(Kel.3) Sejarah PembinaanPenghimpunan Hadist [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEJARAH PEMBINAAN DAN PENGHIMPUNAN HADITS Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits Dosen Pengampun: Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag.



Disusun Oleh: Yulfilzah Istiqamah



11190110000103



Mohamad Adib El Syarief



11190110000074



Ahmad Ramdhan Muzakki



11190110000106



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/ 1440 H



1



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ilaahi Rabbi yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pembinaan dan Penghimpunan Hadits. Penyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits. Kami berharap dengan penyusunan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami serta banyak orang yang membaca makalah ini. Menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..2 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….3 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………..4 B. RUMUSAN……………………………………………………………………..4 C. TUJUAN………………………………………………………………………..4 BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F.



PERIODE NABI MUHAMMAD………….…………………………………...5 PERIODE SAHABAT………………………………………………………….7 PERIODE TABI’IN…………………………………………………………….8 PERIODE TABI’ TABI’IN…………………………………………………….9 PERIODE SETELAH TABI’ TABI’IN………………………………………..10 KITAB-KITAB HADITS YANG DIPEDOMANI…………………………….13



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN…………………………………………………………………15 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..16



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadis disebut juga Sunnah yaitu segala sesuatu yang bersumber atau disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, atau pun taqrir beliau. Hadis sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur'an. Sejarah perjalanan hadis tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri. keberadaan hadis dalam proses kodifikasinya sangat berbeda dengan al-Quran yang sejak awal mendapat perhatian secara khusus baik dari Rasulullah saw maupun para sahabat berkaitan dengan penulisannya. Sementara perhatian terhadap hadis tidaklah demikian. Upaya kodifikasi Hadis secara resmi baru dilakukan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz khalifah Bani Umayyah yang memerintah tahun 99-101 H, yang waktunya relatif jauh dari masa Rasulullah saw. Kenyataan ini telah memicu berbagai spekulasi perihal otentisitas al-Hadits itu sendiri. Mencermati uraian di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang penulisan dan penghapalan hadis, serta mendeskripsikan perkembangan penulisan dan pengkodifikasian Hadis dari masa Nabi Muhammad saw, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, dan setelahnya.



B. Rumusan masalah 1) Sejarah periode Nabi Muhammad saw 2) Sejarah periode sahabat 3) Sejarah periode tabi’in 4) Sejarah tabi’ tabi’in 5) Sejarah setelah periode tabi’ tabi’in 6) Kitab-kitab Hadis yang dipedomani



C. Tujuan masalah 1) Untuk mengetahui sejarah pada masa Nabi Muhammad saw 2) Untuk mengetahui sejarah pada masa sahabat 3) Untuk mengetahui sejarah pada masa tabi’in 4) Untuk mengetahui sejarah pada masa tabi’ tabi’in 5) Untuk mengetahui sejarah setelah masa tabi’ tabi’in



4



6) Untuk mengetahui kitab-kitab yang dipedomaninya



BAB II PEMBAHASAN A. Periode Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad saw, lahir pada 12 Rabi’ul Awal, hari Senin, bertepatan pada peristiwa pasukan Gajah terhadap Ka’bah, Makkah atau setelah 40 tahun kekuasaan Kisra Anusyirwan. Rasulullah berasal dari keturunan Bani Hasyim 1. Sebuah riwayat mengatakan bahwa telah terjadi irhas2 sebagai bukti penguat kerasulan beliau, saat beliau lahir. Bukti itu, diantaranya: runtuhnya 14 balkon di Istana Kisra, api yang bisa disembah oleh orang-orang Majusi padam, gereja disekitar Buhairah hancur karena amblas ditelan Bumi. Setelah Aminah selesai bersalin, berita kelahiran anak lelakinya dikirim kepada Abdul Muthallib di Ka’bah. Setelah menerima berita itu alangkah gembiranya beliau, lalu ia teringat kepada Abdullah. Ia gembira karena penggantinya sudah lahir. Dalam pertumbuhannya, Rasulullah saw, memiliki banyak keistimewaan dan kelebihan. Beliau unggul dan cerdas dalam berfikir. Beliau memiliki pandangan yang sangat tajam. Beliau mendapatkan sanjungan karena kecerdasannya, dan lurus dalam berfikir. Kerasulan Nabi Muhammad saw, merupakan upaya Tuhan dalam melaksanakan misi Islam dan menjelaskan firman-Nya. Dari Rasulullah saw, keluarlah berbagai mutiara yang sangat berharga bagi perkembangan Islam, yakni Sunnah atau Hadis, lalu berkembang di dunia Islam dan menyebar ke berbagai wilayah di luar daerah Hijaz, seiring dengan semakin menyebarnya wilayah kekuasaan Islam3. Dalam konteks sejarah Islam, proses kodifikasi hadis sangat berbeda dengan kodifikasi al-Qur’an. Sebab, sejak awal, penulisan dan kodifikasi al-Qur’an mendapatkan perhatian yang sangat khusus, baik dari Rasulullah saw maupun sahabat. Alqur’an secara resmi, sudah dikodifikasi sejak masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, secara resmi sudah



1



Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Shahih Shirah Nabawiyyah, terj. Zaenal Muttaqin, (Bandung: Jabbal, 2010), Hlm. 62 2 Kejadian luar biasa yang menjadi tanda-tanda kenabian. 3 Husein Shibab, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Izzan Saehudin, Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis, (Bandung: Humaniora), Hlm. 2



5



dikodifikasi sejak masa Khalifah Abu Bakar, dilanjutkan kemudian oleh Utsman bin Affan, yang waktunya relatif dekat dengan masa Rasulullah saw. Para peneliti Muslim menyimpulkan bahwa penulisan hadis secara lengkap tentu sangatlah sulit. Sebab, tindakan itu sama saja dengan menuliskan setiap peristiwa dan keadaan yang menyertai perilaku Nabi Muhammad saw. Padahal, para sahabat yang hidup menyertai beliau bisa bersama Rasulullah Saw. Apa yang mereka alami akan terekam secara otomatis dalam ingatan tanpa harus di catat karena mereka terlibat dalam berbagai peristiwa tersebut. disisi lain tradisi menghafal merupakan tradisi yang sangat melekat kuat hingga banyak kejadian yang lebih banyak terekam dalam bentuk hafalan. Pengertian kodifikasi hadis yang dikenal dengan tadwin al-hadis baik secara bahasa maupun istilah, dibahas untuk memperjelas makna dan maksud kodifikasi itu. Sejarah kodifikasi hadis di bagi menjadi empat periode : periode abad II Hijrah yang dimulai semenjak masa Umar ibn al-‘Aziz, periode abad III Hijrah, periode abad IV sampai VI Hijrah, dan periode abad VII sampai sekarang.4  Periode pertama (Masa Rasulullah Saw) Pada periode pertama, para sahabat langsung mendengarnya dari Rasulullah saw, atau dari sahabat lain. Adapula yang diterangkan oleh istri Rasul, seperti dalam masalah kewanitaan. Rasulullah saw. Memerintahkan para sahabat untuk menghafal dan menyebarkan hadis itu. “Beritakanlah dariku. Barang siapa yang berdusta terhadap diriku, hendaklah ia bersedia menempati kedudukannya di Neraka”. 5 Penyampaian hadis masa ini dilakukan dengan dua cara. Lafaz asli sebagaimana lafaz yang mereka dengar dari Rasulullah saw. Cara kedua dengan makna karena disampaikan dengan mengemukakan maknanya saja, tidak menurut seperti yang diucapkan Nabi SAW.6 a. Larangan Menulis Hadis Pada Masa Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah saw sedikit sekali sahabat yang bisa menulis, sehingga yang menjadi andalan mereka dalam menerima hadis adalah dengan menghafal. Menurut Abd Al-Nahr, Allah telah memberikan keistimewaan sepada para sahabat kekuatan daya ingat dan kemampuan menghafal/mereka dapat meriwayatkan AlQur’an, Hadis, dan Syair dengan dengan baik. Seakan mereka membaca dari sebuah buku7. Perhatian sahabat terhadap hadis sangat tinggi, terutama diberbagai majlis Nabi atau tempat untuk menyampaikan risalah Islamiyah seperti di Masjid, halaqah ilmu, dan berbagai tempat yang dijanjikan Rasulullah. Rasulullah menjadi pusat narasumber, referensi, dan tumpuan pertanyaaan ketika para sahabat menghadapi 4



Dr. Idris, Studi Hadis, (Jakarta: KENCANA, 2010), Bukhari dan Muslim 6 Ahmad Izzan Saehudin, Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis, (Bandung: Humaniora) hlm. 3 7 Idris, Studi Hadis, (jakarta: KENCANA, 2013), hlm. 5



6



masalah, baik secara langsung, atau tidak langsung seperti melalui istri-istri Rasulullah dalam masalah keluarga dan kewanitaan, karena mereka adalah orangorang yang paling mengetahui keadaan Rasulullah dalam masalah keluarga. Hadis pada waktu itu pada umumnya hanya diingat dan dihafal oleh para sahabat dan tidak ditulis seperti Al-Qur’an ketika disampaikan oleh Nabi, karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Secara umum Nabi melarang bagi umum karena khawatir bercampur antara Hadis dan Al-Qur’an. Banyak hadis yang melarang para sahabat untuk menulis hadis adalah: ‫ال تكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه‬ “Janganlah kalian menulis dari ku, dan barangsiapa yang telah menulis dari ku selain al Quran maka hapuslah”. (HR. Muslim)8. Alasan pelarangan pencatatan hadis pada masa Rasulullah khawatir hadis tercampur dengan al-Qur’an yang saat itu Nabi melarang keras kepada sahabat untuk melunis dan mencatat Hadis agar tidak tercampur dengan al-Qur’an al-Karim. b. Diperbolehkannya Menulis Hadis Pada Masa Rasulullah SAW. Larangan menulis hadis tidaklah umum kepada semua sahabat, ada sahabat tertentu yang diberikan izin untuk menulis hadis. Nabi melarang menulis hadis karena khawatir tercampur dengan Al-Qur’an dan pada kesempatan lain nabi memperbolehkannya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abd Allah Ibn Umar, diaberkata: “Aku permah menulis segala sesuatu yang ku dengar dari Raulullah, aku ingin menjaga dan menghafalkannya. Tetapi orang Quraisy melarangku melakukannya.” Mereka berkata: “Kamu hendak menulis (hadis) padahal Rasulullah bersabda dalam keadaan marah dan senang”. Kemudian aku menahan diri (Untuk tidak menulis hadis) hingga aku ceritakan kejadian itu kepada Rasulullah. Beliau bersabda9: “ Tulislah, maka demi dzat yang aku berada dalam kekuasaannya adalah tidaklah keluar dariku kecuali kebenaran” menulis wahyu yang turun dan surat-surat Nabi Sangat sulit seluruh pernyataan, perbuatan, ketetapan, dan hal-hal orang yang masih hidup dapat langsung dicatat oleh orang lain apalagi dengan alat sederhana.10 B. Periode Sahabat Nabi wafat pada tahun 11 H, kepada umatnya beliau meninggalkan dua pegangan sebagai dasar pedoman hidupnya, yaitu al-Qur’an dan Hadits yang harus dipegangi bagi pengaturan seluruh aspek kehidupan umat. Setelah Nabi saw wafat,kendali kepemimpinan umat Islam berada di tangan sahahabat Nabi. Shahabat Nabi yang pertama menerima kepemimpinan itu adalah Abu Bakar as- Shiddiq ( wafat 13H/634 M) kemudian disusul oleh Umar bin Khatthab (wafat 23 H/644 M), Utsmanbin 8



HR. Muslim Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 36. 10 Ibid, hlm. 37 9



7



Affan (wafat 35 H/656 M), dan Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H/661 M). keempat khalifah ini dalam sejarah dikenal dengan sebutan al-khulafa al-Rasyidin dan periodenya biasa disebut juga dengan zaman shahabat besar11 Setelah berakhirnya masa pemerintahan Ali ra, umat Islam dilanda fitnah besar. Sebabnya, karena ada makar yang dilakukan oleh kaum Munafik dan Yahudi. Saat itu, umat terpecah menjadi tiga golongan: pendukung Ali yang mengklaim diri sebagai “Syiah”, para pendukung Mu’awiyah, dan Khawarij. Dalam perkembangannya, golongan-golongan tersebut mulai memalsukan hadis dengan tujuan membenarkan golongannya dan menjatuhkan golongan lain. Jelasnya, abad pertama seluruhnya mencakup masa sahabat. Sebab, para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis meninggal sesudah itu tidak dipungkiri lagi, abad pertama Hijriyah ini. Adapula yang meninggal sesudah itu tidak dipungkiri lagi, abad pertama penulisan Hadis yang dilakukan oleh Tabi’in juga sudah ada. Para sahabat mengetahui kedudukan As-Sunnah sebagai sumber syari’ah pertama setelah Al-Qur’an Al-karim. Mereka tidak mau menyalahi as-Sunnah jika asSunnah itu mereka yakini kebenarannya, sebagaimana mereka tidak mau berpaling sedikitpun dari as-Sunnah warisan beliau. Mereka berhati-hati dalam meriwayatkan hadits dari Nabi saw. karena khawatir berbuat kesalahan dan takut asSunnah yang suci itu ternodai oleh kedustaan atau pengubahan. Oleh karena itu mereka menempuh segala cara untuk memelihara hadits, mereka lebih memilih bersikap “sedang dalam meriwayatkan hadits” dari Rasulullah., bahkan sebagian dari mereka lebih memilih bersikap “sedikit dalam meriwayatkan hadits” 12.Periode sahabat disebut dengan “’Ashr al-Tatsabut wa al-Iqlal min al-riwayah” yaitu masa pernastian dan menyedikitkan riwayat. Dalam prakteknya cara shahabat meriwayatkan hadits ada dua, yakni13: a) Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi sawyang mereka hafal benar lafazhnya dari Nabi saw. b) Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya bukan dengan lafazhnya karena tidak hafal lafazhnya asli dari Nabi saw.Berikut ini dikemukakan sikap al-Khulafa al-Rasyidin tentang periwayatan haditsNabi.



C. Periode Tabi’in 11



Ibid, hlm. 37-38 Akrom Fahmi, Sunnah Qabla Tadwin (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 124. 13 Bakti Press H. Endang Soetari, Ilmu Hadits (Bandung: Amal, 1997), 46. 12



8



Seusai penghimpunan pada masa para sahabat, maka dilanjutkanlah oleh para tabi’in dan tabi’ tabi’in, Pada masa abad pertama hijriyah terdapat 49 tabi’in yang menuliskan hadist Nabi SAW. Diantaranya Umar bin Abdul Aziz (wafat tahun 101 H), ‘Urwah bin az-Zubair (wafat tahun 93 H), ‘Abdurrahman bin Mas’ud (wafat tahun 79 H), dan yang lainnya14. Masa akhir abad pertama dan awal abad kedua hijriyah, masa ini terapat 86 orang baik dari kalangan tabi’in maupun tabi’ tabi’in. Yang mempunyai koleksi dan tulisan tentang hadist Nabi SAW, seperti yang ditulis oleh ‘Ali bin ‘Abdillah bin ‘Abbas (wafat tahun 117), ‘Amr bin Dinar al-Makki (wafat tahun 126 H), dan Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri (wafat tahun 124 H)15. Pengodifikasian hadist mengalami perkara yang sukar, yakni sudah berpencarnya periwayat hadist dari kalangan sahabat ke berbagai daerah, apalagi pada awal pemerintahan Bani Umayyah. Pengodifikasian hadis dilakukan secara resmi pada pemerintahan yang dipegang oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz (khalifah ke VIII dari masa bani Umayyah tahun 99 H), yang pada masanya dibentuklah Lembaga Kodifikasian Hadist. Khalifah memberikan sebuah perintah terhadap pejabat pemerintahan pada masanya yang bertempat di daerahdaerah seperti: 1) Abu Bakar bin Hazm (gubernur Madinah, wafat tahun 117 H) untuk menemui Amrah binti Abdurrahman al-Anshary (murid kepercayaan Siti Aisyah, wafat tahun 28 H) an al-Qosim bin Abu Bakar (wafat tahun 107 H), hanya saja hasilnya kurang lengkap. 2) Muhammad bin Syihab az-Zuhry (wafat tahun 124 H)16. Ulama menetapkan al-Zuhri sebagai penyusun kitab hadis pertama. Tidak ada kesepakatan di kalangan ulama mengenai siapa yang menjadi tokoh utama dalam menyusun kitab hadis di antara mereka17. Namun Rasyid Ridha berpendapat, kemungkinan orang yang pertama menulis hadis di kalangan tabi’in abad pertama hijriah dalam bentuk koleksi adalah Khalid bin Mi’dan al-Himshi (wafat tahun 103 atau 104 H). Konon, ia sempat bertemu dengan tidak kurang dari tujuh puluh orang sahabat. Sungguhpun demikian, Ridha mengakui bahwa pendapat yang masyhur adalah bahwa orang yang pertama membukukan hadis adalah Ibn Syihab al-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz18 14



M. Mustafa Azami, Studies in Early Hadist Literature (Indianapolis: American Trust Publication, 1978) H. 60. Ibid, H. 74. 16 M. Ma’sum Zein, Ilmu Memahami Hadist Nabi:Cara Praktis Menguasai Ulumul Hadist dan Mutholahul Hadist (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2016) H. 70. 17 Muhammad Zaini, Metode Pemahaman Hadis Dari Masa Ke Masa, (Banda Aceh: Naskah Aceh dan Ar-Rabiry Press, 2013) H. 26. 18 Muh. Zuhri, Hadis Nabi: Telaah Historis & Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2011), hlm. 55 15



9



D. Periode Tabi’ Tabi’in Penghimpunan hadis pada masa zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz dilakukan dengan cara mencatat dari penghafalnya. Kemudian, untuk memelihara kesahihan hadisthadist tersebut, para ilmuwan muslim pun berusaha membuat suatu konsep metode untuk memelihara kemurdian hadist. Akhirnya mereka menemukan metode sanad. Selain itu muncul keharusan untuk mendatangi para penghafal hadist,terutama di kawasan Hijaz dan kota-kota dimana mereka bermuqim untuk menghimpun hadist langsung dari mereka (para penghafal hadist). Dan selanjutnya timbul cara lain untuk memelihara kemurnian hadist dan keshahihan hadist. Munculah sejumlah istilah yang menunjukkan status hadist (shahih, hasan, dan dho'if), aspek nilai hadist (mudraj, matruk, dan maudhu’), jangkauan rangkaian hubungan dengan Nabi SAW. (marfu’, mauquf, dan manthuq), sanad hadist (mumtad, ‘ali, mursal, munqothi’, mu’dhal, dan mubham), serta cara pengumpulan hadist (mutawatir, masyhur, ‘aziz, dan ahad)19. Pemakalah menyimpulkan bahwa penghimpunan hadist secara ressmi dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang merupakan khalifah ke delapan dari dinasty Bani Umayyah. Dan cara yang dilakukan dalam penghimpunan hadist tersebut ialah dengan cara mencatat hadist dari para penghapal hadist.



E. Periode Setelah Tabi’ Tabi’in Hadis atau Sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua seteleh al-Qur’an jika dilihat dari segi periwayatan berbeda dengan al-Qu’an, dimana yang kedua setiap kali ayat ayatnya turun, Rasulullah saw. langsung memerintahkan penulis wahyu untuk menulisnya, sementara untuk hadis Nabi saw, tidak demikian halnya. Periwayatan hadis Nabi saw., dengan demikian lebih banyak berlangsung secara lisan dibandingkan dengan tulisan, akibat dari ada larangan Rasulullah saw. Secara umum kepada para sahabat untuk menulis hadis hingga Khalifah ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azīz (salah seorang Khalifah Bani Umayyah) memandang perlunya penulisan dan pembukuan hadis-hadis Nabi saw., dengan mempertimbangkan berbagai faktor, berupa adanya kekhawatiran akan lenyapnya hadis 20. munculnya hadis palsu akibat pertentangan politik dan mazhab; berpencarnya para sahabat di beberapa kota, serta banyaknya dianta sahabat yang meniggal dunia dalam peperangan. Hasil dari upaya pembukuan hadis itu telah melahirkan kitab-kitab hadis standar sebagai rujukan



19



Ahmad Rofi’ Ustmani, Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa. (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, cetakan pertama 2015), H. 141. 20 http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Shautul-Arabiyah/article/view/1222



10



dalam hal pengamalan.Sunnah Nabi saw., dalam kehidupan kaum muslimin, serta untuk kepentingan penelitian dan pengkajian. Pada masa abad ini disebut Penghimpunan dan Penertiban. Ulama yang hidup pada abad ke4 H dan berikutnya disebut Ulama mutaakhirin atau khalaf, sedangkan yang hidup sebelum abad ke4 H disebut ulama mutaqaddimin atau ulama salaf 21 Pada abad ini dan berikutnya tidak banyak penambahan HadisPada periode ini disebut sebagai masa kejayaan hadis karena pada masa ini kegiatan rihlah mencari ilmu dan sunah serta pembukuannya mengalami puncak keberhasilan yang pesat. Seolah-olah pada periode ini semua hadis telah terhimpun semua. Sejak Baghdad dihancurkan oleh Hulagu Khan, kegiatan perkembangan hadits berpindah ke Mesir dan India. Dalam masa ini banyak kepala-kepala pemerintahan berkecimpung dalam bidang ilmu hadits. Pada periode ini disebut22 : ‫عهد الشرح و اجلمع و التخريج و البحث‬ “Masa pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan dan pembahasan”. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Ulama dalam masa ini adalah menerbitkan buku-buku hadits, menyaringnya dan menyusun kitab Takhrij dan kitab Jami‟ yang umum. Pada masa ini juga disusun kitab-kitab zawa‘id, seperti kitab Zawa‟id karya Ibnu Majah, kitab Zawa‟id as-Sunnah al-Kubra karya al-Bushiry, al-Imam fi Ahadits al-Ahkam karya Ibnu Daqiq al-Ied, dan masih banyak yang lainnya. Intinya pada masa ini banyak bermunculan Ulama-ulama hadits dengan berbagai macam kitab karya mereka. A. Keadaan Umat Islam pada Periode Ini Setelah Baghdad direbut dan khalifah Abbasiyah ditaklukkan (656H), maka tentara Tartar melanjutkan penyerangannya ke Haleb, Damaskus, dan lain-lain (658 H). Daulah Ayubiyah di Mesir yang pernah jaya di bawah pahlawan Islam dalam perang salib, telah runtuh dan dikuasai oleh Daulah Mamalik. Mengganas penyerangan tentara Tartar, maka orang-orang Mesir bertekad melawan tentara. Periode ini masa yang paling sukses dalam pembukuan hadis, sebab pada masa ini ulama hadis telah berhasil memisahkan hadis nabi dari yang hadis atau dari hadis nabi dari perkataan sahabat atau fatwanya dan dapat terfilterisasi antara hadis yang shahih dengan yang bukan hadis. Seolah-olah pada masa ini hampir seluruh hadis terhimpun dalam 1 buku, hanya sebagian kecil saja dari hadis yang belum terhimpun. Dan pada masa berikutnya mulai diadakan tindak lanjut dengan penghimpunan dan penertiban agar ilmu hadis menjadi lebih sempurna. 21 22



https://www.academia.edu/10191116/Sejarah_Pembinaan_dan_Penghimpunan_Hadits Muhajirin, ULUMUL HADITH, (NoelFikri Offset, Palembang: 2016), hlm.151



11



Imam Az-Zahabi, mengatakan, kitab hadis yang ditulis Imam Bukhari merupakan kitab yang tinggi nilainya dan paling baik, setelah Alquran. Di antara sederet kitab hadis yang ditulis para ulama sejak abad ke-2 Hijriah, para ulama lebih banyak merujuk pada enam kitab hadis utama atau Kutub As-Sittah. Keenam kitab hadis yang banyak digunakan para ulama dan umat Islam di seantero dunia itu adalah Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmizi, Sunan AnNasai, serta Sunan Ibnu Majah. B. Kegiatan Ulama Hadits pada Periode ini Dengan latar belakang keadaan politik dunia Islam seperti dikemukakan di atas, maka praktis kegiatan periwayatan hadits yang pada masa sebelumnya banyak dilakukan syifahiyah (penyampaian dan penerimaan riwayat secara lisan/hafalan), sudah tidak lagi banyak di jumpai. Karena, penyampaian dan penerimaan riwayat/Hadits banyak dilakukan dengan jalan ijazah dan mukatabah. Hanya sedikit sekali ulama hadits yang masih mampu menyampaikan periwayatan hadits beserta sanadnya secara hafalan yang sempurna seperti yang telah dilakukan oleh ulama mutaqaddimin, di antara mereka itu ialah23: 1. al-Iraqy (wafat 806 H) al-Iraqy, mendiktekan hadits secara hafalan kepada 400 majelis, sejak tahun 796 H. kitab-kitab hadits karangan al-Iraqy cukup banyak. 2. Ibnu Hajar al-Asqalani (wafat 852 H) Ibnu Hajar adalah murid al-Iraqy. Di antara ulama yang menyatakan, Ibnu Hajar adalah seorang hafidz (penghafal hadits) yang tidak ada tandingan di zamannya. Telah mendiktekan hadits kepada 1000 majelis. Kitab-kitab karangannya juga banyak, anatara lain, Fathul Bary, syarah Shahih Bukhari. 3. as-Sakhawy (wafat 902) as-Sakhawy merupakan murid Ibnu Hajar dan telah mendiktekan 1000 hadits, di antara kitab karangannya adalah Fathul Mughit.



C. Bentuk Penyusunan Kitab Hadits Tentang prilaku Nabi Muhammad (sabda, perbuatan, sikap dan persetujuan) didapat dari seorang sahabat atau lebih yang kebetulan hadir atau menyaksikan saat itu, berita itu kemudian disampaikan kepada sahabat yang lain yang kebetulan sedang tidak hadir atau tidak menyaksikan. Kemudian berita itu disampaikan kepada muridmuridnya yang disebut tabi'in (satu generasi dibawah sahabat)24. Berita itu kemudian disampaikan lagi ke murid-murid dari generasi selanjutnya lagi yaitu para tabi'ut tabi'in dan seterusnya hingga sampai kepada pembuku hadist (mudawwin). 23



. https://www.researchgate.net/publication/322546209_Kajian_Hadis_Di_Era_Global/fulltext/5d92b10592851c33e94 b3c08/Kajian-Hadis-Di-Era-Global.pdf 24 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hadits



12



Pada masa sang nabi masih hidup, Hadits belum ditulis dan berada dalam benak atau hapalan para sahabat. Para sahabat belum merasa ada urgensi untuk melakukan penulisan mengingat nabi masih mudah dihubungi untuk dimintai keteranganketerangan tentang segala sesuatu.Maka dari itu Kegiatan yang terbanyak dilakukan para ulama pada periode ini pada umumnya adalah mempelajari kitab-kitab hadits yang telah ada, kemudian mengembangkannya, antara lain dengan penyusunan kitabkitab baru selain dalam bentuk seperti yang telah ditempuh oleh Ulama sebelumnya. Sedangkan jalan yang mereka tempuh adalah : 1. kitab Zawa‟id, yaitu menyusun menyusun kitab-kitab hadits yang tidak terdapat pada kitab-kitab sebelumnya ke dalam sebuah kitab tertentu. 2. Menyusun kitab Jawami‟, yaitu mengumpulkan isi dari beberapa kitab seperti hadits- hadits yang telah ditulis oleh Bukhari, Muslim, dan yang lainnya sampai menjadi sebuah kitab 3. Mengumpulkan hadits-hadits hukum, yaitu memilih dan memilah-milah hadits hukum dan menuliskannya dalam sebuah kitab. 4. Menyusun kitab-kitab Takhrij dari hadits-hadits yang terdapat dalam berbagai kitab sebelumnya.hal ini disebutkan karena kebanyakan penyusun sebelumnya tidak menyebutkan dan menyarankan dar mana diambil dan juga tidak menerangkan nilai-nilai hadits. 5. Menyusun kitab-kitab Syarah dari kitab-kitab Shahih, sunan, Musnad, Jami‘, Zawa‘id dan kitab-kitab hadits hukum. 6. Menyusun kitab Mukhtashar. Ialah kitab hadits yang berisi ringkasan dari suatu kitab hadits, seperti Mukhtashar Muslim, oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi. 7. Menyusun kitab Zaqa‟id. Adalah kitab yang didalamnya dihimpun haditshadits yang terdapat pada suatu kitab tertentu dan hadits tersebut tidak termaktub dalam kitab-kitab tertentu lainnya. 8. Kitab penunjuk (kode Indeks) Hadits. Ialah kitab yang berisi petunjuk-petunjuk praktis, biasanya berupa kode-kode huruf dan angkat tertentu, untuk mempermudah mendapatkan/mencari matan hadits di kitab-kitab tertentu.



F. Kitab-kitab Hadits yang Dipedomani Adapun kitab-kitab hadith yang di pedomani dan beserta para tokohnya yaitu: 1. Al-jami’ Ash-Shahih li Al-Bukhari (194-256 H). (Imam Bukhori) Imam Bukhori Ia terlahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H bertepatan dengan 21 Juli 810 M. Beliau adalah ahli hadis termasyhur. Imam Bukhari dijuluki amirul mukminin fil hadits atau pemimpin kaum mukmin dalam hal ilmu hadis. Nama lengkap beliau ialah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari.



13



2. Al-jami’ Ash-Shahih li Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyayri (204-261 H). (Imam Muslim) Imam Muslim lahir pada 204 H atau 819 M. Ada pula yang berpendapat beliau lahir pada tahun 202 H atau 206 H. Seorang ahli hadis kontemporer asal India, Muhammad Mustafa Azami, lebih menyetujui kelahiran Imam Muslim pada 204 H. Azami dalam Studies In Hadith Methodology and Literature, mengatakan, sejarah tidak dapat melacak garis keturunan dan keluarga sang imam. Sejarah hanya mencatat aktivitas Imam Muslim dalam proses pembelajaran dan periwayatan hadis. Pada masa beliau, rihlah (pengembaraan) untuk mencari hadis merupakan aktivitas yang sangat penting. Imam Muslim pun tak ketinggalan mengunjungi hampir seluruh pusat-pusat pengajaran hadis. 3. Sunan Abu Dawud (202-276 H). (Imam Abu Dawud) Imam Abu Dawud Beliau bernama lengkap Sulaiman bin al-Asy'ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amru bin Amir al-Azdi al-Sijistani. Dunia Islam menyebut Beliau Abu Dawud. Beliau adalah seorang imam ahli hadis yang sangat teliti dan merupakan tokoh terkemuka para periwayat hadis. Beliau dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. 4. Jami’ At-Tirmidzin (209-269 H). (Imam At-Tirmizi) Imam At-Tirmidzi adalah orang pertama yang mengelompokkan hadis dalam kategori hasan, di antara sahih dan dhaif. Imam At-Tirmidzi adalah satu dari enam ulama hadis terkemuka. Nama lengkapnya Muhammad bin Isa bin Saurah bin Adh-Dhahak As-Salami Al-Bughi. Ia sering dipanggil Abu Isa. Lahir pada bulan Zulhijjah tahun 209 Hijrah. 5. Sunan Ibn Majah Al-Qazwini (209-276 H). (Imam Ibn Majah) Imam Ibn Majah Nama lengkap Beliau Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini. Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada hari selasa, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Ramadan tahun 275. Ia menuntut ilmu hadis dari berbagai negara hingga beliau mendengar hadis dari madzhab Maliki dan Al Laits. Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadits dari beliau. Ibnu Majah menyusun kitab Sunan Ibnu Majah, salah satu kitab yang masuk dalam Kutub As-Sittah. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN



14



Nabi Muhammad saw, lahir pada 12 Rabi’ul Awal, hari Senin, bertepatan pada peristiwa pasukan Gajah terhadap Ka’bah, Makkah atau setelah 40 tahun kekuasaan Kisra Anusyirwan. Rasulullah berasal dari keturunan Bani Hasyim. Setelah Aminah selesai bersalin, berita kelahiran anak lelakinya dikirim kepada Abdul Muthallib di Ka’bah. Setelah menerima berita itu alangkah gembiranya beliau, lalu ia teringat kepada Abdullah. Ia gembira karena penggantinya sudah lahir. Kerasulan Nabi Muhammad saw, merupakan upaya Tuhan dalam melaksanakan misi Islam dan menjelaskan firman-Nya. Dari Rasulullah saw, keluarlah berbagai mutiara yang sangat berharga bagi perkembangan Islam, yakni Sunnah atau Hadis, lalu berkembang di dunia Islam dan menyebar ke berbagai wilayah di luar daerah Hijaz, seiring dengan semakin menyebarnya wilayah kekuasaan Islam Pada Nabi wafat tahun 11 H, kepada umatnya beliau meninggalkan dua pegangan sebagai dasar pedoman hidupnya, yaitu al-Qur’an dan Hadits yang harus dipegangi bagi pengaturan seluruh aspek kehidupan umat. Setelah Nabi saw wafat, kendali kepemimpinan umat Islam berada di tangan sahahabat Nabi. Shahabat Nabi yang pertama menerima kepemimpinan itu adalah Abu Bakar as- Shiddiq ( wafat 13H/634 M) kemudian disusul oleh Umar bin Khatthab (wafat 23 H/644 M), Utsmanbin Affan (wafat 35 H/656 M), dan Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H/661 M). Seusai penghimpunan pada masa para sahabat, maka dilanjutkanlah oleh para tabi’in dan tabi’ tabi’in, Pada masa abad pertama hijriyah terdapat 49 tabi’in yang menuliskan hadist Nabi SAW. Diantaranya Umar bin Abdul Aziz (wafat tahun 101 H), ‘Urwah bin az-Zubair (wafat tahun 93 H), ‘Abdurrahman bin Mas’ud (wafat tahun 79 H, Masa akhir abad pertama dan awal abad kedua hijriyah, masa ini terapat 86 orang baik dari kalangan tabi’in maupun tabi’ tabi’in.Penghimpunan hadis pada masa zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz dilakukan dengan cara mencatat dari penghafalnya. Kemudian, untuk memelihara kesahihan hadist-hadist tersebut, para ilmuwan muslim pun berusaha membuat suatu konsep metode untuk memelihara kemurdian hadist. Akhirnya mereka menemukan metode sanad. Hadis atau Sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua seteleh al-Qur’an jika dilihat dari segi periwayatan berbeda dengan al-Qu’an, dimana yang kedua setiap kali ayat ayatnya turun, Rasulullah saw. langsung memerintahkan penulis wahyu untuk menulisnya, sementara untuk hadis Nabi saw, tidak demikian halnya. Periwayatan hadis Nabi saw., dengan demikian lebih banyak berlangsung secara lisan dibandingkan dengan tulisan, akibat dari ada larangan Rasulullah saw. Secara umum kepada para sahabat untuk menulis hadis hingga Khalifah ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azīz (salah seorang Khalifah Bani Umayyah) memandang perlunya penulisan dan pembukuan hadis-hadis Nabi saw., dengan mempertimbangkan berbagai faktor, berupa adanya kekhawatiran akan lenyapnya hadis



15



DAFTAR PUSTAKA Al-Mubarakfury, Shafiyurrahman, 2010, Shahih Shirah Nabawiyyah, terj. Zaenal Muttaqin, Bandung: Jabbal Izzan Ahmad, Saeuhud, Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis, Bandung: Humaniora Idris, Studi Hadis, 2010, Jakarta: KENCANA Bukhari dan Muslim Fahmi, Akram, 1999, Sunnah Qabla Tadwin, Jakarta: Gema Insani Press Soetari, Endang, 1997, Ilmu Hadis, Bandung: Bakti Amal Press. Azami, Mustafa, 1978, Studies in Early Hadist Literature, Indianapolis: American Trust Publication Zein, Ma’sum, 2016, Ilmu Memahami Hadist Nabi:Cara Praktis Menguasai Ulumul Hadist dan Mutholahul Hadist, Yogyakarta: Pustaka Pesantren



16



Zaini, Muhammad, 2013, Metode Pemahaman Hadis Dari Masa Ke Masa, Banda Aceh: Naskah Aceh dan Ar-Rabiry Press Zuhri, Muhammad, 2011, Hadis Nabi: Telaah Historis & Metodologis, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Rofi’ Ahmad, Ustmani, 2015, Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa, Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, cetakan pertama Muhajirin, 2016, ULUMUL HADITH, NoelFikri Offset, Palembang https://www.researchgate.net/publication/322546209_Kajian_Hadis_Di_Era_Global/fullt ext/5d92b10592851c33e94b3c08/Kajian-Hadis-Di-Era-Global.pdf http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Shautul-Arabiyah/article/view/1222 https://www.academia.edu/10191116/Sejarah_Pembinaan_dan_Penghimpunan_Hadits https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hadits



17