Intervensi Individu Kelompok Dan Komunit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Intervensi Individu, Kelompok, dan Komunitas Intervensi merupakan suatu metode untuk mengubah perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang (Slamet & Markam, 2003). Intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar hasil asesmen untuk mengubah keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang menuju kepada perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha preventif maupun kuratif. Intervensi dalam bidang psikologi dapat berbentuk intervensi individual, intervensi kelompok, intervensi komunitas, intervensi organisasi maupun sistem (Himpsi, 2010). 1.



Intervensi Individual Intervensi individual merupakan terapi yang berfokus pada hubungan interpersonal.



Intervensi individual terbatas pada interaksi dua orang antara klien dan terapis. Sedangkan intervensi kelompok memungkinkan jaringan hubungan yang jauh lebih kompleks untuk berkembang (Pomerantz, 2013). Intervensi individual merupakan kegiatan psikoterapi yang melibatkan seorang ahli terapi yang menjadi penolong bagi kliennnya yang mengalami masalah, tingkah laku, kualitas hidup dan lain-lain. Psikoterapi individual digunakan untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan melibatkan interaksi antara seorang ahli terapi dan klien. 2.



Intervensi Kelompok Fithriyah dan Jauhar (2014) mengemukakan bahwa intervensi kelompok merupakan terapi



yang diberikan kepada individu yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat yang kemudian ditempatkan kedalam kelompok yang dibimbing oleh ahli terapi yang sudah terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalam menjalani perubahan kepribadian. Terapi kelompok merupakan salah satu aplikasi prinsip yang berdasarkan terapeutik ke dalam satu individu atau lebih secara bersamaan untuk mengklarifikasi konflik psikologi mereka sehingga mereka dapat hidup dengan normal. Kelompok psikoterapi adalah suatu bentuk aktivitas dengan tujun untuk mengatasi masalah-masalah atau kekacauan pribadi para anggota, misalnya keluarga (Mappiare, 2010). Kebanyakan bentuk intervensi kelompok sangat menekankan interaksi interpersonal. Artinya, kebanyakan bentuk intervensi kelompok memanfaatkan fakta bahwa pengalaman intervensi kelompok itu sendiri didasarkan pada interaksi dengan orang lain. Didalam intervensi kelompok seorang klien membentuk hubungan bukan hanya dengan seorang terapis tetapi juga dengan orang lain yang ada di dalam ruang intervensi. Jadi intervensi kelompok melibatkan respon interpersonal yang lebih besar.



Intervensi kelompok memahami gangguan dalam relasi interpersonal dan mengurangi gangguan yang dialami dalam setting kelompok. Anggota intervensi kelompok biasanya berkisar dari 5 sampai 10 anggota, keunggulan intervensi kelompok dibandingkan dengan intervensi individual ialah bahwa anggota kelompok dianggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan lebih baik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin perbaikan hubungan interpersonal (Slamet & Markam, 2003). Untuk menentukan kecocokan pasien dalam psikoterapi kelompok, ahli terapi memerlukan sejumlah besar informasi yang diperoleh dari wawancara. Kekuatan utama terapi kelompok jika dibandingkan dengan terapi individual, yaitu (a) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien, dan (b) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respons psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi (Fithriyah & Jauhar, 2014). a. Kelompok yang heterogen: Kelompok harus seheterogen mungkin untuk menjamin interaksi maksimal. Kelompok harus terdiri dari anggota yang berasal dari kategori diagnostik yang berbeda dan pola perilaku yang berlainan dari semua ras, tingkat sosial, dan latar belakang pendidikan, termasuk usia dan jenis kelamin. b. Kelompok terbuka dan tertutup: Kelompok anggota terbuka memungkinkan para anggota untuk bisa masuk atau keluar dari kelompok kapan saja. Pada kelompok anggota tertutup, semua anggota kelompok memulai dan mengakhiri terapi bersama-sama tanpa penambahan anggota baru dalam prosesnya. Di dalam kelompok ini, kohesivitas lebih mudah dibangun dan dipertahankan dibandingkan kelompok terbuka karena stabilitas keanggotaannya. c. Faktor-faktor terapeutik dalam terapi kelompok Yalom (Pomerantz, 2013) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor terapeutik spesifik yang bermanfaat bagi klien, di antaranya: -



Universalitas Klien dengan masalah psikologis percaya bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki masalah yang sama dengannya. Mereka tidak menyadari persamaan masalah, gejala dan diagnosis mereka. Klien akan merasa sangat gembira jika dalam kelompok terapi menemukan masalah-masalah yang serupa dengan masalah yang dimilikinya.



-



Kohesivitas kelompok Kohesivitas kelompok mengacu pada perasaan saling terhubung antara masing-masing anggota kelompok yang ditandai oleh perasaan kehangatan, kepercayaan, penerimaan, rasa memiliki dan nilai di antara masing-masing anggota kelompok.



-



Pembelajaran interpersonal Belajar dari pengalaman interpersonal di dalam kelompok adalah hal yang paling penting dari terapi kelompok. Terapi kelompok menganggap bahwa masalah interpersonal merupakan hal yang paling pertama menjelaskan alasan klien untuk melakukan terapi, dan kecenderungan interpersonal yang sama akan tampak di dalam kelompok, serta pelajaran yang diperoleh melalui interaksi dengan sesama anggota kelompok akan diterapkan ke kehidupan klien di luar kelompok terapi.



-



Mikrokosmos sosial Selama terapi kelompok berlangsung kelompok menjadi mikrokosmos sosial untuk setiap anggota di mana kecenderungan hubungan yang mengkarakteristikkan hubungan klien dengan orang-orang penting dalam kehidupan pribadi mereka akan mengkarakterisasikan hubungan yang mereka bentuk dengan sesama anggota kelompok.



-



Disini dan saat ini Karena kelompok berfungsi sebagai sebuah mikrokosmos sosial, maka salah satu tugas bagi terapis kelompok adalah terus melakukan penekanan terhadap cara anggota kelompok berhubungan satu sama lain di dalam konteks kelompok.



3.



Intervensi Komunitas Psikologi komunitas merupakan pendekatan terhadap kesehatan  mental yang menekankan



pada peran daya lingkungan dalam menciptakan dan mengurangi masalah. Psikologi komunitas termasuk dalam bagian dari psikologi sosial (Slamet & Markam, 2003). Intervensi pada tingkat komunitas akan mendukung proses terapeutik bagi individu dan keluarga, dan sebaliknya, intervensi individual dan keluarga akan mendukung keberhasilan proses rekonstruksi komunitas (Prawitasari, 2012). Terapi komunitas menggunakan pendekatan psychoeducational, memberikan pendidikan, pelatihan keterampilan-bangunan, dan dukungan untuk mereka yang beresiko atau sudah mengalami. Bloom (Slamet & Markam, 2003) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan antara layanan psikologi tradisional dengan layanan pendekatan kesehatan mental komunitas. Pendekatan kesehatan mental komunitas menekankan pada: -



Intervensi dalam komunitas



-



Intervensi dilakukan dalam populasi terbatas, misalnya high-risk population



-



Penekanan pada pencegahan



-



Promosi pelayanan tak langsung, seperti mengadakan konsultasi dan pelatihan



-



Pelaksanaan oleh ahli dari berbagai bidang ilmu dan awam



Terdapat dua konsep yang sangat melekat pada pendekatan psikologi komunitas, yaitu pencegahan dan pemberdayaan. Pencegahan gangguan jiwa bertujuan untuk menghemat biaya perawatan penderita. Pemberdayaan manusia dalam masyarakat bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit jiwa (Slamet & Markam, 2003). a. Pencegahan Terdapat tiga jenis pencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya melawan keadaan yang memungkinkan timbulnya gangguan sebelum gangguan itu terjadi. Pencegahan sekunder adalah usaha diagnosis dini terhadap suatu keadaan yang bertujuan agar dapat dilakukan terapi pada tahap dini atau tahap awal gangguan. Pencegahan tersier adalah upaya rehabilitasi terhadap orang-orang yang memerlukan penyesuaian kembali karena penyakit atau trauma yang pernah dialaminya. Rehabilitasi ini dapat berupa konseling, pelatihan dan lain-lain. b. Pemberdayaan Pemberdayaan adalah upaya mencegah terbentuknya perasaan tak berdaya dan pasrah pada individu atau kelompok individu yang terkena suatu dampak perubahan lingkungan yang merugikan. Slamet dan Markam (2003) mengemukkan terdapat lima metode intervensi dan perubahan, yaitu: -



Konsultasi, yaitu mengajak orang-orang yang mempunyai peran yang besar dalam masyarakat untuk membahas dan membantu mengatasi masalah kesehatan mental masyarakat.



-



Mengadakan layanan masyarakat sebagai pengganti layanan rumah sakit, tempat penitipan sementara bagi penderita gangguan jiwa menahun.



-



Intervensi krisis, misalnya memberi bantuan dan dukungan kepada orang-orang yang dalam keadaan stress akut agar terhindar dari gangguan yang lebih parah dan menahun.



-



Intervensi pada usia dini, adalah yang banyak dilakukan di Indonesia, misalnya program ibu bayi dan balita.



-



Mengembangkan berbagai pelatihan upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan membuat tulisan singkat tentang upaya cepat untuk mengatasi berbagai keadaan darurat psikologis, misalnya mengatasi kecemasan. DAFTAR PUSTAKA Fitriyah, L., & Jauhar, M. (2014). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: Prestasi Pustaka. Himpsi. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Jakarta: Himpsi.



Mappiare, A. (2010). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers. Slamet, S., & Markam. (2003). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: UI Press. Pomerantz, A. M. (2013). Psikologi klinis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prawitasari, J. E. (2012). Psikologi terapan melintas batas disiplin ilmu. Jakarta: Erlangga.