Kasus 1 Hidrokel, Varikokel, Orkitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS HIDROKEL, VARIKOKEL, ORCHITIS Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepanitraan Klinik Bagian Radiologi Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono



Pembimbing : Kapten CKM (K) dr. Atiek W, Sp.Rad, M.Sc



Disusun oleh : HUDZA RABBANI 1410221034 KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2015



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS HIDROKEL,VARIKOKEL, ORCHITIS



Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas



Bagian Radiologi Rumah Sakit Tk.II dr. Soedjono Magelang Oleh :



HUDZA RABBANI 1410221034



Magelang, November 2015 Telah dibimbing dan disahkan oleh, Dokter pembimbing



Kapten CKM (K) dr. Atiek W, Sp.Rad, M.Sc



KATA PENGANTAR



Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis telah dapat menyelesaikan



penyusunan



laporan



“HIDROKEL,VARIKOKEL,ORCHITIS”.



Journal



Reading



dengan



judul



Laporan journal reading ini dibuat guna memenuhi



salah satu syarat kepaniteraan klinik di bagian Radiologi. Penulis berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat kepada tenaga kesehatan dan instansi.



Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.



dr. Atiek. W, Sp.Rad selaku pembimbing dalam penulisan laporan



2.



Teman-teman satu stase radiologi selama kepaniteraan yang telah memberikan semangat dalam pengerjaan laporan kasus. Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan.



Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan laporan ini.



Magelang, November 2015



Penulis



BAB I PENDAHULUAN Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Insidensi orchitis umumnya ditemukan pada pria prepubertas terutama pasien yang mengalami penyakit gondong. Bakteri yang dapat menyebabkan orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae ,



Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus, bakteri tersebut biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Varikokel,



adalah



dilatasi



abnormal



dari



vena



pada



pleksus



pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41% pria yang mandul menderita varikokel



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS Organ-organ genitalia/reproduksi laki-laki terdiri dari : 1. Organ genitalia interna



 Testis  Epididymis  Funiculus spermaticus  Ductus deferens  Vesicula seminalis beserta salurannya  Ductus ejaculatorius  Prostata  Glandula bulbourethralis 2. Organ genitalia eksterna  Penis  Urethra  Scrotum



Testis (jamak:testes) merupakan organ reproduksi utama (gonad) pada laki-laki, yang menghasilkan spermatozoa; bentuknya oval dan ada sepasang. Kedua testis terletak hampir simetris, digantung oleh funiculus spermaticus dan terbungkus diddalam kantong yang disebut scrotum. Organ yang memproduksi sperma dan cairan semen ini mempunyai saluran keluar yang pada awalnya berkelok-kelok dibelakang testis (disebut Epididymis). Testis akan turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada testis dextra Epididymis berlanjut dengan ductus deferens, yang berjalan ke atas menuju dinding depan abdomen, menembusnya, lalu memasuki rongga abdomen melalui anulus inguinalis



superficialis, canalis inguinalis, dan anulus inguinalis profundus, kemudia berbelok dan berjalan menuju fundus vesica urinariae. Pada fundus vesica urinariae, ductus deferens bersatu dengan ductus excretorius vesiculae seminalis, membentuk ductus ejaculatorius. Selanjutnya, ductus eejaculatorius berjalan menembus prostata sebelum bermuara pada pars prostatica urethrae. Prostata dan glandula bulbourethralis merupakan organ tambahan pada sistem reproduksi laki-laki, sementara penis merupakan organ genitalia eksterna. 1. TESTIS Sebagian testis tertanam disebuah lapisan serosa (disebut tunica vaginalis testis) yang berasal dari peritoneum. Testis dan lapisannya terbungkus didalam sebuah kantung yang disebut scrotum. Organ ini berbentuk oval mirip buah almond dan berukuran 5cm x 3cm x 2,5cm. Didalam tunica vaginalis, testis dibungkus oleh lapisan fibrosa padat yang tidak begitu elastis dan berwarna keputihan (disebut tunica albuginea testis). Sejumlah sekat (septla testis) berjalan dari tunica albuginea menuju bagian dalam testis, membagi testis menjadi beberapa lobulus (lobuli testis). Septula testis berakhir dibelakang, pada sebuah massa fibrosa (mediastinum testis) yang menyatu dengan tunica albuginea. Di dalama lobuli testis, terdapat tubuli seminiferi testis. Mediastinum, septula dan tunica albuginea testis bersama-sama membentuk bangunan yang mengelilingi sejumlah ruang berisi jaringan berwarna coklat muda (parenchyma testis). Parenchyma testis ini dibentuk oleh sekian banyak tubuli seminiferi contorti, yang berkelokkelok dan tubuli seminiferi recti yang lurus di dekat mediastinum testis. . Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok. Didalam mediastinum testis, tubuli seminiferi recti membentuk anyaman mirip jala yang disebut rete testis (rete Halleri). Selanjutnya terdapat sejumlah saluran kecil yang keluar dari rete testis dan memasuki caput epididymidis, disebut ductuli efferentes testis. Pada lapisan dasar tubuli semineferi contorti, dapat ditemukan bentuk bentuk sperma dalam berbagai tingkat perkembangan, seperti spermatogonium (spermatoblas), spermatosit, spermatid, dan spermatozoon; disekitarnya, terdapat sel-sel sertoli. Tubuli seminiferi recti akan membawa spermatozoa ke dalam rete testis. Selanjutnya spermatozoa memasuki ductuli efferentes testis dan meneruskan perjalannya hingga ductus epididymis (didalam caput epididymidis).



Testis didarahi oleh a.testicularis. arteri ini keluar dari aorta abdominalis, tepat dibawah tempat keluarnya a.renalis. dari aorta, arteri ini berjalan kebawah memasuki canalis inguinalis di dalam funiculus spermaticus, lalu menuju bagian posterior testis tempat cabang-cabangnya menembus tunica albuginea sebelum memasuki jaringan testis. Arteri spermatika interna merupakan cabang dari aorta, arteri defernsialis cabang dari arteri vesikalis inferior dan arteri kremasterika yang merupakan cabang dari arteri epigastrika Darah dari testis dikembalikan melalui plexus pampiniformis. Dari plexus ini, darah dialirkan ke vena testicularis (dextra et sinistra). Darah dari vena testicularis dextra selanjutnya dialirkan ke vena cava inferior, sementara darah dari vena testicularis sinistra diteruskan ke vena renalis sinistra. Vena renalis sinistra dapat mengalami obstruksi akibat adanya tumor, menyebabkan pelebaran vena atau plexus venosus di sekitar testis dan epididymis sinistra (varicocele) Kadang-kadang, testis dapat terpuntir didalam scrotum sehingga a.testicularis ikut terpuntir dan tersumbat. Keadaan ini menimbulkan nyeri hebat akibat iskemia dan jika berlanjut dapat menyebabkan nekrosis. Testis disarafi oleh sejumlah nervus yang berjalan mengikuti arterinya dan venanya. Saraf-saraf pada testis ini merupakan percabnagan dari plexus aortikus dan plexus renalis (dari persarafan segmen T10) Cairan limfe dari testis dialirkan ke atas, memasuki funiculus spermaticus lalu menuju nodi lymphoidei paraaortici. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron.



FUNGSI Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis:  



memproduksi sperma (spermatozoa) memproduksi hormon seks pria seperti testosteron. Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian



anterior:  



luteinizing hormone (LH) follicle-stimulating hormone (FSH)



Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.



Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersamasama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,



serta



cairan



prostat



menbentuk



cairan



semen



atau



mani.



SAWAR DARAH TESTIS Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan sawar. Bila sperma bereaksi dengan antibodi akan menyebabkan radang testis dan menurunkan kesuburan. Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot cremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur testis dalam scrotum selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC untuk kelangsungan spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang disebut sawar darah testis Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis.Testisberperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis: 



Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH







Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.



EPIDIDIMIS 



Yaitu tabung sempit yang sangat panjang & berkelok-kelok di belakang



 



testis. Tempat pematangan sperma sebelum menuju Vas deferens. Merupakan salah satu tempat penyimpanan sperma (bersama vas deferens dan ampula).



VAS DEFERENS 



Yaitu saluran yang berjalan dari bagian bawah epididimis menuju ke belakang testis dan tali mani funikulus spermatikusselanjutnya menuju







rongga abdomen dan menuju pelvis di vesikula seminalis Merupakan tempat penyimpanan sperma.



VESIKULA SEMINALIS 



Dua buah kelenjar tubuler yang terletak di kanan & kiri di belakang







leher kandung kencing vesica urinaria. Merupakan kelenjar yang memproduksi cairan sperma yang pada saat ejakulasi



mengalirkan cairan sperma tsb ke vas deferens saluran







ejakulator duktus ejaculatorius . Kelenjar sekretorik yang mensekresi bahan-bahan mukus mengandung







fruktosa, asam sitrat, prostaglandin dan fibrinogen. Menambah jumlah semen saat ejakulasi.



PROSTAT 



Yaitu



kelenjar



sebesar



buah



kenari



yang



menghasilkan



cairan



pencampur sperma. Terletak di bawah kandung kencing, mengelilingi 



uretra. Mensekresi cairan encer seperti susu yang mengandung ion sitrat,



 



kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan fibrinolisin. Semakin menambah jumlah semen. Cairan prostat bersifat sedikit basa  penting untuk meningkatkan motilitas sperma dalam saluran genital wanita.



URETRA 



Saluran traktus urinaria & genetalia yang keluar dari vesika urinaria  melalui prostat uretra pars prostatica uretra pars membranacea 







ujung penis uretra pars cavernosa orificium uretra eksterna. Fungsi uretra adalah untuk mengeluarkan air mani dan air seni.



ORKHITIS A. Definisi Orkitis adalah inflamasi (peradangan) akut atau infeksi pada testis. Hal ini biasanya terjadi akibat komplikasi dari penyakit sistemik atau sebagai perluasan dari epididimitis. (Lemone, 2004 : 1533) Orkitis adalah peradangan testis, yang jika dengan epididimitis menjadi epididimorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis. (Price & Silvia, 1995 : 1156). Orkitis adalah suatu peradangan pada satu atau kedua testis, disertai oleh pembengkakan, nyeri, demam dan rasa berat pada area sekitar. ( Tenerelli, 2006) B. Etiologi Orkitis (inflamasi pada testis) dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya kedua testis terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril tidak terjadi bila bersifat unilateral. (Long, 1996 : 468)



Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Virus lainnya meliputi Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya menyebabkan orkitis antara lain Neisseria gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp. Pasien immunocompromised (memiliki respon imun yang diperlemah dengan imunosupresif) dilaporkan terkena orkitis dengan agen penyebab Mycobacterium avium complex, Crytococcus neoformas, Toxoplasma gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan Candida albicans. (Mycyk, 2004) Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual :     



imunisasi gondongan yang tidak adekuat usia lanjut (lebih dari 45 tahun) infeksi saluran kemih berulang kelainan saluran kemih



Faktor resiko orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah :   



berganti-ganti pasangan riwayat penyakit menular pada pasangan riwayat gonorhoe atau penyakit menular seksual lainnya. (Gilbert, 2004)



C. Epidemiologi 



Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki







Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).







Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).







Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan gondong.



D. Patofisiologi



Kebanyakan penyebab orkitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. (Lemone, 2004 : 1533) Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orkitis, sekitar 15 % - 20% pria menderita orkitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orkitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orkitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price & Silvia, 1995 : 1156). E. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala orkitis dapat berupa demam, semen mengandung darah, keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih, buang air besar(mengedan), melakukan hubungan seksual. Selanglangan klien juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena (Mycyk, 2004). Sedangkan menurut Lemone (2004 : 1533) manifestasi orkitis termasuk demam tinggi, peningkatan WBCs, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral, pembengkakan, dan nyeri.



gambaran orchitis pada testis sinistra



F. DIAGNOSIS Anamnesis 



Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.







Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.







Kelelahan / mialgia







Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan







Demam dan menggigil







Mual







Sakit kepala



Pemeriksaan Fisik oPembesaran testis dan skrotum o Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat. o Pembengkakan KGB inguinal o Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis H. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan urin kultur 2. Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe) 3. Pemeriksaan darah CBC (complete blood count) 4. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa



dan



mendeteksi adanya abses pada skrotum 5. Testicular scan 6. Analisa air kemih 7. Pemeriksaan kimia darah(Gilbert, 2004).



I. Penatalaksanaan Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang



diindikasikan



Contoh antibiotik:



untuk



pengobatan



orchitis



karena



virus.



1.Ceftriaxone 2. Doxycycline 3.Azitromisin 4.Trimetoprim-sulfametoksazol 5.Ciprofloxacin J. PROGNOSIS Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 310hari. Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi. HYDROCELE DEFINISI Hydrocele ialah terakumulasi/terkumpulnya cairan dalam tunika vaginalis (dalam area scrotum, sekitar testis) atau kantong yang berisi cairan sepanjang spermatic cord dalam scrotum. Nama lain dari hydrocele ialah patent procesus vaginalis.



USIA 



Kebanyakan hydrocele terjadi kongenital, sering pada usia 40 tahun)



FREKUENSI Patent procesus vaginalis ditemukan 80-90% pada bayi laki-laki saat lahir. Frekuensi ini menurun sampai usia 2 tahun menjadi 25-40%. Hydrocele dapat dibagi dua, yaitu : a



Hydrocele primer Pada hydocele primer tidak ditemukan kelainan atau penyakit dari testis. Bisa unilateral ataupun bilateral. Beberapa tipe pada hydrocele primer antra lain :







congenital hydrocoele







hydrocoele of the cord - rare







hydrocoele of the canal of Nuck b



Hydrocele sekunder Yaitu terkumpulnya cairan dalam tunika vaginalis akibat respon dari suatu penyakit, antara lain :







Tumor testis







Infeksi misalnya epididymidis, tuberkulosis, mumps







Torsi testis







Torsi hydatid dari Morgagni



PATOGENESIS Hydrocele terjadi akibat dari inflamasi atau trauma dari testis, epididymidis atau oleh obstruksi cairan ataupun darah dalam spermatic cord. Hal ini biasanya terjadi pada pria dewasa. ETIOLOGI



Hydocele disebabkan oleh turunnya cairan dari rongga abdomen karena tidak tertutupnya procesus vaginalis (communicating hydrocele) dan juga disebabkan oleh ketidakseimbangan produksi cairan dengan absorpsinya yang terjadi dalam tunika. Misalnya terjadi peningkatan produksi cairan pada infeksi viral yang menyebabkan serositis, sekunder akibat inflamasi pada post traumatik juga menyebabkan peningkatkan produksi cairan. Sedangkan infeksi filaria menyebabkan penurunan absorpsi cairan limfe KLASIFIKASI Hydrocele dibagi atas 3 tipe yaitu : 1



Non Communicating hydrocele Seperti yang telah dijelaskan diatas seharusnya procesusu vaginalis menutup lalu cairan ditunika vaginalis diabsorpsi. Pada non communicating hydrocele, procesus vaginalis menutup tetapi cairan ditunika vaginalis tidak diabsopsi.



Tipe ini yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir, dan cairan biasanya dapat diabsorpsi dengan berjalannya waktu. Infeksi viral yang menyebabkan serositis memnyebabkan produksi cairan meningkat, post traumatic hydrocele menyebabkan 2



Communicating hydrocele Disini, procesus vaginalis tidak menutup sehingga cairan dirongga abdomen dapat masuk ke tunika vaginalis



Pada tipe comunicating hydrocele ini, pembengkakan (cairan) biasanya berkurang di pagi hari (setelah bangun tidur karena efek dari gravitasi) dan membesar saat sore hari setelah pasien beraktivitas. 3



Hydrocele pada spermatic cord (funikulus spermatikus) Disini, distal dari akhir procesus vaginalis tertutup dengan baik tetapi bagian tengah dari prosesus vaginlalis masih terbuka (paten). Hydrocele pada dewasa biasanya sekondari dari lokal injuri, infeksi.



Normal scrotum:



Noncommunicating



Communicating



the processus vaginalis and



hydrocele:



the processus vaginalis is still



tunica vaginalis are obliterated the processus vaginalis and contain no fluid.



hydrocele:



is open, allowing fluid to move



obliterated so no fluid can between the abdomen and the move between the abdomen tunica vaginalis in the scrotum. and the scrotum, but the tunica



vaginalis contains fluid.



DIAGNOSA Dari ananamnesa didapat gejala utamanya yaitu adanya pembesaran pada daerah testis dapat unilateral maupun bilateral, seperti balon yang berisi air (water-filled ballon), pembesaran ini dapat berkurang jika tidur dan dapat membesar dalam posisi tegak (pada communicating hydrocele). Hydrocele tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali sudah terjadi komplikasi yang menyebabkan gangguan aliran pembuluh darah atau karena infeksi pada epididymidis. Tidak ada gejala sistemik seperti demam, menggigil, mual ataupun muntah jika tidak tejadi komplikasi Pada pemeriksaan didapat : 



Ditemukan hydrocele pada seperior dan anterior testis (berbeda dengan spermatocele yang berada pada seperior dan posterior dari testis







Hydrocele dapat bilateral pada 7-10% kasus







Hydrocele sering bersamaan dengan hernia







Tidak ditemukan suara bising usus pada daerah scrotum kecuali bila terjadi bersamaan dengan hernia







Pada skrotum tidak ditemukan eritema atau warna lainnya kecuali jika hydrocele disebabkan oleh infeksi







Pada pemeriksaan transiluminasi +



Pemeriksaan transiluminasi dimana saat scrotum disinari oleh cahaya (senter), terlihat cahaya bersinar jelas pada scrotum. Jika tes transiluminasi positif, tetap harus kita observasi etiologinya penyakit yang mungkin mendasarinya misalnya pada hernia.



PENANGANAN A



MEDIKASI Dengan menyuntikkan obat seperti tetracycine, sodium tetradecyl sulfate atau urea untuk menutup prosesus vaginalis yang terbuka



(biasanya dilakukan setelah dilakukan



aspirasi). Hal ini dapat mencegah terjadinya re-akumulasi dairan. Komplikasi yang dapat terjadi setelah aspirasi dan sklerosing yaitu infeksi, fibrosis, nyeri ringan sampai berat pada daerah scrotum namun dapat juga terjadi hydrocele rekurens B OPERASI Hydrocelectomy dilakukan terutama untuk yang ‘true’ hydrocele. Ini adalah operasi minor dimana dilakukan insisi pada scrotum ataupun abdomen bawah. Komplikasi yang dapat terjadi myaitu hematom, infeksi, injuri pada jaringan maupun struktur scrotum C ASPIRASI Yaitu mengeluarkan cairan dari scrotum dengan jarum. Aspirasi dapat menyebabkan infeksi. Aspirasi terutama untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi/tidak memungkinkan



untuk di operasi. Aspirasi adalah kontraindikasi jika dicurigai tumor karena dengan aspirasi justru memudahkan terjadinya penyebaran dari sel malignan. PROGNOSA Secara umum hydrocele sederhana dapat hilang sendiri tanpa intervensi. Tapi jika dilakukan operasi pun mempunyai prognosa yang sangat baik



Varikokel Definisi Varikokel,



adalah



dilatasi



abnormal



dari



vena



pada



pleksus



pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel ternyata merupakan salah



satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41% pria yang mandul menderita varikokel. Etiologi Etiologi varikokel secara umum: 1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur penunjang/atrofi otot kremaster, kelemahan kongenital, proses degeneratif pleksus pampiniformis. 2. Hipertensi v. renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior. 3. Turbulensi dari v. supra renalis kedalam juxta v. renalis internus kiri berlawanan dengan kedalam v. spermatika interna kiri. 4. Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal v. spermatika . 5. Tekanan v. spermatika interna meningkat letak sudut turun v. renalis 90 derajat. 6. Sekunder : tumor retro, trombus v. renalis, hidronefrosis. Patofisiologi Beberapa mekanisme telah menjadi hipotesa untuk menjelaskan fenomena dari subfertilitas yang ditemukan pada pria dengan varikokel unilateral



atau



bilateral,



termasuk



peningkatan



suhu



skrotal



yang



menyebabkan disfungsi gonadal bilateral, refluks renal, metabolit adrenal dari vena renalis, hipoksia, dan akumulasi gonadotoksin.



Klasifikasi varikokel Grade Grade I



Temuan dari pemeriksaan fisik Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava



Grade II



Ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava,



Grade III



tidak terlihat dari kulit skrotum Dapat dipalpasi tanpa valsava, terlihat di kulit skrotum



Penatalaksanaan Indikasi Tindakan Operasi



dapat



Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan infertilitas, penurunan volume testikular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan tindakan operasi. Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen yang abnormal harus dioperasi dengan tujuan membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi-dependen fungsi testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, harus dilakukan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular ipsilateral memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat direkomendasikan pada pria golongan usia ini.



USG TESTIS USG testis harus dilakukan agar para dokter dapat mengevaluasi massa yang mereka raba selama pemeriksaan fisik. Jika pasien merasa sakit di testis, mesin USG adalah sebuah cara untuk mengetahui lebih lanjut apabila pasien mempunyai masalah tersembunyi. Tes ini juga akan menentukan apakah ada torsi (puntiran) pada testis, dimana tali sperma melilit dan memotong suplai darah ke testis. Tes ini juga dapat menemukan testis yang tidak turun. Adanya cairan dalam epididimis atau skrotum, yang juga dikenal sebagai spermatosel dan hidrosel juga bisa diketahui. Tes ini juga dapat mencari nanah di skrotum atau pyosel dan hematosel atau darah di dalam skrotum. Kasus lain yang memerlukan USG yaitu untuk mendeteksi cedera di area alat kelamin dan tuntunan untuk melakukan operasi biopsi. •



Testis normal mempunyai gambaran densitas echo midgray atau medium-level dan homogen.







Ukuran normal testis pada orang dewasa ± 2 - 3 cm lebar dan panjang 3 - 5 cm.







Volume testis dihitung dengan rumus (lenght x widht x height x 0,51)



Testis normal



USG testis dan epididymis Structure yang dilihat :  Lobus testis  Tubulus seminiferus  Caput epididymis  Ductus epididymis



 



Cauda epididymis Spermatic cord with vas deferens



Yang harus diperhatikan dari USG testis    



Diffuse change Circumscribed lesion Epididymal lesion Intracostal mass



Orchitis : USG sebenarnya hanya berperan sedikit dalam membantu diagnosa orkitis. Pada orkitis bisa didapatkan kelainan berupa 1 atau ke-2 testis membesar dan terkadang disertai nonhomogenisitas. Biasanya epididimidis juga ikut membengkak. Pada testis yang orkhitis didapatkan gambaran hypoechoic ringan jika dibandingkan dengan testis sehat.



A slightly oblique view of a testicle with an enlarged hypoechoic epididymis. (Courtesy of Michael Blaivas, M.D.)



Orchitis. Marked increase in blood flow is seen along with a reactive hydrocele. (Courtesy of Michael Blaivas, M.D.)



Hydrocele Merupakan kumpulan cairan pada tunica vaginalis testis.ditandai dengan peningkatan area anechoic yang meliputi testis



Figure 3: Image of right and left testicles with hydrocele on right. (Courtesy of Michael Blaivas, M.D.)



Citra ultrasonografi dari seorang pria 22 tahun dengan nyeri skrotum kiri akut yang disebabkan oleh focal orchitis Longitudinal warna Doppler citra ultrasonografi menunjukkan penurunan ekogenisitas dan peningkatan vaskularisasi di bawah dua pertiga dari testis. Tajam transisi terlihat antara daerah normal dan abnormal (kepala panah). Penampilan ini disebabkan oleh orkitis fokus, biasanyaakibat gondongan. Bahkan dengan tidak ada efek massa dan distribusi reguler kapal di area yang abnormal, jenis lesi harus diikuti sampai memutuskan, untuk memastikan bahwa itu bukan neoplasma, seperti limfoma. Hiperemia inflamasi adalah temuan positif, sebagai lawan torsi induksi oligemia, yang merupakan temuan negatif. Kehadiran hiperemia adalah prediksi bahwa testis adalahtidak torsed.



BAB II IDENTITAS PASIEN Nama



: Tn.R



Usia



: 40 tahun



Alamat



: Kauman



RM



: 128042



USG TESTIS 1. TESTIS DEXTRA : UKURAN DAN ECHOSTRUKTUR NORMAL,TAK TAMPAK MASSA,EPIDIDIMIS NORMOECHOIC 2. TESTIS SINISTRA : UKURAN MEMBESAR, ECHOSTRUKTUR INHOMOGEN, TAMPAK LESI HIPOECHOIC LOBULATED BATAS RELATIF TEGAS UKURAN LK 3,03 X 1,71 CURIGA RETE TESTIS, TAMPAK LESI ANECHOIC MENGELILINGI TESTIS, TAMPAK PELEBARAN DAN HIPERVASKULARISASI PLEXUS PAMPINIFORMIS KESAN : 1. CURGIA ORCHITIS SINISTRA, HIDROCHELE SINISTRA, VARICOCELE SINISTRA, CURIGA MASA RETE TESTIS SINISTRA 2. TAK TAMPAK KELAINAN PADA TESTIS DEKSTRA



DAFTAR PUSTAKA 1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 4., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008 2. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC 3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000.