Jurnal Koagulasi-Filtrasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA KOAGULASI - FILTRASI



Oleh Nama



: Wilda Kamila



NIM



: 161810301072



Kelompok/Kelas



: 5/A



Nama Asisten



: Landep Ayuningtias



LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2018



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Pemisahan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan zat



murni dalam suatu campuran. Jenis pemisahan yang diperoleh untuk memisahkan campuran diidasarkan pada wujud, jenis dan komponen penyusun campuran. Koagulasi merupakan proses koloid dan air yang terdestabilisasi karena terdapat pengadukan secara cepat dan penambahan bahan kimia atau koagulan sehingga terbentuk flok. Flokulasi merupakan proses disaat flok yang berukuran kecil bergabung sehingga terbentuk flok yang berukuran lebi besar. Ukuran flok yang besar dapat memungkinkan terjadi pengendapan. Filtrasi merupakan salah satu metode pemisahan antara zat padat dengan fluida berupa gas atau cairan menggunakan media yang memiliki pori (Kusnaedi,2010). Praktikum kali ini sangat penting dilakukan karena penerapannya sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan dari praktikum kali ini salah satunya yaitu pada pengolahan air minum, pabrik kertas, dan pemurnian kristal garam. Proses pengolahan air pada menggunakan metode semacam ini, semula air yang berasal dari pengunungan dilakukan koagulasi dengan menambahkan koagulan yang umumnya berupa tawas maupun kaporit. Teknik filtrasi juga digunakan sebagai tahap akhir untuk memisahkan kotoran yang terdapat pada air sehingga diperoleh air dengan kualitas yang sesuai. Praktikum kali ini dilakukan dengan mengendapkan partikel-partikel yang terdapat pada sampel. Sampel yang digunakan diberikan tiga variasi perlakuan dan satu kontrol, yaitu variasi pada jenis koagulan yang digunakan. Sampel yang dijadikan



kontrol



tidak



dilakukan



penambahan



koagulan



sehingga



hanya



menggunakan sedimentasi larutan. teknik pengadukan yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Hasil yang diperoleh dari koagulasi selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan teknik filtrasi.



1.2



Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut :



1. Bagaimana prinsip koagulasi-filtrasi dan proses penjernihan air menggunakan teknik koagulasi-filtrasi? 2. Bagaimana cara menentukan jenis koagulan yang sesuai dalam proses penjernihan air limbah tertentu?



1.3



Tujuan Percobaan Tujuan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut :



1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip koagulasi-filtrasi dan proses penjernihan air menggunakan teknik koagulasi-filtrasi 2. Menentukan jenis koagulan yang sesuai dalam proses penjernihan air limbah tertentu



BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS) 2.1.1 Akuades (H2 O) Akuades mempunyai rumus molekul H2O. Akuades merupakan cairan tidak berwarna serta tidak berbau. Derajat keasaman (pH) akuades yaitu 7,0 (netral). Titik didih akuades sebesar 100oC sedangkan titik leburnya sebesar 0oC. Akuades memiliki massa jenis sebesar 1,00 gram/cm3. Akuades memiliki berat molekul 18,0134 gram/mol. Akuades tidak berbahaya jika terkena kulit, mata, tertelan maupun terhirup, sehingga tidak ada perlakuan khusus jika terjadi kontak langsung dengan bahan ini (ScienceLab, 2018). 2.1.2 Tawas Tawas memiliki nama kimia Aluminum Potassium Sulfate dengan rumus molekul Al2(SO4)3.12H2O. Tawas memiliki wujud padat, tidak berbau dan berwarna puih. Tawas memiliki titik leleh sebesar 92.5°C (198.5°F), massa jenis sebesar 1.757 g/mL dan densitas uap sebesar 16.4. Tawas berbahaya jika terkena kulit, mata, tertelan dan terhirup. Penanganan jika terkena mata dan kulit segera bilas dengan air mengalir. Penanganan jika tertelan, segera longgarkan pakaian. Penanganan jika terhirup, segera pindahkan ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018). 2.1.3 Besi klorida (FeCl3) Besi klorida mempunyai rumus molekul FeCl3. Bahan ini memiliki wujud padat, tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan tidak berwarna. Bahan ini memiliki berat molekul sebesar 16.21 g/mol, berat jenis sebesar 2 g/mL, dan derajat keasaman (pH) asam (2). Bahan ini memiliki titik leleh 306°C dan titik didih 316°C. Bahan ini larut dalam air panas. Bahan ini berbahaya jika terkena kulit, mata, tertelan dan terhirup. Penanganan jika terkena mata dan kulit segera bilas dengan air mengalir. Penanganan jika tertelan, segera longgarkan pakaian dan jangan dimuntahkan secara



paksa kecuali petunjuk dari tenaga medis. Penanganan jika terhirup, segera pindahkan ke tempat terbuka (Sciencelab,2018). 2.1.4 Kalsium Oksida (CaO) Kalsium oksida mempunyai rumus molekul CaO. Bahan ini memiliki wujud padat yang dapat berbentuk kristal, tidak berbau, tidak berasa dan berwarna putih.. Bahan ini memiliki berat molekul sebesar 56.08 g/mol, berat jenis sebesar 3.33 g/mL dan pH basa (10). Bahan ini memiliki titik leleh sebesar 2572°C dan titik didih sebesar 2850°C. Bahan ini larut dalam air panas, air dingin, metanol, dietil eter, noktanol, asam, gliserol. Penanganan jika terkena mata dan kulit segera bilas dengan air mengalir. Penanganan jika tertelan, segera longgarkan pakaian dan jangan dimuntahkan secara paksa kecuali petunjuk dari tenaga medis. Penanganan jika terhirup, segera pindahkan ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018).



2.2 Dasar Teori 2.2.1 Pemisahan Pemisahan suatu campuran merupakan suatu proses pemurnian atau memisahkan komponen-kompnen penyusun kimia dari suatu senyawa. Proses pemisahan ini dilakukan untuk memperoleh zat murni serta untuk mengetahui kandungan zat pada suatu senyawa. Proses pemisahan terdiri dari dua macam yaitu pemisahan mekanik dan pemisahan kimiawi. Pemisahan mekanik dilakukan tanpa proses penambahan zat-zat kimia, sehingga lebih ekonomis dibandingkan pemisahan secara kimiawi. Pemisahan kimiawi dilakukan dengan penambahan zat kimia seperti koagulan yang membantu proses berjalannya pemisahan menjadi lebih cepat (Wagiman, 2014). Pemisahan secara umum dibagi menjadi dua metode, yaitu sederhana dan kompleks. Pemisahan sederhana merupakan proses pemisahan yang hanya berlangsung satu tahap. Pemisahan kompleks dilakukan dengan beberapa kali tahapan, misalnya penambahan zat, penggunaan suatu alat serta reaksi kimia.



Pemisahan dapat dilakukan dikarenakan perbedaan sifat fisik maupun kimia dari komponen penyusun campurannya. Perbedaan yang mendasari proses pemisahan suatu campuran antara lain titik didih, ukuran partikel, kelarutan, pengendapan, adsorbsi dan difusi (Wagiman, 2014). 2.2.2 Koagulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan. Koagulasi merupakan proses koloid dan air yang terdestabilisasi karena terdapat pengadukan secara cepat dan penambahan bahan kimia atau koagulan sehingga terbentuk flok. Flokulasi merupakan proses disaat flok yang berukuran kecil bergabung sehingga terbentuk flok yang berukuran lebi besar. Ukuran flok yang besar dapat memungkinkan terjadi pengendapan (Kusnaedi,2010). Faktor yang mempengaruhi koagulasi dan flokulasi antara lain suhu, jenis dan kadar koagulan, derajat keasaman, tingkat kekeruhan, ion yang terdapat dalam larutan, dan kecepatan pengadukan. Suhu berpengaruh pada kondisi keasaman suatu larutan atau campuran, sehingga proses koagulasi tidak berjalan dengan efisien. Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh pada proses koagulasi, karena dapat dipilih jenis koagulan yang tepat dengan kondisi campuran yang akan dipisahkan. Tingkat kekeruhan berhubungan dengan proses destabilisasi, dimana pada campuran yang memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, proses destabilisasi akan berlangsung dengan cepat. Jenis dan kadar koagulan yang digunakan sangat berpengaruh, karena kondisi koagulan yang cocok dengan sampel akan menghasilkan pembentukan flok yang optimum. Kadar koagulan yang ditambahkan tinggi menyebabkan proses pembentukan flok menjadi cepat dan banyak. Pengaruh ion terlarut dalam campuran yaitu semakin banyak anion daripada kation menyebabkan proses koagulasi berlangsung degan baik. Pengadukan berfungsi untuk menghomogenkan koagulan dengan sampel sehingga penyebarannya merata. Hal tersebut dapat mempercepat pembentukan flok karena tumbukan antar partikel yang yang meningkat (Manurung, 2012).



Partikel yang terdapat dalam larutan dan menyebabkan keruh bermuatan negatif dan mengalami gaya tolak menolak satu sama lain. Kehadiran ion positif dapat menetralkan muatan listrik dan dapat mengkoagulasi larutan tersebut. Kekuatan ionik dalam larutan rendah, sehingga koloid akan tetap stabil. Partikel koloid yang menyebabkan keruh kemudian menyerap ion positif dan ion negatif, namun lebih banyak menyerap ion positif sehingga terdapat lapisan listrik ganda. Lapisan listrik tersebut antara lian partikel koloid dan larutan yang mengalami beda potensial elektrokinetik serta ion-ion negatif dan positif diluar lapisan ganda yang dapat bergerak bebas. Ion yang dapat menetralkan sehingga dapat mengkoagulasi partikel dalam larutan ini disebut koagulan. Partikel kecil seperti koloid akan melayang diatas. Proses koagulasi akan menyebabkan partikel mengendap menjadi flok-flok yang lebih besar karena penambahan berat molekul partikel (Notodarmojo,2014). 2.2.3



Koagulan Senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menetralkan muatan listrik



sehingga dapat menstabilisasi koloid disebut koagulan. Koagulan dapat menyebabkan koloid bergabung sehingga membentuk flok yang ukurannya lebih besar dan dapat mengendap. Koagulan dapat berupa senyawa organik yaitu polimer serta dapat berupa senyawa nonorganik yaitu garam-garam logam. Polimer merupakan senyawa organik hasil sintesis yang tersusun dari rantai panjang molekul-molekul yang lebih kecil. Koagulan polimer mempunyai muatan juga tidak. Jenis-jenis dari koagulan polimer yaitu kationik (memiliki muatan positif), anionik ( memiliki muatan negatif) dan nonionik (memiliki muatan netral). Koagulan anorganik terdiri dari bahan alam yang mengandung besi dan aluminium (Gebbie,2005). 2.2.4 Filtrasi Filtrasi merupakan salah satu metode pemisahan antara zat padat dengan fluida berupa gas atau cairan menggunakan media yang memiliki pori untuk mereduksi zat padat yang tersuspensi maupun koloid sebanyak-banyaknya. Filtrasi tidak hanya untuk mengurangi zat padat, namun juga dapat menghilangkan sifat fisik larutan



sepeerti bau, warna, rasa serta mengurangi bahkan menghilangkan bakteri (Oxtoby, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses filtrasi antara lain luas permukaan penyaring, perbedaan tekanan pada media filter, tahanan media filter, serta viskositas cairan. Luas permukaan filter berpengaruh karena filtrasi akan berjalan dengan lebih baik apabila luas permukaan filternya semakin besar. Filtrasi berhubungan dengan tekanan, dimana semakin besar tekanan maka tingkat filtrasinya semakin tinggi. Kekentalan atau viskositas dari campuran yang akan dipisahkan berpengaruh karena semakin kecil tingkat kekentalan fluida maka tingkat filtrasinya semakin tinggi (Oxtoby, 2001).



BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 



Gelas beaker 100 ml







Gelas ukur 25 ml







Pengaduk magnetik dan stirer







Corong gelas







pH meter







Kertas saring



3.1.2 Bahan 



Sampel limbah air sabun







Akuades (H2O)







FeCl3 0.1 M







CaO







Tawas



1.2. Skema Kerja Sampel Limbah Air Sabun 2. -



disiapkan sebanyak 4 buah masing-masing 50 ml dalam gelas beaker (3 perlakuan dan 1 kontrol)



-



ditambahkan koagulan FeCl3 0.1 M sebanyak 1 ml pada beaker 1, tawas 1 gram pada beaker 2, CaO 1 gram pada beaker 3



-



diaduk dengan stirer magnetik selama 5 menit dengan kecepatan tinggi dan 5 menit berikutnya dengan kecepatan rendah



-



diamati endapan yang terbentuk dan dibandingkan dengan sampel tanpa perlakuan kemuadian dipisahkan dengan filtrasi



Hasil



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil 4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan No



Koangulan yang



Distirer



Difiltrasi



ditambahakan 1



FeCl3



Endapan Kuning



Jernih (+++)



2



Tawas



Endapan Putih



Jernih (++)



3



CaO



Endapan Putih



Jernih (+)



4



Kontrol



-



Keruh



4.2 Pembahasan Praktikum kali ini tentang koagulasi-filtrasi. Koagulasi-filtrasi merupakan metode pemisahan partikel berdasarkan ukuran partikel pada setiap komponennya. Koagulasi merupakan proses pemisahan dengan penambahan zat kimia berupa koagulan. Filtrasi merupakan proses pemisahan campuran antara zat padat dengan zat cair yang dilewatkan melalui benda berpori. Metode koagulasi-filtrasi pada praktikum kali ini digunakan pada air sabun. Koagulan yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu FeCl3, tawas dan CaO. Masing-masing koagulan tersebut ditambahkan pada air sabun dan terdapat salah satu air sabun yang dijadikan kontrol.. Tujuan penggunaan koagulan yang berbeda-beda tersebut untuk mengetahui keefektifan dari koagulan tersebut. Pemurnian air sabun ini dilakukan dengan dua tahap. Tahapan pertama yaitu koagulasi dan dilanjutkan dengan tahap filtrasi. Perlakuan pertama yaitu sampel dimasukkan kedalam empat beaker gelas masing-masing sebanyak 50 mL. Ketiga koagulan yang digunakan dimasukkan kedalam tiga beaker gelas yang berisi air, sedangkan yang beaker glass terakhir tidak diberikan perlakuan. Air sabun pada gelas beaker nomer empat dijadikan kontrol. Air sabun kontrol ini digunakan untuk



membandingkan hasil pemisahan yang diperoleh dari masing-masing penambahan koagulan. Air sabun merupakan suatu senyawa yang bersifat basa, sehingga tidak perlu ditambah dengan NaOH. Pemilihan jenis koagulan tersebut didasarkan pada sifat sistem yang basa, sehingga digunakan koagulan bersifat asam. Koagulan akan bekerja secara optimum pada pH tertentu. Koagulan mempunyai rentang pH optimum yang berbeda-beda. Misalnya tawas yang merupakan jenis koagulan yang optimum pada pH 6-8. Senyawa asam akan bereaksi dengan senyawa yang bersifat basa, sehingga pemilihan koagulan telah tepat. Berikut gambar yang menunjukkan limbah air sabun.



Gambar 4.1 Limbah air sabun sebelum penambahan koagulan Masing-masing koagulan ditambahkan kedalam beaker glass. Gelas beaker pertama air sabun diberikan koagulan FeCl3, gelas beaker kedua ditambahkan tawas, gelas beaker ketiga ditambah CaO dan gelas beaker keempat tidak diberikan perlakuan sama sekali untuk dijadikan kontrol. Air sabun yang telah ditambahkan koagulan kemudian diaduk secara manual maupun menggunakan distirer magnetik dengan kecepatan tinggi sealama lima menit pertama, kemudian dilanjutkan dengan kecepatan rendah pada lima menit berikutnya. Koagulasi merupakan proses pengendapan partikel dimana terjadi destabilisasi antar partikel koloid yang menyebabkan adanya tumbukan sehingga terjadi pertumbuhan partikel. Air sabun sebagai air limbah memiliki partikel-partikel yang tersuspensi dan koloid. Partikel koloid ini berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dipisahkan secara sedimentasi. Partikel koloid yang terdapat dalam air sabun



memiliki muatan negatif. Gaya yang terjadi pada partikel koloid merupakan gaya tolak menolak antar muatan listriknya yang jauh lebih besar dibandingkan gaya tarik menarik antar partikelnya. Hal tersebut menyebabkan partikel koloid berada dalam kondisi yang stabil. Partikel koloid yang telah stabil tidak dapat mengendap dikarenakan partikelnya sulit bersatu untuk membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar. Kehadiran koagulan berfungsi untuk menetralkan muatan dan mengurangi muatan negatif pada koloid sehingga koloid menjadi tidak stabil. Hal tersebut akan menghasilkan gaya van der walls yang dapat menyebabkan partikel koloid beragregasi serta partikel tersusupensi yang berukuran halus dapat berkumpul dan membentuk flok mikro. Proses flokulasi selanjutnya terjadi karena proses pengadukan. Partikel-partikel flok mikro kemudian bergabung membentuk flok yang lebih besar. Pengadukan yang dilakukan terdiri dari pengadukan dengan kecepatan tinggi dan rendah, hal tersebut dikarenakan pada proses flokulasi ini pengadukan menjadi hal yang sangat penting. Pengadukan dengan kecepatan tinggi agar koagulan yang ditambahkan menyebar dengan cepat sehingga menjadi seragam kesemua larutan. pengadukan cepat akan menyebabkan terjadinya kontak dan tumbukan antar partikel dengan koagulan yang semakin sering terjadi. Pengadukan lambat berfungsi untuk membentuk flok yang berukuran lebih besar. Flok yang berukuran mikro akan berkumpul dengan partikel tersuspensi lainnya sehingga diperoleh flok-flok yang berukuran lebih besar. Proses flokulasi kemudian dilanjutkan dengan mendiamkan beberapa saat agar diperoleh endapan yang lebih banyak. Hasil yang diperoleh dari proses koagulasi-flokulasi pada berbagai koagulan yang ditambahkan sebagai berikut. Air sabun yang ditambahkan dengan larutan FeCl3 menghasilkan endapan yang berwarna orange yang sangat banyak. Endapan ini merupakan partikel koloid yang bermuatan negatif (OH-) yang menyerap kation berupa Fe3+ dari koagulan. Reaksi yang terjadi pada proses pembnetukan flok sebagai berikut.



3OH- (aq) + FeCl3 (aq) → Fe(OH)3 (s) + 3Cl -(aq)...........................(4.1) Sampel air sabun yang ditambahkan dengan koagulan tawas menghasilkan endapan berwarna putih. Endapan tersebut merupakan partikel koloid yang bermuatan negatif (OH-) yang menyerap kation berupa Al3+ dari koagulan. Reaksi yang terjadi pada proses pembnetukan flok sebagai berikut. 3OH- (aq) + Al2(SO4)3(aq) → Al2(OH)3(s) + 3SO42-(aq)...........................(4.2) Sampel air sabun yang ditambahkan dengan koagulan CaO menghasilkan endapan berwarna putih. Endapan tersebut merupakan partikel koloid yang bermuatan negatif (OH-) yang menyerap kation berupa Ca2+ dari koagulan. reaksi yang terjadi sebagai berikut. 2OH-(aq) + CaO(s) → Ca(OH)2(s) + 2O-(aq)...........................(4.3) Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut.



Gambar 4.2 Hasil koagulasi Tahap kedua dilakukan filtrasi, yaitu proses pemisahan yang antara padatan dengan cairan dengan melewatkan campuran pada medium berpori, misalnya kertas saring. Hasi dari proses koagulasi kemudian disaring menggunakan kertas saring sehingga diperoleh filtrat dan residunya. Filttrat yang diperoleh berupa air dan residu berupa padatan hasil koagulasi. Air hasil filtrasi yang diperoleh pada penambahan koagulan FeCl3 sangat jernih. Hal tersebut menandakan bahwa penambahan koagulan menyebabkan partikel-partikel yang terdapat pada limbah air sabun mengendap



secara optimum. hal tersebut dikarenakan koagulan Besi yang memiliki valensi 3 dapat digunakan pada batas range pH yang lebar dan tinggi. Menurut Davis dan Cornwell (1991), kation yang mempunyai valensi tiga atau disebut trivalen merupakan kation yang paling efektif untuk menetralkan muatan listrik koloid. Air hasil filtrasi yang diperoleh pada penambahan koagulan tawas jernih. Tingkat kejernihan dari air yang dihasilkan lebih rendah dari air hasil koagulan FeCl3 , kemungkinan dikarenakan muatan yang terkandung. FeCl3 mengandung muatan sebanyak 3 valensi atau trivalen, sedangkan tawas mengandung muatan bivalen. Tingkat kejernihan air yang paling rendah dihasilkan pada penambahan koagulan CaO. Hal tersebut terjadi karena CaO juga mengandung muatan bivalen. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut.



Gambar 4.3 Hasil filtrasi



BAB 5 PENUTUP



5.1. Kesimpulan Koagulasi-filtrasi dilakukan dengan dua tahap, yaitu koagulasi dengan menambahkan koagulan dan filtrasi dengan melewatkan campuran pada kertas saring. Proses penjernihan air dilakukan dengan menambahkan beberapa koagulan tawas, CaO dan FeCl3 pada limbah air sabun. proses filtrasi kemudian dilakukan setelah terbentuk endapan untuk memisahkan dengan air yang telah jernih. Hasil yang diperoleh menghasilkan koagulan yang paling efektif dan efisien dalam proses penjernihan air adalah FeCl3.



5.2. Saran Saran pada percobaan ini yaitu praktikan harus membaca buku petunjuk terlebih dahulu sebelum memulai praktikum agar saat praktikum dimulai tidak membuang-buang banyak waktu. Praktikan lebih baik menentukan terlebih dahulu variasi dosis koagulan yang akan digunakan. Praktikan lebih baik melakukan pengecekan alat terlebih dahulu sebelum praktikum dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA Gebbie, Peter .2005. A Dummy’s Guide to Coagulants. Bendigo : 68th Annual Water Industry Engineers and Operators, Conference Schweppes Centre,. Wagiman. 2014. Modul Praktikum Pengendalian Limbah Industri Program Studi Strata I Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penerbit Swadaya. Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga. Manurung, Tambak, dkk. 2012. Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) Pada Pengolahan Air Sumur Tercemar Limbah Domestik. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’s. Vol 8, No.1: 37-41. Notodarmojo, Suprihanto, dan Anne Deniva. 2004. Penurunan Zat Organik dan Kekeruhan Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead-End (Studi Kasus : Waduk Saguling, Padalarang). Jurnal Sains & Tek. Vol. 36 A No. 1: 63-82. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Akuades. [Serial Online] .http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321.



[diakses pada



tanggal 11 april 2018]. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Alumunium Sulfate. [Serial Online] . www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922863. [diakses pada tanggal 11 april 2018]. Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Calcium Oxide. [Serial Online] www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927480. [diakses pada tanggal 11 april 2018].



Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Ferric Chloride. [Serial Online] . www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924033. [diakses pada tanggal 11 april 2018].