Kelompok A Infeksi Oportunistik Dan Pengontrolan Mikroorganisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN II



“INFEKSI OPORTUNISTIK DAN PENGONTROLAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME”



DISUSUN OLEH: KELOMPOK A SILVI TRIANA HELMI (1911311002) GINA FAYZAH ZEIN (1911311005) BERLIANA SINTYA PUTRI (1911311008) ALISA RAHMI (1911311011) MONIKA DIARA PUTRI (1911311014) APRIANNUR (1911311017) HERMA DESMILLENIA BINTARI LIJANG (1911311020) WESTY AYUNINGTYAS (1911311023) SILVIA AZNI (1911311025) SILSA YAHYA YOGIHAZ (1911311029) DINDA YUNISEL (1911311032) ELMA SOVIA ZAIDIR (1911311044) FERAWATI (1911311050) ROTUA LASTRI MANURUNG (1911311035) SILSA YAHYA YOGIHAZ (1911311029) SITI MASITAH (1911311041) KELAS : 2A



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2020



KATA PENGANTAR Pertama penulis ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “ Infeksi Oportunistik dan Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme” ini. Makalah ini kiranya tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing karena telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman karena sudah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran, pendapat, dan usulan dari pembaca demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga apa yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri dalam pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang.



Padang, April 2020



Kelompok A



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1



1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3 2.1 Infeksi Oportunistik ...................................................................................................... 3



2.1.1 Pengertian Infeksi Oportunistik .......................................................................... 3 2.1.2 Jenis-jenis Infeksi Oportunistik .......................................................................... 3 2.1.3 Pencegahan Infeksi Oportunistik ...................................................................... 16 2.1.4. Pengobatan Infeksi Oportunistik...................................................................... 16 2.2 Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme ............................................................ 17 2.2.1 Dasar-dasar Pengendalian .................................................................................... 17 2.2.2 Pengendalian Mikroba Secara Fisik..................................................................... 18 2.2.3 Pengendalian Mikroba Secara Kimia................................................................... 24 2.2.4 Obat-obatan Antimikroba dan Antibiotok ........................................................... 32 2.3 Mekanisme Kerja Anti Mikroba ................................................................................ 33 2.3.1 Mekanisme Kerja Anti Mikroba .......................................................................... 33 2.3.2 Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme ........................................................... 35 2.3.3 Macam-macam Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme ................. 36 2.3.4 Faktor-faktor Lingkungan Pertumbuhan Mikroorganisme .................................. 37 2.3.5 Kontrol Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme ............................................... 39 BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................



3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 41 3.2 Saran .......................................................................................................................... 41 ii



DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 42



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Adakala penyakit dapat menjadi timbulnya penyakit lain. Bahkan penyakit penyerta, sebut saja demikian, seringkali terdiagnosisi`lebih dari satu gejala klinis. Dan tak sedikit dari penyakit penyerta itu sama gawatnya dengan penyakit utama. Oleh karenanya tak heran bila penatalaksanaannya semakin rumit, baik dari diagnosa, terapi hingga membengkaknya biaya pengobatan, yang tentu tak sedikit uang yang keluar. Salah satu penyebab meninggalnya seseorang akibat penyakit adalah karena infeksi oportunitas. Infeksi oportunistik didefiniskan sebagai suatu infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh, infeksi ini dicetuskan oleh mikroba maupun karena reaktivasi infeksi late,. Yang dalam keadaan normal terkendali oleh sistem kekebalan tubuh. Demikian halnya penyakit HIV/AIDS, kehadiran HIV di dalam tubuh pada awalnya tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, lambat laun virus ini menggoroti sistem imun sampai akhirnya bermanifestasi klinis. Penderita penyakit ini dapat mengalami infeksi oportunitas ataupun mengalami keganasan/neoplasma seperti sarkoma kaposi atau limfoma yang berujung kematian. “infeksi oportunistik menyebabkan kematian lebih dari 90 pesen Odha” Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup, dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga dipelukan suatu cara pengelompokkan atau pengklasifikasian. Hal ini nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan dan tumbuhan. Menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan hingga kematian. Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan serta obat-obatan.



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan IO? 1.2.2 Apa saja jenis-jenis IO? 1



1.2.3 Bagaimana cara mencegah IO? 1.2.4. Bagaimana cara pengobatan IO? 1.2.5. Apa yng dimaksud dengan pengendalian mikroorganisme? 1.2.6 Bagaimana cara pengendalian mikroorganisme? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui pengertian IO 1.3.2 Mengetahui Jenis-jenis IO 1.3.3. Mengetahui bagaimanana cara mencegah IO 1.3.4. Mengetahui bagaimana cara pengobatan IO 1.3.5 Mengetahui apa itu pengendalian mikroorganisme 1.3.6. Mengetahui bagaimana cara pengendalian mikroorganisme



2



BAB II KERANGKA TEORI



2.1 Infeksi Oportunistik 2.1.1 Pengertian Infeksi Oportunistik Infeksi opotunistik (IO) adalah infeksi



yang ambil kesempatan



(opportunity) yang disediakan oleh kerusakan pada system kekebalan tubuh untuk menimbulkan penyakit. Kerusakan pada system kekebalan tubuh ini adalah salah satu akibat dari infeksi HIV, dan menjadi cukup berat sehingga IO timbul rata-rata 7-10 tahun setelah kita terinfeksi HIV. Kerusakan pada system kekebalan tubuh kita dapat dihindari dengan penggunaan terapi antiretroviral (ART) sebelum kita mengalami IO. Namun, karena kebanyakan orang yang terinfeksi HIV di Indonesi tidak tau dirinya terinfeksi, timbulnya IO seringkali adalah tanda pertama ada HIV di tubuh kita. Jadi, walaupun ART tersedia gratis di Indonesia, masalah IO tetap ada, sehingga penting kita mengerti apa itu IO dan bagaimana IO dapat diobati dan dicegah. Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman atau bakteri, protozoa, jamur, dan virus. Saat system kekebalan anda bekerja dengan baik, system tersebut mampu mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi apabila system kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat ini dari lemahnya pertahanan kekebalan tubuh tersebut “oportunistik”. 2.1.2 Jenis – jenis IO Ada beberapa jenis IO yang paling umum, yaitu : 1. Kandidiasis (Thrush) Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang dengan HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut kandida. Jamur ini, semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistim kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan penyakit pada mulut, tenggorokan dan vagina. 3



Infeksi oportunistik ini dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum infeksi oportunistik lain yang lebih berat. Pada mulut, penyakit ini disebut thrush. Bila infeksi menyebar lebih dalam pada tenggorokan, penyakit yang timbul disebut esofagitis. Gejalanya adalah gumpalan putih kecil seperti busa, atau bintik merah. Penyakit ini dapat menyebabkan sakit tenggorokan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu makan. Kandidiasis berbeda dengan sariawan, walaupun orang awan sering menyebutnya sebagai sariawan. Kandidiasis pada vagina disebut vaginitis. Penyakit ini sangat umum ditemukan. Gejala vaginitis termasuk gatal, rasa bakar dan keluarnya cairan kental putih. Pengobatan Kandidiasis : Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga supaya kandida tetap seimbang. Bakteri yang biasa ada di tubuh juga dapat membantu mengendalikan kandida. Beberapa antibiotik membunuh bakteri pengendali ini dan dapat menyebabkan kandidiasis. Mengobati kandidiasis tidak dapat memberantas raginya. Pengobatan akan mengendalikan jamur agar tidak berlebihan. Pengobatan dapat lokal atau sistemik. Pengobatan lokal diberikan pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik mempengaruhi seluruh tubuh. Banyak dokter lebih senang memakai pengobatan lokal terlebih dahulu. Ini menimbulkan lebih sedikit efek samping dibanding pengobatan sistemik. Selain itu risiko kandida menjadi resistan terhadap obat lebih rendah. Obat-obatan yang dipakai untuk memerangi kandida adalah obat antijamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan '-azol'. Pengobatan lokal termasuk: 



Olesan







Supositoria yang dipakai untuk mengobati vaginitis.







Cairan lozenge yang dilarutkan dalam mulut



4



Pengobatan lokal dapat menyebabkan rasa pedas atau gangguan setempat. Pengobatan yang paling murah untuk kandidiasis mulut adalah gentian violet; obat ini dioleskan di tempat ada lesi (jamur) tiga kali sehari selama 14 hari. Obat yang sangat murah ini dapat diperoleh dari puskesmas atau apotek tanpa resep. Pengobatan sistemik diperlukan jika pengobatan lokal tidak berhasil, atau jika infeksi menyebar pada tenggorokan (esofagitis). Beberapa obat sistemik tersedia dalam bentuk pil. Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah dan sakit perut. Kurang dari 20 persen orang mengalami efek samping ini. Kandidiasis dapat kambuhan. Beberapa dokter meresepkan obat anti-jamur jangka panjang. Ini dapat menyebabkan resistansi. Ragi dapat bermutasi sehingga obat tersebut tidak lagi berhasil. Beberapa kasus parah tidak menanggapi obat-obatan lain. Amfoterisin B mungkin dipakai. Obat ini yang sangat manjur dan beracun, dan diberi secara intravena (disuntik). Efek samping utama obat ini adalah masalah ginjal dan anemia (kurang darah merah). Reaksi lain termasuk demam, panas dingin, mual, muntah dan sakit kepala. Reaksi ini biasa membaik setelah beberapa dosis pertama. Terapi Alamiah : Beberapa terapi non-obat tampaknya membantu. Terapi tersebut belum diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya.  Mengurangi penggunaan gula.  Minum teh Pau d'Arco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan.  Mengkonsumsi bawang putih mentah atau suplemen bawang putih. Bawang



putih diketahui mempunyai efek anti-jamur dan



antibakteri. Namun bawang putih dapat mengganggu obat protease inhibitor.  Kumur dengan minyak pohon teh (tea tree oil) yang dilarutkan dengan air.  Mengkonsumsi kapsul laktobasilus (asidofilus), atau makan yoghurt dengan



bakteri



ini.



Mungkin



ada



manfaatnya



setelah



mengkonsumsi antibiotik.  Mengkonsumsi suplemen gamma-linoleic acid (GLA) dan biotin. Dua suplemen ini tampaknya membantu memperlambat penyebaran 5



kandida. GLA ditemukan pada beberapa minyak yang dipres dingin. Biotin adalah jenis vitamin B.



2. Virus Sitomegalia (CMV) Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi oportunistik. Virus ini sangat umum. Antara 50 persen sampai 85 persen masyarakat Amerika Serikat adalah CMV-positif waktu mereka berusia 40 tahun. Statistik untuk Indonesia belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh yang sehat menahan virus ini agar tidak mengakibatkan penyakit. Waktu pertahanan kekebalan menjadi lemah, CMV dapat menyerang beberapa bagian tubuh. Kelemahan tersebut dapat disebabkan oleh bebagai penyakit termasuk HIV. Terapi antiretroviral (ART) sudah mengurangi angka penyakit CMV pada Odha sampai dengan 75 persen. Namun, kurang-lebih 5 persen Odha masih mengembangkan CMV. Penyakit yang paling lazim disebabkan CMV adalah retinitis. Penyakit ini adalah kematian sel pada retina, bagian belakang mata. Ini secara cepat dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati. CMV dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menginfeksikan beberapa organ sekaligus. Risiko CMV tertinggi waktu jumlah CD4 di bawah 50. CMV jarang terjadi dengan jumlah CD4 di atas 100. Tanda pertama retinitis CMV adalah masalah penglihatan seperti titik hitam yang bergerak. Ini disebut 'floater' (katung-katung) dan mungkin menunjukkan adanya radang pada retina. Anda juga mungkin akan melihat cahaya kilat, penglihatan yang kurang atau terdistorsi, atau titik buta. Beberapa dokter mengusulkan pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya retinitis CMV. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh ahli mata. Jika jumlah CD4 anda dibawah 200 dan anda mengalami masalah penglihatan apa saja, sebaiknya anda langsung menghubungi dokter. Beberapa Odha yang baru saja mulai memakai ART dapat mengalami radang dalam mata, yang menyebabkan kehilangan penglihatan. Masalah ini disebabkan oleh sindrom pemulihan kekebalan. Sebuah penelitian baru beranggapan bahwa orang dengan CMV aktif lebih mudah menularkan HIVnya pada orang lain. 6



Pengobatan CMV : Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari. Karena harus diinfus setiap hari, sebagian besar orang memasang 'keran' atau buluh obat yang dipasang secara permanen pada dada atau lengan. Dulu orang dengan penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai obat anti-CMV seumur hidup. Pengobatan CMV mengalami kemajuan dramatis selama beberapa tahun terakhir ini. Saat ini ada tujuh jenis pengobatan CMV yang telah disetujui oleh FDA di AS. ART dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV jika jumlah CD4- nya di atas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama tiga bulan. Namun ada dua keadaan yang khusus:  Sindrom pemulihan kekebalan dapat menyebabkan radang yang parah pada mata Odha walaupun mereka tidak mempunyai penyakit CMV sebelumnya. Dalam hal ini, biasanya pasien diberikan obat anti-CMV bersama dengan ART-nya. Bila jumlah CD4 turun di bawah 50, risiko penyakit CMV meningkat.



3. MAC (Mycobacterium Avium Complex) Mycobacterium Avium Complex (MAC) adalah penyakit berat yang disebabkan oleh bakteri umum. MAC juga dikenal sebagai



MAI



(Mycobacterium Avium Intracellulare). Infeksi MAC bisa lokal (terbatas pada satu bagian tubuh) atau tersebar luas pada seluruh tubuh (DMAC). Infeksi MAC sering terjadi pada paru, usus, sumsum tulang, hati dan limpa. Bakteri yang menyebabkan MAC sangat lazim. Kuman ini ditemukan di air, tanah, debu dan makanan. Hampir setiap orang memiliki bakteri ini dalam tubuhnya. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan MAC, tetapi orang dengan sistem kekebalan yang lemah dapat mengembangkan penyakit MAC. Hingga 50 persen Odha mengalami penyakit MAC, terutama jika jumlah CD4 di bawah 50. MAC hampir tidak pernah menyebabkan penyakit pada orang dengan jumlah CD4 di atas 100.



7



Tanda dan gejalah MAC : Gejala MAC dapat meliputi demam tinggi, panas dingin, diare, kehilangan berat badan, sakit perut, kelelahan, dan anemia (kurang sel darah merah). Jika MAC menyebar dalam tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi darah, hepatitis, pneumonia, dan masalah berat lain. Gejala seperti ini juga merupakan gejala banyak infeksi oportunistik lain. Jadi, dokter kemungkinan akan memeriksa darah, air seni, atau air ludah untuk mencari bakteri MAC. Contoh cairan tersebut dites untuk mengetahui bakteri apa yang tumbuh padanya. Proses ini, yang disebut pembiakan, perlu beberapa minggu. Bahkan jika anda terinfeksi MAC, sulit menemukan bakteri MAC. Jika jumlah CD4 anda di bawah 50, dokter mungkin mengobati anda seolah-olah anda MAC, walaupun tidak ada diagnosis yang tepat. Ini karena infeksi MAC sangat umum terjadi tetapi sulit didiagnosis. Pengobatan MAC : Bakteri MAC dapat bermutasi dan menjadi resisten terhadap beberapa obat yang dipakai untuk mengobatinya. Dokter memakai kombinasi obat antibakteri (antibiotik) untuk mengobati MAC. Sedikitnya dua obat dipakai: biasanya azitromisin atau klaritromisin ditambah hingga tiga obat lain. Pengobatan MAC harus diteruskan seumur hidup, agar penyakit tidak kembali (kambuh). Orang akan bereaksi secara berbeda terhadap obat antiMAC. Anda dan dokter mungkin harus mencoba berbagai kombinasi sebelum anda menemukan satu kombinasi yang berhasil untuk anda dan menyebabkan efek samping sedikit mungkin. Obat MAC yang paling umum dan efek sampingnya adalah : o Amikasin: masalah ginjal dan telinga; disuntikkan. o Azitromisin: Mual, sakit kepala, diare; bentuk kapsul atau diinfus. o Siprofloksasin: mual, muntah, diare; bentuk tablet atau diinfus. o Klaritromisin: mual, sakit kepala, muntah, diare; bentuk kapsul atau diinfus. Catatan: Dosis maksimum 500mg per hari. 8



o Etambutol: mual, muntah, masalah penglihatan; bentuk tablet. o Rifabutin: ruam, mual, anemia; bentuk tablet. Banyak interaksi obat. o Rifampisin: demam, panas dingin, sakit tulang atau otot; dapat menyebab air seni, keringat dan air ludah menjadi berwarna merahoranye (dapat mewarnai lensa kontak); dapat mengganggu pil KB. Banyak interaksi obat.



4. PCP (Pneumonia Pneumocystis) Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO) paling umum terjadi pada orang HIV-positif. Tanpa pengobatan, lebih dari 85 persen orang dengan HIV pada akhirnya akan mengembangkan penyakit PCP. PCP menjadi salah satu pembunuh utama Odha. Namun, saat ini hampir semua penyakit PCP dapat dicegah dan diobati. PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap orang. Dahulu jamur tersebut disebut Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan kini menggunakan nama Pneumocystis jiroveci, namun penyakit masih disingkatkan sebagai PCP. Sistem kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Namun, PCP menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang dewasa dengan sistim kekebalan yang lemah. Jamur Pneumocystis hampir selalu mempengaruhi paru, menyebabkan bentuk pneumonia (radang paru). Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 mempunyai risiko paling tinggi mengalami penyakit PCP. Orang dengan jumlah CD4 di bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga berisiko. Sebagian besar orang yang mengalami penyakit PCP menjadi jauh lebih lemah, kehilangan berat badan, dan kemungkinan akan kembali mengalami penyakit PCP lagi. Tanda pertama PCP adalah sesak napas, demam, dan batuk tanpa dahak. Siapa pun dengan gejala ini sebaiknya segera periksa ke dokter. Namun, semua Odha dengan jumlah CD4 di bawah 300 sebaiknya membahas pencegahan PCP dengan dokter, sebelum mengalami gejala apa pun.



9



Pencegahan PCP : Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan memakai terapi antiretroviral (ART). Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 dapat mencegah PCP dengan memakai obat yang juga dipakai untuk mengobati PCP. ART dapat meningkatkan jumlah CD4 anda. Jika jumlah ini melebihi 200 dan bertahan begitu selama tiga bulan, mungkin anda dapat berhenti memakai obat pencegah PCP tanpa risiko. Namun, karena pengobatan PCP murah dan mempunyai efek samping yang ringan, beberapa peneliti mengusulkan pengobatan sebaiknya diteruskan hingga jumlah CD4 di atas 300. Anda harus berbicara dengan dokter anda sebelum anda berhenti memakai obat apa pun yang diresepkan. Pengobatan PCP : Selama bertahun-tahun, antibiotik dipakai untuk mencegah PCP pada pasien kanker dengan sistim kekebalan yang lemah. Tetapi pada 1985 sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa antibiotik juga dapat mencegah PCP pada Odha. Keberhasilan dalam pencegahan dan pengobatan PCP sangat dramatis. Persentase Odha yang mengalami PCP sebagai penyakit yang mendefinisikan AIDS dipotong kurang lebih separoh, seperti juga PCP sebagai penyebab kematian Odha. Sayang, PCP masih umum pada orang yang terlambat mencari pengobatan atau belum mengetahui dirinya terinfeksi. Sebenarnya, 30-40 persen Odha akan mengembangkan PCP bila mereka menunggu sampai jumlah CD4-nya kurang lebih 50. Obat yang dipakai untuk mengobati PCP mencakup kotrimoksazol, dapson, pentamidin, dan atovakuon. 



Kotrimoksazol (TMP/SMX) adalah obat anti-PCP yang paling efektif. Ini adalah kombinasi dua antibiotik: trimetoprim (TMP) dan sulfametoksazol (SMX).







Dapson serupa dengan kotrimoksazol. Dapson kelihatan hampir seefektif kotrimoksazol melawan PCP. 10







Pentamidin adalah obat hirup yang berbentuk aerosol untuk mencegah PCP. Pentamidin juga dipakai secara intravena (IV) untuk mengobati PCP aktif.







Atovakuon adalah obat yang dipakai orang pada kasus PCP ringan atau sedang yang tidak dapat memakai kotrimoksazol atau pentamidin. Kotrimoksazol adalah obat yang paling efektif melawan PCP. Obat ini



juga murah, dan dipakai dalam bentuk pil, tidak lebih dari satu pil sehari. Namun, bagian SMX dari kotrimoksazol merupakan obat sulfa dan hampir separo orang yang memakainya mengalami reaksi alergi, biasanya ruam kulit, kadang-kadang demam. Sering kali, bila penggunaan kotrimoksazol dihentikan sampai gejala alergi hilang, lalu penggunaan dimulai kembali, masalah alergi tidak muncul lagi. Reaksi alergi yang berat dapat diatasi dengan cara desensitisasi. Pasien mulai dengan dosis obat yang sangat rendah dan kemudian meningkatkan dosisnya hingga dosis penuh dapat ditahan. Mengurangi dosis dari satu pil sehari menjadi tiga pil seminggu mengurangi masalah alergi kotrimoksazol, dan tampak sama berhasilnya. Karena masalah alergi yang disebabkan oleh kotrimoksazol serupa dengan efek samping dari beberapa obat antiretroviral, sebaiknya penggunaan kotrimoksazol dimulai seminggu atau lebih sebelum mulai ART. Dengan cara ini, bila alergi muncul, penyebabnya dapat lebih mudah diketahui. Dapson



menyebabkan



lebih



sedikit



reaksi



alergi



dibanding



kotrimoksazol, dan harganya juga agak murah. Biasanya dapson dipakai dalam bentuk pil tidak lebih dari satu pil sehari. Namun dapson kadang kala lebih sulit diperoleh di Indonesia.Pentamidin memerlukan kunjungan bulanan ke klinik dengan nebulizer, mesin yang membuat kabut obat yang sangat halus. Kabut ini dihirup secara langsung ke dalam paru. Prosedur ini memakan waktu kurang lebih 30-45 menit. anda dibebani harga obat tersebut ditambah biaya klinik. Pasien yang memakai pentamidin aerosol akan mengalami PCP lebih sering dibanding orang yang memakai pil antibiotik. A. Toksoplasmosis Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit hidup dalam organisme hidup lain (induknya) dan 11



mengambil semua nutrisi dari induknya. Parasit tokso sangat umum ditemukan pada tinja kucing, sayuran mentah dan tanah. Kuman ini juga umumnya ditemu dalam daging mentah, terutama daging babi, kambing dan rusa. Parasit tersebut dapat masuk ke tubuh waktu anda menghirup debu. Hingga 50 persen penduduk terinfeksi tokso. Sistim kekebalan tubuh yang sehat dapat mencegah agar tokso tidak mengakibatkan penyakit ini. Tokso tampaknya tidak menular dari manusia ke manusia. Penyakit yang paling umum diakibatkan tokso adalah infeksi pada otak (ensefalitis). Tokso juga dapat menginfeksikan bagian tubuh lain. Tokso dapat menyebabkan koma dan kematian. Risiko tokso paling tinggi waktu jumlah CD4 di bawah 100. Gejala pertama tokso termasuk demam, kekacauan, kepala nyeri, disorientasi, perubahan pada kepribadian, gemetaran dan kejang-kejang. Tokso biasanya didiagnosis dengan tes antibodi terhadap T. gondii. Perempuan hamil dengan infeksi tokso juga dapat menularkannya pada bayinya. Tes antibodi tokso menunjukkan apakah anda terinfeksi tokso. Hasil positif bukan berarti anda menderita penyakit ensefalitis tokso. Namun, hasil tes negatif berarti anda tidak terinfeksi tokso. Pengamatan otak (brain scan) dengan computerized tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI2)scan) juga dipakai untuk mendiagnosis tokso. CT scan untuk tokso dapat mirip dengan pengamatan untuk infeksi oportunistik yang lain. MRI scan lebih peka dan mempermudah diagnosis tokso. Pengobatan Toksoplasmosis : Tokso diobati dengan kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin. Kedua obat ini dapat melalui sawar-darah otak. Parasit tokso membutuhkan vitamin B untuk hidup. Pirimetamin menghambat pemerolehan vitamin B oleh tokso. Sulfadiazin menghambat pemakaiannya. Dosis normal obat ini adalah 5075mg pirimetamin dan 2-5g sulfadiazin per hari. Kedua obat ini mengganggu ketersediaan vitamin B dan dapat mengakibatkan anemia. Orang dengan tokso biasanya memakai kalsium folinat (semacam vitamin B) untuk mencegah anemia.



12



Kombinasi obat ini sangat efektif terhadap tokso. Lebih dari 80 persen orang menunjukkan perbaikan dalam 2-3 minggu. Tokso biasanya kambuh setelah peristiwa pertama. Orang yang pulih dari tokso seharusnya terus memakai obat antitokso dengan dosis pemeliharaan yang lebih rendah. Jelas orang yang mengalami tokso sebaiknya mulai terapi antiretroviral (ART) secepatnya, dan bila CD4 naik di atas 200 lebih dari enam minggu, terapi tokso sudah diselesaikan dan bila tidak ada gejala tokso lagi, terapi pemeliharaan tokso dapat dihentikan. B. Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. TB biasanya mempengaruhi paru-paru, tapi kadang-kadang dapat juga mempengaruhi organ tubuh lain, terutama pada Odha dengan jumlah CD4 di bawah 200. TB adalah penyakit yang sangat parah di seluruh dunia. Hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi TB, tetapi sistem kekebalan tubuh yang sehat biasanya dapat mencegah penyakit aktif. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri TB dalam paru. Ada dua jenis TB aktif. TB primer baru terjadi setelah anda terinfeksi TB untuk pertama kali. Keaktifan kembali TB terjadi pada orang yang sebelumnya terinfeksi TB. Jika sistem kekebalan tubuhnya melemah, TB dapat lolos dari tuberkel dan mengakibatkan penyakit aktif. Kebanyakan kasus TB pada orang dengan HIV diakibatkan keaktifan kembali infeksi TB sebelumnya. TB aktif dapat menyebabkan gejala berikut: batuk lebih dari tiga minggu; hilang berat badan; kelelahan terus menerus; keringat basah kuyup pada malam hari; dan demam, terutama pada sore hari. Gejala ini mirip dengan gejala yang disebabkan PCP, tetapi TB dapat terjadi pada jumlah CD4 yang tinggi. TB ditularkan melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif batuk atau bersin. Anda dapat mengembangkan TB secara mudah jika anda pada tahap infeksi HIV lanjut. Anda dapat terinfeksi TB pada jumlah CD4 berapa pun.



13



TB dan HIV: pasangan yang buruk . Banyak jenis virus dan bakteri hidup di tubuh anda. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan kuman ini agar mereka tidak menyebabkan penyakit. Jika HIV melemahkan sistem kekebalan, kuman ini dapat mengakibatkan infeksi oportunistik (IO). Angka TB pada Odha sering kali 40 kali lebih tinggi dibanding angka untuk orang yang tidak terinfeksi HIV. Angka TB di seluruh dunia meningkat karena HIV. TB dapat merangsang HIV agar lebih cepat menggandakan diri, dan memperburuk infeksi HIV. Karena itu, penting bagi orang dengan HIV untuk mencegah dan mengobati TB. Bagaimana cara mendiagnosis TB??? Ada tes kulit yang sederhana untuk TB. Sebuah protein yang ditemukan pada bakteri TB disuntik pada kulit lengan. Jika kulit anda bereaksi dengan bengkak, itu berarti anda kemungkinan terinfeksi bakteri TB. Jika HIV atau penyakit lain sudah merusak sistem kekebalan anda, anda mungkin tidak menunjukkan reaksi pada tes kulit, walaupun anda terinfeksi TB. Kondisi ini disebut 'anergi'. Oleh karena masalah ini, dan karena kebanyakan orang di Indonesia sudah terinfeksi TB, jadi tes kulit sekarang jarang dipakai disini. Jika anda anergi, pembiakan bakteri dari dahak (lihat alinea berikut) adalah cara terbaik untuk diagnosis TB aktif. Bila anda mempunyai gejala yang mungkin disebabkan oleh TB, dokter akan minta anda menyediakan tiga contoh dahak untuk diperiksa, termasuk satu yang anda diminta keluarkan dari paru pada pagi hari. Dokter juga mungkin melakukan x-ray paru, dan mencoba membiakkan bakteri TB dari contoh dahak anda. Tes ini mungkin memerlukan waktu empat minggu. Sulit untuk mendiagnosis TB aktif, terutama pada Odha, karena gejalanya mirip dengan pneumonia, masalah paru lain, atau infeksi lain. Pengobatan TB : Jika anda terinfeksi TB, tetapi tidak mengalami penyakit aktif, kemungkinananda diobati dengan isoniazid (INH) untuk sedikitnya enam bulan, atau dengan INH plus satu atau dua obat lain untuk tiga bulan. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2001 menunjukkan bahwa terapi kombinasi lebih efektif dibandingkan INH sendiri. INH dapat menyebabkan masalah hati, terutama pada perempuan. 14



Jika anda mengalami TB aktif, anda diobati dengan antibiotik. Karena bakteri TB dapat menjadi kebal (resisten) terhadap obat tunggal, anda akan diberi kombinasi antibiotik. Juga, TB sulit disembuhkan, dan obat tersebut harus dipakai untuk sedikitnya enam bulan. Jika anda tidak memakai semua obat, TB dalam tubuh anda mungkin jadi resistan dan obat tersebut akan menjadi tidak efektif lagi. Ada jenis TB yang sudah resistan pada beberapa antibiotik. Ini disebut TB yang resistan terhadap beberapa obat atau MDR-TB. Hingga saat ini, Prevalensi MDR-TB di Indonesia belum jelas; surveillans akan segera dilakukan oleh Depkes. Kendati masalah ini, lebih dari 90 persen kasus TB dapat disembuhkan dengan antibiotik. Masalah obat : Beberapa antibiotik yang dipakai untuk mengobati TB dapat merusak hati atau ginjal. Begitu juga beberapa obat antiretroviral yang dipakai untuk memerangi HIV. Bisa jadi sulit untuk memakai obat untuk TB dan HIV sekaligus. INH dapat menyebabkan neuropati perifer, seperti juga beberapa ARV, jadi dapat terjadi masalah bila obat ini dipakai bersamaan. Juga, banyak obat anti- HIV berinteraksi dengan obat yang dipakai untuk memerangi TB. Rifampisin atau rifabutin umumnya dipakai untuk mengobati TB. Obat ini dapat mengurangi kadar ARV dalam darah anda di bawah tingkat yang diperlukan untuk mengendalikan HIV. ARV dapat meningkatkan kadar obat TB ini pada tingkat yang mengakibatkan efek samping yang berat. Rifampisin tidak boleh dipakai jika anda memakai protease inhibitor (PI). Rifabutin dapat dipakai dalam beberapa kasus, tetapi mungkin dosisnya harus diubah. Ada pedoman khusus untuk dokter jika anda memakai obat untuk memerangi TB dan HIV sekaligus. Juga, jika jumlah CD4 anda di bawah 100, anda sebaiknya memakai rifabutin sedikitnya tiga kali seminggu. Ini mengurangi risiko TB-nya menjadi resistan terhadap rifabutin. Untuk alasan ini, TB biasanya disembuhkan sebelum ART dimulai. Namun mungkin ini mustahil bila jumlah CD4 sangat rendah



15



2.1.3 Pencegahan IO Sebagian besar kuman yang menyebabkan IO sangat umum, dan mungkin anda telah membawa beberapa dari infeksi ini. Anda dapat mengurangi risiko infeksi baru dan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang diketahui yang menyebabkan IO. Meskipun anda terinfeksi beberapa IO, anda dapat memakai obat yang akan mencegah pengembangan penyakit aktif. Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah IO dalah untuk memakai ART.



2.1.4 Pengobatan IO IO kerap melibatkan banyak pathogen dan menyerang secara bersamaan. Berbagai gejala klinis pun terdiagnosa, menambah runyam pengobatan pasien HIV atau AIDS. Dengan demikian, diperlukan strategi dalam diagnosis dan pengobatan, termasuk dengan anti mikroba yang seringkali harus deberi secara kombinasi. ”Pemilihan obat anti mikroba idealnya disesuaikan dengan diagnosis dan pathogen penyebab infeksi, namun dalam praktik klinik seringkali terapi diberi secara empiric, oleh karenanya kesulitan dan keterbatasan secara diagnose,” jelas ketua tim standar profesi penyakit dalam dan standar peralatan penyakit dalam ini. Lebih lanjut, Herdiman menjelaskan, pengobatan infeksi oportunistik pada Odha tidak dapat dipisahkan dengan pemberian ARV. Kedua komponen terapi ini mesti diberikan secara beriringan dan bersinergis, sebab keduanya akan saling mendukung efektifitas masing-masing. Terapi ARV ditujukan untuk pemulihan daya tahan tubuh melalui meningkatnya jumlah CD4. Dengan begitu peningkatan imunitas pasien akan membantu keberhasilan terai anti mikroba, yang pada akhirnya menurunkan risiko terjadinya infeksi oportunistik. Namun adakalanya, pengobatan infeksi oportunistik harus didahulukan, dan kemudian dilanjutkan pemberian ARV. Efek sinergis terapi oprtunistik dan ARV, oleh beberapa ahli telah dibuktikan efektifitasnya. Kovack, pada 1997, misalnya, telah menunjukkan terjadinya penurunan insiden IO sebesar 55 % pada populasi Odha yang menerima ARV. Dengan begitu pengobatan infeksi bukan berarti perkara mudah. Tak sedikit para praktisi medis mengalami kegagalan, termasuk akibat keterbatasan 16



non medis seperti terlambatnya diagnose dini, kesulitan mendapatkan obat, dan biaya yang tinggi.



2.2 Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme 2.2.1 Dasar-dasar Pengendalian Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat hampir dimana-mana di alam ini.Mereka merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling luas dan terdapat paling banyak di planet ini. Sesungguhnya telah dihitung bahwa massa mikroorganisme di bumi melebihi massa organisme lain. Didalam setiap gram tanah subur terdapat berjuta-juta mikroorgansime (Pelczar, 2005). Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal : 1) Dengan membunuh mikroorganisme. 2) Dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika dan secara kimia baik membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme.Agen yang membunuh sel-sel yang diistilahkan sidal, agen yang menghambat pertumbuhan



sel-sel



(tanpa



membunuh



mereka)



yang



disebut



sebagai



statis.Dengan demikian, bakterisida berarti membunuh bakteri, dan bakteriostatik berarti menghambat pertumbuhan sel-sel bakteri.Bakterisida berarti membunuh bakteri, fungisida berarti membunuh jamur, dan sebagainya. Pengendalian



mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi



mikroba. Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh. Membunuh dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat penting dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan.Pengendalian mikroorganisme juga merupakan praktek medis modern dan antimikroba untuk mencegah dari infeksi dan menurunkan penyebaran mikroorganisme. 17



Alasan utama pengendalian organisme adalah : a. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi. Mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur memiliki dampak berbahaya apabila tidak dikontrol, seperti TBC yang disbabkan oleh bakteri, Influenza yang disebabkan oleh virus, dan masih banyak penyakit lain yang apabila dibiarkan dapat menimbulkan kematian. b. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi Tidak hanya manusia, hewan, bahkan tanaman pun dapat terinfeksi oleh mikroorganisme, untuk itu perlu dilakukan pencegahan agar tidak menyebar ketanaman lain. c. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Adakalanya pembusukan dan perusakan oleh mikroorganisme sangat dibutuhkan dalam hal pembuatan pupuk kompos, tapi adakalanya juga tidak diinginkan, misalnya perusakan atau pembusukan salah satu jaringan tubuh yang dapat menimbulkan kecacatan, untuk itu perlu dicegah.



Pengendalian mikroorganisme adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk:  Menghambat/mengurangi jumlah atau aktivitas mikroorganisme.  Membasmi atau mematikan mikroorganisme (terutama untuk yang terinfeksi mikroorganisme). Kondisi yang mempengaruhi pengendalian mikroba adalah:  Temperature  Jenis mikroba  Struktur fisiologis.  Lingkungan.



2.2.2



Pengendalian Mikroba Secara Fisik A. Cara membunuh dengan panas Cara kerja panas : Panas dapat membunuh kuman karena dapat mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan membrane sel. Daya bunuh panas basah ini juga meliputi perubahan kondisi fisik daripada lemak sel. Panas kering 18



membunuh kuman terutama karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Percobaan menunjukkan bahwa, apabila biakan kuman dalam bentuk liofil dipanasi secara kering, akan diperlukan waktu yang lama untuk membunuhnya. Akan tetapi apabila biakan tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih, ia akan cepat mati. 1. Terminologi Thermal Kill 



Thermal death point: suhu dimana suatu suspense organisme telah disterilkan setelah pemaparan selama 10 menit.







Thermal death time: waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu untuk mensterilkan suatu suspense organisme.







D value : waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari organisme dalam suatu suspense pada suatu suhu tertentu. Suhu biasanya dinyatakan sebagai D100˚C atau D59˚F .







Z value : jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk menurunkan D value sampai menjadi sepersepuluh nilai semula. Contoh: spora Bacillus megaterium mempunyai D100˚C = 1



menit, dan D59˚F = 10 menit, maka Z valuenya adalah 5, oleh karena menjadi sepersepuluh (dari 10 menit menjadi 1 menit), diperlukan kenaikan suhu sebanyak 5˚C (dari 95˚C - 100˚C). 2. Sterilisasi/suci hama Proses



menghancurkan



semua



jenis



kehidup-an



mikroorganisme sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab : a. Panas kering Biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160 0C selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven. b. Pembakaran (Inceneration) Pembakaran (Incineration): cara sterilisasi yang sangat efektif 100%, tetapi terbatas penggunaannya. Cara ini digunakan untuk



19



mensterilkan sumber dari kuman yang dibakar hingga berpijar. Sehingga hampir bentuk hidup akan mati. Misalnya pada bangkai hewan percobaan / hewan yang terkena sumber penyakit (ayam yang terkena flu burung) c. Udara Panas (Hot Air Sterilization) Sterilisasi dengan udara panas (hot air sterilization): pemanasan dengan memanaskan udara di dalam oven, dengan benda yang ditempatkan di dalam oven dengan suhu mencapai 160-180˚C. Sterilisasi ini membutuhkan waktu selama kurang lebih 1-2 jam.Biasanya digunakan pda alat-alat gelas seperti; cawan petri, pipet, tabung reaksi, labu, dan sebagainya. d. Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelem-baban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur.



Suhu efektifnya adalah 121 0C pada tekanan 5 kg/cm2



dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort. 3. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya : a. Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65 0C selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut. b. Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasar-kan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilaku-kan untuk susu, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit. c. Boiling : 20



Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll. e. Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose. f. Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran



B. Radiasi 1) Radiasi Ungu Ultra (ultraviolet) Mikroorganisme di udara dapat di bunuh dengan penyinaran memakai sinar ungu ultra. Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah di antara 220-290 nm; radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Faktor penghambat dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya yang lemah. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik berupa cairan, gas, atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau di tempatkan langsung di bawah sinar ungu ultra dalam lapisan-lapisan yang tipis. Absorpsi radiasi ungu ultra menyebabkan modifikasi-modfikasi kimiawi dari nucleoprotein serta menimbulkan hubungan silang (cross linkages) antara pasangan-pasangan molekul thymin. Hubungan ini dapat menyebabkan salah baca dari genetic code, yang akan menghasilkan mutasi



yang



selanjutnya akan merusak atau



memperlemah fungsi-fungsi vital organism dan kemudian akan mematikannya. Orang-orang yang bekerja dengan atau dekat sumber sinar ungu ultra harus memakai peralatan guna melindungi kornea mereka terhadap iritasi atau kerusakan yang mungkin bersifat permanen. 21



2) Sinar X Sinar x bersifat letal bagi mikroba juga bagi bentuk kehidupan yang lebih tinggi.Sinar x memiliki daya dan energi yang tinggi namun sinar x tidak banyak digunakan dalam pengendalian populasi mikroba karena daya tembus yang besar itu menyulitkan usaha perlindungan terhadap pemakai dan sulit menggunakannya secara efisien. 3) Sinar gamma Sinar gamma dipancarkan dari radio isotop tertentu seperti 60CO, mempunyai panjang gelombang pendek sehingga enrginya tinggi.Daya tembusnya besar dan bersifat letal terhadap semua bentuk kehidupan termasuk mikroba.Karena daya tembus serta efek mikrobiosidanya tinggi serta efisiensinya lebih tinggi dibandingkan dengan sinar x maka sinar gamma lebih disukai untuk digunakan dalam sterilisasi bahan-bahan yang tebal serta besar seperti kemasan peralatan media atau bahan makanan.



C. Penyaringan a) Menyaring Cairan Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan penyaringan yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus.Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka terhadap panas seperti serum, solusi enzim, toksin kuman, ekstrak sel, dan sebagainya. Menyaring Cairan dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti : - Saringan Seitz : menggunakan bahan asbestos sebagai alat penyaringnya - Saringan Berkefeld : menggunakan filter terbuat dari tanah diatomae - Saringan Chamberland : terbuat dari porselen - Fritted Glass Filter : terbuat dari serbuk gelas b) Menyaring Udara  Kapas dapat digunakan sebagai penutup alat (labu, tabung) yang sudah steril agar tidak tercemar kuman. Kapas dapat ditembus oleh



22



udara tetapi tidak oleh kuman. Tetapi kapas basah dapat ditembus oleh kuman.  Pada saat proses penuangan cairan / pembenihan dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench (udara yang masuk disaring terlebih dahulu dengan saringan khusus). Saringan laminar flow bench ini mempunyai batas waktu pemakaian dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi.



D. Suhu rendah Suhu yang cukup rendah dapat menyebabkan metabolisme dan pertumbuhan terhenti. Selain itu suhu rendah bermanfaat untuk mengawetkan biakan karena



mikroba mempunyai kemampuan untuk



dapat bertahan pada keadaan yang sangat dingin.



E. Pendinginan Biakan beberapa bakteri, khamir dan kapang yang ditumbuhkan pada media agar dalam tabung reaksi dapat hidup selama berbulan-bulan pada suhu lemari es sekitar 4 derajat C sampai 7 derajat C.



F. Suhu dibawah titik nol Bakteri dan virus dapat bertahan pada suhu - 20 derajat, -70 derajat C, -195 derajat C. Pada pendinginan tersebut mula-mula dapat mematikan sebagian dari sel-sel tersebut, namun jumlah yang bertahan cukup besar dan tetap bertahan hidup untuk waktu lama. Jadi penggunaan suhu rendah tidak dapat diandalkan untuk disinfeksi.Mikroba yang dipelihara pada suhu beku dianggap dorman karena tidak memperlihatkan aktivitas metabolik.



G. Pengeringan Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya dapat mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Pada umumnya mikroba yang bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung pada : macam mikroba, bahan yang dipakai, kesempurnaan proses pengeringan, kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban) yang dikenakan pada mikroba tersebut. 23



2.2.3 Pengendalian Mikroba Secara Kimia Banyak bahan kimia yang menghambat metabolisme sel atau merusak komponen sel sehingga dapat menghambat atau mematikan mikroba.Bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan ini banyak digunakan dirumah sakit dan laboratorium untuk membersihkan peralatan bedah dan ruangan penyiapan media. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan kimiawi adalah :  Sifat bahan yang akan diberikan perlakuan. Harus dipilih zat kimia yang sesuai dengan bahan yang diberi perlakuan. Sebagai contoh, zat kimia untuk disinfeksi alat-alat laboratorium tidak baik digunakan untuk kulit.  Tipe mikroba. Harus dipilih zat kimia yang telah diketahui efektiv terhadap jenis mikroba yang akan dibunuh karena tidak semua mikroba sama rentannya terhadap sifat menghambat atau mematikan zat kimia tertentu.Keadaan lingkungan.  Faktor-faktor seperti suhu, PH, waktu, konsentrasi dan adanya bahan organik asing turut mempengaruhi laju dan efisiensi pembasmian mikroba. Berdasarkan kekuatan dalam memusnahkan mikroba, bahan kimiawi digolongkan atas :  Bahan kimiawi tingkat tinggi. Jika mampu mematikan semua jenis mikroba termasuk endospora bakteri. Misalnya etilen oksida dan glutaraldehida 2%.  Bahan kimiawi tingkat menengah adalah



bahan



kimia



yang



mampu



mematikan



Mycobacterium



tuberculosis sehingga disebut juga bahan tuberkulosida. Bahan kimia ini juga mampu melawan virus resisten seperti virus hepatitis dan rhinovirus tetapi tidak efektif untuk melawan endospora.



24



 Bahan kimiawi tingkat rendah adalah bahan kimiawi yang efektif terhadap kebanyakan sel vegetatif bakteri dan fungi tetapi tidak efektiv terhadap



Mycobacterium



tuberculosis, endospora, spora fungi dan virus. Bahan kimiawi tingkat rendah banyak digunakan sebagai dikontaminasi sebab ekonomis dan tidak toksik terhadap manusia. Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat mikroba.Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang.Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi : o Agen kimia yang merusak membran sel mikroba. o Agen kimia yang merusak enzim mikroba. o Agen kimia yang mendenaturasi protein. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu : -



Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat.



-



Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.



-



Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten dibandingkan yang berkapsul dan berspora.



-



Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan efektivitas agen kimia.



-



pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan perubahan pH.



A. Agen Kimia yang merusak membran sel  Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik. 25



 Golongan fenol. B. Agen Kimia merusak enzim  Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.  Golongan oksidator seperti



golongan halogen, peroksida



hidrogen dan formaldehid. C. Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis. Kelompok utama bahan kimiawi pengendali mikroba adalah : 1) Fenol dan turunannya : Fenol, o-kresol, m-kresol, p-kresol, 2-4 dimetil fenol, butil fenol, heksilresorsinol, dan heksaklorofen. Turunan fenol dapat bersifat bakterisida atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan. senyawa ini bekerja dengan mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. Aktivitas senyawa fenol ini dapat berkurang sebagai anti mikroba karena pengaruh PH basa, bahan organik, suhu rendah dan sabun. 2) Alkohol : Etanol dan isopropanol (70-80%) efektif untuk membasmi fungi, sel vegetatif bakteri, virus etanol dan isopropil digunakan untuk antiseptik dan disinfektan pada kulit sebelum diinjeksi. Alkohol juga digunakan untuk mengurangi flora mikroba pada termometer. 3) Halogen : Iodium, khlorin, fluorin, bromine. Khlorine dan iodium paling luas penggunaannya sebagai anti mikroba. iodium merupakan zat yang efektif untuk bakteri, fungi dan virus. Larutan iodium terutama digunakan disinfeksi kulit seperti iodium tinktur. Khlorin merupakan disinfektan yang luas penggunaannya, misalnya dalam proses pemurnian air. 4) Logam berat : Merkuri khlorida, perak nitrat, tembaga sulfat. Logam-logam berat terutama perak dalam jumlah amat kecil dapat mematikan 26



bakteri, hal ini disebut aksi oligodinamik . Perak nitrat telah lama digunakan untuk mencegah infeksi oleh gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. persenyawaan yang mengandung tembaga digunakan sebagai fungisida dibidang pertamanan.sedangkan merkuri khlorida tidak banyak digunakan tetapi beberapa persenyawaan merkuri organik digunakan



sebagai



antiseptik.



Kerja



logam



berat



adalah



mendenaturasikan protein sel . 5) Deterjen : Zat pengurang tegangan yang pertama digunakan untuk membersihkan permukaan benda disebut detergen. Misalnya sabun, tetapi sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah karena itu telah dikembangkan bahan pembersih baru yang disebut surfaktan atau deterjen sintetis. Secara kimiawi deterjen diklasifikasikan menjadi: a. Deterjen anionik yang berionisasi dan sifat deterjennya pada anion. Misalnya sabun mempunyai kemampuan menghilangkan mikroba secara mekanis. b. Deterjen kationik yaitu: deterjen yang berionisasi dan sifat deterjennya terletak pada kation. Misalnya persenyawaan amonium kuartener meliputi bensalkonium klorida, benzetonium klorida dan setilpiridinium klorida. Persenyawaan amonium kuartener bekerja sebagai anti mikroba dengan menghambat kerja enzim, denaturasi protein dan kerusakan membran sel.



6) Antimikroba Antimikroba



adalah



zat



kimia



yang



membunuh



atau



menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam, dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme. a.



Antiseptik Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan 27



deterjen. Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan.Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel atau meja. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan.Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit. Efektivitas



antiseptik



dalam



membunuh



mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan.Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus. Jenis-jenis Antiseptik Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, (mengeringkan)



misalnya bakteri,



saja



dengan



mengoksidasi



mendehidrasi sel



bakteri, 28



mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri.Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid, dan triclosan. I.



Hidrogen peroksida Hidrogen



peroksida



(H2O2)



adalah



agen



oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak mengiritasi



jaringan



hidup.Senyawa



ini



dapat



diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane mukosa.Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen. II.



Garam merkuri Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat membunuh hampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit.Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.



III.



Asam Borat Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini dapat digunakan secara optimum



saat



dilarutkan



dalam



air



dengan



perbandingan 1:20. IV.



Triclosan Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain.Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim.Mekanisme kerja triclosan adalah dengan



menghambat



biosintesis



lipid



sehingga 29



membran



mikroba



kehilangan



kekuatan



dan



fungsinya. b.



Desinfektan Desinfektan



merupakan



bahan



yang



membunuh



mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme, dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya digunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbedabeda.Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh karena itu perlu diketahui perilaku bahan kimia yaang akan digunakan sebagai desinfektan. Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: 1. Golongan pertama Yaitu desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B, contohnya yaitu: Klorhexidine (Hibitane, Savlon), Cetrimide



(Cetavlon,



Savlon)



dan



Fenol-fenol



(Dettol).



Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan. Biasanya dipergunakan untuk hal-hal seperti berikut: 



Mensterilkan alat-alat bedah dan untuk membunuh kuman yang tercecer di laboratorium. Larutan yang dipakai biasanya berkadar 3 persen.







Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).







Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.



30







Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit.







Fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.



2. Golongan kedua Yaitu desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B. 



Desinfektan yang melepaskan klorin. Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih).







Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah).







Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol. Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70 persen daripada 100 persen. Namun tidak membunuh spora.







Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex). Berguna untuk mensterilkan vaksin kuman dan untuk menginaktifkan toksin kuman tanpa mempengaruhi sifat antigenitasnya. Larutan formaldehida dengan kosentrasi 5 sampai 10 persen di dalam air akan membunuh sebagian besar



kuman.



Formaldehida



bersifat



bakterisidal,



sporisidal, dan juga dapat membunuh virus.



7. Pengawet Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan paling sering digunakan dalam makanan.Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya jika masuk ke dalam tubuh dan tidak beracun.Contohnya adalah kalsium propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida.



31



8. Antibiotic Berdasarkan sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu : i. Antibiotik sintetik Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun virus.Contohnya adalah sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat dan kloramfenikol. ii. Antibiotik Alami Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme



yang



dapat



membunuh



atau



menghambat



mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik merupakan bahan kimia yang berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang memiliki efek untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel-sel jenis lain. iii. Antibiotik semisintetik Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu mikroba kemudian dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan sifat antimikroba antibiotik tersebut atau membuat mereka unik agar dapat dipatenkan secara farmasi.



2.2.3



Obat-obatan Antimikroba dan Antibiotik  Antimikroba Antimikroba adalah substansi kimia yang dihasilkan oleh bermacam-macam spesies dari mikroorganisme (bakteri, jamur, aktinomisetes) yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Oleh Weinstein, berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi menjadi : 



Obat yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Seperti : penisilin, sefalosporin, siklosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin.







Obat yang mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Seperti : polimiksin, kolistin dan obat-obat anti jamur misalnya nstatin dan amfoterisin.



32







Obat yang terutama menghambat sintesis protein bakteri dengan



efeknya



pada



ribosom.



Seperti



:



tetrasiklin,



streptomisin, eritrommisin, linkomisin, dan klindamisin. 



Obat yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat. Seperti : rifampisin, dan asam nalidiksat.







Obat anti metabolit. Seperti : sulfonamid, trimetropin, asam aminosalisilat dan senyawa sulfon.



2.3



Mekanisme Kerja Anti Mikroba Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak antara mikroba dan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efek khususnya pada tuberculostatik. 2.3.1 Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok : 1. Yang menganggu metabolisme sel mikroba. Antimikroba



yang



termasuk



dalam



kelompok



ini



adalah



sulfonamide,trimetropim,asam p-aminosalisilat dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar,kuman pathogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamide atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat,maka terbentuk analog asam folat yang nonfunsional. Akibatnya,kehidupan mikroba akan terganggu. Berdasarka sifat kompetisi,efek sulfonamide dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA. 2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Obat



yang



termasuk



dalam



kelompok



ini



adalah



penisilin.sefalosporin,basitrasin,vankomisin dan sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida. Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam proses sintesis dinding sel, diikuti berturut-turut oleh basitrasin,vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yang menghambat reaksi terakhir dalam rangkaian reaksi



33



tersebut. Oleh karena tekanan osmotic dlam sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis,yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka. 3. Yang menganggu permaebilitas membrane sel mikroba. Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin,golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik,umpanya antiseptic surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa ammonium-kuartener dapat merusak membrane sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membrane sel mikroba.Polimiksin tidak efektif terhadap kuman garam positif karena jumlahjumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri tidak sensitive terhadap antibiotic polien,karena tidak memiliki struktur sterol pada membrane selnya. 4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba . Obat



yang



termasuk



dalam



kelompok



ini



adalah



golongan



aminoglikosit, makrolit, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.Untuk kehidupannya,sel mikroba perlu mensintetis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung



di



ribosom,dengan



bantuan



mRNA



dan



tRNA.



Pada



bakteri,ribosom terdiri dari 2 sub unit,yang berdasarkan konstanta sedimentasi di nyatakan sebagi ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada sintesis protein,kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara. 5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin,dan golongan kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat sitotoksisitasnya. Pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker, tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan disini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba, yaitu rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin,salah satu derivate rifamisin,berikatan dengan enzim polymerase-RNA (pada subuni0 sehingga menghambat sintetis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.



34



2.3.2 Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme Ada 4 fase kurva pertumbuhan mikroorganisme, yaitu : 



Fase lag







Fase log







Fase stationer







Fase kematian



A. Fase Lag/Adaptasi. Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mulamula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungandi sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya: 1. Medium dan lingkungan pertumbuhan Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim. 2. Jumlah inokulum Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi. 



Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungannuriennya terbatas.







Mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium barudengan komposisi sama seperti sebelumnya.



B. Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial. Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :



35







Nutrien di dalam medium sudah berkurang.







Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba.



C. Fase Stationer. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.



D. Fase Kematian. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu:  Nutrien di dalam medium sudah habis.  Energi cadangan di dalam sel habis.  Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenismikroba.



2.3.3 Macam-Macam Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan menjadi metode langsung dan tidak langsung. Contoh metode langsung : Yaitu hitungan mikroskopik (menggunakan hemositometer) digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri pada susu / vaksin dan hitungan cawan digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri susu, air, makanan, tanah, dan lain-lain. Contoh metode tidak langsung adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan kekeruhan, bila suspensi biakan cair & homogen 2. Berdasarkan berat kering sel, bila suspensi biakan kental & tidak homogen 3. Berdasarkan kadar nitrogen, bila suspensi biakan kental & tidak homogen 36



4. Berdasarkan aktivitas biokimia, menggunakan uji mikrobiologis Hitungan mikroskopik menggunakan ruang penghitung hemositometer mempunyai kelebihan cepat dalam pengerjaannya, tetapi mempunyai beberapa kekurangannya, yaitu : tingkat kesalahan tinggi, sel mati bisa terhitung, sel ukuran kecil sulit teramati. Metode ini tidak sesuai untuk sel yang densitasnya rendah. Hitungan cawan dapat dilakukan dengan metode : 1. Cawan sebar (spread plate method) 2. Cawan tuang (pour plate method) Penerapan metode cawan tuang, terlebih dahulu dilakukan : 1. Satu seri pengenceran terhadap sampel 2. Ambil pengenceran tertentu Metode tidak langsung melalui kekeruhan/turbiditas dengan melihat massa sel. Metode ini menggunakan alat : spektrofotometer. Dengan alat ini dapat ditentukan  nilai absorbansi (a) atau kerapatan optik (od=optikal density). Sebelumnya perlu dibuat kurva baku untuk mengetahui jumlah sel. 



Kelebihan : cepat, mudah, tidak merusak sample Kekurangan : sel hidup dan sel mati tidak terukur



Metode tidak langsung melalui berat kering sel, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 



Menyaring/sentrifugasi massa sel







Mencuci dengan aquadest/buffer







Dikeringkan dalam oven, bila suhu 800C memerlukan waktu 24 jam atau 1100C selama 8 jam.







Kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat kering sel.



2.3.4 Faktor-Faktor Lingkungan Pertumbuhan Mikroorganisme Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap faktor lingkungan (suhu, pH, O, salinitas, dsb.)



37



1. Suhu Tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50C sampai 800C, tetapi bagaimanapun juga setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas. Perubahan suhu dapat mempengaruhi : 



Pertumbuhan : miskin, banyak, atau mati







Perubahan



karakteristik :



pembentukan pigmen, misalnya Serratia



marcescens, pada suhu kamar merah, suhu lebih tinggi atau rendah dari suhu kamar, pigmen merah hilang. Produksi selulosa Acetobacter xylinum pada suhu lebih tinggi dari suhu kamar akan menurun. 2. Derajat keasaman (pH) Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 – 9 dan pH optimumnya 4 – 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme. 3. Kebutuhan oksigen Oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan racun bagi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok berdasarkan kebutuhan akan organisme, yaitu 



Mikroorganisme aerob Adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi.







Mikroorganisme anaerob Adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan O2 karena oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan kematian. Mikroorganisme anaerob tidak memiliki enzim katalase yang dapat



38



menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen. Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme yang tetap tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob. 



Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan menghambat kerja enzim oksidatif dan menimbulkan kematian.



2.3.5



Kontrol Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya. Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara : 



Fisik







Kimia







Biologi



A. Secara fisik Menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh panas lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan otoklaf memerlukan suhu 1210C, tekanan 15 psi/1,5 kg/cm2, selama 15 menit. Sterilisasi fisik dapat juga dengan panas kering menggunakan oven1600C, 2 jam. Sterilisasi dengan oven untuk alat-alat gelas dan bahan yang tidak tembus air. B. Secara kimia Menggunakan



senyawa



kimia



untuk



mengendalikan



pertumbuhan



mikroorganisme, Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat dibedakan memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan kemoterapetik/antibiotic.  Antiseptik : substansi kimia yang digunakan pada jaringan hidup yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.  Desinfektan: substansi kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif pada materi yang tidak hidup.



39



 Bahan kemoterapetik : substansi kimia yang dapat merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme.



C. Secara mekanik Untuk bahan yang mudah rusak karena pemanasan, misalnya vitamin, enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter berupa membran dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom, porselen, kaca berpori, selulosa. membran selulosa : diameter pori 0,01-10 µm. Bahan/zat yang tidak dapat dipanaskan pada suhu lebih dari 1000C, dapat dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi.  Pasteurisasi memerlukan pemanasan 63-730C, digunakan untuk pengawetan air, susu, bir, anggur. Pasteurisasi dapat membunuh mikroorganisme pathogen (Mycobacterium, Salmonella, Coxiella) dan beberapa mikroorganisme normal. Pelaksanaan pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara : 1. LTH = low temperatur holding, menggunakan suhu 63 0C , selama 30 menit. 2. HTST = high temperatur short time, menggunakan suhu 72 0C, selama 15 detik  Tindalisasi adalah pemanasan dengan suhu 80-1000C, selama 30 menit, 3 hari berturut-turut. Pelaksanaan tindalisasi melalui tahapan sebagai berikut : 1. Tindalisasi : sel vegetatif mati, kemudian diinkubasi, spora berkecambah menjadi sel vegetatif. 2. Tindalisasi : sel vegetatif mati, spora yang tersisa berkecambah menjadi sel vegetatif. 3. Tindalisasi : semua sel mati.



40



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Infeksi yang mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan disebut “oportunistik”. Istilah “infeksi oportunistik” sering kali disingkat menjadi “IO”. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Infeksi oportunistik yang umum terjadi dibagi dalam beberapa jenis : Candidiasis, Pneumonia, Kanker serviks invasif, Cryptosporidiosis, Herpes simpleks, Toksoplasmosis, dan Tuberkulosis. Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat



melihatnya



seperti



mikroskop,



lup



dan



lain-lain.



Cakupan



dunia



mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Alasan utama pengendalian organisme adalah : 1.



Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.



2.



Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi



3.



Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.



3.2 Saran Dengan terselesainya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui tentang infeksi oportunistik dan pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme. Penulis juga berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para pembaca diharapkan kritik dan sarannya agar makalah ini lebih baik dan memberikan motivasi kepada penulis.



41



DAFTAR PUSTAKA



Anonym. 2014. Pengendalian Mikroorganisme .https://kimiakimi.files.wordpress.com /2014/01/10- pengendalian-mikroorganisme-ed.pdf Anonym, 2013. Mikrobiologi . http://tandatanya92.blogspot.co.id/2013/02/mikrobiologi.html Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc. Brock. TD. Madiqan. MT. 1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed. Prentice Hall International, Inc. Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/ Cummings Publishing Company, Inc. California. Case, C.L. & Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology. Benjamin/ Cummings Publishing Company, Inc. California. Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB. Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (Common Teksbook). Biologi FPMIPA UPI, IMSTEP. Moat, A.G. & Foster, J.W. 1979. Microbial Physiology. John Wiley & Sons Nicklin. J.K. Graeme-Cook. T. Paget & R. Killington. 1999. Instans Notes in Microbiology. Springer Verlag. Singapore Pte, Ltd. Tortora Gerard J. et al. 1992. Microbiology an Introduction. Fourth Ed. The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.



42