Karakteristik Perkembangan Nilai Agama Dan Moral [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN AUD PADA ASPEK PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL (2-8) Perkembangan Anak Usia Dini 2 Dosen Pengampu : 1. Dra. Wiwik Haryani, M.Pd 2. Wilda Isna Kartika, S.Pd, M.Pd.



Disusun Oleh Kelompok 5 : Eka Ambar Setya Putri



2105126041



Shofiyyah Nur Fadhillah



2105126048



Sandra Putri Ananda



2105126062



KELAS B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2022



KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Perkembangan Anak Usia Dini 2 dengan judul “KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN AUD PADA ASPEK PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL (2-8)” Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka untuk kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.



Samarinda, 10 September 2022



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................i DAFTAR ISI...............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1 A. Latar Belakang……………………………………………………………1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………...2 C. Tujuan……………………………………………………………………..3 BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3 A. Pengertian Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD……………..3 B. Karakteristik Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD………….4 C. Strategi Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD………………...5 D. Bentuk Perilaku Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD………9 E. Tahapan Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD……………….9 F. Pengembangan Nilai Moral dan Agama AUD………………………...14 G. Penanaman Pendidikan Moralitas pada Nilai Pancasila AUD………16 BAB III PENUTUP..................................................................................................................18 A. Kesimpula………………………………………………………………..18 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, sehingga akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepribadiian yang tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan dan keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga, lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga akan tercipta generasi penerus yang tangguh. Pentingnya nilai agama dan moral bagi anak usia dini. dalam hal ini tentu orang tualah yang paling bertanggung jawab, karena pendidikan yang utama dan pertama adalah pendidikan dalam keluarga. Keluarga tidak hanya sekedar berfungsi sebagai persekutuan sosial, tetapi juga merupakan lembaga pendidikan. oleh sebab itu kedua orang tua bahkan semua orang dewasa   berkewajiban membantu, merawat, membimbing dan mengarahkan anak-anak yang belum dewasa di lingkungannya dalam pertumbuhan dan perkembangan mencapai kedewasaan masing-masing dan dapat membentuk kepribadian, karena pada masa usia dini adalah masa peletakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, moral dan agama. Pengembangan moral agama sangat erat kaitannya dengan budi pekerti, sikap sopan santun, dan kemauan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupansehari-hari. Pembahasan filosofis yang di kemukakan oleh Kilpatrick pendidikan moral akan terus berkembang dengan berbagai pendapat pakar dalam aspek budi pekerti, nilai moral dan keagamaan. (William Kilpatrick, 1993). Lawrence Kholbergh lebih menekankan pendidikan moral diarahkan kepada tahap-tahap pembentukannya, sehingga pendidikan moral di dasarkan untuk membentuk setiap tahap-tahap peserta didik. Disamping tahapan perkembangan moralnya, Lawrence Kholbergh juga menawarkan konsep keadilan sebagai dasar pelaksanaan pendidikan moral di Barat. Prinsip tersebut merupakan suatu kondisi dimana dalam jaringan reaksi social atau suatu hukum yang mengatur keseimbangan semua relasi social tersebut (LawrenceLawrence Khobergh, 2008). Oleh karena itu, Kholbergh memberikan cerita kepada orang-orang yang memiliki umur yang berbeda dan budaya yang menempatkan seseorang dalam posisi dan 1



situasi tertentu yang di konfrontaris dengan masalah moral dalam standar tertentu. Kholbergh kemudian menanyai orang-orang bagaimana mereka akan mengatasi masalah ini dan memberikan alasan serta solusinya. Piaget menyatakan bahwa anak anak berfikir dengan 2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka. Piaget juga mengemukakan bahwa seorang manusia dalam kehidupannya akan mengalami rentangan perkembangan moral yaitu : a) tahap heteronomous yakni cara berfikir anak tentang keadilan peraturan yang bersifat objektif artinya tidak dapat diubah dan tidak dapat di tiadakan oleh manusia. b) dan tahap autonomous yaitu anak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnya menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya (Carpendale, Jeremy Im. Kohlberg and Piaget, 2000). Menurut Kohlberg pengembangan dasar moral anak (≥10 tahun) berada dalam pada fase pra konvensional yang di warnai dengan penalaran moral, anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman dan akibat keburukan tersebut, sesangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan pengindraan dari hukuman. Dan perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan kinginan dan kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain (William C Campbell, Frank J Cavico, Pedro F. Pellet, Bahaudin J. Mubtaja, 2010). Menurut Syaodih menyatakan bahwa perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak usia dini antara lain: anak besikap imitasi (imitation) yakni mulai menirukan sikap, cara pandang serta tingkah laku orang lain, anak bersikap inernalisasi yakni anak sudah mulai bergaul dengan lingkungan sosialnya dan mulai terpengaruh dengan keadaan di lingkungan tersebut, anak bersikap introvert dan ekstrovert yakni reaksi yang ditunjukkan anak berdasarkan pengalaman (Erma Purba, 2013). Menurut John Dewey, tahapan perkembangan moral sesorang berada pada fase pra konvensional yang memiliki karakteristik sikap dan perilaku anak dilandasi oleh implus biologis dan social ( Asti Inawati, 2017). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang didapatkan dari materi ini ialah: 1. Apa pengertian dari perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini? 2. Apa saja karakteristik perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini? 3. Strategi apa saja yang digunakan dalam perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini? 2



4. Bagaimana bentuk perilaku perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini? 5. Apa indikator yang digunakan dalam perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini? 6. Bagaimana cara atau metode yang digunakan untuk pengembangan Nilai Moral dan Agama AUD? C. Tujuan Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui beberapa hal seperti berikut: 1. Mengetahui pengertian dari perkembagan nilai moral dan agama pada anak usia dini. 2. Mengetahui karakteristik perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini. 3. Mengetahui strategi yang digunakan dalam mengembangkan nilai moral dan agama pada anak usia dini. 4. Mengetahui bentuk perilaku perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini. 5. Mengetahui tahapan perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini 6. Mengetahui indikator perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini. 7. Mengetahui cara pengembangan Nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini.



3



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam ajaran Islam telah dijelaskan bagaimana proses pengembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini dapat diterapkan dengan benar. B. Karakteristik Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD Keberagamaan pada anak usia dini berkembang melalui pengalaman dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pengalaman anak yang bersifat keagaaman akan membawa pada sikap, perilaku dan tindakan yang sesuai dengan ajaran agamanya. Sifat dan bentuk pemahaman keagamaan pada anak usia dini, Mansur (Akbar, 2019:56) adalah sebagai berikut: 1. Tidak mendalam (Unreflective), ajaran agama yang diterima dari lingkungan akan dipahami anak sekedarnya. Artinya anak akan merasa puas dengan keterangan yang diberikan meskipun kurang masuk akal. 2. Egosentris, seiring dengan pertumbuhan yang dialami, egosentris pada anak akan semakin meningkat sejalan dengan pengalaman yang diperolehnya. Sehingga, konsep keagamaan dipahami anak berdasarkan kesenangan pribadinya dan menonjolkan kepentingan dirinya. 3. Antrophomorphis, artinya anak memahami konsep ketuhanan seperti manusia. Bagi anak, Tuhan adalah sosok yang memiliki wajah, hidung, tangan dan sebagainya. 4. Verbal dan ritualis, perkembangan keberagamaan anak muncul seiring dengan pembiasaaan yang diberikan kepadanya. Kehidupan beragama pada anak



4



muncul dengan cara menghapal kalimat-kalimat keagamaan serta tuntutan perilaku dari lingkungan. 5. Imitatif, anak melakukan kegiatan keagamaan berdasarkan hal-hal yang dilihatnya di lingkungan kemudian ditiru oleh anak. Contoh ketika orangtua melakukan ibadah anak menirukan gerakan ibadah tersebut sesuai dengan yang dilihatnya. Sifat peniru pada anak menjadi pengaruh yang besar dalam pendidikan keagamaan pada anak usia dini. 6. Rasa heran, sifat keagamaan pada anak adalah rasa heran. Artinya anak merasa kagum pada keindahan sesuatu. Rasa kagum pada anak adalah rasa kagum pada keindahan yang bersifat lahiriah. Sehingga untuk mengembangkan nilai keagamaan pada anak, dapat disalurkan melalui berbagai cara yang menimbulkan rasa kagum pada diri anak, seperti bercerita. Selain itu, rasa keberagamaan pada anak dapat timbul melalui dua hal (Akbar, 2019:57), yaitu: 1. Rasa ketergantungan, manusia memiliki empat keinginan sejak dilahirkan, yaitu keinginan perlindungan, pengalaman baru, mendapatkan tanggapan dan dikenal. Melalui keinginan inilah manusia hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman yang diperoleh dari kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan tersebut, akan terbentuk rasa keagamaan pada diri anak. 2. Insting keagamaan, bayi yang baru lahir telah memiliki insting keagamaan. Namun insting tersebut belum berfungsi dengan matang karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang insting tersebut belum sempurna. Robert W.Crapps (Akbar, 2019:58) menjelaskan proses pendidikan agama pada anak usia dini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Pembinaan pribadi anak Orangtua merupakan pembina pribadi pertama dalam hidup anak. Melalui proses pendidikan orangtua maupun guru dapat melakukan pembinaan pada anak baik melalui pendidikan formal maupun informal. Setiap pengalaman yang diperoleh anak melalui penglihatan, pendengaran, maupun perilaku yang diperoleh anak, akan membentuk pembinaan pribadi pada anak. 2. Perkembangan agama pada anak Pengalaman keagaaman pada anak akan membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya. Pendidikan agama bagi anak usia dini sebaiknya ditanamkan bersamaan dengan pertumbuhan pribadinya, bahkan sejak anak berada dalam kandungan.



5



3. Pembiasaaan pendidikan pada anak Dalam menanamkan sikap terpuji pada anak, tidak cukup bila hanya penjelasan saja, melainkan perlu adanya proses pembiasaan. Pembiasaan dan latihan akan membawa anak pada perilaku yang baik. Agama akan lebih memiliki arti pada anak apabila dijelaskan dengan cara yang lebih dekat pada anak dalam kehidupan sehari-hari dan lebih konkret.



C. Strategi Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi kondisi saat ini sangat memprihatinkan, dimana tanda-tanda kehancuran suatu bangsa yang dirumuskan oleh tokoh pendidikan sudah terlihat pada bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait moral dan nilai-nilai agama. Penelitian ini membahas mengenai moral, karakter, dan bagaimana strategi pengembangan nilai-nilai Agama dan moral sesuai dengan ajaran Islam.Pendidikan merupakan salah satu upaya pelestarian moralitas yang sangat berpengaruh dalam kehidupan suatu bangsa. Kehidupan suatu bangsa membutuhkan pendidikan sebagai salah satu alat untuk mencetak generasi yang bermutu. Pendidikan dalam hal ini tidak bisa terlepas dari peran pendidikan anak usia dini yang memberikan bimbingan dan pengenalan mengenai nilai agama dan moral kepada anak sejak awal masa pertumbuhan. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Islam telah mengajarkan nilainilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi kondisi saat ini sangat memprihatinkan, dimana tanda-tanda kehancuran suatu bangsa sudah terlihat pada bangsa Indonesia. Menurut Dr. Thomas Lickona bahwa ada 5 tanda dari perilaku manusia yang menunjukan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu: 1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) Ketidak jujuran yang membudaya, 3) Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figure pemimpin, 4) Pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan, 5) Meningkatnya kecurigaan dan kebencian Strategi Pengembangan Moral dan Nilai Agama : 1. Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT. Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan mendidik mereka untuk 6



mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan sejak dini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada makhluk-makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang terdekat disekitar mereka. Selain itu, juga perlu diupayakan adanya keterikatan antara mereka dengan yang telah menciptakannya,



pemilik



keagungan,



pemberi



nikmat,



dan



maha



dermawan.Menciptakan rasa cinta kepada Allah juga diikuti oleh mencintai seluruh ciptaannya, termasuk mencintai orang tua, keluarga, dan tetangga. Strategi penanaman nilai-nilai agama dengan mencintai Allah dan segala ciptaannya akan menciptakan seorang anak yang penuh cinta kasih, sehingga perkataan dan perbuatannya menjadi menyenangkan dan tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya. 2. Menciptakan Rasa Aman, perasaan aman dan ketenangan adalah kebutuhan yang mendasar yang selalu didambakan anak. Saat dia sakit dan menangis dia mengharapkan ibunya bangun dan berjaga sepanjang malam untuk berada disampinynya, memberikan kehangatan jika diinginkan (Mursi, 2006: 24). Kebutuhan akan rasa aman tidak hanya dari lingkungan keluarga saja, tetapi sekolah beserta seluruh aparaturnya dan lingkungan tempat tinggal juga memberikan pengaruh dalam menciptakan rasa aman bagi seorang anak. Strategi pengembangan moral dan nilai agama tidak bisa mengesampingkan pentingnya rasa aman bagi seorang anak. Rasa aman ini akan berdampak juga dalam penyerapan nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan oleh orang tua maupaun guru di sekolah. Apabila anak merasa aman dan nyaman di rumah maupun di sekolah maka anak tersebut akan mudah menerima pembelajaran ataupun contoh-contoh positif yang diberikan oleh orang tua atau oleh gurunya Rasa aman berdampak pada proses pembelajaran yang dapat berjalan dengan optimal, sehingga anak dapat berkembang pesat sesuai masa pertumbuhannya. Misalnya saja dalam hal pengaturan waktu tidur. Seorang anak membutuhkan tidur dalam keadaan tenang dan waktu lebih awal. Tidur siang (kira-kira dari pukul 13.0016.00). Jangan menghukum dengan melarang tidur atau mengurangi waktu tidurnya. Jangan mengganggu tidurnya dengan alasan apapun, karena hal ini akan berpengaruh pada jantungnya. Jangan membangunkan anak supaya dia buang air, atau mmbangunkannya ketika sang ayah baru datang atau membangunkannya untuk memarahi atau menegurnya. Waktu tidur yang cukup tidak kurang dari tujuh jam atau lebih dalam sehari semalam.



7



3. Mencium dan Membelai Anak Mencium anak merupakan hal yang yang mampu memenuhi kebutuhan akan rasa kasih sayang. Rasul SAW bersabda yang intinya agar memperbanyak mencium anaknya, karena setiap ciuman adalah satu derajat di surga dan jarak antara derajat satu dengan yang lain adalah lima ratus tahun. Jika seseorang mencium anaknya, maka Allah akan menuliskan untuknya satu kebaikan. Jika menggembirakan anaknya, maka pada hari kiamat Allah akan menggembirakannya. Jika mengajarkan al-Quran maka pada hari kiamat ia akan diberi pakaian dari cahaya sehingga wajah para penghuni surga menjadi terang dan bercahaya (Mansur, 2011: 306). Begitu besar kebaikan yang akan kita dapatkan jika kita memberikan ciuman pada seorang anak. Tidak hanya ciuman saja tetapi belaian juga merupakan bentuk kasih sangat yang sangat diperlukan bagi anak. Kebutuhan akan ciuman dan belaian bagi seorang anak akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang penuh kasih sayang. Hal ini akan berdampak pada tumbuhkan cinta kasih terhadap teman atau saudaranya. 4. Menanamkan Cinta Tanah Air adalah Strategi dalam pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini salah satunya adalah menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini. Cinta tanah air ini dapat diperkenalkan pada anak melalui kegiatan upacara. Dalam kegiatan upacara terdapat bendera merah putih yang harus dihormati. Lagu Garuda Pancasila dan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama pada saat upacara juga menjadi hal yang menarik bagi anak-anak. Slogan Cinta Tanah Air itu asli fatwa dan Jargon dari KH Hasyim Asy'Ari pendiri NU, jargon Cinta Tanah Air ulama Indoensia ini tidak dimiliki ulama-ulama dinegara manapun termasuk Timur Tengah. Cinta tanah Air, adalah bagian dari Iman kepada Allah, Slogan dari Ulama Indonesia tersebut telah terbukti dapat menyatukan bangsa Indonesia pada masa-masa perang kemerdekaan. Oleh karena itu membela bangsa dan segala hal yang terkait dengan cinta tanah air perlu diajarkan pada anak usia dini. Selain melalui upacara bendera di sekolah. Guru atau orang tua juga dapat memperkenalkan rumah adat atau baju adat dari berbagai suku di Indonesia. Walaupun Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan agama tetapi kita tetap satu kesatuan Bangsa Indoneisa. 5. Meneliti dan Mengamati Anak memiliki kecenderungan alami untuk meneliti sehingga dia mendapatkan pengetahuan, kemudian dia kembangkan



8



berdasarkan pengalaman dirinya. Tidak adanya pengalaman dalam beberapa hal dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, karena adanya dorongan untuk selalu mencoba. Dia ingin medengarkan suara kaca apabila dijatuhkan ke lantai, maka dia jatuhkan kaca. Memberikan kepuasaan pada anak untuk mengetahui hal-hal yang ada disekitarnya akan banyak membantunya dalam perkembangan akalnya dan kecintaan kepada apa yang ada di sekelilingnya. 6. Menyentuh dan Mengaktikan Potensi Berfikir Anak Strategi pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir anak melalui cerita atau dongeng. Anak sangat menyukai dongeng atau cerita yang dibacakan oleh guru, orang tua atau orang terdekatnya. Dalam hal ini pilihlah cerita-cerita yang berkaitan dengan cerita kenabian atau orang-orang sholeh. Karena cerita tokoh-tokoh tersebut pasti terdapat nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk anak-anak. Cerita dapat membangkitkan kesadaran serta mempengaruhi jalan pikiran, dan dapat menyumbangkan nilai-nilai positif dalam diri mereka (Rajih, 2008: 186). Cerita atau dongeng akan meningkatkan daya imaginasi seorang anak. Anak akan mengembangkan pikirannya



ketika sedang



dibacakan sebuah cerita. D. Bentuk Perilaku Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingkah laku. Pada perkembangan ini mengajarkan banyak nilainilai positif untuk hidup bermasyarakat. Berikut bentuk perilaku perkembangan nilai



agama



dan



moral



anak



usia



dini



sesuai



Jurnal



Paramurobi.



PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL (STTPA TERCAPAI). 1. Sudah dapat mengucapkan salam dan kata-kata baik. 2. Mengetahui yang mana perilaku baik dan buruk 3. Mulai bisa meniru bacaan doa pendek sesuai agamanya. 4. Sudah mengenal agama yang dianut dan mengetahui hari besar agamanya. 5. Sudah bisa mengerjakan ibadah. 6. Menghormati toleransi beragama 7. Mulai memahami arti kasihan dan kasih sayang kepada sesama manusia. 8. Dapat membiasakan diri berperilaku baik. 9. Memahami bahwa apa yang mereka lakukan akan berpengaruh pada orang lain.



9



E. Tahapan Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD Moral merupakan tata cara, kebiasaan, adat, dan etika yang dimilki seseorang. Lantas apa yang dimaksud dengan perkembangan moral itu sendiri? Perkembangan moral merupakan Perubahan yang berkaitan dengan pikiran, emosional, kebiasaan dan sikap yang dimilki seseorang berdasarkan standar benar atau salahnya perilaku yang ditetapkan dalam kehidupan masyarakat. Teori Psikoanalisa menyebutkan bahwa perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat dan kematangan organic-biologik. Teori ini menyebutkan bahwa seseorang telah mengembangkan aspek moral bila gtelah menginternalisasikan aturan-aturan atau kaidah-kaidah kehidupan di dalam masyarakat dan dapat mengaktualisasikan dalam perilaku yang terus menerus atau dengan kata lain sudah menetap dalam diri seseorang. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal yang mengatur aktivitas seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dalam penyelesaian konflik. Pada usia 4-6 tahun anak mulai menyadari dan mengartikan bahwa sesuatu tingkahlaku ada yang baik dan ada yang tidak baik. Ada beberapa tahap perkembangan moral Anak Usia Dini, menurut seorang ahli yaitu Piaget, Dia mengatakan bahwa tahap cara berfikir anak terhadap moralitas itu berbeda-beda. 1. Tahap Moralitas Heteronom, yaitu anak usia 4-7 tahun Tahap moralitas heteronom, yaitu tahap pertama dari perkembangan moral. Anak berfikir bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa diubah dan dikontrol oleh orang. Anak berfikir bahwa peraturan dibuat oleh orang dewasa dan terdapat pembatasan dalam berperilaku.Pada tahap ini, anak menilai kebenaran atau kebaikan tingkah laku berdasarkan konsekuensinya, bukan niat dari orang yang melakukan. Anak juga percaya bahwa aturan tidak bisa diubah dan diturunkan oleh sebuah otoritas yang berkuasa. Anak berfikir bahwa mereka tidka berhak membuat peraturan sendiri, melainkan dibuatkan aturan oleh orang dewasa. Orang dewasa perlu memberikan kesempatan pada anak untuk membuat peraturan, agar anak menyadari bahwa peraturan berasal dari kesepakatan dan dapat diubah.



10



2. Tahap Moralitas Otonom, yaitu anak usia 7-10 tahun Tahap ini anak berada dalam masa transisi dan menunjukkan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua yaitu moralitas otonom. Anak mulai sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah peraturan, anak akan mempertimbangkan niat dan konsekuensinya. Moralitas akan muncul dengan adanya kerjasama atau hubungan timbal balik antara anak dengan lingkungan dimana akan berada pada masa ini anak percaya bahwa ketika mereka melakukan



pelanggaran,



maka otomatis



mereka akan mendapatkan



hukumannya.Hal ini sering membuat anak merasa khawatir dan takut berbuat salah. Namun ketika anak mulai berfikir secara heteronom, anak mulai menyadari bahwa hukuman terjadi apabila ada bukti dalam melakukan pelanggaran. Seorang ahli lain yaitu Kohlberg juga mengemukakan bahwa cara berfikir anak tentang moral berkembang dalam sebuah tahapan. Kohlberg membagi 3 tingkatan penalaran moral, dan setiap tingkatan dari tingkatan kohlberg memiliki 2 tahapan, yaitu : 1. Moralitas Prakonvensional Pada tingkatan ini, baik dan buruk anak diinterpretasikan dengan reward (imbalan / pujian) atau punishment (hukuman). Dalam tingkatan ini ada dua tahap, yaitu tahap moralitas heteronom dan tahap individualisme. Pada tahap yang pertama (Tahap Moralitas Heteronom), anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, anak berfikir bahwa mereka harus patuh dan takut pada hukuman. Sedangkan pada tahap yang kedua (Tahap Individualisme), anak berfikir bahwa mementingkan diri sendiri adalah hal yagn benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu, anak berfikir apapun yang mereka lakukan harus mendapatkan imbalan atau pertukaran yang setara. Jika dia berbuat baik, maka orang juga harus berbuat baik terhadap dirinya, anak menyesuaikan terhadap sosial untuk memperoleh penghargaan. 2. Moralitas Konvensional Pada tingkatan ini individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya oleh orang tua atau pemerintah. Moralitas atas dasar penyesuaian dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan



11



baik dengan mereka. Pada tingkatan ini ada dua tahapan, yaitu tahap pertama ekspektasi interpersonal, dan tahap kedua moralitas sistem sosial. Pada tahap pertama (Tahap Ekspektasi) Interpersonal anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap orang lain sebaga dasar penilaian



moral.



Seseorang



menyesuaikan



dengan



peraturan



untuk



mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Contoh: mengembalikan krayon ke tempat semula sesudah digunakan (nilai moral tanggungjawab). Pada tahap kedua (Tahap Moralitas Sitem Sosial), penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Seseorang yakin bahwa bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, maka mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari kamanan dan ketidaksetujuan sosial. Contoh; bersama-sama membersihkan kelas, semua anggota kelompok wajib membawa alat kebersihan (nilai moralgotong royong). 3. Moralitas Pascakonvensional Pada tingkatan ini seseorang menyadari adanya jalur moral alternatif, dapat memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang peraturan, dan moralitas didasari pada prinsip-prinsip yang diterima sendiri. Ini mengarah pada moralitas sesungguhnya, tidak perlu disuruh karena merupakan kesadaran dari diri orang tersebut. Tingkatan ini memiliki dua tahap, pertama hak individu, dan tahap kedua prinsip universal. Pada tahap pertama (Hak Individu), individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama. Seseorang menyadari perlunya keluwesan dan adanya modifikasi dan perubahan standar moral apabila itu dapat menguntungkan kelpmpok secara keseluruhan. Contoh: pada awal tahun ajaran, orang tua diperkenankan menunggu anaknya selama kurang lebih satu minggu, setelah itu anak harus berani ditinggal. Pada tahap kedua (Prinsip Universal), seseorang menyesuaikan dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bukan menghindari kecaman sosial. Contoh; anak secara sadar merapikan kamar sendiri segera setelah ia bangun tidur dengan harapan agar kamarnya terlihat selalu dalam keadaan rapi. Untuk itu orangtua mempunyai kewajiban terhadap anak untuk menumbuhkan atau



12



mengembangkan moral anak. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan anak usia dini yaitu, Kerjasama, Disiplin Diri, Gotong Royong, Tanggung Jawab, Kujujuran, dan bersikap sopan. Kemudian pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu seri perbuatan menurut aturan-aturan tertentu dari keadaan semula menuju keadaan yang lebih lengka ataupun yang lebih matang ( mature ). Begitupun perkembangan agama yang terjadi pada seorang akan tentunya berlangsung seara beraturan, tergantung dimana seorang anak tersebut dilahirkan dan dibesarkan. Pada umumnya apabila seorang anak dilahirkan dan dibesarkan akan cenderung lebih dekat dengan Tuhannya atau agamanya walaupun tidka berlaku mutlak ya sobat. Sebaliknya apabila seorang anak dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang “ broken home “ ada kecenderungan akan mengikuti lingkungan keluarganya juga. Adapun tahap perkembangan beragama pada anak melewati beberapa tahapan. Tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Dongeng ( The fairy tale stage ) Tahap yang pertama adalah tingkat dongeng. Hal ini ditandai dengan kesenangan anak –   anak bercerita hal –  hal yang luar biasa seperti kebesaran, kehebatan dan kekuatan Tuhan. Dan pada tahap ini, tidak jarang anak membandingkan Tuhan dengan tokoh – tokoh yang ia kenal seperti batman, power rangers atau tokoh yang lainnya yang menurutnya hebat. 2. Tingkat Kenyataan ( The Realistic Stage ) Tahap yang kedua adalah tingkat kenyataan. Ini tampak dengan mulai pahamnya anak –  anak tentang sosok Tuhan yaag di percayai sebagai sosok yang kuat, serta maha pencipta. Dari sini anak akna menyadari bahwa kepatuhan kepadaNya adalah suatu hal yang lumrah dan mesti  umatNya lakukan. Hal inilah yang menyebabkan mereka bergairah atau semangat mengikuti acara – acara keagaman sesuai dengan agama yang dianutnya. 3. Tingkat Individu ( The Individual Stage ) Tahap yang ketiga adalah tingkat individu. Tanda ini terlihat pada sensitivitas keberagamaan anak. Dan yang paling penting, tahap ini dibagi atau dikategorikan menjadi tiga bagian, antara lain : Konsep ketuhanan yang konvensional dan konsevatif. Seorang anak akan takut kepada kemurkaan Allah, serta adanya ketakutan akan neraka. Sedangkan dibalik itu sobat, orang yang baik akan masuk ke surga yang konon dipercaya semua orang adalah tempat yang paling indah yang akan dihuni oleh orang baik



13



yang beriman kepada Tuhannya. Konsep ketuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan). Pada tahap ini, anak ingin meniru Tuhan dan ingin cederung dekat dengannya. Seorang anak ingin merasakan sentuhan kasih Tuhan dan menampung internalisaasi kekuatan Tuhan. Pada tahap ini, seorang anak akan benar – benar mengadalkan Tuhannya dalam segenap aspek kehidupannya. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik. Tanda ini tampak pada pengakuan mereka akan pentingnya sebuah keadilan. Buruknya perbuatan jahat, selalu tertoreh falam hatinya, sehingga apabila seoranga anak melakukan hal buruk tersebut ia akan merasa gelisah, bingung, sedih, dan juga adanya rasa malu karena sudah melakukan hal tersebut. F. Pengembangan Nilai Moral dan Agama AUD Pengembangan nilai nilai moral dan agama anak dapat dikembangkan melalui metode sebagai berikut : 1. Metode bercerita Metode Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak (Zainab, 2012). 2. Metode bernyanyi Metode Bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesanpesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenal- kan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa(sabiati Amin 2016). 3. Metode bersyair Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak.Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilainilai moral kepada anak. Sajak merupakan 14



metode yang juga dapat membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia ( Arief Armai, 2011) 4. Metode karyawsata Metode ini bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspekperkembangan anak Taman Kanak- kanak. Tema yang sesuai seperti: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan ( Mahyumi Natina, 2012). 5. Metode pembiasaan Metode Pembiasaan terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya ( Ayi Olim, 2010 ). 6. Metode bermain Metode Bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri dan menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini (Rozalena, 2017). 7. Metode outbond Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang me-mungkinkan anak untuk bersatudengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa akan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka (Yunaida, Hana; Rosita, Tita, 2018 ) 8. Metode bermain peran



15



Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan dlam menanamkan nilai nilai moral ke pada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai ksadaran merasakana jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran ( Vivit Risnawati, 2012). 9. Metode diskusi Metode ini adalah metode utuk mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdidskusi tentang tayangan tersebut. Isi diskusinya antara lsin mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyanyangi dan sebaginya ( Sapendi, 2015). Metode keteladanan Menurut Cheppy Cahyono, guru moral ideal adalah yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orangtua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orag lain dalam melakukan refleksi ( Cahyatun Mchsunah, 2017) G. Penanaman Pendidikan Moralitas pada Nilai Pancasila AUD Saat ini berbagai masalah dihadapi dalam dunia penddikan diantaranya masalah moral. Dimana moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Secara kasat mata moral adalah hal-hal dan perilaku manusia yang berhubungan dengan proses sosialisasi baik secara pribadi maupun kelompok, dengan kata lain manusia tidak dapat bersosialisasi dengan baik tanpa memiliki moral yang baik. Penilaian terhadap moral dapat diukur dari kebudayaan masyarakat setempat yang merupakan penanda kualitas diri. Moral merupakan produk dari budaya dan agama, dimana setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan system nilai yang telah terbangun sejak lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pegalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll. Sedangkan pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat setempat. Anggun (2013). Manusia yang bermoral baik, maka akan dipandang sebagai pribadi yang memiliki kualitas baik oleh manusia lainnya. Moral juga dianggap sebagai pedoman hidup bermasyarakat dimana banyak memiliki hokum-hokum dan norma16



norma yang berlaku didalamnya. Pendidikan moral jugdianggap penting, termasuk menurut Sistem Pendidikan Nasional, karena pendidikan moral dapat menekan potensi penyimpangan norma yang berlaku terutama diranah sekolah. Meberikan pendidikan moral dengan menekankan pada akibat yang akan diterima bila seseorang siswa melakukan penyimpangan pada norma yang berlaku baik dilingkunga sekolah maupun masyarakat, dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih memperhitungkan segala tindakan yang akan dilakukannya. Tujuan dalam Penyuluhan ini agar siswa mampu memahami dan dapat memperkecil potensi untuk melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan masalah social baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.Pendidikan di Indonesia memiliki karakter yang yang berlandaskan Pancasila. Setiap aspek dalam karakter tersebut didasari dari kelima sila yang terdapat dalam pancasila. Hal ini dianggap sangat penting bagi bangsa Indonesia karena dapat mebentengi diri dari berbagai fenomena kehidupan yang tak sesuai dengan nilai dan moral. Melalui pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur Pancasila mampu mencetak generasi muda menjadi warga negara yang sadar dan memahami akan Hak dan kewajibannya. Serta memahami ideology secara utuh dan menjadi warga negara Indonesia yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter serta bermoral sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.Usia dini merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan pendidikan moral dan nilai-nilai pancasila. Anak usia dini memiliki rasa ingin tau yang tinggi dan biasanya cenderung bertindak susuai keinginannya sendiri tanpa memperhatikan konsekuensi yang akan ia dapatkan. pentingnya pendidikan moral pancasila ditanamkan sejak dini agar setiap tingkah laku dan perbuatannya dibimbing untuk bisa mengikuti nilai-nilai pancasila secara bertahap. Nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok dalam berfikir dan berbuat, dalam hal ini mengharuskan bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilainilai Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku baik dalam berperilaku hidup dalam masyarakat, berbagsa maupun bernegara. Nilai- nilai Pancasila meliputi; a. Nilai dasar yang berupa nilai yang tetap dan tidak dapat berubah yang rumusannya terdapat dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang berupa nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang sekaligus merupakan hakikat Pancasila. b. Nilai instrumental merupakan arah, kebijakan, strategi, sarana dan upaya yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman.



17



c. Nilai psikis adalah nilai yang dilaksanakan dan dipraktekkan dalam kehidupan konkrit. Nilai-nilai Pancasila perlu ditanamkan pada anak terutama sejak usia dini. Hal ini disebabkan karena usia dini merupakan masa keemasan, dimana pada masa ini perkembangan otak anak berkembang dengan sangat pesat dan pada dasarnya anak usia dini masih lunak dan mudah dibimbing daripada anak yang sudah remaja. Kepribadian anak usia dini masih labil. Mereka sering meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa maupun orang yang sudah tua. Oleh karenanya pada masa ini anak harus benar-benar distimulasi perkembangannya secara maksimal demi masa depannya. Stimulasi dapat diberikan melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penanaman nilai moral menurut Dwi Siswoyo dkk (2005) yaitu: a) Indokrinasi, menutrut Alfi Kohn, dalam Dwi Siswoyo (2005) menyatakan bahwa utuk membantu anak-anak agar tumbuh menjadi dewasa, maka mereka harus ditanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini melalui interaksi baik anatar orang tua dan anak maupun guru dan siswa. Dalam rangka membentuk karakter siswa yang berdasarkan moral pancasila salah satu aspek yang dikembangkan ialah pendidikan nilai. Pendidikan nilai dan moral sejak usia dini diharapkan mampu membentuk siswa untuk mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehingga anak dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan berpengaruh terhadap mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal besosialisasi. Salah satu bidang yang harus ada dalam pendidikan nilai moral adalah penanaman nilai moral nasionalisme. Seperti diketahui bahwa di era globalisasi ini wawasn kebangsaan menjadi sangat penting untuk diberikan kepada anak. Dengan diberikannya wawasan kebangsaan diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang cinta akan bangsa dan tanah airnya. Sebaliknya jika anak-anak tidak dibekali dengan nilai-nilai wawasan kebangsaan yang kuat, di masa mendatang akan sangat rentan dijajah oleh berbagai hal dari luar. Penjajahan ini diantaranya budaya, tingkah laku, dan lain sebagainya. (Gutama, 2005).



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pentingnya nilai agama dan moral bagi anak usia dini. Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Keberagamaan pada anak usia dini biasanya berkembang melalui pengalaman dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pengalaman anak yang bersifat keagaaman akan membawa pada sikap, perilaku dan tindakan yang sesuai dengan ajaran agamanya.



19



DAFTAR PUSTAKA Syamsudin,



Amir.



(2016).



EVALUASI



KETERCAPAIAN



STANDAR



ISI



PERKEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK USIA DINI PADA SEMESTER GASSAL 2016/2017 KB/TK PEDAGOGIA. Jurnal Pendidikan Anak, Vol 5, Edisi 2 https://scholar.google.com/scholar? hl=id&as_sdt=0%2C5&q=indkator+perkembagan+nilai+agama+dan+moral+aud&bt nG=#d=gs_qabs&t=1663085171847&u=%23p%3Daftu1VS8WW0J Anggraini, Wardah. Syafril, Syafrimen. Pengembangan Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini. Nurjanah, Siti. (2018). PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL (STTPA TERCAPAI). Jurnal Paramurobi, Vol 1, No 1 Ardy wiyani, Novan. (2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Gava Media Mansur. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: Bumi Aksara Muhammad Ali Saputra. (2017). Penanaman nilai-nilai agama pada anak usia dini di RA DDI Addariyah kota palopo, Jurnal Al-Qolam, Vol 20, No 2 Ruslan. Dkk. (2020). Penanaman Pendidikan Moralitas Dan Nilai Pancasila Anak Usia Dini Dalam Perkembangan Iptek. Universitas Muhammadiyah Sorong.



20