Kelompok 13 - Pemeriksaan Bga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PEMERIKSAAN BGA



DISUSUN OLEH: SRI MULYATI BETTY GEA CITRA P. SITI DYAH WAHYU D. R. FIRDA AYU MAGHFIRO ARDYAH DWI PRAMESTI



(P17212205013) (P17212205028) (P17212205054) (P17212205065) (P17212205075)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG MALANG 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia serta kesehatan kepada kami, sehingga kami dapat mengerjakan makalah mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “Pemeriksaan BGA” ini hingga selesai. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu membuat makalah ini, terutama kepada: 1. Budi Susatia, S. Kp., M. Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 2. Imam Subekti, S. Kp., M. Kep., Sp .Kom., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 3. Joko Wiyono, S. Kp. M. Kep., Sp. Kom., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 4. Rudi Hamarno, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku dosen pengampu matakuliah Keperawatan Kegawatdaruratan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 5. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak dan sekaligus pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Malang, 18 Agustus 2020 Tim Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Analisis Gas Darah (AGD) merupakan bagian penting untuk mendiagnosis dan mengelola status oksigenasi dan keseimbangan asam basa pasien (Kusuma, 2019). Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan perawatan intensif (ICU) menggunakan AGD sebagai bagian tak terpisahkan dari penilaian status klinis pasien. Dalam pemeriksaan AGD khususnya, pengumpulan dan penanganan spesimen darah arteri yang tidak tepat dapat menghasilkan hasil yang keliru. Pada pemeriksaan AGD salah satu kesalahan pra-analitik adalah mixing sampel yang tidak sesuai standar. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya perbedaan hasil parameter AGD antara sampel yang dilakukan mixing sesuai dengan standar Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) dan yang tidak sesuai standar CLSI. Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel. Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas. Diagnosa tidak dapat ditegakkan hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Walaupun demikian pemeriksaan Blood Gas Analisis (BGA) ini, bisa dijadikan sebagai salah satu tolak ukur pasien-pasien kritis di ICU/ ICCU masih tetap bisa dipertahankan sampai dengan stabil kondisinya atau prognosa buruk. Diperlukan ketepatan dan keakuratan dalam interpretasi hasil, sementara ketepatan dan keakuratan interpretasi hasil tergantung keakuratan obyek yang diukur, dalam hal ini darah arterinya. Ini menuntut pemahaman dan ketepatan dalam pengambilan darah arteri. Dari keadaan di atas sangat dibutuhkan peran analis dalam AGD sehingga intervensi yang dibeikan dokter maupun perawat dpat dilakukan dengan tepat.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Analisa Gas Darah? 2. Apa manfaat dari pemeriksaan Analisa Gas Darah? 3. Apa indikasi dari pemeriksaan Analisa Gas Darah? 4. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah? 5. Bagaimana cara menginterpretasi hasil Analisa Gas Darah? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menambah pemahaman terhadap pemeriksaan Analisa Gas Darah, baik mulai dari cara pengambilan darah hingga interpretasi Analisa Gas Darah. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui definisi Analisa Gas Darah 2. Untuk mengetahui manfaat Analisa Gas Darah 3. Untuk mengetahui indikasi dari pemeriksaan Analisa Gas Darah 4. Untuk mengetahui cara pemeriksaan Analisa Gas Darah 5. Untuk mengetahui cara meginterpretasi Analisa Gas Darah 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Teoritis Dapat dijadikan referensi dalam memahami pemeriksaan Analisa Gas Darah. 1.4.2 Praktis Dapat dijadikan tinjauan pustaka oleh perawat sebgai pedoman pembuatan SOP pengambilan darah untuk melakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah, sehingga dalam melakukan tindakan keperawatan dapat diakukan ssuai standart.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Blood Gas Analisis (BGA) Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa) (Nugroho, 2013). Gangguan keseimbangan asam basa sering terjadi pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit khususnya pada pasien kritis yang berada di ruang intensive care unit. Gangguan keseimbangan asam basa terjadi oleh karena perubahan kadar pH dan bikarbonat plasma yang ditandai dengan ganguan pernapasan dan metabolisme. Pada kasus pasien kritis gangguan asam basa yang paling sering ditemukan ialah asidosis metabolik. Beberapa penyakit juga dapat memicu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa, diantaranya ialah diabetes mellitus, kardiopulmonal, gagal ginjal, sepsis dan keracunan bahan tertentu seperti methanol. Gangguan keseimbangan asam basa ini harus bisa diidentifikasi oleh perawat karena sering terjadi pada pasien kritis dengan gangguan pernapasan. Perawat atau mahasiswa calon perawat harus memiliki keterampilan mengambil sampel darah dan kemampuan menginterpretasikannya (Metrikayanto et al., 2020). Distres pernapasan merupakan salah satu problem yang mengancam jiwa. Analisis gas darah arteri (AGD) penting untuk menentukan tata laksana distres pernapasan, seperti menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk evaluasi setelah mendapat terapi. Namun interpretasinya harus dilakukan bersamaan dengan penilaian klinis. Kelainan AGD oleh karena gangguan pernapasan dapat berupa asidosis respiratorik (pada gangguan paru restriktif), alkalosis respiratorik (pada gangguan paru obstruktif) dan asidosis campuran (pada penyakit paru dengan komplikasi). Prinsip umum tata laksana distres pernapasan ditujukan kepada penyakit utamanya. Perhatian harus ditujukan pada perbaikan volume ekstraselular, koreksi elektrolit, menghilangkan zat toksik, dan memperbaiki ventilasi (Yanda, 2016). Analisa gas darah dilakukan untuk mengukur kadar asam basa (pH) untuk mengetahui bila darah terlalu asam (asidosis) atau basa (alkalosis), serta untuk mengetahui apakah tekanan oksigen dalam darah terlalu rendah (hipoksia), atau karbon dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia). Kondisi tersebut dapat berkaitan dengan sistem metabolisme tubuh atau sistem pernapasan.



2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Blood Gas Analisis (BGA) Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke darah. Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paruparu dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Penelitian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal. Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah, yaitu: 1. Menilai fungsi respirasi (ventilasi) 2. Menilai kapasitas oksigenasi 3. Menilai Keseimbangan asam-basa 4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel 5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2. 6. Untuk mengetahui kadar CO2dalam tubuh 7. Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostic yang lain. Disamping itu Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan: a) Penyakit pernafasan b) Pemberian oksigen c) Kadar oksigenasi dalam darah d) Kadar CO2 e) Keseimbangan asam-basa f) Ventilasi AGD tidak perlu dilalakukan apabila: a) Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya b) Mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi c) Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk medapapatkan hasil yang diinginkan d) Komplikasi yang timbul >> daripada hasil AGD yang diharapkan Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD: a) Gelembung udara Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.



b) Antikoagulan Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin. c) Metabolisme Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam. d) Suhu Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. e) Nilai Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah. 2.3 Indikasi Pemeriksaan Blood Gas Analisis (BGA) Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu: 1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya. 2. Pasien dengan edema pulmo Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasienpasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktorfaktor yang berbeda. Ia Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai noncardiogenic pulmonary edema.



3. Pasien acute respiratori distress sindrom (ARDS) ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisial alveolar dan perubahan dalarn jaring-jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibatakibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia. 4. Infark miokard Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumnya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005). 5. Pneumonia Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab, meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paruparu, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol. 6. Pasien syok Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien. 7. Post pembedahan coronary arteri baypass Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, edema jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa



organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010). 8. Resusitasi cardiac arrest Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang bayak, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengan segera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah. 2.4 Prosedur Pengambilan Blood Gas Analisis (BGA) Sampel darah arteri digunakan terutama untuk pemeriksaan analisa gas darah (AGD) arteri. Sampel dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu pada pasien yang sering diperiksakan AGD melalui kateter dalam arteri, atau dengan menggunakan spuit untuk tusukan arteri pada pasien yang hanya butuh satu kali pemeriksaan. Pengambilan sampel darah arteri lebih sulit dibandingkan sampel darah vena karena pembuluh darahnya lebih dalam dan tidak terlihat/teraba dengan komplikasi yang lebih berat. Arteri radialis merupakan pilihan pertama karena paling dangkal, memiliki kolateral (arteri ulnaris), dan mudah perabaannya. Pilihan arteri berikutnya adalah arteri brachialis dan arteri dorsalis pedis, sedangkan arteri femoralis merupakan pilihan terakhir. Sebenarnya pengambilan sampel dari arteri femoralis lebih mudah karena ukuran arteri lebih besar, tapi beresiko menyebabkan perdarahan yang sering tidak diketahui karena lokasinya tertutup selimut. Prosedur Pengambilan Darah Arteri 1. Siapkan spuit 3 cc atau spuit khusus untuk AGD yang sudah preheparinized. Jumlah antikoagulan 0,2 mL heparin. 2. Bersihkan daerah arteri yang akan ditusuk dengan kapas-alkohol 70% dan biarkan kering



3. Posisi tangan hiperekstensi  pd pergelangan, diganjal handuk gulung atau bantal kecil 4. Tusuk pada yang denyutnya paling menonjol dengan sudut 45–60o (90 o untuk a. femoralis) 5. Hisap darah secukupnya lalu cabut jarum beserta sempritnya dan segera tutup ujung jarum dengan karet, dan semprit dibolak-balik beberapa kali agar darah bercampur heparin 6. Setelah jarum dicabut, tekan daerah itu dengan kapas atau kassa kering 3-5 menit 7. Segera dikirim ke laboratorium dalam waktu kurang dari 15 menit atau diletakkan ke dalam wadah berisi es (atau wadah pendingin lain dengan suhu 1–5°C) untuk meminimalkan konsumsi oksigen oleh leukosit. SOP Pemeriksaan Blood Gas Analisis (BGA) a. Persiapan Pasien: 1. Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dilakukan. 2. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit 3. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul 4. Jelaskan tentang Allen’s test 5. Mengatur posisi pasien b. Persiapan Sampel: Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah heparin. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2. Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin. c. Metode Pemeriksaan: Blood Gas Analyzer (BGA) d. Prinsip Pemeriksaan: Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas standar melalui pemencaran system infra-red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal analog (420). e. Alat dan Bahan: 1.



3 ml atau 5 ml spuit



2.



1 ml heparin aqueous dalam tabung



3.



20 G 11/4‖ jarum



4.



22 G 1‖ jarum



5.



Sarung tangan



6.



Alkohol atau povidone-iondine pad,



7.



Gauze pads



8.



Penutup untuk jarum



9.



Label



10. Ice-filled plastic bag 11. Perekat balutan 12. Opsional: 1% licoaine solution, Peralatan siap AGD d) Prosedur pada tindakan analisa gas darah ini adalah sebagai berikut menurut (McCann, 2004): 1.



Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan pasien.



2.



Cuci tangan dengan menggunakan enam langkah



3.



Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan tersebut serta pindahkan label contoh dan tas plastik (plastic bag)



4.



Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien, tanggal dan waktu pengambilan, metode pemberian oksigen, dan nama perawat yang bertugas pada tindakan tersebut.



5.



Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan prosedur ke pasien untuk membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatif pasien dalam melancarkan tindakan tersebut.



6.



Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.



7.



Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen. Cara Allen’s test: Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test Allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test Allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.



8.



Bersihkan daerah yang akan diinjeksi dengan alkohol atau povidone-iondine. Gunakan gerakan memutar (circular) dalam membersihkan area injeksi, dimulai dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.



9.



Palpasi arteri dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan satunya lagi memegang syringe



10. Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat. Ketika area injeksi arteri brankhial, posisikan jarum 60 derajat. 11. Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.



12. Perhatikan untuk blood backflow di syringe 13. Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi hingga pedarahan berhenti yaitu sekitar 5 menit. 14. Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara, pindahkan gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan secara perlahan mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad 15. Masukkan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan tempatkan tutup jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut. 16. Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada icefilled plastic bag 17. Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil dan direkatkan. 18. Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi. 19. Pantau atau perhatikan risiko adanya perdarahan di area injeksi 2.5 Interpretasi Blood Gas Analisis (BGA) Interpretasi BGA merupakan kegiatan untuk menginterpretasi hasil analisa sampel darah arteri melalui kompenen-komponen gas yang terdapat pada sampel darah arteri. Tujuannya untuk mengetahui kondisi keseimbangan komponen-komponen gas dalam arteri dan Evaluasi diagnostik pada pemberian terapi oksigen. Gas-gas darah normal dari sampel arteri No 1 2 3 4 5



Parameter pH PaCO2 PaO2 SpO2 HCO3



Sampel arteri 7,35 – 7,45 35-45 mmHg 80-100 mmHg 95-100% 22-26 mEq/L



Gangguan-gangguan asam basa No 1 2 3 4



Gangguan Asidosis respiratorik Alkalosis respiratorik Asidosis metabolik Alkalosis metabolik



PaCO2 ↑ ↓ Normal atau ↓ Normal atau ↑



HCO3 Normal atau ↑ Normal atau ↓ ↓ ↑



Rentang nilai normal dan interpretasi dari tiap komponen: 1. pH  Rentang nilai normal       : 7,35 – 7,45



pH ↓ ↑ ↓ ↑



Asidosis                         : 7,45 2. PaO2  Rentang nilai normal       : 80 – 100 mmHg Hipoksemia ringan          : 70 – 80 mmHg Hipoksemia sedang         : 60 – 70 mmHg Hipoksemia  berat           : 80% sudah dapat dipastikan bahwa darah diambil dari arteri, kecuali pada gagal napas. 4. PaCO2 Rentang nilai normal       : 35 – 45 mmHg Asidosis respiratorik       : >45 mmHg (pH turun) Alkalosis respiratorik      :