Kel 11 - Dragon Test [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TES PROYEKSI



“Dragon Picture Test” Oleh: KELOMPOK 11 Kelas A (Ganjil)



Inten Rizki Putri Khairun Nisa Zeeta Marcelina Siti Balqis Mangunsong



15-033 15-057 15-077 15-119



FAKULTAS PSIKOLOGI USU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018



2



DRAGON PICTURE TEST Dragon test merupakan tes untuk anak-anak yang dikembangkan oleh J.D. Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini termasuk test performance kepribadian yaitu hasil dari gambar yang dibuat oleh anak akan menunjukkan bagaimana kepribadian anak tersebut. Tes ini merupakan salah satu bentuk tes proyektif melalui gambar dan digunakan sebagai alat diagnostik kepribadian yang bertujuan untuk mengukur agresivitas anak. AREA YANG DIUKUR Pada tes ini terdapat dua hal penting yang dapat diinterpretasi, yaitu pemilihan warna yang digunakan untuk mewarnai serta gambar itu sendiri. Terdapat lima objek yang akan diminta pada sang anak untuk menggambarnya, setiap objek memiliki maknanya masing-masing, yaitu : 1. Matahari



: Melihat hubungan anak dengan sang ayah.



2. Rumah



: Melihat hubungan anak dengan sang ibu.



3. Pohon



: Melihat dirinya sendiri berperan sebagai anak,



4. Naga



:Melihat



kemarahan,



oposisi,



energi



libido,



kekuatan,kehendak dan dinamika sang anak. 5. Kolam



:Melihat perasaan, emosi dan sensitivitas sang anak.



Dalam membuat objek, testee diberikan lima buah warna yaitu merah, hijau, kuning, biru dan hitam. Objek naga pada gambar dapat digantikan dengan gambar binatang buas lainnya seperti harimau, singa, dan sebagainya. TUJUAN TEST Dragon test adalah salah satu dari bentuk test proyektif yang digunakan sebagai alat diagnostik kepribadian. Tes ini dapat digunakan untuk menggali lebih lanjut keterangan yang diperlukan dalam menangani kasus psikologis khususnya pada anak-anak. Meskipun test ini banyak dipakai untuk dapat memahami apa yang ada didalam diri anak-anak, dragon test ini juga pernah dilakukan pada orang dewasa dan ditemukan hasil yang cukup signifikan.



3



HASIL PENELITIAN Psikolog Amerika, Rose H. Alschuler dan Berta Weiss Hattwick telah melakukan penelitian pada anak – anak menggunakan Tes Dragon, anak-anak ini menggambar dengan warna yang mereka senangi. Tes ini telah diuji melalui penelitian yang memakan waktu yang akhirnya memperoleh hasil bahwa hasilnya anak yang banyak menggunakan warna cerah menunjukkan kecenderungan akan kehidupan emosi yang kaya atau ekspresif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, sedangkan anak-anak yang menggunakan warna gelap menyiratkan kebutuhan akan kontrol diri dan emosi yang terpendam. Anak-anak yang sering menggunakan warna merah menunjukan kondisi emosi yang tidak terhalangi atau ekspresif. Sedangkan anak yang lebih menggunakan warna hijau menunjukan emosi seimbang, tidak impulsive dan tidak rumit. Anak memiliki reaksi positif pada warna cerah, misalnya warna merah muda, biru atau merah. Sebaliknya anak yang memberikan reaksi negative pada warna gelap seperti coklat, hitam dan abu-abu.



ADMINISTRASI TEST Dragon test ini merupakan test proyektif. Pada test ini sifatnya tidak memiliki batasan waktu / no time limit. Pada anak-anak yang normal, umumnya mereka dapat menyelesaikan gambar dalam waktu kurang lebih 30 sampai 40 menit. Alat-alat yang digunakan yakni: 1. Persiapan test 



Kesiapan fisik dan psikis baik tester maupun testee.







Ruangan yang memungkinkan berada dalam situasi yang tenang.







Ruangan bebas dari stimulus yang mengganggu hasil tes, seperti gambar, lukisan, TV, radio yanng dapat mengacaukan pikiran atau mempengaruhi gambar.



2. Materi / bahan-bahan test 



Kertas putih berukuran A4



4







Satu set pensil warna dengan 5 warna primer (yaitu merah, hijau, kuning, biru dan hitam.)



3. Instruksi 



Gambarlah



matahari,



rumah,



pohon,



naga,



dan



kolam



dengan



menggunakan lima pensil warna tersebut dalam satu kertas. 



Tidak ada batasan waktu penyajian test.



PSIKOLOGI WARNA Seorang ilmuwan bernama Johan Wolfgang Von Goethe bahwa setiap warna memberikan kesan yang positif dan negatif yang menggambarkan emosi seseorang.



Berikut ini interpretasi umum dari warna-warna yang digunakan pada dragon test 1. Merah : Dinamis, bersemangat, aktif, kuat, hangat dan agresif. Namun bila warna ini muncul terlalu banyak dapat memberi arti bahwa adanya kemarahan, tekanan, ketidaksabaran, intimidasi, dendam dan suasana ribut dalam diri anak 2. Hijau : Rileks, sepi, natural, menyenangkan dan terkesan malu – malu 3. Kuning : warna ini merupakan warna yang susah ditangkap mata, ceria, hangat, dan berenergi



5



4. Biru : warna ini merupakan warna yang paling nyaman untuk mata, menenangkan, aman, menerima, dan sabar 5. Hitam : warna ini memberi kesan tertutup, tersembunyi dan juga sangat penuh dengan rahasia. Warna ini juga melambangkan elegan dan eksklusif. Intepretasi Warna 1. Merah Makna positif: power, energi, hasrat, cinta, keberanian, kemandirian, agresivitas, aktif, eksentrik, berkemauan keras, penuh gairah, dominasi, dan maskulin. Makna negatif: bahaya, perang, revolusi, kekejaman, kekerasan atau anarkis, siksaan, api, darah, iblis. Warna ini melambangkan keadaan psikologis yang menguras tenaga, menaikkan tekanan darah, dan mempercepat pernafasan. Warna ini mempunyai makna produktivitas, perjuangan, persaingan, dan keberanian. Warna merah jika dikombinasikan dengan warna putih akan mempunyai arti bahagia pada budaya oriental. 2. Hijau Makna positif:natural, lingkungan, hidup, pertumbuhan, stabilitas, relaksasi, kesuburan, harapan, kesegaran, simpati, muda, sehat, dan sejuk. Makna negatif: kecemburuan, nasib, buruk rupa, iri hati, dengki, licik, dan kegilaan. Warna ini melambangkan adanya suatu keinginan, keteguhan, keras hati, serta mempunyai kepribadian ingin berkuasa. Warna ini mempunyai sifat yaitu meningkatkan rasa bangga, perasaan lebih superior dari yang lain. Orang yang menyukai warna ini biasanya senang dipuji, senang menasihati orang lain. 3. Kuning Makna positif:cahaya, emas, kekayaan, keberuntungan, kehidupan, mewakili sifat kegembiraan, dan santai.



6



Makna negatif: tidak jujur, pengecut, cemburu, iri hati, pengkhianat, penipu, kebohongan, risiko, dan sakit. Warna ini melambangkan sifat spontan dan toleransi yang tinggi, begitu menonjol tetapi sikap selalu berubah-ubah. Suka berharap dan dermawan. Warna ini melambangkan kegembiraan. Warna ini mempunyai sifat leluasa dan santai, senang menunda-nunda masalah, berubah-ubah tetapi



penuh



harapan,



mempunyai



cita-cita



setinggi



langit



dan



semangatnya juga tinggi, selain itu merupakan warna keramat dalam agama Hindu. 4. Biru Makna



positif:



kepercayaan,



kesetiaan,



pengabdian,



ketenangan,



kedamaian, ketulusan, kesejukan, air atau laut, awan atau langit, harmoni, kebersihan, konservatif, percaya diri, penyembuhan, orang kaya atau ningrat, tidak bersalah, adil, berpikir, konsisten. Makna negatif: kesedihan, kedinginan, depresi, penurunan vitalitas, basi, keraguan, kaku. Warna ini melambangkan perasaan yang mendalam. Sifatnya konsentrasi, kooperatif, cerdas, perasa, integratif. Sifatnya tenang, bijaksana, tidak mudah tersinggung, mudah bersosialisasi sehingga banyak kawan. Melambangkan sifat yang teguh dan kokoh. Tetapi biasanya sedikit keras kepala, serta sering berbangga diri dan memiliki pendirian yang tetap. Memberikan arti ketenangan yang sempurna. Memiliki kesan yang dapat menenangkan di denyut nadi, tekanan darah, pernafasan serta membantu di dalam meningkatkan kesehatan diri. 5. Hitam Makna positif: kekuatan, keanggunan, kemewahan, elit atau berkelas tinggi, misteri, kecanggihan, kemakmuran, kepuasan, pengalaman, keras, kokoh, sangat kuat. Makna negatif: dalam budaya barat memiliki arti sacral dalam kematian, tarut, setan, jahat, dosa, kesedihan, duka cita, pemarah, penyesalan.



7



Warna hitam melambangkan keanggunan, kemakmuran dan kecanggihan, serta melambangkan kehidupan yang terhenti dan karenanya memberi kesan kehampaan, kematian, kegelapan, kebinasaan, kerusakan, dan kepunahan.



KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES Kelebihan: 



Bisa menjadi dasar pertimbangan atau gambaran awal untuk tindakan selanjutnya.







Untuk membina raport dengan anak.







Tidak memiliki batasan waktu, jadi anak tidak akan merasa tertekan atau terburu-buru dalam mengerjakan gambar.







Menghindari faking.



Kekurangan: 



Belum ada norma yang standar.







Meskipun hasil bisa dikatakan cukup akurat, namun reliabilitasnya masih belum baik.







Interpretasi hasil sifatnya subjektif.



8



REVIEW JURNAL Judul



: Persepsi Mengenai Konflik Awal Keluarga Pada Ibu



Dengan Anak Dengan Gangguan Perilaku Disruptif Download



:



ISBN



: ISBN: 978-602-1145-49-4



Tahun



: 2017



Penulis



: Monika Windriya Satyajati



Tanggal



: 22-24 Agustus



A. Pendahuluan 1. Latar belakang Adapula permasalahan yang dibahas dalam jurnal ini adalah Perilaku disruptif pada anak yang kurang memahami aturan sosial dan menunjukkan perilaku menentang pada berbagai situasi. Misalnya, saat tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, anak berteriak atau memukul orang lain. Kondisi ini, bila berlangsung cukup lama dengan intensitas yang tinggi, dapat mengarah pada gangguan perilaku disruptif pada anak. Gangguan Perilaku Disruptif juga dapat merupakan luapan dari adanya pola asuh/didikan yang ketat, tidak adanya pengawasan, dan aturan yang tidak konsisten dari orang tua. Penelitian ini juga adalah studi mengenai sudut pandang Ibu terkait konflik-konflik yang ada dalam keluarga dengan anak yang mempunyai gangguan perilaku disruptif. 2. Permasalahan Anak pertama partisipan, yang berumur 7 tahun, menunjukkan gejala perilaku menentang. Perilaku menentang itu sudah ditunjukkan sejak berusia 2 tahun. Saat berusia 6 tahun, Ia mendapatkan penanganan berupa terapi psikologi dan okupasi, dan saat ini perilaku menentangnya sudah berkurang. 3. Tujuan Penelitian Pada penelitian ini bertujuan ingin melakukan studi mengenai sudut pandang Ibu mengenai konflik-konflik yang ada dalam keluarga dengan anak



9



yang mempunyai gangguan perilaku disruptif. Dan juga peneliti ingin mengetahui lebih Dalam mengenai proses yang dialami Ibu dalam masa awal keluarga dalam menanggapi konflik awal keluarga dan menyadari adanya perilaku khusus dari anaknya. B. Metode penelitian 1. Subjek Dalam penelitian ini terdapat seorang partisipan yang memilki 3 anak. Anak pertamanya, sedang mendapatkan penanganan psikologis terkait dengan adanya perilaku disruptif baik di rumah maupun di sekolah. 2. Pengumpulan Data Dengan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur menggunakan open-ended questions pada partisipan. Wawancara dilakukan selama 3 kali pertemuan baik di setting rumah partisipan maupun di luar rumah. Selain itu, data sekunder berupa catatan observasi selama menjalani asesmen psikologi sejak setahun yang lalu juga digunakan dalam penelitian ini. Analisis Data dari hasil wawancara dilakukan dengan metode Deskripsi Fenomena Individu (DFI) yang pada penelitian ini diadaptasi dengan mendeskripsikan fenomena yang dipaparkanoleh partisipan pada tiap pertemuan wawancara. Terdapat 3 transkrip DFI pada penelitian ini, C. Hasil &Pembahasan 1. Hasil Wawancara 3 fase waktu menghasilkan tema-tema konflik partisipan yaitu: a. Proses prenatal, seperti : Tekanan kerja dialami oleh partisipan selama masa kehamilan, permasalahan dengan suami pada awal pernikahan, permasalahan antara keluarga partisipan dengan suami. b. Proses perinatal,seperti : Permasalahan medis terjadi saat partisipan berada di tengah proses melahirkan, bencana alam



terjadi ketika anak masih berusia 7 hari,



permasalahan dengan suami juga dialami oleh partisipan saat proses



10



persalinan, permasalahan keluarga partisipan dengan suami juga masih terjadi saat fase perinatal, perpisahan anak dengan suami dialami pada masa perinatal, kecemasan pasca kelahiran dialami karena anak sempat mengalami permasalahan medis. permasalahan dengan pihak luar (rumah sakit) terjadi karena adanya komunikasi yang terjalin kurang baik dengan pihak rumah sakit. c. Masa bayi. Perpisahan anak dengan figur lekat terjadi ketika anak berusia 2 bulan, Kurangnya kehangatanterjadi karena adanya penerapan pola asuh yang dilakukan oleh ibu partisipan untuk membuat anaknya menjadi lebih mandiri. Permasalahan dengan suami masih dialami oleh partisipan selama anak pada masa bayi. Kurangnya kelekatan dengan anak diakui oleh partisipan terjadi karena dirinya ingin membagi tugas rumah tangga yang adil dengan suaminya, Hukuman fisik suami terhadap anak merupakan salah satu konflik yang terjadi dalam masa bayi anak. 2. Riwayat Data Pemeriksaan Psikologis Anak a. Observasi menunjukkan beberapa kecenderungan sikap menentang, sulit untuk mengikuti aturan sederhana pada tes serta tidak nyaman berada dalam ruangan yang ditunjukkan dengan perilaku cemas, dengan melihat ke luar ruangan b. Tes Psikologi -



Tes inteligensi menggunakan skala Weschler,



menunjukkan



bahwa kemampuan Fadi berada pada kategori Retardasi Mental -



Hasil tes grafis, yaitu Baum, DAP, dan HTP yang menunjukkan bahwa Fadi mempunyai konsep diri yang kurang kuat, dan kondisi emosi yang kurang stabil.



-



Hasil tes proyektif menggunakan tes menggambar Dragon Test yang dilakukan menunjukkan pola hubungan Fadi dalam keluarga. Fadi menunjukkan adanya perasaan marah kepada figur ibu, dan merasa bahwa figur ibu sangat dominan baginya. Di sisi lain, hasil



11



test menunjukkan Fadi tidak mempersepsikan figur Ayah sebagai figur yang menjadi tumpuan. Figur Ayah digambarkan tidak mampu menunjukkan perannya dengan baik. Fadi juga kesulitan untuk mengungkapkan mengenai emosinya, dan ia belum mampu mengenali perasaan marah yang ia miliki dengan baik. Di sisi lain, ia mempunyai penanaman nilai moral yang cukup kuat, yaitu dari nilai agama, dan Fadi menunjukkan kecenderungan untuk mendekatkan dirinya pada nilai agama tersebut. 3. Analisis Banyak ditemukan adanya permasalahan partisipan yang berkaitan dengan rasa marah.. Pada fase awal perkawinan, banyak muncul konflik dari kedua keluarga, yang kemudian memunculkan konflik internal antara partisipan dengan suaminya. Hal ini berakibat juga pada adanya dominansi partisipan terhadap berjalannya rumah tangga, namun akhirnya partisipan menjadi menyadari bahwa hal tersebut membuatnya menjadi jauh dari anak. Jika dilihat dari sudut pandang anak, menggunakan tes projektif, dapat diketahui bahwa anak juga memandang sosok ibu sebagai sosok yang mempunyai dominansi bagi dirinya maupun ayahnya. Regulasi emosi anak yang masih belum stabil ini dapat berkaitan dengan sifat dominan ibu yang juga didapati dari hasil pemeriksaan psikologi. 4. Kesimpulan Konflik-konflik yang digambarkan dengan kemarahan, serta adanya sikap dominan Ibu pada ayah, berdampak pada pola asuh Ibu, yang kemudian juga pada perilaku disruptif yang muncul pada anak. 5. Kelebihan dan kekurangan Kekurangannya adalah bahwa penelitian ini tidak mencakup faktor risiko lain terkait perilaku disruptif anak, misalnya kondisi biologis maupun kondisi sosial. Penelitian ini juga terbatas untuk mengetahui sudut pandang Ibu saja, belum mencakup sudut pandang ayah dan keluarga lain. Kelebihanya adalah



12



penelitian ini dapat memberikan manfaat pada praktik penanganan dan pengasuhan pada anak dengan perilaku dengan gangguan disruptif.



13



DAFTAR PUSTAKA



Adlina, Fadiah. (2016). Macam-Macam Tes dalam Psikodiagnostik. [Online]. Diakses dari : http : // fadiah -psikogiagnistikke 1.blogspot.co.id/2016/04/ macam-macam-tes-dalam - psikodiagnostik.html?m=1. [Diakses pada : 22 Februari 2018]. Prasthiko, Bayu. (2016). Psikodiagnostik Macam-Macam Tes Psikologi. [Online]. Diakses dari http://bayuprasthiko.blogspot.co.id/2016/04/psikodiagnostikmacam-macam-tes.html?m=1. [Diaksespada : 22 Februari 2018]. Satyajati, Monika Windriya. (2017). Persepsi Mengenai Konflik Awal Keluarga Pada Ibu Dengan Anak Dengan Gangguan Perilaku Disruptif. Jurnal Psikologi. ISBN: 978-602-1145-49-4. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata. [Diakses pada : 22 Februari 2018]. Yogananti, Auria Farantika. (2015). Pengaruh Psikologi Kombinasi Warna dalam Website. Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Multimedia. Universitas Dian Nuswantoro Diakses dari : http://docplayer.info/35936612-Pengaruhpsikologi-kombinasi-warna-dalam-website.html Februari 2018].



[Diakses



pada



:



22