Kel 2 Teknik Structuring, Clarification, Paraphrasing, Questioning [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK DASAR STRUCTURING, CLARIFICATION, PARAPHRASING, DAN QUESTIONING



MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Dasar Komunikasi yang Diampuh Oleh Dr. Carolina Ligya Radjah, M.Kes dan Dr. Fitri Wahyuni, M.Pd



Disusun Oleh Kelompok 2 : 1. Alina Septia Nindiarto



(200111600468)



2. Anggun Indayana



(200111600447)



3. Della Genita Permata. H.W



(200111600408)



4. Dewi Indah Prastina



(160111606588)



5. Dinda Siti Nurjanah



(200111600464)



6. Fitria Nurfaidah



(200111600469)



7. Indah Febrianti



(200111600487)



8. Kezia Gabriella Hanauli



(200111600503)



9. Lathifah Rahajeng. N. S



(200111600470)



10. Naufal Asyraf Hamid



(200111600450)



11. Nurul Aini



(200111600434)



12. Rizki Intan Putri Lestari



(200111600500)



13. Salsabila Ayuning Santi



(200111600489)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING MARET 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teknik Dasar Structuring, Clarification, Paraphrasing, dan Questioning” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Komunikasi yang diampu oleh Dr. Carolina Ligya Radjah, M.Kes dan Dr. Fitri Wahyuni, M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai bagaimana teknik dasar structuring, clarification, paraphrasing, dan questioning sebagai salah satu teknik berkomuikasi dalam kegiatan konseling. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Carolina Ligya Radjah, M.Kes dan Dr. Fitri Wahyuni, M.Pd, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Malang, 12 Maret 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 A.



LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1



B.



RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 1



C.



TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................ 2



BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3 A.



TEKNIK STRUCTURING ................................................................................................... 4



B.



TEKNIK CLARIFICATION ................................................................................................ 8



C.



TEKNIK PARAPHRASING ............................................................................................... 12



D.



TEKNIK QUESTIONING .................................................................................................. 13



BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................................... 18 A.



KESIMPULAN ................................................................................................................... 19



B.



SARAN ................................................................................................................................. 19



DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................................................... 19



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya, setiap manusia tidak terlepas dari bimbingan. Manusia memerlukan bimbingan sejak kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya agar dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Individu yang mendapatkan bimbingan dengan benar akan dapat berjalan baik dan terarah. Bimbingan merupakan proses tuntunan atau arahan secara terencana dan terus menerus terhadap individu agar menuju kedewasaan atau kematangan, sehingga mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guna mencapai kesejahteraan optimal. Dalam proses bimbingan dan konseling, tidak terlepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya proses konseling. Hubungan komunikasi antara konselor dan konseli terjadi komunikasi verbal (bahasa lisan) yang di dalamnya terlibat perilaku non verbal. Maka, untuk terlaksana komunikasi yang aktif, selain dapat memahami karakter konseli, konselor juga perlu menguasai keterampilan komunikasi konseling. Sebagai suatu proses komunikasi, konseling melibatkan keterampilan konselor dalam menangkap atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya. Terdapat berbagai keterampilan atau teknik-teknik komunikasi dalam proses konseling, di antaranya teknik structuring, clarification, paraphrasing, dan questioning. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai bagaimana teknik dasar yang meliputi structuring, clarification, paraphrasing, dan questioning itu. Hal ini tentu sangat penting mengingat keterampilan atau teknik-teknik konseling merupakan hal mutlak yang harus dikuasai dan dipahami oleh konselor agar dapat memberikan bantuan secara optimal kepada konseli.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana teknik structuring itu ? 2. Bagaimana teknik clarification itu ? 3. Bagaimana teknik paraphrasing itu ? 4. Bagaimana teknik questioning itu ? 1



C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk menjelaskan teknik structuring. 2. Untuk menjelaskan teknik clarification. 3. Untuk menjelaskan teknik paraphrasing. 4. Untuk menjelaskan teknik questioning.



2



BAB 2 PEMBAHASAN



A. TEKNIK STRUCTURING 1. Pengertian Teknik Structuring Structuring adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batasbatas atau pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling (Supriyo dan mulawarman 2005). Dalam proses konseling kata structuring berasal dari kata “struktur” yang artinya suatu pemahaman bersama antara konselor dan konseli berkenaan karakteristik, kondisi, dan parameter konseling. Sedangkan structuring menunjuk pada proses-proses interaksional antara konselor dan konseli guna mencapai struktur. Structuring merupakan tehnik atau alat yang digunakan oleh konselor untuk membatasi aturan-aturan dan arahan dalam proses konseling yang di dalamnya dapat meliputi beberapa kegiatan seperti : informing, porposing, suggesting,



recommending,



negotiatiating,



stipulating,



contracting,



dan



compromising ( Day & Sparacio, 1980). Structuring berisikan pembatasan-pembatasan konselor berkenaan dengan sifat, kondisi, batas-batas, dan tujuan dari proses konseling (Brammer dan Shostrom, 1982). Dalam nada yang sama, jones 1990 menyatakan bahwa structuring merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilakuperilaku yang digunakan oleh konselor untuk membawa konselinnya mengetahui peran konselor dan konseli pada setiap tahapan hubungan atau proses konseling. Menurut jonesstructuring dapat dikomunikasikan melalui pesan verbal dan non verbal. Structuring dapat diterapkan di sepanjang proses konseling, meskipun tahap-tahap awal menjadi penting, khususnya untuk mendorong keterlibatan dan tanggung jawab konseli. Structuring merupakan teknik penginformasian dan penyepakatan akan perlunya dan diikutinya batasan-batasan tertentu dalam proses konseling agar dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip layanan profesional. Teknik structuring digunakan konselor untuk memberikan batasan yang berkenaan



3



dengan batas-batas, sifat, dan kondisi agar proses konseling berjalan sesuai prinsip prinsip layanan profesional dan dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.



2. Fungsi Structuring Dalam Konseling Day dan Sparacio 1980 mengemukakan tiga fungsi penting dari penggunaan struktur dalam proses konseling, yakni fungsi fasilitatif, fungsi terapeutik dan fungsi protektif. Namun demikian, pada umumnya penggunaan struktur dalam suatu proses konseling banyak menggunakan pada fungsi fasilitatif, yakni dimaksudkan untuk memfasilitasi munculnya rasa tanggung jawab, komitmen, dan



keterlibatan



atau



partisipasi



aktif



klien



dalam



proses



konseling.



Mengemukakan tiga cara structuring dalam memfasilitasi proses konseling sebagai berikut: a. Melalui struktur konselor dapat mengkomunikasikan kepada klien tentang peran dan tanggung jawab dirinya dan diri klien dalam proses konseling serta arah dari proses konseling yang akan dilaksanakan b. Strutur dapat menurunkan atau mengurangi jumlah intensitas, atau dampak dari kesalahan pengertian antara konselor dan klien c. Struktur dapat digunakan oleh konselor sebagai alat untuk menangani perbedaan-perbedaan , khususnya perbedaan dalam asumsi dan harapan konselor dan klien. d. Struktur juga dapat digunakan oleh konselor untuk menangani munculnya perasaan tidak asli pasti dan kecemasan klien berkenaan dengan hubungan atau proses konseling yang akan dilaksanakan. e. Adanya struktur dapat membuat proses konseling menjadi lebih efisien, karena struktur memformulasikan komponen-komponen dan atau variabel-variabel prosedur perlakuan dirumuskan dengan jelas dan spesifik f. Struktur dapat membuat konselor merasa lebih comfortable dan percaya diri.



4



3. Tujuan dan Prinsip Structuring Tujuan structuring antara lain, sebagai berikut: a.



Konseli memperoleh orientasi yang tepat terkait konseling yang sedang ia jalani



b.



Diperoleh kesamaan persepsi dan harapan yang realistik dalam konseling



b. Diperoleh kepastian bersama apakah konseli mau melanjutkan atau menghentikan prose konseling c. Terbangun kesepakatan mengenai pola interaksi , tindakan, waktu, capaian, jaminan, dan konsekuensi penanyaan. Prinsip-prinsip structuring, antara lain: a.



Dilakukan pada sesi awal pertemuan



b.



Diberikan keadaannya membutuhkan.



4. Jenis-Jenis Structuring Teknik structuring terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut: 1) Time limit (Pembatasan waktu) yaitu konselor dam konseli menyepakato lama pertemuan layanan bimbingan dan konseling berlangsung. a. Time limit dari Klien Klien : “Bu, sebetulnya saya sudah dua minggu yang lalu ingin menemui Ibu, tetapi baru kali ini saya dapat memiliki kesempatan dengan Ibu. Dan dari jam 7.00 ini saya hanya bisa sampai jam 8.00 untuk bersama Ibu, karena nanti saya ada acara seminar nasional. Konselor:“Kalau demikian, marilah kita manfaatkan waktu selama 60 menit ini dengan sebaik-baiknya mari kita mulai” b. Time Limit dari Konselor Klien : “ Saya akhir- akhir ini sulit untuk memahami materi dari Bapak/Ibu dosen Pak, saya jadi binggung kenapa saya jadi seperti ini.” Konselor : “ baik saya paham apa yang kamu rasakan, kamu merasa gelisah dengan dirimu akhir akhir ini, mari kita cari tahu penyelesaian permasalahan yang kamu hadapi, tetapi untuk pertemuan kali ini kita akan sudahi pukul 11.00 karena saya harus mengikuti rapat pukul 11.30.



5



2). Role Limit (Pembatasan peran) Klien : ” Bu saya mahasiswa baru, dan saya merasa sulit untuk mencari teman. Saya mohon nasehat dari Ibu agar saya dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan baik di lingkungan baru ini”. Konselor: “Anda meminta nasehat dari saya?” Perlu andaketahui bahwa saya tidak dapat memberikan nasihat sebagaimana yang anda minta, tetapi marilah kita bicarakan bersama masalah Anda itu kemudian kita cari jalan keluarnya”. 3). Topic Limit (Pembatasan Topik) Klien : “ Bu saya sulit sekali berkonsentrasi belajar sehingga ketika ujian berlangsung saya tidak dapat mengerjakan dengan baik maka dari itu nilai saya menjadi jelek. Disamping itu, dikelas saya juga sulit sekali bergaul dengan lawan jenis dan satu hal lagi Bu, gimana ya caranya agar saya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru?” Konselor : “Dalam masalah yang Anda kemukakan tadi setidaknya ada tiga masalah yaitu masalah berkonsentrasi belajar, masalah dengan bergaul dengan lawan jenis, dan masalah penyesuain diri. Nah dari ketiga masalah tersebut mana yang mendesak untuk kita bicarakan terlebih dahulu?” 4). Action Limit (Pembatasan tindakan) Klien : “(Datang ke ruang BK marah-marah dengan membawa batu)” Konselor : “Tenang-tenang, anda bisa ceritakan apa yang sedang anda alami, tetapi jangan melakukan perilaku merugikan apapun, tolong letakkan batu itu di bawah meja Bapak'' 5). Service limit, yaitu pembatasan layanan dengan menjelaskan jenis dan sifat layan konselor. Konseli:” Apakah saya dapat mengikuti layanan untuk menambah motivasi belajar dan layanan untuk membuat saya bisa bisa percaya diri kembali setelah dibuli secara bersamaan Bu?”



6



Konselor :” Bagus, saya kagum ada siswa yang memiliki semangat tinggi dalam mengikuti layanan, akan tetapi kedua layanan yang kamu sebutkan sebenarnya berbeda dan harus dilakukan di waktu yang berbeda pula tidak bebarengan. Layanan untuk motivasi belajar ini termasuk layanan bimbingan belajar yang sifatnya klasikal /di lakukan untuk anggota kelasdan termasuk layanan dasar. Sedangkan permasalahanuntuk kamu lebih percaya diri lagi dikatagorikan pada layanan pribadi sosial yang dilakukan secara individu karena itu termasuk layanan rensponsif atau layanan yang harus segera diberikan pada siswa. Mari kita buat jadwal untuk melakukan layanan rensponsif terlebih dahulu agar kamu dapat lebih percaya diri lagi.” 6). Goal limit Konseli:” Bu saya mungkin tidak sepintar teman teman, tapi saya juga butuh masa depan yang terang. Apa profesi yang cocok untuk orang seperti saya ini bu? Saya masih binggung dengan keterampilan yang saya miliki. Konselor:” Saya mengerti kamu pasti cemas memilih profesi untuk masa depan, tetapi tenanglah layanan ini kita akan mulai untuk mengetahui keterampilan yang kamu miliki serta profesi yang cocok untuk kamu pilih, coba ceritakan dahulu apa saja kegemaranmu?.” 7). Confidentiality limit Confidentiality limit yaitu menginformasikan dan menyakinkan konseli bahwa layanan akan menjaga kerahasiaan. Konseli:” ( terlihat cemas dengan menggigit kuku dan kaki digoyang goyangkan) Konselor: “ Ada apa? Seperti ada hal ingin mbak ceritakan, tidak apa- apa mbak tidak usah takut, kami jamin layanan ini akan menjaga kerahasiaan. Konseli :” Saya takut dimarahi orang tua lagi Ibu, sebab kemarin saya tidak pulang kerumah..........”



7



B. TEKNIK CLARIFICATION (KLARIFIKASI) 1. Pengertian Teknik Clarification Clarification adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.(Supriyo dan Mulawarman, 2006: 25). Sedangkan menurut Fauzan Lutfi, dkk (2008: 34) clarification atau penegasan pernyataan adalah pola respon atau teknik menanggapi pembicaraan dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting. Sekilas teknik clarification hampir sama dengan paraphrasing. Namun, dalam clarification ini, konselor tidak hanya mengungkapkan kembali apa yang telah diungkapkan konseli. Tetapi juga melakukan penegasan dan penajaman sehingg wawancara konseling menjadi lebih jelas dan terarah. Penajaman membantu konseli dalam menggali pernyataan-pernyataannya dan makna yang melekat dalam kata-kata yang dipergunakannya. Hal ini akan mengarahkan konseli untuk memahami lebih jauh pokok pembicaraan itu dan memberikan keterbukaan yang lebih besar untuk menghadapi hal-hal yang terkait dengan masalahnya (Yeo dalam Sugiharto & Mulawarman, 2007: 58) Clarification merupakan teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti penegasan pernyataan. Clarification dilakukan oleh konselor untuk menanggapi pembicaraan konseli dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan oleh konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting (Fauzan, 2008:34) Keterampilan klarifikasi merupakan keterampilan konseling yang erat kaitannya dengan keterampilan mendengar selain keterampilan paraphrasing, meringkas dan merefleksi. Keterampilan klarifikasi tidak dapat dipisahkan dari mendengar aktif. Meminta klarifikasi berarti mengajukan pertanyaan sampai diperoleh gambaran yang jelas. Klarifikasi ialah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan: pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, dan sebagainya.



8



2. Bentuk Adapun bentuk dari keterampilan klarifikasi adalah berupa respon konselor yang didahului oleh kata-kata pendahuluan: pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, dsb.



3. Tujuan Teknik Clarification Pada umumnya, tujuan dari clarification adalah untuk mengelaborasi dan mengecek keakuratan pesan yang telah konselor dengarkan. Pertanyaan klarifikasi dimulai dengan ungkapan “Apakah maksud Anda seperti itu?” . dan sebagainya. Terdapat beberapa pendapat ahli mengenai tujuan dari clarification, antara lain adalah sebagai berikut : Menurut Sofyan Willis (2007: 198) tujuan clarification adalah agar konseli dapat menyatakan pesannya (perasaan, pikiran, dan pengalaman) dengan jelas, alasan yang logis, dan dapat mengilustrasikan perasaan dengan cermat. Selain itu, clarification juga bertujuan menangkap pesan konseli yang samar-samar (tidak jelas) atau meragukan, serta menyusun kalimat yang menjernihkan pernyataanpernyataan yang samar-samar, tidak jelas, dan meragukan. Sedangkan menurut Fauzan Lutfi, dkk. (2008: 34) tujuan clarification adalah: 1) Konseli memperoleh balikan bahwa konselor memahaminya secara utuh. 2) Diperoleh kejelasan inti isi pembicaraan konseli. 3) Konseli terbantu mendiskriminasikan perbuatan ataupun situasi yang dihadapi. 4) Mengarahkan pembicaraan lebih lanjut ke arah uraian situasi ataupun perbuatan yang lebih luas dan dalam.



4. Fungsi/Manfaat Teknik Clarification Manfaat penggunaan teknik clarification ini adalah sebagai salah satu upaya untuk memahami konseli secara lebih utuh. Dengan clarification, konselor dapat memahami maksud yang ingin di sampaikan atau pesan-pesan yang disampaikan konseli melalui pernyataan-pernyataannya. Sehingga akan memperjelas dan mempermudah konselor mengarahkan proses wawancara konseling.



9



5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Berikut ini adalah yang perlu diperhatikan konselor dalam menggunakan keterampilan klarifikasi antara lain: 1.



Apa yang telah dikatakan klien .



2.



Apakah pesan yang disampaikan klien ada bagian yang hilang, jika ada konselor harus memeriksa kembali bagian itu. Jika tidak konselor harus menentukan respon lain yang tepat



3.



Bagaimana konselor mendengar, melihat, atau mengerti cara memulai respon ini.



4.



Konselor harus mengetahui apakah klarifikasinya berguna.



6. Prinsip Aplikasi Prinsip aplikasi klarifikasi disebutkan antara lain: ✓ Menghindari sterotip. ✓ Menggunakan kata pemandu atau modalita klarifikasi. ✓ Kaya akan perbendaharaan istilah. ✓ Mengungkapkan inti yang merupakan perasaan atau sari pati dari isi pembicaraan. ✓ Menggunakan kata-kata yang baru dan segar.



Modalita yang digunakan: Pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengankata lain, dari keterangan saudara.



7. Contoh Penggunaan Teknik Clarification dalam konseling Contoh 1 Konseli : “Saya harus bagaimana, Ibu menginginkan saya putus dengan pacar saya dan mencari pengganti yang sama-sama anak kuliah, Bapak menghendaki saya untuk bertunangan dengan putra sahabat dekatnya sewaktu SMA, saya sendiri lebih suka cowok pilihanku.” Konselor : “ Pada dasarnya anda berada dipersimpangan jalan.” Arah pembicaraan Agar konseli mengungkap lebih jauh aspek-aspek konflik pilihanya.



10



Contoh 2 Konseli



: “Saya harus menjadi seperti apa, setiap langkah yang saya lakukan selalu saja tidak disetujui ibu dan ayah, setiap saya mau ini, harus begitu, saya benar- benar lelah harus mengikuti apa yang mereka inginkan, seakan-akan aku seperti boneka saja”



Konselor : “ Pada dasarnya anda kurang suka atas sikap orang tua anda, yang suka mengatur-atur anda”



Contoh 3 Konseli : “saya benar-benar bingung harus memilih si A atau si B?” Konselor : “ anda bingung memilih A yang sangat baik dan mencintai anda dengan tulus tapi anda tidak mencintainya, atau bertahan dengan B yang sangat anda cintai meski B kerapkali menyakiti hati anda, begitu?”



Contoh 4 Konseli : “saya pernah meminjamkan buku catatan kuliah konseling individual kepada andi, tetapi ia tidak mengembalikannya lagi kepada saya Ee.. kemarin lusa adik andi, ari, mau pinjam buku psikologi belajar kepada saya. Saya tidak memberinya pak. Dia kan adik andi, sudah tentu dia juga tidak akan mengembalikan buku yang dipinjamnya itu pada saya.” Konselor :



“dengan kata lain, anda menyamakan ari dengan andi”.



Contoh 5 Klien



: “ Begini Pak, saya sekarang ini dalam keadaan sulit,Setelah lulus nanti saya ingin berwiraswasta dengan Buku Ajar Keterampilan Dasar Konseling membuka usaha kecil-kecilan di rumah, tetapi ibu menginginkan saya jadi pegawai negeri. Katanya, jadi pegawai negeri itu lebih tenang dibandingkan dengan jadi seorang wirausahawan”.



Konselor : “ Pada dasarnya, ada perbedaan keinginan antara Anda dengan ibu Anda dalam hal pilihan pekerjaan”.



11



C. TEKNIK PARAPHRASING 1. Pengertian Teknik Paraphrasing Paraphrasing



adalah



pengulangan



kata-kata.



Menurut



Supriyo



dan



Mulawarman (2006: 26) paraphrasing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan konseli. Dengan kata-kata yang lebih sederhana, konselor perlu untuk mengkonfirmasi kepada konseli bahwa apa yang ia tangkap sesuai dengan apa yang dimaksud/dirasakan oleh konseli. Inilah yang disebut teknik paraphrasing. Sofyan Willis (2007: 188) mengatakan bahwa paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama lien secara sama dengan kalimat yang sederhana. Pengulangan kata-kata dilakukan secara utuh, apa adanya, dan tanpa merubah makna dari ungkapan konseli (Sugiharto dan Mulawarman, 2007: 57). Mappiare dalam Sugiharto dan Mulawarman (2007: 57) menyatakan bahwa perubahan kata boleh dilakukan guna rasiona kalimat namun perubahan itu tidak menggeser arti kata atau kalimat konseli. Untuk memudahkan konseli memahami ide, perasaan, dan pengalamannya, seorang konselor perlu menangkap pesan utamanya dan menyatakannya secara sederhana dan mudah dipahami, disampaikan dengan bahasa konselor sendiri. Hal ini perlu, karena sering dijumpai konseli



yang



pada



saat



mengemukakan



perasaannya,



pikirannya,



dan



pengalamannya secara berbelit-belit, berputar, atau panjang.



2. Tujuan Teknik Paraphrasing Salah satu tujuan paraphrasing menurut Fauzan Lutfi, dkk (2008: 31) adalah agar konseli memperoleh balikan bahwa konselor menangkap atau mendengarkan sesuai yang konseli ucapkan. Sedangkan tujuan dari penggunaan teknik paraphrasing menurut Sofyan Willis (2007: 188) : a. Mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor ada bersamanya, dan berusaha memahami apa yang dikatakan konseli. b. Mengendapkan apa yang dikatakan konseli dalam bentuk ringkasan. c. Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan konseli. Pada umumnya tujuan paraprase adalah untuk menyatakan kembali esensi atau isi ungkapan konseli. Ada empat tujuan utama dari teknik paraprasing ini, yaitu: 12



a. Untuk mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor bersama dia, dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan oleh konseli. b. Mengendapkan apa yang dikemukakan konseli dalam bentuk ringkasan. c. Memberi arah pada wawancara konseling. d. Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan konseli. e. Untuk merealisasikan komentar konseli dengan mengulang apa yang telah konseli katakan dalam cara-cara yang lebih tepat.



3. Fungsi / Manfaat Paraphrasing Paraphrasing bermanfaat untuk mengkonfirmasi bahwa apa yang ditangkap oleh konselor sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh konseli.



4. Kegiatan yang Dilakukan Konselor Dalam Teknik Paraphrasing Menurut (Sofyan Wilis, 2007: 188) kegiatan yang dilakukan konselor dalam teknik paraphrasing yaitu: a. Dengan teliti mendengarkan pesan utama konseli. b. Menyatakan kembali pada konseli dengan ringkas, sederhana, dan bahasa yang mudah. c. Mengamati apakah konseli memberi respon yang tegas terhadap pernyataan konselor atas apa yang diungkapkan konseli.



5. Contoh Penggunaan Teknik Paraphrasing Paraprase yang efektif akan sering diikuti oleh kata-kata “ya” atau “benar/betul” secara spontan dari konseli sendiri. Paraprase yang efektif: a. Klien menjadi merasakan kebersamaan dengan pembimbing. b. Lebih mengarahkan pembicaraan klien berikutnya. c. Dapat mengecek ketepatan/kecermatan pembimbing dalam menangani klien. Cara paraprase: a. Dengarkan pesan utama dari kata-kata konseli. b. Nyatakan kembali pesan utama dengan sederhana dan singkat. 13



c. Amati pertanda atau minta respon dari konseli tentang kecermatan konselor. Contoh 1 1) Konseli



: akhir-akhir ini ibu saya selalu marah-marah kalau uang saya



habis. Padahal sudah saya katakan bahwa uang itu saya gunakan untuk keperluan kuliah, tapi ibu tidak percaya. Biasanya ibu tidak pernah seperti itu. 2) Konseli



: “dia tidak mengijinkan saya melamar pekerjaan itu, saya



menginginkan pekerjaan itu, tetapi dia menggagalkannya, sebenarnya dia hanya tidak ingin membiarkan saya meninggalkan kota ini.” Pesan utama Paraprasenya



: pada kalimat terakhir, yaitu ia takut berpisah. : apakah anda merasakan bahwa sebenarnya dia takut berpisah



dengan anda? Contoh 2 Konseli : “Saya putus dengan Joni, saya tidak suka dia membandingkan saya dengan mantan pacarnya, saya merasa tidak dihargai dan perlakuannya kepada saya tidaklah baik. Entah bagaimana tapi rasanya hari-hari ini saya lebih tenang, saya



merasa



lebih



bahagia



sekarang



setelah



putus



dengan



dia”



Konselor : “Kamu merasa lebih baik setelah putus dari Joni” Harus Diingat ! • Paraprase hanya menyatakan kembali secara lebih esensial, bantuan untuk memperoleh klasifikasi tambahan yang cermat. • Paraprase bukanlah upaya membaca apa yang terlintas di benak konseli (interpretasi) atau pemikiran konselor terhadap ucapan konseli. • Paraprase biasanya diikuti dengan “pernyataan mengundang pembicaraan terbuka”. • Pengulangan harus persis dengan isi pernyataan konseli, tidak boleh menambah atau mengurangi, 14



• Intonasi yang digunakan konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan pernyataan konseli, dengan kata lain bentuk pengulangan dinyatakan dengan intonasi yang berbeda dan dalam bentuk pertanyaan. Paraprase yang Tidak Disarankan • Analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien yang dimasukkan dalam respon konselor • Respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien, bukan tema utamanya • Pemakaian kata-kata praprase atau prase yang tidak tepat dalam wawancara (kata-kata



teknis,



istilah



psikologi



yang



berlebihan)



D. TEKNIK QUESTIONING 1. Pengertian Teknik Questioning (Bertanya) Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan klien. Untuk itu konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya adalah teknik untuk mengarahkan pembicaraan konseli. Teknik bertanya merupakan jantung percakapan di dalam proses konseling. Teknik ini menjadi penting bagi konselor untuk lebih banyak lagi informasi kepada konseli. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh konselor dapat membuka area baru dalam konseling dan membantu mengarahkan konseli dalam mengeksplorasi ide dan situasinya. Namun terlalu banyak bertanya juga tidak baik karena akan dianggap konseli bahwa konselor sebenarnya tahu jawabannya dan hanya mengetes konseli. Untuk mebangun pertanyaan yang efektif sangat penting untuk mempertimbangkan kondisi dari konseli, dan isu-isu yang dihadapinya.



2. Jenis Teknik Questioning (Bertanya) Teknik bertanya: teknik untuk mengarahkan pembicaraan konseli. Bentuknya ada dua yaitu:



15



a. Pertanyaan terbuka, pertanyaan yang memberikan kesempatan pada konseli uniuk



mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan jawaban dari



berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan konseli. Kata tanya yang dipergunakan: “apa”, “mengapa”, “dimana”, “kapan”, dan “bagaimana” (what, where, when, dan how). Konsekuensi yang diharapkan bahwa konseli akan menjawab pertanyaan terbuka secara lebih detail. Contoh : “Apa rencana anda seialami anak anda?” “Apa yang menjadi dasar bagi anda mengambil keputusan itu? Pertanyaan “bagaimana” cenderung mengundang klien untuk membicarakan perasaan mereka. Pertanyaan “apa” lebih sering mengarah pada munculnya fakta. Pertanyaan "Kapan" memberikan informasi tentang waktu terjadinya masalah, dan ini dapat mencakup peristiwa dan informasi sebelum atau setelah peristiwa tersebut. Pertanyaan “di mana” mengungkapkan lingkungan, situasi atau tempat acara berlangsung, dan pertanyaan “Mengapa” biasanya memberikan informasi kepada konselor mengenai alasan acara atau informasi yang mengarah ke acara tersebut. “Bagaimana?” Paling sering memungkinkan pembicaraan tentang perasaan dan / atau proses. “Apa?” Paling sering mengarah pada fakta dan informasi. “Kapan?” Paling sering menunjukkan waktu masalah, termasuk apa yang mendahului dan mengikutinya. “Dimana?” Paling sering memungkinkan diskusi tentang lingkungan dan situasi. “Mengapa? “ Paling sering mengemukakan alasan. b. Pertanyaan



tertutup, adalah pertanyaan yang membatasi konseli untuk



memberikan suatu jawaban yang spesifik atau tertentu. Dengan pertanyaan tertutup ini, konseli biasanya hanya memberikan jawaban “ya” atau “tidak”. Untuk ini dalam penggunaannya harus hati-hati, karena dapat terjebak timbulnya resistensi pada konseli. Pertanyaan tertutup biasanya didahului dengan kata tanya: “dimana”, “kapan”, “ siapa”. Konsekuensi yang diharapkan, konseli akan memberikan informasi khusus secara tertutup. Contoh : 16



“Apakah anda menyukainya?” “Apakah anda marah dengannya?”



3. Prinsip-Prinsip dalam Menggunakan Teknik Questioning (Bertanya) Brammer (1982) mengemukakan adaanya 3 prinsip dalam penggunaan teknik bertanya, yaitu a. Bertanya pada hal-hal yang mcmungkinkan konseli menjawab sesuai dengan kemampuan dan pengertian konseli, b. Menggunakan variasi pertanyaan atau bertanya dengan topik yang tidak sama (selang-seling). Dengan pertanyaan yang bervariasi tidak akan menimbulkan kebosanan pada konseli; dan prinsip yang c. Adalah memulai proses konseling dengan sedikit bertanya. Penting bagi konselor untuk menemukan kata kritisnya atau clue-nya dari pernyataan konseli, agar pertanyaan diajukan tepat dan mamapu mengembangkan konseli dalam mengeksplorasi persoalannya.



4. Isu-Isu Berkaitan dengan Teknik Questioning (Bertanya) Isu-isu utama berkaitan dengan ketrampilan bertanya adalah: a. Pertanyaan membantu memulai percakapan, b. Pertanyaan terbuka akan membantu mengelaborasi dan memperkaya cerita konseli, c.



membantu mengungkap dunia spesifik-konkrit konseli,



d. Pertanyaan merupakan hal kritis dalam asesmen, e. Kata pertama dalam pertanyaan terbuka akan menentukan apakah konseli mau melanjutkan ceritanya atau tidak, f. Dalam situasi lintas budaya, pertanyaan dapat menimbulkan distrust, g. Pertanyaan dapat digunakan untuk membantu konseli menjelajah aset-aset positifnya.



5. Contoh Teknik Questioning (Bertanya) a. Konseli



: Ehm.., kalau orang tua saya bercerai juga, saya harus



menerima kenyataan dan siap ikut dengan siapa saja, apakah dengan ayah atau dengan ibu. Yang penting saya tidak gagal di sekolah, Bu. Saya tidak mau kegagalan orang tua saya harus menjadi kegagalan saya juga”. 17



Ingat: Pertanyaan difokuskan: mau diarahkan kemana konseli ini. Maka sebaiknya ditemukan kata-kata kritisnya/clue-nya terlebih dahulu secara cepat dan benar. (Contoh: dari pernyataan konseli itu, clue-nya bisa: kegagalan, ikut siapa saja: ini yang lebih mengena) Konselor : 1).“Bagaimana hubungan anda dengan ayah dan dengan ibu selama ini?” (Pertanyaan ini: konselor mau lebih mempertajam untuk memperoleh informasi sehubungan dengan kata kritis: “ikut siapa saja”) Jika dibuat Pengulangan makna: Co: “Anda ikut dengan siapa siapa saja”. 2).“Mengapa anda tidak mau gagal di sekolah?” (dari kata kunci “kegagalan”. Informasi yang akan kita dapatkan dari pertanyaan ini: antara lain: karena kegagalan menghambat masa depan)



b. Konseli



: Saya merasa saya ini bukan apa-apa bila dibandingkan dengan



teman-teman.. Apalah saya ini, Bu. Saya adalah anak orang biasa saja, sedangkan teman-teman saya itu rata-rata anak orang kaya. Pokoknya mereka itu lebih dari segala-galanya. Sebenarnya saya ingin menarik perhatian mereka, dan saya ingin berusaha untuk itu, tapi Bu janganjangan mereka tidak bersimpati lagi kepada saya”. Konselor: 1).“Mengapa anda khawatir teman-teman anda tidak bersimpati lagi?” 2).“Bagaimana anda ingin menarik simpati?” 3).“Mengapa anda ingin berusaha untuk menarik perhatian mereka?”. (Informasi yang ingin didapat dari pertanyaan ini: ingin mendapat pengakuan, tapi khawatir kalau salah tingkah ) c. Konseli : “Pernah saya membicarakan keinginan saya ini pada kakaksaya yang sudah bekerja dan berkeluarga. Kakak saya sebagai keluarga yang berada, tetapi mereka juga tidak peduli dengan keinginan saya untuk melanjutkan studi di PT”. Konselor : 1).“Mengapa kakak anda tidak peduli dengan keinginan anda untuk melanjutkan studi di PT?”. 2).“Bagaimana usaha anda setelah kakakmu tidak peduli? 18



BAB 3 PENUTUP



A. KESIMPULAN Structuring adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan pembatasan yang berkenaan dengan batas-batas, sifat, dan kondisi agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan prinsip-prinsip layanan profesional dalam konseling. Clarification merupakan teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti penegasan dan bertujuan untuk mengelaborasi dan mengecek keakuratan pesan. Dengan clarification, konselor dapat memahami maksud yang disampaikan konseli melalui pernyataan-pernyataannya. Sehingga, akan memperjelas dan mempermudah konselor mengarahkan proses wawancara konseling. Paraphrasing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan konseli. Konselor perlu untuk mengkonfirmasi kepada konseli bahwa apa yang ia tangkap sesuai dengan apa yang dimaksud/dirasakan oleh konseli. Paraphrasing bermanfaat untuk mengkonfirmasi bahwa apa yang ditangkap oleh konselor sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh konseli. Teknik questioning (bertanya) adalah teknik untuk mengarahkan pembicaraan konseli. Teknik bertanya merupakan jantung percakapan di dalam proses konseling. Teknik ini menjadi penting bagi konselor untuk lebih banyak lagi informasi kepada konseli. Teknik bertanya ini berfungsi untuk mengarahkan pembicaraan dengan konseli yang terdapat 2 bentuk, yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.



B. SARAN Keterampilan komunikasi dalam proses konseling yang meliputi teknik dasar structuring, clarification, paraphrasing, dan questioning sangat penting untuk dipelajari dan dipahami dengan baik oleh konselor maupun calon konselor. Hal ini bertujuan agar



proses komunikasi dalam proses konseling berlangsung efektif,



sehingga dapat membantu konseli untuk menyelesaikan masalahnya dengan baik. 19



DAFTAR RUJUKAN



Fauzan Luftfi ,dkk. 2008. Tehnik-tehnik Komunikasi untuk Konselor. Malang : Universitas Negeri Malang. Hartasturi, Tri Retno dan Eko Darminto.2007. Keterampilan-keterampilan dasar dalam konseling. Surabaya :UnesaUniversityPress. Mulawarman, dan Supriyo. 2006.Keterampilan Dasar Konseling. Semarang : Pusat Pengembangan MKU/ MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206554/pengabdian/(C)+KETERAMPILAN+++KONSE LING+2010_0.pdf (diakses 12 maret 2021) http://bk112035.blogspot.com/2014/01/teknik-clarifikasi-dan-interpretasi.html (diakses pada 11 maret 2021) https://www.researchgate.net/publication/318743506_Buku_Ajar_Keterampilan_Dasar_Kons eling ( diakses pada 11 maret 2021) https://www.counsellingconnection.com/index.php/2009/07/10/counselling-microskillsquestioning/ (diakses pada 12 Maret 2021) https://nugrowhow.wordpress.com/2014/07/07/questioning-teknik-bertanya/ (diakses pada 12 Maret 2021) https://www.academia.edu/6207030/Teknik_umum_konseling_dan_teknik_khusus_OK (diakses pada 12 Maret 2021) http://animenekoi.blogspot.com/2011/07/kdk-questioning-teknik-bertanyasummary.html?m=1#:~:text=Tehnik%20bertanya%3A%20tehnik%20untuk%20meng arahkan,kemungkinan%20sesuai%20dengan%20keinginan%20konseli (diakses pada 12 Maret 2021) http://deciimuachh.blogspot.com/2012/06/paraphrasing-and-clarification.html?m=1 (diakses pada 12 Maret 2021) http://animenekoi.blogspot.com/2011/07/kdk-clarification-paraphrasing-dan.html?m=1 (diakses pada 12 Maret 2021)



20