Hernia Inkarserata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1.



IDENTITAS Nama



: Tn. D



Usia



: 65 tahun



Pekerjaan



: Tukang bangunan dan tukang parkir



Alamat



: Sidotopo, Surabaya



Tanggal MRS : Kamis/13 September 2018 2.



ANAMNESIS  Keluhan Utama: Nyeri perut  Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke IGD RSUD Soewandhie Surabaya dengan keluhan nyeri perut sejak kemarin malam. Nyeri terasa seperti sebah, nyeri terasa pada bagian perut bawah. Nyeri terasa hilang timbul. Pasien tidak bisa kentut dan BAB sejak semalam. BAB terakhir hari Senin (3 hari yang lalu). Biasanya pasien BAB setiap hari 1 kali, setiap pagi. Pasien tidak ada gangguan BAK. Benjolan tidak terasa nyeri ketika pasien BAK. Pasien juga mengeluhkan mual muntah sejak 2 hari lalu. Muntah bisa sampai 5x sehari. Setiap kali muntah bisa sampai 1 gelas aqua lebih. Pasien juga mengeluh muntah tiap kali makan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan muncul benjolan pada buah zakar sejak tadi malam, mendadak. Benjolan terasa nyeri ketika pasien berjalan. Benjolan tidak bisa mengecil. Sebelumnya tidak ada benjolan. Pasien mengatakan pekerjaannya mengangkatangkat barang yang tidak seberapa berat, namun pasien tidak bekerja sejak 2 hari lalu. Pasien tidak demam dan tidak batuk.  Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat konstipasi sebelumnya (-), riwayat bowel habit changes (-), riwayat kanker (-), DM (-), HT (-), asma (-)  Riwayat Penyakit Keluarga: Gejala yang sama (-), DM (-), HT (-), asma (-)  Riwayat Pengobatan: Belum pernah minum obat  Riwayat Alergi: Tidak ada



3.



PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : lemah



Tinggi Badan : 160cm



Kesadaran : compos mentis



Berat Badan : 75kg



 Tanda-tanda vital  Tekanan darah : 130/80mmHg  Suhu : 36,8oC  Frekuensi pernafasan : 18x/menit  Skala nyeri : 3  Nadi : 88x/menit regular, kuat angkat  Kepala dan leher: A/I/C/D : -/-/-/-, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)  Thorax: Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-) Pulmo : vesikuler/vesikuler, rhonki -/- wheezing -/ Abdomen: Distended (+), BU (+) meningkat, defans muscular (-), nyeri tekan  Ekstremitas: Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, - -



- - - - + + +



edema



-



 Genitalia: Tampak skrotum kiri membesar, ukuran ±20x10cm, tampak sedikit kemerahan, tidak hangat, tidak nyeri. Terdengar bising usus yang meningkat di skrotum kiri. 4.



DIAGNOSA AWAL  Diagnosa Kerja: Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata  Diagnosa Banding: Tumor testis, orkitis



5.



PEMERIKSAAN PENUNJANG  Laboratorium tanggal 26/4/2018 Leukosit Eritrosit



16,31 6,34



N: 3,8-10,6 N: 4,4-5,90



APTT HBsAg



25,4 Non Reaktif



N: 25,0-38,4 N: Non



Trombosit



312



N: 84-96



Anti HIV



Non Reaktif



Reaktif N:



PPT



13,8



N: 28-34



Reaktif



Non



6.



RESUME Tn. S datang ke IGD RSIJS dengan keluhan nyeri perut sejak hari Selasa (2 hari



yang lalu). Nyeri dirasakan pada bagian bawah perut. Pasien juga mengeluhkan mual muntah sejak hari Selasa (2 hari yang lalu). Muntah bisa sampai 5x sehari dengan jumlah ±1 gelas aqua. Muntah tiap kali makan dan minum, tapi pasien masih bisa minum. Pasien juga mengeluhkan tidak bisa kentut dan BAB sejak kemarin. BAB terakhir hari Senin. Biasanya BAB setiap hari satu kali, setiap pagi. BAK tidak ada keluhan. Pasien mengeluhkan muncul benjolan pada buah zakarnya sejak semalam mendadak, sebelumnya tidak ada benjolan. Pasien baru pertama kali seperti ini. Benjolan terasa nyeri ketika pasien berdiri, berkurang ketika pasien berbaring. Benjolan tidak dapat masuk kembali. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat konstipasi, kanker, maupun bowel habit changes. Benjolan tidak nyeri ketika pasien BAK. Pasien adalah seorang wiraswasta yang kesehariannya mengangkat barang berat. Pada pemeriksaan didapatkan distensi abdomen, bising usus meningkat. Pada pemeriksaan genitalia, skrotum kiri tampak membesar, ukuran ±20x10cm, tampak sedikit kemerahan, tidak hangat, tidak nyeri. Terdengar bising usus yang meningkat di skrotum kiri. 7.



DIAGNOSA AKHIR Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata



8.



PLANNING  Diagnostik:  Terapi: Pro CITO Herniotomy + Hernioraphy MESH Sinistra IVFD RL 20 tpm Injeksi Anbacin 3x1gr Injeksi Dextofen 2x20mg Injeksi ondansetron 2x4mg Injeksi Fiopraz 1x40mg Pasang kateter nomor 16



Puasa Konsul anestesi



puasa, informed consent, RL 100cc/jam



 Monitoring: Keluhan, tanda-tanda vital.  Edukasi: Penyakit yang dialami pasien terjadi karena kelemahan otot perut, sehingga usus bisa keluar hingga ke buah zakar. Ini mungkin bisa terjadi karena pasien sering mengangkat barang berat. Benjolan di buah zakar itu berisi usus yang terjepit, sehingga usus tersebut harus segera dikembalikan seperti kondisi awal agar usus tidak mati terjepit. Jadi dibutuhkan operasi segera. Operasi dilakukan untuk menghindari komplikasi yang lebih parah, namun tidak mencegah berulang kembalinya penyakit ini. Jadi bapak harus mengubah kebiasaan bapak yang sering mengangkat barang berat.



LAPORAN OPERASI (26/4/2018) Diagnosa Pra Bedah



: Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata



Diagnosa Pasca Bedah : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata Jenis Operasi



: Herniotomy + Hernioraphy MESH Sinistra



Operator



: dr. Aditya Bhayusakti., Sp.B



Instrumentor



: Subeki



Anestesist



: dr. Reyza, Sp.An



Asisten I



: Denny



Jenis Anestesi



: SAB mulai 11.15, berhenti 12.30



Golongan Operasi



: Besar



Macam Operasi



: Bersih Kontaminasi



Urgensi Operasi



: Darurat



Persiapan Operasi



: Informed consent, infus RL, injeksi antibiotik profilaksis



Posisi Pasien



: Terlentang dengan SAB



Desinfeksi



: Betadine, draping dengan doek steril



Insisi Kulit dan Pembukaan Lapangan Operasi : Insisi diatas tumor, cari cincin hernia, diptong cincin hernianya yang terjepit, evaluasi, usus viable (peristaltik (+), edema berkurang, perforasi (-)) Pendapatan pada Operasi : Insisi diatas tumor, cari cincin hernia, diptong cincin hernianya yang terjepit, evaluasi, usus viable (peristaltik (+), edema berkurang, perforasi (-)) Apa yang Dikerjakan : Herniotomy + Hernioraphy MESH Sinistra Penutupan Lapangan Operasi dan Kulit : Rawat Perdarahan, tutup lapangan operasi, selesai Komplikasi



:-



Perdarahan



: ±50cc



Deskripsi jaringan/organ yang dieksisi dan diapakn jar/organ itu : kantong hernia Lain-lain yang perlu



:-



Kesimpulan



: Operasi berjalan lancar dan baik



Follow Up (Jumat/27 April 2018) Subjektif Pasien sudah kentut, sudah BAB, nyeri punggung belakang dan kaku pada bekas operasi. Makan minum mau. Objektif Keadaan umum : lemah



Tinggi Badan : 160cm



Kesadaran : compos mentis



Berat Badan : 75kg



 Tanda-tanda vital  Tekanan darah : 120/70mmHg  Suhu : 36,7oC  Frekuensi pernafasan : 20x/menit  Skala nyeri : 1  Nadi : 84x/menit regular, kuat angkat  Kepala dan leher: A/I/C/D : -/-/-/-, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)  Thorax: Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-) Pulmo : vesikuler/vesikuler, rhonki -/- wheezing -/ Abdomen: Datar, luka bekas operasi tertutup perban, kering, tidak merembes, BU (+) lemah, soefl, nyeri tekan bekas operasi.  Ekstremitas: Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, -



-



edema



Balans cairan : cairan masuk : 1900cc, cairan keluar 650cc Assessment Post op Herniotomy + Hernioraphy MESH Sinistra hari ke-1 et causa Hernia Inguinal Lateralis Sinistra Inkarserata Planning Diagnostik :  Terapi :  Inf. RL 21 tpm  Injeksi Anbacin 3x1gr



 Injeksi Dextofen 2x20mg  Injeksi ondansetron 2x4mg  Injeksi Fiopraz 1x40mg  Diet nasi tim TKTP  Latihan duduk  Terpasang kateter Monitoring : Tanda-tanda vital, tanda akut abdomen, tanda perdarahan post op Edukasi : Latihan duduk



Follow Up (Sabtu/28 April 2018) Subjektif Pasien mengeluhkan nyeri punggung belakang dan kaku pada bekas operasi. Makan minum mau. Objektif Keadaan umum : lemah



Tinggi Badan : 160cm



Kesadaran : compos mentis



Berat Badan : 75kg



 Tanda-tanda vital  Tekanan darah : 120/80mmHg  Suhu : 36,9oC  Frekuensi pernafasan : 20x/menit  Skala nyeri : 1  Nadi : 84x/menit regular, kuat angkat  Kepala dan leher: A/I/C/D : -/-/-/-, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)  Thorax: Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-) Pulmo : vesikuler/vesikuler, rhonki -/- wheezing -/ Abdomen: Datar, luka bekas operasi tertutup perban, kering, tidak merembes, BU (+) normal, soefl, nyeri tekan bekas operasi.  Ekstremitas: Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, -



-



edema



Balans cairan : cairan masuk : 2300cc, cairan keluar 2450cc Assessment Post op Herniotomy + Hernioraphy MESH Sinistra hari ke-2 et causa Hernia Inguinal Lateralis Sinistra Inkarserata Planning Diagnostik :  Terapi :  Inf. RL 21 tpm  Injeksi Anbacin 3x1gr  Injeksi Dextofen 2x20mg



 Injeksi ondansetron 2x4mg  Injeksi Fiopraz 1x40mg  Diet nasi tim TKTP  Latihan duduk Monitoring : Tanda-tanda vital, tanda akut abdomen, tanda perdarahan post op Edukasi : Latihan duduk



Follow Up (Minggu/29 April 2018) Subjektif Pasien mengeluhkan nyeri punggung belakang dan kaku pada bekas operasi. Makan minum mau. Objektif Keadaan umum : lemah



Tinggi Badan : 160cm



Kesadaran : compos mentis



Berat Badan : 75kg



 Tanda-tanda vital  Tekanan darah : 120/90mmHg  Suhu : 36,9oC  Frekuensi pernafasan : 20x/menit  Skala nyeri : 1  Nadi : 88x/menit regular, kuat angkat  Kepala dan leher: A/I/C/D : -/-/-/-, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)  Thorax: Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-) Pulmo : vesikuler/vesikuler, rhonki -/- wheezing -/ Abdomen: Datar, luka bekas operasi tertutup perban, kering, tidak merembes, BU (+) normal, soefl, nyeri tekan bekas operasi.  Ekstremitas: Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, -



-



edema



Assessment Post op Herniotomy + Hernioraphy MESH Sinistra hari ke-3 et causa Hernia Inguinal Lateralis Sinistra Inkarserata Planning Pasien KRS, terapi oral :  Sporetik 2x100mg  Sincronik 2x1



TINJAUAN PUSTAKA 1.1. DEFINISI Hernia



merupakan



penonjolan



abnormal



sebagian



atau



seluruh



organ



intraabdominal melalui lubang atau defek dinding abdomen, yang dilapisis oleh peritoneum. 1 Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. 1 1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI DINDING PERUT Dinding perut terdiri atas beberapa lapis, yaitu lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis, lemak subkutan, dan fasia superfisial, kemudian ketiga otot dinding perut yaitu otot oblikus eksternus abdominis, oblikus internus abdominis dan transversus abdominis dan lapisan praperitoneum serta peritoneum yang terdiri atas fasia transversalis, lemak praperitoneum, dan peritoneum. Otot dibagian depan tengah terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya yang dipisahkan oleh linea alba pada garis tengah. Linea alba merupakan pita fibrosa yang berjalan vertikal dan terbentang dari simfisis pubis sampai ke processus xiphoideus dan terletak di garis tengah. 1,2 Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Integritas lapisan muskuloaponeurosis dinding perut sangat penting untuk mencegah terjadinya hernia bawaan, dapatan maupun iatrogenik. Otot dinding perut juga berfungsi dalam pernapasan, proses berkemih, dalam proses serta sewaktu buang air besar dengan meningkatkan tekanan intrabdomen. Dinding abdomen dilapisi oleh peritoneum parietale yang merupakan membran serosa tipis yang terdiri atas selapis mesotel yang terletak pada jaringan ikat dan melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga pelvis. Peritoneum dibagi dua : 1) Peritoneum pars parietal, yang melapisi dinding internal abdominal serta mendapat suplai neurovaskular dari regio dinding yang dilapisinya. 2) Peritoneum pars visceral, yang melapisi organ intraperitoneal dan mendapat suplai neurovaskular dari organ yang ditutupinya. 1,2 Organ peritoneal adalah organ yang ditutupi oleh peritoneum pars visceral, diantaranya : hati, spleen, gaster, duodenum pars bulbosa, jejunum, ileum, kolon



transversum, kolon sigmoid, rektum pars superior. Organ retroperitoneal terdiri dari ginjal, Kelenjar adrenal, pankreas, sisa duodenum, kolon ascenden dan descenden. 1,2



1.3. ETIOLOGI Herniasi akan terjadi ketika tekanan intraabdominal meningkat degan cepat dan berulang seperti pada : 1,3 -



Batuk kronis



-



Mengejan saat defekasi (konstipasi)



-



Obstruksi uretra (BPH, striktur uretra, stenosis uretra)



-



Kehamilan dan persalinan



-



Vomitus



-



Aktivitas fisik hebat



-



Asites



-



Kelemahan otot dinding abdomen (obesitas, kakeksia)



1.4. KLASIFIKASI Secara umum, hernia dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi: 1,3 



Hernia responibilis : Bila isi hernia dapat keluar masuk usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau duduk masuk tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.







Hernia irreponibilis : Bila isi hernia berada didalam kantong hernia dan terjepit cincin hernia sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen.







Hernia inkarserata atau strangula: Bila isi hernia berada didalam kantong hernia dan terjepit cincin hernia sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen, dapat disertai gangren pasase akibat peredaran darah terganggu.



1.4.1. Hernia Inguinalis Direk (Medialis) Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior, karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus abdominis) yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong hernia lebar. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan otot dinding abdomen.1 1.4.2. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis) Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus. Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus. Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum



sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia inguinalis indirek (lateralis) merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga mempunyai penyebab kongenital. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Usia Kelamin Lokasi Thumb test Finger test Zieman test Strangulasi



Hernia Inguinalis indirekta Semua umur Terutama pria Diatas ligamentum ingunale Tidak keluar benjolan Tonjolan pada ujung jari Dorongan pada jari II Sering



Hernia Inguinalis direkta Orang tua Pria dan wanita Diatas ligamentum ingunale Keluar benjolan Tonjolan pada sisi jari Dorongan pada jari III Jarang



1.5. PATOFISIOLOGI Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada lakilaki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong



hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.1 1.6. MANIFESTASI KLINIS Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar. Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada vunikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis



kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, disebut hernia inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu, anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus disebut hernia labialis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan yang jelas di sebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui anulus eksternus. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. 1 1.7. DIAGNOSIS BANDING  Hernia femoralis  Limfadenitis  Varikokel  Tumor testis, orkitis  Torsio testis  Abses inguinal 1.8. TATALAKSANA 1.8.1. Konservatif



 Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.  Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.  Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam. 1.8.2. Operatif  Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.  Herniotomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat, lalu dipotong.  Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal. Prosedur operasi dapat dilakukan dengan :  Tanpa menggunakan mesh : Prosedur bassini (penjahitan konjoin tendon dengan



ligamentum inguinalis), Halsted (menempatkan muskulus



oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara Bassini), Shouldice.  Menggunakan mesh : Prosedur tension free dari Lichtenstein. 1.9. KOMPLIKASI  Inkarserata (mengganggu pasase usus) : hernia tercekik, gejala obstruksi usus yang sederhana dan gangguan elektrolit, keseimbangan cairan dan asam basa  Strangulasi (mengganggu vaskularisasi) : penjepitan vena pada awalnya (edema dan transudasi ke dala kantong hernia. Edema menyebabkan jepitan cincin hernia bertmbah sehingga peredaran darah jaringan terganggu).



Gejalanya lebih toksis, suhu tubuh meninggi dan leukositosis serta nyeri hebat di tempat hernia  Isi hernia nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serrosanginus.



1.10. PROGNOSIS Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia, serta pada kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang terkait dengan perkembangan hernia. Sebagai aturan, prognosisnya baik dengan diagnosis tepat waktu dan perbaikan. Morbiditas biasanya sekunder baik untuk hilang diagnosis hernia atau komplikasi yang berhubungan dengan manajemen penyakit. Prognosis hernia inguinalis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi.



PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka, nyeri perut, mual dan muntah yang terjadi pada Tn.S terjadi akibat hambatan pasase usus. Sedangkan benjolan yang muncul pada skrotum Tn. S merupakan penonjolan abnormal sebagian organ intraabdominal melalui lubang atau defek dinding abdomen yang dilapisi peritoneum atau disebut juga sebagai hernia. Herniasi pada Tn. S diduga terjadi akibat aktivitas fisik yang hebat dan juga kelemahan otot dinding abdomen, karena pasien tidak memiliki keluhan seperti batuk kronis, konstipasi, keluhan buang air kecil (BPH), dan asites. Distensi abdomen pada Tn. S terjadi akibat akumulasi gas dan cairan sehingga tekanan intraluminal dan intramural meningkat. Bila tekanan terus meningkat maka perfusi usus. Hernia yang terjadi pada Tn. S merupakan hernia ingunalis lateralis atau disebut juga sebagai hernia skrotalis karena hernia keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis hingga menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus dan berlanjut hingga tonjolan sampai ke skrotum. Hernia yang terjadi pada Tn. S merupakan hernia inkarserata, sehingga dipilihlah tindakan operatif untuk membebaskan isi kantong hernia, dibebaskan dari perlekatan dan kemudian direposisi, lalu menutup celah yang terbuka. Tindakan ini disebut sebagai herniotomi dan hernioraphy. Untuk mencegah terulang kembalinya hernia, Tn. S diedukasi untuk mengurangi aktivitas fisiknya yang sering mengangkat barang berat karena hal tersebut dapat memicu munculnya hernia. Prognosis baik karena diagnosis dan tindakan perbaikan tepat waktu. Selain itu tergantung pada Tn. S agar dapat mengurangi faktor risikonya yaitu mengangkat barang berat untuk mencegah munculnya hernia kembali.



DAFTAR PUSTAKA 1.



Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2014.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Vol 2 Jakarta : EGC p: 636-649



2.



Snell, R.S. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto, Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. Halaman: 147– 200.



3.



Karnadihardja, W. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi ke 2: Jakarta; 2004. Hal. 519-540.



4.



Shochat Stephen. Hernia Inguinalis. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin (ed). Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol. 2 ed.15. Jakarta: 2000. Halaman:1372-1375