP meliputi identitas personil yang dibentuk dan uraian tugas tim HACCP. Tim HACCP diharapkan merupakan tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang mengembangkan, mengimplementasikan 5
dan memelihara sistem HACCP. Anggota tim HACCP yang baik dan
lengkap membutuhkan pengetahuan dan keahlian kepakaran tentang seluruh alur proses produksi, dimulai dari bahan baku, proses produksi, bahaya yang mungkin timbul, dan produk akhir yang dihasilkan sampai pada pengiriman dan pendistribusiannya. Jumlah tim sebaiknya maksimum 5 orang dan minimum 3 orang. Anggota tim tersebut harus mendapatkan pelatihan penerapan HACCP dan inspeksi HACCP secara cukup. Tim HACCP harus mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menetapkan lingkup dari rencana HACCP (apakah hanya masalah keamanan pangan atau termasuk mutu karakteristik produk), mengidentifikasi bahaya, menetapkan tingkat keakutan (severity) dan resikonya, mengidentifikasi CCP, merekomendasikan cara pengendalian, menetapkan batas kritis, prosedur monitoring dan verifikasi, merekomendasikan tindakan koreksi
yang
tepat
ketika
terjadi
penyimpangan
serta
merekomendasikan atau melaksanakan investigasi dan atau penelitian yang berhubungan dengan rencana HACCP. (Putra, 2017) II.2.2. Langkah 2 : Deskripsi Produk Langkah
kedua
dalam
penyusunan
HACCP
adalah
mendeskripsikan produk. Tim HACCP harus memilih produk mana yang akan dibuat rencana HACCP jika memiliki lebih dari satu jenis produk. Informasi yang harus ada pada saat mendeskripsikan produk meliputi komposisi, karakteristik produk jadi, metode pengolahan yang diterapkan kepada produk tersebut (pH, aw, kadar air), metode pengawetan yang diterapkan kepada produk tersebut, pengemas primer, pengemas untuk transportasi, kondisi penyimpanan, metode distribusi, umur simpan yang direkomendasikan, pelabelan khusus, petunjuk penggunaan, pengawasan khusus dalam distribus dan dimana produk akan dijual. (Koswara, 2009) Deskripsi produk terdiri dari : a. Nama produk b. Komposisi
6
c. Karakteristik produk akhir d. Metode pengawetan
e. Pengemasan – Primer f. Pengemasan – Pengiriman/pengapalan g. Kondisi penyimpanan h. Metode distribusi i. Masa simpan j. Pelabelan khusus k. Persiapan konsumen Deskripsi yang lengkap dari produk harus digambarkan, termasuk informasi mengenai komposisi, struktur kimia/fisika, perlakuan-perlakuan
(pemanasan,
pembekuan,
penggaraman,
pengeringan, pengasapan), pengemasan, kondisi penyimpanan, daya tahan, persyaratan standar, metode pendistribusian, dan lain-lain. Didalam menetapkan diskripsi produk, perlu diperhatikan dan diidentifikasi informasi yang akan berkaitan dengan program HACCP, agar memberi petunjuk dalam rangka identifikasi bahaya yang mungkin terjadi, serta untuk membantu pengembangan batas batas kritis. II.2.3. Langkah 3 : Identifikasi Penggunaan Produk Pada
tahap
ini,
Tim
HACCP
mengidentifikasi
cara
penggunaan produk oleh konsumen, cara penyajian, serta kelompok konsumen yang mengkonsumsi produk. Penting diketahui apakah produk akan langsung dikonsumsi (ready to eat) atau akan dimasak terlebih dahulu oleh konsumen. Harus diingat terdapat kelompok konsumen berisiko tinggi yang meliputi bayi, lansia, kelompok immunocompromised (ibu hamil, orang sakit, orang yang menjalani kimoterapi, pasien AIDS). Peruntukan penggunaan produk harus didasarkan kepada kegunaan yang diharapkan dari produk oleh konsumen. Tujuan pengguanaan ini harus didasarkan kepada manfaat yang diharapkan dari produk oleh konsumen. Pengelompokkan
7
konsumsen penting dilakukan untuk menentukan tingkat resiko dari setiap produk. (Koswara, 2009) II.2.4. Langkah 4 : Menyusun Diagram Alir
Diagram
alir
proses
disusun
dengan
tujuan
untuk
menggambarkan keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya. (Koswara, 2009) Diagram alir harus meliputi seluruh tahap-tahap dalam proses secara jelas mengenai: a. Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi, transportasi, penyimpanan dan penundaan dalam proses, b. Bahan-bahan yang dimasukkan kedalam proses seperti bahan baku, bahan pengemas, air, udara dan bahan kimia, c. Keluaran dari proses seperti limbah: pengemasan, bahan baku, product-inprogress, produk reproses (rework), dan produk yang dibuang (ditolak). II.2.5. Langkah 5 : Verifikasi Diagram Alir Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan. (Koswara, 2009) Diagram alir proses yang harus diverfikasi ditempat, dapat dilakukan dengan cara : a. Mengamati aliran proses b. Kegiatan pengambilan sampel c. Wawancara d. Mengamati operasi rutin/non-rutin
8
II.2.6. Langkah 6 : Identifikasi dan Daftar Semua Bahaya Terdapat tiga jenis bahaya yang dapat membahayakan, yakni bahaya biologi, bahaya kimia dan biaya fisik.
1. Bahaya Biologis Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bahaya biologis yaitu faktor intrinsik (pH, kadar air, aktivitas air, nutrien, senyawa antimikroba, struktur biologis, dll) dan faktor ekstrinsik (suhu, kelembaban, gas karbondioksida, dll). 2. Bahaya Kimia Sumber kontaminan/bahaya kimia pada umumnya bersumber dari polusi lingkungan, tanah, peralatan, air pengolahan makanan, bahan kimia yang digunakan saat penanaman/pertanian. 3. Bahaya Fisik Bahaya fisik merupakan bahaya/kontaminan yang paling sering menimbulkan kasus penolakan/pengembalian makanan di suatu pelayanan penyelenggaraan makanan. Jenis – jenis bahaya fisik diantaranya ialah serangga, batu, kulit telur, perhiasan, streples, logam, plastik dll. II.2.7. Langkah 7 : Menentukan Critical Control Point (CCP) Critical control point (CCP) atau titik kendali kritis merupakan tahapan atau prosedur dalam pengolahan pangan dimana pengendalian dapat dilakukan sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya hingga mencapai level yang dapat diterima. Level yang dapat diterima artinya pada kadar atau dosis yang tidak akan menimbulkan sakit pada manusia yang mengkonsumsinya. Pengelompokan CCP yakni : CCP 1 : Bertujuan untuk menghilangkan atau mencegah bahaya CCP 2 : Bertujuan untuk mengurangi bahaya namun tidak dapat menghilangkan bahaya tersebut.
9
Penentuan Titik Kritis (CCP) a. Bahan Baku P1 : Apakah terdapat bahaya dalam bahan baku ini 🡫🡫
Ya 🡫
Tidak 🡪 Bukan CCP P2 : Apakah proses atau konsumen akan menghilangkan bahaya tersebut ? 🡫🡫
Ya
Tidak 🡪 CCP P3 : Apakah ada resiko kontaminasi silang terhadap fasilitas atau produk lain yang tidak dapat dikendalikan ? 🡫🡫 Ya
Tidak 🡫🡫 Bukan CCP
b. Tahap Pengendalian CCP
Ya
P1 : Apakah terdapat bahaya pada tahap proses ini? 🡫🡫 Tidak 🡪 Bukan CCP 🡫🡫 P2 : Apakah ada tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut? 🡫🡫🡩 Tidak Modifikasi Proses/Produk Ya
🡫🡩 Apakah pengendalian diperlukan 🡪 Ya Untuk meningkatkkan keamanan? 🡪 Tidak 🡫 Bukan CCP
P3 : Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan/mengurangi bahaya sampai aman? 🡫🡫 Tidak 🡪 Ya CCP
🡫
10
P4 : Apakah bahaya dapat meningkat sampai batas tidak aman?
🡫🡫 Ya 🡫
Tidak 🡪 Bukan CCP P5 : Apakah proses selanjutnya dapat menghilangkan/mengurangi bahaya ? 🡫🡫 Ya CCP
Tidak 🡪 🡫 Bukan CCP Gambar 1. Pohon CCP II.2.8. Langkah 8 : Menetapkan Batas Target dan Batas CCP Menetapkan batas kritis merupakan suatu proses dalam HACCP yang bertujuan untuk menetapkan apakah suatu keadaan dapat diterima (aman) atau tidak dapat diterima (tidak aman). Penetapan batas kritis dilakukan pada setiap titik CCP yang telah ditentukan. Batas kritis terdiri kelembaban, waktu, nilai Aw, nilai pH, kualitas dan kuantitatif mikroba, konsentrasi pengawet, konsentrat garam, klorin bebas, viskositas, nilai kimia, dan cemaran. II.2.9. Langkah 9 : Menetapkan Sistem Monitoring CCP Menetapkan sistem monitoring CCP merupakan tindakan dari pengujian/pengamatan yang bertujuan untuk menjamin bahwa batas kritis tidak terlampaui serta memeriksa apakan prosedur penanganan pada CCP tekendali, efektif dan terencana untuk mempertahankan keamanan produk. II.2.10. Langkah 10 : Menentukan Tindakan Koreksi Tindakan koreksi merupakan langkah yang harus dilakukan ketika kesalahan kritis ditemukan atau saat batas kritis terlampaui (terjadi kegagalan dalam pengawasan pada CCP). Tindakan koreksi bertujuan untuk mengurangi serta mengeliminasi potensi bahaya saat batas kritis terlampaui sehingga tidak timbul bahaya – bahaya baru.
11
II.2.11. Langkah 11 : Menetapkan Prosedur Verifikasi Prosedur prosedur verifikasi merupakan prosedur untuk
mengidentifikasi semua pelaksanaan program HACCP. Kegiatan – kegiatan yang termasuk kedalam prosedur verifikasi diantaranya ialah pemeriksaan kembali rencana HACCP, pemeriksaan catatan HACCP,
pemeriksaan
penyimpangan
CCP
dan
prosedur
perbaikannya, pengamatan visual selama produksi, pengambilan contoh secara acak dan membuat kesesuaian rencana HACCP. II.2.12. Langkah 12 : Dokumentasi dan Pencatatan Prosedur prosedur/langkah
dokumentasi terakhir
dan
dalam
pencatanan
kegaitan
merupakan
HACCP.
Tujuan
dokumentasi dan pencatatan diantaranya ialah : 1. Bukti keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses yang ada. 2. Jaminan pemenuhan peraturan. 3. Kemudahan pelacakan produk dan peninjauan catatan. 4. Rekaman pada pengukuran. 5. Sumber tinjauan data yang diperlukan bila dilakukan audit.
12
BAB III METODE PENGAMATAN
III.1 Waktu dan Tempat Kegiatan dilakukan di ruang dapur Instalasi Gizi Rumah Sakit Tk IV Cijantung Kesdam Jaya. Kegiatan HACCP ini dilaksanakan selama satu hari, yaitu pada hari Senin, 21 Oktober 2019 pukul 06.00 – 12.00 WIB untuk mengamati produk fuyunghai telur. III.2 Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. III.3 Metode Pengumpulan Data IV.1.4.1. Data primer Data primer diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara
dengan
juru
masak
kemudian
dicatat
dan
didokumentasikan. IV.1.4.2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari data hasil telaah dokumen yang ada seperti artikel, jurnal, dan skripsi untuk dijadikan sumber dan informasi
mengenai
sistem
keamanan
penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
pangan
dalam
IV.1. Deskripsi Produk IV.1.1. Nama Produk: Fuyunghai Fuyunghai, adalah masakan khas Tionghoa yang dibuat dari telur yang didadar dengan campuran berupa sayuran dan daging (makanan laut), dan lain-lain yang disiram dengan saus asam manis yang biasanya ditambahkan tomat dan kacang polong tetapi ada juga saus yang disertai dengan potongan nanas di dalamnya. Namun pada umumnya fuyunghai di Indonesia banyak yang sudah memodifikasinya dengan bahan-bahan lainnya. IV.1.2. Karakteristik Bahan Bahan
Spesifikasi
Telur ayam
Ayam negeri, permukaan telur mulus, tidak terdapat kotoran, kulit telur tidak retak, apabila di kocok tidak menimbulkan suara, berat rata-rata telur 55 gr,kemasan telur menggunakan trai.
Kol
Bersih, segar, berwarna putih, tidak busuk dan tidak terdapat bercak cokelat.
Wortel
Segar, bersih, berwarna orange, tidak berlubang, tidak cacat, tidak busuk, tidak berair dan tidak berulat.
Bawang merah
Bersih, segar, tidak busuk, berwarna merah, dan tidak berulat.
Bawang Putih
Bersih, segar, tidak busuk, berwarna putih, dan tidak berulat.
Daun Bawang
Segar, bersih, tidak berlubang, tidak busuk dan tidak berakar.
Garam
Kemasan tidak rusak, berwarna putih bersih dan tidak terdapat kotoran.
Minyak
Kemasan tidak rusak dan berwarna kuning jernih.
Tabel 1. Karakteristik Bahan
14
IV.1.3. Komposisi dan Nilai Gizi Komposisi dalam pembuatan Fuyunghai yaitu telur, kol, wortel, garam dan lada. Nilai gizi yang terkandung dalam fuyunghai yakni: Bahan
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
Na
(gr)
(kkal)
(gr)
(gr)
(gr)
(mg)
Telur
55
75
7
5
-
78,1
Wortel
50
12.5
0.5
-
2.5
35
Kol
50
12.5
0.5
-
2.5
-
Minyak
5
50
-
5
-
-
Garam
1
-
-
-
-
3.8
150
8
10
5
116,9
TOTAL
Tabel 2. Kandungan Gizi Fuyunghai IV.1.4. Pengemasan Pengemasan fuyunghai di kelas VIP dan kelas 1 menggunakan mangkuk kecil porselen yang ditutup menggunakan plastik wrap, kelas 2 menggunakan mangkuk kecil melamin, kelas 3 menggunakan ompreng makanan yang tertutup rapat. IV.1.5. Penyimpanan Fuyunghai telur yang telah dikemas disimpan dalam wadah tertutup dengan suhu ruang 29,4°C. IV.1.6. Sistem Distribusi Distribusi dilakukan secara sentralisasi, yaitu terpusat pada dapur
besar.
Makanan
yang
akan
disajikan
dibungkus
menggunakan plastik bening (plastic wrap). Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi dan menjaga agar makanan tetap aman dan bersih. Setelah melakukan pendistribusian di dapur, makanan dibawa dengan menggunakan troli menuju ruangan ruangan perawatan dan langsung dibagikan kepada pasien sesuai dengan jenis diet yang sudah ditetapkan.
15
IV.1.7. Rencana Penggunaan Menu fuyunghai dapat dikonsumsi secara langsung (ready to eat) oleh pasien rawat inap kelas VIP sampai kelas III, dengan diet makanan biasa maupun makanan lunak, disertai dengan diet maupun non diet. IV.1.8. Analisis Bahaya dan Resiko (Prinsip 1) IV.1.4.1. Analisis Bahaya dan Resiko Bahan Baku No
Bahan
Bahaya
baku
Bahaya terhadap Kese
Mutu
Tingkat
Tindakan pengendalian
resiko
hatan 1
Telur
Biologis:
Ya
Tidak
Tinggi
Goreng telur hingga
Eschericia
matang selama 10 menit
coli &
dengan suhu sebesar 75oC
Salmonella sp
Kimia
Ya
Menggunakan alat ma sak
Tidak
kontamin
yang tidak bereaksi dengan
asi
makanan yang diolah,
logam
seperti bahan yang terbuat
berbahaya
dari
dari alat
stainless steel / kayu / pyrex.
masak
Ya
Tidak
Fisik:
Sebelum diolah, cangkang
Cangkang
telur di bersihkan dengan
telur &
dicuci & memisahkan
Kotoran
sampah cangkang telur
ayam 2
Wortel
Biologis:
Tidak
Ya
Rendah
Penyortiran bahan sesuai
Bacillus
dengan spesifikasi yang
cereus
telah di tentukan
Kimia : Pestisida
Ya
Tidak
Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit
16 Fisik: sisa
Ya
Tidak
Pencucian hingga bersih dengan air
tanah
mengalir 3
Kol
Biologis :
Tidak
Ya
Rendah
Penyortiran bahan sesuai
Sclerotinia
dengan spesifikasi yangtela
sclerotiorum
di tentukan
Kimia
Ya
Perebusan dengan suhu
Tidak
72oC selama 10 menit
Pestisida Fisik :
Ya
Pencucian hingga
Tidak
bersih dengan air
Sisa tanah
mengalir 4
Bawang
Biologis:
Tidak
Ya
Rendah
Disimpan ditempat
putih
Aspergilus
penimpanan bahan
niger,
makanan yang kering
Bacillus cerus, jamur dan kapang Ya
Dicuci dengan air
Tidak
mengalir sampai bersih Kimia : Residu Pestisida
Tidak
Penyortiran bahan
Ya
sesuai dengan Fisik :
spesifikasi
Bertunas 5
Bawang
Biologis
Tidak
Ya
Rendah
Disimpan ditempat
merah
Aspergilus
penyimpanan bahan
niger,
makanan yang tempatnya
Bacillus
kering
cerus, jamur dan kapang
Ya
Tidak Dicuci dengan air
Kimia
Tidak
Ya
Pestisida Fisik Bertunas
mengalir sampai bersih Penyortiran barang sesuai dengan spesifikasi
6
Lada
Biologis:
Tidak
Ya
Rendah
Penyortiran bahan sesuai
17 Bacillus
Ya
Tidak
Ya
Tidak
dengan spesifikasi
Cerus, Aspergilus niger
7
Kimia:
Perebusan dengan suhu
Aflatoksin
72oC selama 10 menit
Fisika:
Pencucian dengan air
Pasir
mengalir hingga bersih
Daun
Biologis :
bawang
Listeria
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Rendah
Pemasakan dengan suhu 75oC
monocyt oge nes Kimia :
Perebusan dengan suhu 72oC selama 10 menit
pestisida Fisik:
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Pencucian dengan air bersih
Tanah 8
Garam
Kimia :
Rendah
Memilih garam yang
Pemutih &
mengandung
tidak
yodium&tidak
beryodium
mengandung pemutih
9
Minyak
Biologis :
Ya
Tidak
Rendah
Memilih minyak sesuai
Listeria
spesifikasi
monocyt
Tidak memanaskan
oge nes
minyak hingga smoke
Kimia:
Ya
point
Tidak
Oksidasi
Tabel 3. Analsis Bahaya dan Resiko Bahan Baku
18
IV.1.4.1. Analsis Bahaya dan Resiko Proses Pengolahan Fuyunghai No
Tahapan
Bahaya
Bahaya
Ting
terhadap
kat
Kes
Mutu
ehat
Tindakan pengendalian
resik o
an 1
Penerimaan
Biologis :
Ya
Ya
Tinggi
Membuat standar
kapang,
spesifikasi & bahan
khamir, bakteri,
baku ditolak jika tidak
kutu, E Colli,
sesuai spesifikasi
Ulat, Salmonella Typhi Fisik : kerikil, batu, kaca, logam, tanh Kimia : Residu, pestisida 2
Pencucian
Biologis: E. colli
bahan
pada air
cangkang telur
Fisik:
hingga bersih
Kotoran & sampah Kimia:
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tinggi
Pencucian
dengan air bersih yang mengalir
Keberadaan logam berat pada air 3
4
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Pengupas
Fisik : kotoran
Rendah
Pisau yang digunakan
an bahan
yang terdapat
terbuat dari stainless
pada pisau Kimia
steel, tidak ada
:
kotoran yang
Logam berat
melekat dan kering
pada pisau
Ya
Tidak
Pemotong
Biologi: bakteri
Ya
Tidak
an bahan
yang terdapat di
terbuat dari stainless
talenan dan pisau
steel, tidak ada
Fisik :
kotoran yang melekat
Kotoran yang
dan kering Talenan
terdapat di
yang digunakan harus
talenan dan
Ya
Rendah
Pisau yang digunakan
dalam keadaan bersih
Tidak
dan kering
pisau Kimia: Logam berat pada pisau
19
5.
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Pemarutan
Biologi: bakteri
bahan
yang terdapat di
digunakan terbuat
twadah plastik
dari stainless steel,
dan parutan
tidak ada kotoran
Fisik :
yang melekat dan
Kotoran yang
kering.
terdapat di
Ya
Tidak
Rendah
Parutan yang
Wadah plastik yang
wadah plastik
digunakan harus
dan parutan
dalam keadaan
Kimia:
bersih dan
Logam berat
kering
pada parutan Ya
Tidak
6
Pencamp
Fisik :
Ya
Tidak
Rendah
Menggunakan alat
ura n
Kotoran yang
masak yang tidak
semua
melekat pada
bereaksi dengan
bahan
wadah&spatula
makanan yang diolah serta alat harus bersih dan kering
7
Penggor
Biologis :
Ya
Tidak
Rendah
Menggunakan alat
eng an
Kontaminasi
yang tidak bereaksi
Fuyunghai
bakteri dari
dengan makanan
tenaga pemasak
yang diolah
(Staphylococcus
(bahan yang terbuat
aur eus),
dari stainless steel
serangga yang
dan pyrex) Menjaga
ada di
kebersihan
lingkungan
ruang pengolahan
pengolahan Fisik :
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Kotoran yang melekat pada alat masak Kimia : Kontaminasi logam berbahaya dari alat masak
Tabel 4. Analsis Bahaya dan Resiko Proses Pengolahan 20
IV.2. Tujuan Penggunaan Produk Penggunaan
produk
fuyunghai,
bertujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan gizi pasien rawat inap di Rumah Sakir TK IV Cijantung kesdam Jaya. Menu fuyunghai ditujukan untuk pasien diet dan non diet. IV.3. Diagram Alur DIAGRAM ALIR PROSES TELUR FUYUNGHAI
Penerimaan
Pengecekkan
Penimbangan
Peracikan
Pengolahan
Pemorsian
Distribusi Gambar 2. Diagram Alur
21
IV.4. Penentuan CCP a. Bahan Baku P1 : Apakah terdapat bahaya dalam bahan baku ini?
Ya
Tidak
Bukan CCP
P2 : Apakah proses atau konsumen akan menghilangkan bahaya tersebut?
Tidak
Ya
CCP
P3 : Apakah ada resiko kontaminasi silang terhadap fasilitas atau produk lain yang tidak dapat dikendalikan?
Tidak
Ya
CCP Bukan CCP
b. Tahap Pengolahan P1 : Apakah terdapat bahaya pada tahap/proses ini?
Tidak
Ya
Bukan CCP
P2 : Apakah ada tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut? Ya
Modifikasi proses/produk
Tidak
Apakah pengendalian diperlukan
Ya untuk meningkatkan keamanan? Bukan
Tidak CCP
22
P3 : Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai aman?
Tidak
Ya
CCP
P4 : Apakah bahaya dapat meningkat sampai batas tidak aman? Tidak
Ya
Bukan CCP
P5 : Apakah proses selanjutnya dapat menghilangkan/mengurangi bahaya?
Bukan CCP
Tidak
Ya
Gambar 3. Penentuan CCP CCP
Tabel 5. Penentuan CCP Bahan Baku No.
Bahan Baku
23
Prinsip 1 Bahaya
Bahaya Terhadap
Tingkat
Tindakan Pengendalian
1.
Telur
Biologis:
Kesehatan
Mutu
Ya
Tidak
Resiko Tinggi
Goreng telur hingga
Eschericia
matang selama 10 meni
coli &
dengan suhu sebesar
Salmonella
75oC
sp Kimia
Ya
Menggunakan alat ma
Tidak
kontaminasi
sak yang tidak bereaks
logam
dengan makanan yang
berbahaya
diolah, seperti bahan
dari alat
yang terbuat dari
masak
stainless steel / Ya
kayu / pyrex.
Tidak
Fisik: Cangkang telur & Kotoran
24
ayam
Sebelum diolah, cangkang telur di bersihkan dengan dicuci & memisahkan
sampah cangkang telur 2.
Wortel
Biologis:
Tidak
Ya
Penyortiran bahan sesuai dengan
Bacillus cereus
Rendah
Ya
Tidak
spesifikasi yang telah
Kimia :
di tentukan
Pestisida
Perebusan dengan Ya
Fisik: sisa tanah
Tidak
suhu 72oC selama 10 menit Pencucian hingga
bersih dengan air mengalir 3.
Kol
Biologis :
Tidak
Ya
Rendah
Penyortiran bahan
Sclerotinia
sesuai dengan
sclerotiorum
spesifikasi yangtela di tentukan
Kimia
Ya
Tidak Perebusan dengan
Pestisida Fisik :
Ya
suhu 72oC selama 10
Tidak
menit
Sisa tanah
Pencucian hingga bersih dengan air mengalir
25
4.
Bawang
Biologis:
Tidak
Ya
Rendah
Disimpan ditempat
putih
Aspergilus
penimpanan bahan
niger,
makanan yang kering
Bacillus cerus, jamur dan kapang Ya
Tidak
Kimia :
Dicuci dengan air
mengalir sampai bersih
Residu Pestisida Tidak
Ya
Penyortiran bahan
Fisik :
sesuai dengan
Bertunas
spesifikasi
5.
Bawang
Biologis
Tidak
Ya
Rendah
Disimpan ditempat
merah
Aspergilus
penyimpanan bahan
niger,
makanan yang
Bacillus
tempatnya kering
cerus, jamur dan kapang Ya
Dicuci dengan air
Tidak
Kimia
mengalir sampai bersih
Pestisida
26
Fisik
Tidak
Ya
Penyortiran barang sesuai dengan
Bertunas
spesifikasi 6.
Lada
Biologis:
Tidak
Ya
Rendah
Penyortiran bahan sesuai dengan
Bacillus
spesifikasi
cerus, Aspergilus niger
Ya
Tidak Perebusan dengan suhu 72oC selama 10
Kimia: Aflatoksin
7.
Ya
menit
Tidak
Fisika:
Pencucian dengan air
Pasir
mengalir hingga bersih
Daun
Biologis :
bawang
Listeria
Ya
Tidak
Rendah
Pemasakan dengan suhu 75oC
monocytoge nes Kimia :
Ya
Tidak
pestisida
Perebusan dengan suhu 72oC selama 10
Fisik: Tanah
Ya
Tidak
menit
Pencucian dengan air
27
bersih 8.
9.
Garam
Kimia :
Ya
Tidak
Rendah
Memilih garam yang
Pemutih &
mengandung
tidak
yodium&tidak
beryodium
mengandung pemutih
Minyak
Biologis :
goreng
Listeria
Ya
Tidak
Rendah
Memilih minyak sesuai spesifikasi
monocytoge nes Kimia:
Ya
Tidak memanaskan
Tidak
Oksidasi
minyak hingga smoke point
28
Tabel 6. Penentuan CCP Proses Pengolahan Fuyunghai No
Tahapan
Prinsip 1 Bahaya
1.
Penerimaan
Biologis :
Bahaya Terhadap
Tingkat
Tindakan
Kesehatan
Mutu
Resiko
Pengendalian
Ya
Ya
Tinggi
Membuat standar
kapang,
spesifikasi &
khamir,
bahan baku
bakteri,
ditolak jika tidak
kutu, E
sesuai
Colli,
spesifikasi
Ulat, Salmonel la Typhi Fisik : kerikil, batu,
P1
Ya
kaca, logam, tanah Kimia :
29
Residu, pestisida 2.
Pencucian
Biologis:
bahan
E. colli
bahan hingga
pada air
bersih
Fisik:
Ya
Ya
Tidak
Tinggi
Pencucian
dengan air
Tidak
Kotoran
bersih yang
&
mengalir
sampah
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Kimia: Keberada an logam berat pada air 3.
Pengupasan
Fisik :
bahan
kotoran
digunakan
yang
terbuat dari
terdapat
stainless steel,
pada
tidak ada
pisau
Ya
Tidak
Rendah
Pisau yang
kotoran yang
Kimia :
melekat dan
Logam
kering
30
berat pada pisau
Ya
4.
Pemotong
Biologi:
an bahan
bakteri
digunakan
yang
terbuat dari
terdapat
stainless steel,
di
tidak ada
talenan
kotoran yang
dan
Ya
Tidak
Tidak
Rendah
Pisau yang
melekat dan
pisau
kering
Fisik :
Talenan yang
Kotoran
digunakan
yang
harus dalam
terdapat
keadaan
di talenan dan pisau Kimia: Logam berat pada pisau
31
Ya
Ya
Tidak
bersih dan kering
Ya
5.
Pemarutan
Biologi:
bahan
bakteri
digunakan
yang
terbuat dari
terdapat
stainless steel,
di
tidak ada
wadah
kotoran yang
plastik
Ya
Ya
Tidak
Rendah
Parutan yang
melekat dan
Tidak
dan
kering.
parutan
Wadah plastik
Fisik :
yang digunakan
Kotoran
harus dalam
yang
keadaan
terdapat
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
bersih dan kering
di wadah plastik dan parutan Kimia: Logam berat pada parutan
32
6.
Pencampur
Fisik :
Rendah
Menggunakan
an semua
Kotoran
alat masak yang
bahan
yang
tidak bereaksi
melekat
dengan
pada
makanan yang
wadah &
diolah serta alat
spatula
harus bersih dan kering
Ya
7.
Penggoreng
Biologis :
an
Kontami
Fuyunghai
Ya
Tidak
Rendah
Menggunakan alat yang tidak bereaksi dengan
na si bakteri
makanan yang
dari
diolah (bahan
tenaga
yang terbuat dari
pemasak
stainless steel dan
(Staphyloc
pyrex)
occusau reu s),
Menjaga
serangga
kebersihan
yang ada
ruang
di
pengolahan
lingkunga n
33
pengolah
Ya
Tidak
Ya
Tidak
an Fisik : Kotoran yang melekat pada alat masak Kimia : Kontami na si logam berbaha ya dari alat masak
34
Ya
Tabel 7. Form HACCP Worksheet Plan No.
1.
Bahan Baku / Tahap Proses
Telur ayam
Bahaya
Biologis : Salmonella sp., Eschericia coli
Prinsip 3
Prinsip 4
Batas / Limit Kritis
What
Suhu pendingin 4 – 7° C atau suhu ruang
Kondisi telur
Pemeriksaa n secara visual terhadap telur yang diterima
Penerima bahan makanan
M me an tel
Tidak ada kotoran pada kol, dan tidak busuk
Kondisi kol
Pemeriksa an secara visual terhadap kol yang diterima
Penerima bahan makanan
M ke sa
Tidak ada kotoran pada wortel, dan tidak busuk
Kondisi wortel
Pemeriksa an secara visual terhadap wortel yang
Penerima bahan makanan
M ke wo sa be
How
Who
Fisik : kotoran ayam, kulit retak 2.
Kol
Biologis : Sclerotinia sclerotiorum Kimia : pestisida Fisik : kotoran
3.
Wortel
Biologis : Bacillus cereus
35
Kimia : pestisida Fisik : kotoran
diterima
4
Daun Bawang
Biologis : Listeria monocytog
Kondisi daun bawang
Pemeriksa an secara visual terhadap kol yang diterima
Penerima bahan makanan
M ke sa
Mencuci bahan dan memisahk an wadah antar bahan baku
Waktu pencucia n
Mencuci bahan dan tambahan wadah
Pengolah makanan
M ba me wa ba
Pisau yang digunakan terbuat dari stainless steel, tidak ada kotoran yang melekat dan kering
Waktu pengup asa n
Memisahk an bahan dan tambahan wadah
Pengolah makanan
M ba wa be me de ba lai
Pemasakan dengan suhu 75oC
en es Kimia : pestisida
Perebusan dengan
Fisik:
suhu 72oC
Tanah
selama 10 menit Pencucian dengan air bersih
5.
Pencucian bahan
Biologis: E. colli pada air Fisik:
36
Kotoran & sampah Kimia: Keberada an logam berat pada air 6.
Pengupasan
Fisik :
bahan
kotoran yang terdapat pada pisau Kimia :
Logam berat pada pisau .7.
Pemotongan bahan
Biologi: bakteri yang terdapat di
Memisahk an wadah antar bahan baku yang sudah dipotong
Waktu pemoto ng an
Memisahk an bahan dan tambahan wadah
Pengolah makanan
M wa ba ya dip
Memisahk an wadah antar bahan baku yang sudah diparut
Waktu pemarutan
Memisahk an bahan dan tambahan wadah
Pengolah makanan
M wa ba ya dip
talenan dan pisau Fisik :
37
Kotoran yang terdapat di talenan dan pisau Kimia: Logam berat pada pisau 8.
Pemarutan bahan
Biologi: bakteri yang terdapat di wadah plastik dan parutan Fisik : Kotoran yang terdapat di wadah
plastik dan parutan Kimia: Logam berat
38
pada parutan 9.
Penggoreng
Biologis :
an
Kontamina
Fuyunghai
si bakteri dari tenaga pemasak (Staphylo coc cusaureu s), serangga yang ada di lingkungan pengolahan Fisik : Kotoran yang melekat pada alat masak Kimia : Kontamina si logam
39
berbahaya dari alat
Penjamah mengguna ka n APD dan mencuci tangan
Waktu penggor en gan
Menggunak an APD dan mencuci tangan
Pengolah makanan
Pe me an da me
masak
40
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Kesimpulan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut: 1. Proses pembuatan produk fuyunghai meliputi penenerimaan bahan baku, penimbangan, pencucian, penyimpanan, persiapan yang meliputi pemotongan bahan-bahan, pencampuran bahan, pemasakan, pengemasan penyimpanan sementara dan pendistribusian. 2. Dalam setiap produksi fuyunghai terdapat bahaya-bahaya pada bahan baku dan proses pengolahannya. Bahan baku yang mempunyai batas titik kritis yaitu telur, kol, wortel, dan daun bawang. Serta dalam proses pegolahan yang memiliki batas titik kritis ada dalam proses pencucian, pengupasan, pemotongan dan pemarutan bahan. V.2 Saran Saran yang dapat diberikan adalah Instalasi Gizi Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Jaya perlu memberikan penyuluhan pelatihan mengenai kedisiplinan dalam pelaksanaan penyelenggaraan makanan kepada petugas masak agar proses produksi berjalan dengan baik sehingga menu yang diberikan kepada pasien akan terjamin keamanannya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman penerapannya. Jakarta : BSN Badan Standar Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia ISO 22000 tahun 2009 Tentang Sistem Manajemen Keamanan Pangan-Persyaratan Untuk Organisasi dalam Rantai Pangan. Jakarta : BSN
Buckle, R.A, dkk. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press. Budiono, Doddy Indra. Prinsip I: Identifikasi Bahaya.
Daulay, Sere Saghraine. Hazard Analysis Critical Cotrol Point (HACCP) dan implementasinya dalam industri pangan. FAO. 2001. Manual On The Application Of The HACCP System. Febriana, Rina., Artanti, G. 2009. Vol. 1 No. 1. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Dalam Penyelenggaraan Warung Makan Kampus.Diakses Tanggal 1 November 2019. Ir. Sutrisno Koswara. 2009. HACCP DAN PENERAPANNYA PADA PRODUK BAKERY. Kasmiati dan Muamar. 2017. Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Management Sistem Penyelenggaraan Makanan (MSPM) Hazard Analysis And Critical Control Point (HACCP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Rumah Sakit Tk II Dr. Soepraoen Malang. Malang: Politeknik Kesehatan Kendari. Knechtges, P.L., 2011. Food Savety Teory and Practice. East Carolina University. Jones & Bartlett. Available from : Google book. Nurliana. 2004. Tinjauan terhadap peran HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dalam mengendalikan bahaya kimia pada makanan. Bogor.
Panduan penyusunan rencana HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) bagi industri pangan. 2006. Putra, Aang. 2017. Penyusunan Rencana Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada produksi gula kristal putih (studi kasus di PTPN VII pabrik gula bungamayang). Lampung
Pelczar, M, J dan Chan, E, C, S. 2008.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI PRESS. Saparinto, C. Dan Hidayati. 2010. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta. Kanisius. Sari, Amalia Evy Puspita, dkk. 2019. Laporan HACCP (Hazard Analisys Critical Control Point) Hasil Rancangan HACCP Fuyunghay di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya. Utari, Sri. 2016. Penerapan HACCP Pada Produksi Surimi Beku Ikan Kurisi Di PT. Bintang Karya Laut Rembang, Jawa Tengah. Universitas Airlangga. Surabaya Utari, Sri. 2016. Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada Produksi Surimi Beku Ikan Kurisi (Nemipterus Nematophorus) di PT. Bintang Karya Laut Rembang, Jawa Tengah. Surabaya: Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Lampiran 1 Denah Dapur
Keterangan: 1. Tempat cuci dan pemilihan bahan masuk
pengolahan makan sehat 10. Ruang pengolahan makanan non sehat 11. Ruang susu 12. Ruang pemorsian
2. Gudang kering
13. Ruang distribusi
3. Gudang basah
14. Ruang Jangum
4. Tempat penerimaan bahan 5. Meja
15. Tempat cuci alat masak dan alat makan
pencatatan/administrasi 6. Ruang ganti
16. Kamar mandi
7. Ruang persiapan
17. Gudang alat
8. Tempat cuci bahan makanan 9. Ruang
18. Ruang simpan gas Lampiran 2 Proses Penerimaan
Lampiran 3 Proses Penerimaan
Lampiran 4 Proses Penyimpanan
Lampiran 5 Proses Persiapan
Lampiran 6 Proses Pengolahan
Lampiran 7 Proses Pengemasan
Lampiran 8 Proses Distribusi