11 0 1 MB
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SOLID “ FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET NATRIUM DIKLOFENAK “ Oleh : Kelas A Kelompok 6
Nabilah Nur Alifah
(18930027)
Afwa Syahara Rohmah
(18930029)
Azian Firman Saputra
(18930030)
Elisa
(18930031)
Indah Fitriani
(18930032)
Dimas Febrian Rezky
(18930096)
JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2020
a. Dasar Teori 1.1. Sediaan Tablet Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung. Mengandung satu jenis obat dengan atau bahan tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat penghancur, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979). Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetik yang sesuai (Ansel, 1989). Berdasarkan literature (Winarti, Wiwi, dkk.,2016) Tablet merupakan bentuk sediaan obat yang penggunaannya paling luas karena bentuknya yang efisien, sangat praktis, dan ideal untuk pemberian zat aktif terapi secara normal. Kelebihan sediaan tablet yaitu ringan, mudah dalam pembungkusan, pemindahan dan penyimpanan. Pasien menemukan kemudahan untuk membawanya dan tidak perlu menggunakan alat bantu seperti sendok untuk pemakaiannya (Anonim.1979). Berdasarkan literature jurnal ( Al-Madury, Shalahuddin, dkk.,2012) keuntungan sediaan tablet dibandingkan dengan sediaan lain termasuk sirup yaitu lebih cepat diabsorbsi, sehingga memberikan efek terapi yang lebih cepat, kompatibilitas yang optimal, meningkatkan in take cairan tubuh, dan praktis dalam penggunaannya. Kerugian sediaan tablet yaitu beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak dan obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau obat yang peka terhadap kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu (Ansel.1989). 1.2. Bahan Aktif Menurut literature (voight.1984) bahan (zat) aktif adalah setiap bahan atau campuran bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila digunakan dalam pembuatan obat menjadi zat aktif obat tersebut. Dalam pengertian lain, bahan (zat) aktif adalah bahan yang ditujukan untuk menghasilkan khasiat farmakologi atau efek langsung lain dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit, atau untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.
Natrium diklofenak adalah obat anti inflamasi Non- Steroid yang merupakan senyawa aktif dengan efek farmakologis sebagai analgetik, antipiretik, dan antiradang. Mekanisme kerja Natrum diklofenak yaitu menghambat sintesa prostaglandin yang merupakan suatu mediator nyeri. Natrium diklofenak mempunyai waktu paruh yang pendek sekitar 1-2 jam dan digunakan untuk perawatan penyakit reumatik ( Agustin, Rini, dan Ratih, Hestiary.,2015).
1.3. Bahan Tambahan (Eksipien) Tablet biasanya berisi beberapa atau paling banyak terdiri atas zat aktif, pengisi, pengikat, pewarna, penghancur, pemberi rasa dan pelicin (Anonim, 1979). a. Bahan pengisi (diluent atau filler)
Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar volume dan berat tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah laktosa, pati, dekstrosa, dikalsium fosfat dan mikrokristal selulosa (Avicel). Bahan pengisi dipilih yang dapat meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik (Anonim.1979). Berdasarkan literature jurnal (Syukri, Yandi, dkk.,2018) menyatakan bahwa bahan pengisi mempengaruhi sifat fisik dari tablet yaitu pada kompaktibilitas dan kompresi, oleh sebab itu perlu dilakukannya penelitian bahan pengisi apa yang dapat menghasilkan sifat fisik tablet yang baik. b. Bahan pengikat (binder)
Bahan
pengikat
membantu
perlekatan
partikel
dalam
formulasi,
memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya (Ansel, 1989). Bahan pembantu ini bertanggung jawab terhadap kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula kekompakan tablet dapat dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat. Bahan pengikat dalam jumlah yang memadai ditambahkan ke dalam bahan yang akan ditabletasi melalui bahan pelarut atau larutan bahan perekat yang digunakan pada saat granulasi (Voigt, 1984). Bahan pengikat yang umum digunakan adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, PVP (povidon), metil selulosa, karboksimetil selulosa dan pasta pati terhidrolisa. c. Bahan penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur akan menarik air dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tabletnya pecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga memungkinkan larutnya obat dari obat dan tercapainya bioavabilitas yang diharapkan (Voight.1984). Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti karboksimetil selulosa, resin, resin penukar ion dan bahanbahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk dalam saluran pencernaan (Ansel, 1989). d. Bahan pelicin (lubricant)
Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara dinding die dan tepi tablet selama proses penabletan berlangsung. Banyak bahan dapat dikempa dan mempunyai hasil baik tanpa penambahan bahan pelicin tetapi untuk bahan higroskopik perlu dilakukan penambahan bahan pelicin karena kadang terjadi masalah. Hal ini tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi yang terlalu basah akan diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping karena banyak bahan yang lengket dalam mesin. Bahan pelicin biasanya digunakan dalam jumlah kecil antara 0,51% tetapi mungkin kurang dari 0,1% dan lebih dari 5%. Contoh umum bahan pelicin antara lain petrolatum cair, talk, magnesium stearat dan stearan dan asam stearat, kalsium stearat, likopodium (untuk tablet yang berwarna). Bahan pelicin ditambahkan setelah terbentuk granul. Bahan pelicin bekerja paling efektif jika terletak di luar granul (Ansel,1989). Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat dibuat
dengan
berbagai cara, antara lain : Cetak langsung Yang dimaksud dengan cetak langsung disini adalah proses pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat dengan atau tanpa penambahan bahan pembantu. Dimana cara ini dapat digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat seperti mudah mengalir, dapat dimampatkan, mudah dibasahi (Ansel, 2013). Dan untuk tablet yang mempunyai bahan aktif 10% dari bobot tablet, maka sifat tablet tergantung dari sifat bahan pembantu, dan jika bahan aktifnya 80%) dapat terjadi pertumbuhan kapang. Selama disimpan, laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan. Reaksi ini dipercepat oleh panas dan kondisi lembab. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering. Filler/Pengisi tablet
Bentuk Kimia
c.Magnesium Sterat(Mg) (HOPE,1994) Rumus Kimia Nama Nama Lain Berat molekul Pemerian Suhu lebur pH Kelarutan
C36H70MgO4 Octadecanoic acid magnesium salt Dibasic Magnesium Sterat 591,29 g/mol Serbuk halus berwarna putih,bau samar rasa khas 115-1700C 4,0-6,5 Praktis tidak larut etanol, etanol 95%, eter, dan air. Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol 95% hangat.
Stabilitas
Magnesium stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering
Penyimpanan
disimpan di wadah yang kering dan tertutup rapat.
Kegunaan
Lubricant/Pelicin
Bentuk Kimia
d.Amilum (Depker RI,1995) Rumus Kimia Nama Berat molekul Pemerian pH Kelarutan
C16H10O5]n Pati 300 – 1000 Amylum tidak berbau tidak berasa ,warna putih sampai putih tua ,serbuk halus 5,5-6,5 Praktis tidak larut dalam etanol 96%dan dalam air dingin.pati mengembang seketika dalam air
sekitar 5 – 10 % pada 378C .pati menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas suhu gelatinasi. Stabilitas
Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi.pati dianggap sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi penyimpanan dibawah normal .larutan amilum atau atau pasta amylum tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh microorganisme,karena itu untuk granulasi basah harus selalu dibuat baru.Pati harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering
inkompatibilitas Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan yodium Penyimpanan
enyimpanan di tempat yang sejuk, kering, dan dalam wadah kedap udara
Kegunaan
Disintegrant/Bahan Penghancur
e.
Bentuk Kimia
HPMC (HOPE,1994)
Rumus Kimia
CH3CN(OH)CH2
Pemerian
Berwarna puti,tidak berbau dan tidak berasa,berbentuk serbuk atau granul
Kelarutan
Tidak larut dalam etanol,larut dalam asam asetat glasial dan dalam campuran.
Stabilitas
Serbuk Metolose stabil tetapi sedikit higrokopis.larutkan larutan asam
metolose
dalam
dan basa pada pH 8-11
pada suhu ruangan Penyimpanan
Disimpanan dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
Disintegrant/Bahan Penghancur
3. Bentuk Sediaan Terpilih Bentuk sediaan yang terpilih untuk natrium diklofenak adalah tablet dengan sediaan sustained release. Sediaan sustained release menyediakan dosis terapeutik awal yang diikuti dengan pelepasan gradual dalam waktu lama. Tujuan sediaan ini untuk mencapai kadar terapeutik dalam darah dalam waktu yang cepat, kemudian mempertahankan kadar tersebut dengan pelepasan berkelanjutan pada kisaran terapeutik. Pada umumnya bentuk sediaan sustained release dirancang untuk pemakaian satu unit dosis tunggal. Hal ini ditujukan untuk menyajikan pelepasan segera sejumlah obat setelah pemakaiannya secara tepat sehingga menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan, biasanya 8 sampai 12 jam. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengurangi pemberian unit dosis (Agustin, Rini dan Hestiary Ratih, 2015). Natrium diklofenak adalah obat anti inflamasi non-steroid yang merupakan senyawa aktif dengan efek farmakologis sebagai analgetik, antipiretik dan antiradang. Mekanisme kerja natrium diklofenak yaitu menghambat sintesa prostaglandin yaitu suatu mediator nyeri . Natrium diklofenak mempunyai waktu paruh yang pendek sekitar 1-2 jam dan digunakan untuk perawatan penyakit reumatik. Penyakit reumatik biasanya diderita oleh pasien lansia dimana pasien tersebut seringkali lupa meminum obat tepat pada waktunya, sehingga kepatuhan pasien untuk minum obat sangat kurang. Oleh karena itu, kecepatan eliminasi dari suatu pelepasan obat yang diperlambat diharapkan dapat mempertahankan konsentrasi natrium diklofenak, sehingga mempunyai efek terapeutik dalam darah pada periode waktu yang lebih lama (Agustin, Rini dan Hestiary Ratih, 2015). 4. Perhitungan dan Perencanaan Dosis 4.1. Per takaran kecil Usia
Dosis Lazim 1x pakai
Dosis 1 Hari
Dewasa
1 x 50 mg = 50 mg
100 – 150 mg ( 2 – 3 xperhari)
4.2. Per Kemasan kecil Kekuatan tablet yang digunakan adalah 50 mg , maka pemakaiannya adalah sebagai berikut :
Usia
Dosis Lazim 1 x pakai
Dosis 1 Hari
Dewasa
1 Tablet Dosis Tunggal
2 -3 Tablet Dosis Terbagi
5.Spesifikasi Produk 5.1 Persyaratan Umum Sediaan Persyaratan Umum Sediaan Suatu sediaan tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil 2. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan 3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fiasik atau mekanik 4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan 5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan 6. Bebas dari kerusakan fisik 7. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan 8. Stabilitas kimia dan fisik cukup lama selama penyimpanan 9. Tablet memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku 10. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu (umumnya 15 menit) 5.2 Rencana Spesifikasi Sediaan Berikut rencana spesifikasi sedian tablet Natrium Diklofenat: Nama Obat Bentuk Sedian Kekuatan Kategori Indikasi Kemasan Dosis
: Natrium Diklofenat tablet : Tablet : 50mg : Obat Keras : Untuk menghilangkan nyeri(Analgesik) : Tablet 50mg x 10 : Dewasa : 3-4 kali sehari
6. Rancangan Formula A. Skema/Bagan Alur Fikir Na Diklofenak
Waktu paruh singkat
Tablet Lepas Lambat
Dosis 50 mg
Inkompaktibil itas tidak diketahui
Dibuat dalam sediaan lepas lambat
Bobot tablet tidak sesuai atau kurang
Penghancur/ desintegran
Pengisi
Proses pembuatan menggunak an alat kempa obat
Mudah bercampur dg bahan lain
pengikat pelicin Laktosa
Stabilitas terhadap air & suhu
HPMC/ Amilum
Mg Stereat
Mucilago amili 10%
Granulasi Basah
B. Komponen Penyusun Formula(Matriks/Tabel) Nama Bahan Natrium Diklofenak HPMC
Musilago Amili 10%
Laktosa
Magnesium Stearat
Amilum
Fungsi Bahan Aktif Bahan Penghancur Disintegrant
Tablet Binder/Pengikat
Pengisi
/ 2-10%
5-10%
10-25%
Pelicin/ Lubricant
Bahan
Kosentrasi (%) 50%
Penghancur
0,5-5%
/ 3-20%
Referensi MIMS (2015) hal 106 Handbook Pharmaceutical Excipients, 6th Halaman 438 Handbook Pharmaceutical Excipients, 6th Halaman 685 Handbook Pharmaceutical Excipients, 6th Halaman 364 Handbook Pharmaceutical Excipients, 6th Halaman 404 Handbook
of Ed, of Ed, of Ed, of Ed, of
Disintegrant
Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, Halaman 685 C. Pemilihan Bahan Komponen Penyusun Untuk Mencapai Aspesifikasi (Matriks/Tabel) Nama Bahan HPMC
Fungsi Bahan Penghancur Disintegrant
Alasan dapat membentuk / suatu lapisan gel yang dapat mengatur lepasnya zat aktif pada tablet secara teratur serta dapat diramalkan Musilago Amili Tablet Mucilago amili dengan 10% Binder/Pengikat konsentrasi 5%-10% merupakan bahan pengikat yang baik, dapat menghasilkan granul dan tablet yang mudah hancur dalam tubuh dan bersifat netral serta non reaktif sehingga dapat digunakan dengan kebanyakan zat aktif Laktosa (Mg) Pengisi Dalam granulasi basah, laktosa larut sebagian sehingga melapisi obat dan memberi sejumlah proteksi dan pelepasan lambat dimana disolusi cepat tidak diperlukan. Secara umum, formulasi tablet menggunakan laktosa menunjukkan release rate yang baik, granulnya cepat kering, disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Magnesium Stearat Pelicin/ Sebagai pelumas yang baik, (Mg) Lubricant agar pada saat pengempaan bahan aktif tidak menempel pada alat Amilum (Mg) Bahan Amilum merupakan jenis Penghancur / bahan penghancur yang Disintegrant paling umum digunakan, dan harganya juga paling murah. Amilum sebagai bahan penghancur memungkinkan air ditarik dalam tablet dengan aksi kapiler, hal tersebut menyebabkan
Referensi Rini Agustin & Hestiary Ratih, 2015
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F., 1980
Hope, 385
Halaman
Hope, 405
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F., 1980
hancurnya tablet D. Formula Lengkap Dengan Kadar Yang Dipilih (Matriks/Tabel) Nama Bahan Natrium Diklofenak (%) HPMC (%)
Fase Dalam (92%)
Fungsi Bahan Aktif
F1 50
F2 50
F3 50
Bahan Penghancur / 10 Disintegrant Musilago Amili 10% Tablet Binder/Pengikat 7 (%)
15
25
7
7
20 3
10 3
5
5
Laktosa (%) Pengisi Magnesium Stearat Pelicin/ Lubricant Fase Luar (%) (8%) Amilum (%) Bahan Penghancur Disintegrant 7. PERHITUNGAN DAN CARA PEMBUATAN
25 3 / 5
1. Perhitungan a. Skala kecil (1 kemasan) 10 tablet @50mg Formula yang akan dibuat : R/ Natrium Diklofenak
50 mg
HPMC
15 mg
MusilagoAmili 10%
7 mg
Laktosa
20 mg
Magnesium Stearat
3 mg
Amilum
5 mg
Bobot tablet = 100 mg No
Bahan yang ditimbang
Untuk 1 tablet
Untuk 10 tablet (g)
Fasa dalam (FD) 1.
Natrium Diklofenak (Mg)
50
0,5
2.
HPMC (mg)
15
0,15
3.
MusilagoAmili 10% (mg)
7
0.07
4.
Laktosa (Mg)
20
0,2
92
0.92
3
0,03
Jumlah FD Fasa Luar 1.
Magnesium Stearat (Mg)
2.
Amilum (Mg)
Jumlah FL
5
0,05
7,5
0,08
Untuk 1 tablet
Untuk 50 tablet (g)
b. Skala besar (5 kemasan) 50 tablet @50mg No
Bahan yang ditimbang
Fasa dalam (FD) 1.
Natrium Diklofenak (Mg)
50
2,5
2.
HPMC (mg)
15
0,75
3.
MusilagoAmili 10% (mg)
7
0,35
4.
Laktosa (Mg)
20
1
92
4,6
Jumlah FD Fasa Luar 1.
Magnesium Stearat (Mg)
3
0,15
2.
Amilum (Mg)
5
0,25
8
0,4
Jumlah FL a. Skala kecil (1 kemasan) Fase dalam 92% (92mg) Natrium Diklofenak
50 mg
HPMC
15 mg
MusilagoAmili 10%
7 mg
Laktosa
20 mg
Fase luar 8%
(8mg)
Magnesium Stearat
3 mg
Amilum
5 mg
b. Skala besar (beberapa kemasan)
Perhitungan fase dalam
Natrium Diklofenak
50 mg x 50 tab = 2,5 gr +10% = 2,75 gr
HPMC
15 mg x 50 tab = 0,075 gr +10% = 0,825 gr
MusilagoAmili 10%
7 mg x 50 tab = 0,35 gr +10% = 0,385 gr
Laktosa
20 mg x 50 tab = 1 gr +10% = 1,1gr
Perhitungan Fase luar
Magnesium Stearat
3 mg x 50 tab = 0,15 gr+10% = 0,165gr
Amilum
5 mg x 50 tab = 0,25 gr + 10% =0,275gr
2.Cara Pembuatan 1. Dihaluskan Natrium Diklofenak, HPMC, MusilagoAmili 10 dan laktosa dan ditimbang sebanyak Natrium Diklofenak = 50mg, Metolose 90 SH = 15 mg, Musilago Amili 10 = 7 mg dan laktosa = 20 mg 2. Fase dalam yang terdiri dari Natrium Diklofenak, HPMC, MusilagoAmili 10 dan laktosa dicampur menggunakan alat pencampur sampai homogen (+10 menit). 3. Untuk Mucilago Amyli : buat larutan pengikat, kemudian tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fasa dalam sampai terbentuk massa lembab yang dapat dikepal dan dipatahkan. 4. Massa lembab diayak menggunakan pengayak 6-12 mesh. 5. Granul dikeringkan pada suhu kamar atau di dalam oven (karena bahan aktif tidak tahan panas). 6. Dilakukan penentuan kadar air granul menggunakan alat “moisture balance“. 7. Jika kadar air telah memenuhi syarat (1-2 %) granul diayak menggunakan pengayak 14-20 mesh. 8. Dilakukan evaluasi granul. 9. Granul ditimbang dan dihitung fasa luar yang dibutuhkan, lalu fasa luar ditimbang sesuai kebutuhan. 10. Granul dan fasa luar dicampur dengan alat pencampur sampai homogen ( + 5 menit). 11. Massa cetak dikempa menjadi tablet. Selama proses percetakan tablet dilakukan “in process control“ meliputi kekerasan, bobot tablet, ukuran, dan friabilitas tablet. 12. Dilakukan evaluasi mutu sediaan akhir. 13. Tablet yang diperoleh dikemas dengan kemasan primer yang sesuai, dilengkapi brosur, etiket, dan kemasan sekunder. 8. CARA EVALUASI A. Evaluasi Granul
a. Kecepatan Aliran (The Teory and Practice of Indrustial Pharmacy, 3 ed) 1) Metode Corong Prinsip
menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu
Nama Alat
Flow Tester
Metode
a. Sejumlah 100 g granul dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran tertentu. b. Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari lubang corong. c. Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar dari corong.
Penafsiran
Aliran granul baik jika waktu yang
hasil
diperlukan untuk mengalirkan 100 g granul ≤ 10 detik
2) Metode Sudut Istirahat Prinsip
Pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng timbunan granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang datar.
Nama Alat
Corong/ Silinder
Metode
a. Timbang sejumlah granul, masukkan ke dalam corong. b. Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/silinder dan ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan granul tersebut membentuk kerucut. c. Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara lereng granul dengan bidang datar)
Penafsiran Hasil
Jika : Jika α = 25- 30 artinya sangat mudah mengalir
30- 40 artinya mudah mengalir 40- 45 artinya mengalir > 45 artinya kurang mengalir b. Kelembapan Nama alat
Moisture Balance
Prosedur
Timbang granul sebanyak 5 atau 10 g, kemudian masukkan dalam alat Moisture Balance, kemudian alat ditara, panaskan granul pada suhu 60-700 C sampai skala pada alat tidak berubah (stabil) selanjutnya baca kadar air yang tertera pada skala (%).
Perhitungan
% KB = W1/W x 100 % % KB = Kandungan bobot % KL = Wa/W1 x 100 % % KL = Kandungan lembab Wa = W – W1 W = bobot mula-mula W1 = bobot setelah pengeringan
Penafsiran hasil
Kadar air yang baik 1-2%
c. Bobot Jenis (The Teory and Practice of Indrustial Pharmacy, 3 ed) 1) Bobot Jenis Sejati BJ sejati merupakan massa granul dibagi volume granul yang tidak termasuk pori granul. Nama Alat
Piknometer
Perhitungan
a = bobot piknometer kosong b = bobot piknometer + 1 g granul c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin cair) d = bobot piknometer + cairan pendispersi 2) Bobot Jenis Nyata
Prosedur
Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur. Catat volumenya
Perhitungan
= BJ nyata (g/ml) W = Bobot Granul (g) V = Volume granul tanpa pemampatan (ml) 3) Berat Jenis Mampat Prosedur
a.
Timbang
100
g
granul
dan
masukkan dalam gelas ukur lalu catat volumenya (Vo) b. Mampatkan 500 x dengan alat Volumeter. Catat volumenya (V500) Perhitungan
W = bobot granul (g) V500 = Volume granul pada 500 ketukan (ml) d. Kadar Pemampatan Prosedur
a. Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur lalu catat volumenya (Vo) b. Mampatkan 500 x dengan alat Volumeter. Catat volumenya
(V500) Perhitungan
Kp = Kadar pemampatan Vo
=
Volume
granul
sebelum
pemampatan V500= volume granul setelah 500 kali pemampatan Penafisran hasil = Granul memenuhi syarat jika Kp≤20% (memiliki aliran yang baik) e. Perbandingan Haussner Prosedur
a. Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur lalu catat volumenya (Vo) b. Mampatkan 500 x dengan alat Volumeter. Catat volumenya (V500)
Perhitungan
Granul memenuhi syarat jika angka Haussner ~ 1 f. % Kompresibilitas Prosedur
a. Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur lalu catat volumenya (Vo) b.
Mampatkan
500
x
Volumeter. Catat volumenya (V500)
dengan
alat
Perhitungan
Jika % K = 5 – 10 % artinya aliran sangat baik 11 – 20 % artinya aliran cukup baik 21 - 25 % artinya aliran cukup >26 % artinya aliran buruk
B.
Evaluasi Tablet
a. Keseragaman Ukuran Macam Evaluasi
Evaluasi tablet (keseragaman ukuran) Ketebalan tablet berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die.
Nama Alat
Jangka Sorong
Metode
20 tablet diukur tebal dan diameternya satu per satu
Pengolahan Data
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.
b. Keseragaman Sediaan,(Keseragaman bobot atau keseragaman sediaan) Macam Evaluasi
Evaluasi
tablet(Keseragaman
sediaan),
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.
Digunakan pada sediaan padat (termasuk sediaan steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara membekukan dalam wadah akhir Nama Alat Metode
Timbangan -
Diambil dan ditimbang 20 tablet secara acak
-
Dihitung rata – rata dari tablet tersebut
-
Ditimbang kembali satu persatu tablet dibandingkan dengan bobot rata – rata tablet
-
Dihitung
presentase
keseragaman
bobotnya Pengolahan Data
-
Persyaratan
(keseragaman
bobot
)terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing- masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – rata lebih besar dan harga yang ditetapkan pada kolom a, dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dai harga yang ditetapkan pada kolom b -
Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari rata – rata yang ditetapkan padakolom B
Bobot rata-rata
Penyimpanan bobot ratarata (%) A
B
25 mg atau kurang
15 %
30%
26 mg s/d 150 mg
10 %
20 %
151 s/d 300 mg
7,5 %
15 %
5%
10 %
Lebih dari 300 mg
-
(Keseragaman kandungan )Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
c. Uji Disolusi Macam Evaluasi
Evaluasi tablet (Uji Disolusi) uji ini untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masingmasing monografi untuk sediaan tablet/kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah (seperti tablet antasida), uji ini untuk mengetahui kapan zat aktif mulai dilepaskan dan kapan kadar maksimum di dalam media disolusi zat aktif secara in vitro.
Nama Alat
Kalibrator
Disolusi
F1
jenis
disintegrasi dan kalibrasi Disolusi F1 jenis bukan disintegrasi Metode
-
Digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8.
-
Kemudian lakukan penetapan jumlah
parasetamol
terlarut
dengan
yang
mengukur
serapan filtrat larutan uji dan larutan
baku
pembanding
parasetamol BPFI dalam media yang
sama
gelombang
pada
panjang
maksimum
243
nm. - Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Pengolahan Data
Waktu disolusi untuk tablet tidak bersalut
adalah
kurang
dari
15
menit,untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam dan harus segera hancur dalam medium basa.
d. Uji Waktu Hancur(Lachman,2008) Macam Evaluasi
Digunakan
untuk
menentukan
kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang tertera dalam masing – masing monografi untuk sediaan tablet Nama Alat
Disintegran tester yang berbentuk keranjang. Mempunyai 6 tube plastik yang terbuka di bagian atas dan dibagian
bawah
dilapisi
dengan
ayakan mesh no 10 Tablet
Metode
(sebanyak
6
yang
akan
diuji
tablet)
dimasukkan
dalam tiap tube, ditutup dengan penutup
dan
dinaik-turunkan
keranjang tersebut dalam medium air dengan
suhu
monografi
yang
mediumnya
37°
C.
lain
merupakan
Dalam
disebutkan simulasi
larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang
paling
terakhir
hancur.
Persyaratan waktu
hancur
untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa. Pengolahan Data
Semua tablet hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian 12 tablet lain tidak kurang dari 16 dan 18 tablet uji harus hancu sempurna
e. Friabilitas(Lieberman,1995) Macam Evaluasi
Evaluasi tablet (friabilitas), Kerapuhan
merupakan
parameter
yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan
dan
pengiriman.
Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar
dalam
friabilator
selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Nama Alat
Friabilitator Roche
Metode
a. Sejumlah 20 tablet dibersihkan dari debu. Bila bobot tablet < 650 mg digunakan sejumlah tablet yang sebanding dengan 6,5 g. Bila bobot tablet > 650 mg digunakan sebanyak 10 tablet. b. Timbang tablet secara akurat (Wo) c. Masukkan tablet ke dalam alat dan rotasikan alat 100 kali putaran dengan kecepatan 25 •} 1 rpm (4 menit) d. Setelah 4 menit hentikan alat. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu. e. Timbang bobot tablet (Wf) f. Hitung indeks friabilitas
Pengolahan Data
a. Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam penimbangan tablet akhir. b. Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan maka pengujian diulang 2-3 kali. c. Kehilangan bobot tidak boleh lebih besar dari 1% d. Bila formula baru, tablet memenuhi syarat bila F = 0,8 – 1 %
f. Uji kekerasan Tablet(Lieberman,1995) Macam Evaluasi
Uji
kekerasan
tablet
dapat
didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter
tablet.
Tablet
harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat
pembuatan,
pengepakan
dan
transportasi. Nama Alat
Hardness tester, yang lain : Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester.
Metode
a. Tablet diletakkan vertikal tepat di tengah di antara pegas penekan kemudian alat dihidupkan. b. Jarum penunjuk tekanan akan bergerak sesuai dengan tekanan yang diberikan kepada tablet. c. Saat tablet pecah/retak jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam Kg/cm2
Pengolahan Data
kekerasan tablet yang baik adalah untuk tablet kecil 4-7 Kg/cm2 dan tablet besar 7-11 Kg/cm2 Pada umumnya tabl`et yang baik
dinyatakan
mempunyai
kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada
saat
pengemasan,
dan
transportasi. Kekerasan tablet lebih besar
dari 10 kg masih dapat
diterima,
jika
masih
memenuhi
persyaratan
waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. dilakukan
Uji
dengan
kekerasan mengambil
masing-masing 10 tablet dari tiap batch,
yang
kemudian
diukur
kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
9. Kemasan a. Kemasan Primer Tampak Depan
Tampak Belakang
b. Kemasan Sekunder
c. Brosur
d. Etiket
Daftar Pustaka Agustin, Rini, dan Ratih, Hestiary.,2015. Profil Disolusi Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak dengan Menggunakan Matriks Metolose 90 SH 4000. Jurnal
Sains
Farmasi& Klinis. Vol 01 No 2. Al-Madury, Shalahuddin, dkk.,2012. Pemanfaatan Kulit Manggis ( Garcinia mangostana L) Sebagai Formulasi Tablet Anti Kanker Yang Praktis dan Ekonomis. KHAZANAH. Vol 5 No 2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Depkes RI. Anonim. 2015. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 16. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer AnseL. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UIpress. DepkesRI.1995.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta:UI Press. Haslinda,Kertia,nyoman,dkk.2013.Pengaruh Kombinasi Ekstrak Temulawak , Jahe , Kedelai, dan Kulit Udang terhadap Fungsi Hati dan Ginjal dibandingkan dengan Natrium Diklofenak Pada Penderita Osteoartris.Jurnal Makala Obat Tradisional Vol 16 No 1. Mangampa,Indriyani.dkk.2015.Pengaruh Pemberian Natrium Diklofenak Dosis MG/KgBB dan 2,8 MG/KgBB Terhadap Kadar Serum Kreatin Tikus Wistar. Jurnal Medika Muda Vol 4.No 4. Sheth, B.B., Bandelin, F.J., dan Shangraw, R.F.. 1980. Compressed Tablets, dalam Lieberman, H.A, and Lachman L.(Eds). Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, Vol. I. New York: Marcell Dekker, Inc. Syukri, Yandi, dkk.,2018. Pemilihan Bahan Pengisi untuk Formulasi Tablet Ekstrak Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa Boerl). Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Vol.5 No.1. Voight, 1984. Buku pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGMpress. Wade and Paul.J.1994.Handbook of Pharmaceutical Expiciet.London.
Winarti, Wiwi, dkk.,2016. Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak Sambung Nyawa (Gynurae procumbens (Lour).Merr) sebagai Kandidat Antidiabetes. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol 14 No 2.