Kep Anak DDST [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh pergerakantubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, serta pertumbuhan dan pergantian selyang rusak. Masalah nutrisi merupakan hal yang sangat berhubungan denganintake makanan yang diberikan pada tubuh. Pengkajian dan penilaian kecukupan gizi atau nutrisi diperlukan untuk mengetahui keseimbangan kebutuhan tubuh akan nutrisi dan kegunaannya. Keseimbangan kebutuhan nutrisi pada seseorang dikatakan baik apabila asupan nutrisinya seimbang dengan kegunaannya. Keseimbangan nutrisi di pengaruhi oleh 2 hal yaitu konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh. Antropometri



adalah



ilmu



yang



mempelajari



berbagai



ukuran



tubuh



manusia.Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk., 2010). Dari beberapa pelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan 85-100% bayi dan anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian. Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Untuk pencapaian tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologisnya. Selain itu untuk mengetahui apakah pertumbuhan dan perkembangn anak dapat berjalan secara optimal bisa dilakukan penilaian tumbuh kembang.



1



Pada masa kanak-kanak merupakan fase yang sangat penting bagi perkembangan anak. Bila terdapat keterlambatan yang tidak diketahui sejak awal, maka perkembangan anak akan terganggu hingga dewasa nanti. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Apakah pengertian dari antropometri?



1.2.2



Apa konsep pertumbuhan sebagai dasar antropometri?



1.2.3



Apa keunggulan dan kelemahan antropometri?



1.2.4



Apa saja jenis-jenis antropometri?



1.2.5



Bagaimana cara mengetahui indeks masa tubuh?



1.2.6



Apa definisi DDST?



1.2.7



Apa manfaat DDST?



1.2.8



Bagaimana perkembangan DDST?



1.2.9



Bagaimanacara pemeriksaan DDST?



1.2.10 Apa pengertian DDTK? 1.2.11 Apa jenis Pemeriksaan DDTK? 1.2.12 Apa saja alat yang diperlukan untuk pemeriksaan DDTK? 1.2.13 Bagaimana prosedur DDTK? 1.2.14 Apa saja instrument untuk DDTK? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1



untuk mengetahui pengertian antropometri.



1.3.2



Untuk mengetahui konsep pertumbuhan sebagai dasar antropometri



1.3.3



Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan antropometri



1.3.4



Untuk mengetahui jenis-jenis antropometri yang diukur.



1.3.5



Untuk mengetahui indeks masa tubuh.



1.3.6



Mengetahui definisi DDST



1.3.7



Mengetahui manfaat DDST



1.3.8



Mengetahui perkembangan DDST



1.3.9



Mengetahui cara pemeriksaan DDST



1.3.10 Mengetahui pengertian DDTK 1.3.11 Mengetahui jenis Pemeriksaan DDTK 1.3.12 Mengetahui alat yang diperlukan untuk pemeriksaan DDTK 1.3.13 Mengetahui prosedur DDTK 1.3.14 Mengetahui instrument untuk DDTK



2



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1 KONSEP ANTROPOMETRI 2.1.1 Pengertian Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yangberarti tubuh manusia dan ilmu. Antropometri berasal dari kata antropo (manusia) dan metri (ukuran). Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan intraksi manusia. Artinya Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri secara antropometri adalah konsep pertumbuhan. Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak.



2.2.2 Konsep Pertumbuhan Sebagai Dasar Antropometri 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan a. Pertumbuhan Pertumbuhan dalam kehidupan manusia dimulai sejak janin dalam kandungan berlanjut pada masa bayi, kanak-kanak dan pada masa remaja kemudian berakhir pada masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan waktu. Selama pertumbuhan terjadi perubahan ukuran fisik. Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya. Ukuran fisik manusia dapat diukur. llmu yang mempelajari ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu dikenal dengan sebutan antropometri. Pola pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan factor lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan dll. Pengukuran pertumbuhan secara antropometri akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan ukuran: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada. Berat badan untuk umur (BB/U) merupakan indikator yang mendasar dan absah untuk penentuan keadaan gizi , terutama gizi kurang. Panjang badan untuk umur (PB/U) untuk mengukur riwayat kekurangan gizi 3



di masa lampau. Berat badan untuk panjang badan (BB/PB) merupakan indikator yang kuat untuk menentukan akibat gizi salah akut dan masa penyembuhannya. b. Perkembangan Definisi psikologi,



idea



perkembangan dan



menurut



pemahaman



Sinclair,



dan



D



perolehan



(1973) skill



meliputi parameter



motorik



dan



sensory.



Hurlock, B (1980) dalam psikologi perkembangan menganggap penting dasar permulaan merupakan sikap kritis karena dasar permulaan merupakan atau mengarah kepada penyesuaian diri pribadi atau sosial bila sudah tua. Banyak para ahli psikologi memandang tahun pra sekolah merupakan tahapan penting atau kritis dimana mulai diletakkan dasar struktural perilaku komplek yang dibentuk dalam kehidupan. Perkembangan juga seperti pertumbuhan mengikuti suatu pola spesifik dan dapat diramalkan mengikuti hukum arah perkembangan yang disebut hokum cephalocaudal yang menjelaskan bahwa perkembangan menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki dan hukum proximodistal yang menentapkan bahwa perkembanganmenyebar keluar dari titik poros sentral ke anggota tubuh. Perkembangan akan mengikuti pola yang berlaku umum jika kondisi lingkungan mendukung.Setiap tahapan perkembangan mempunyai perilaku karakteristik. 2. Faktor – factor yang Mempengaruhi Pertumbuhan a. Internal (Genetik) 1) Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun. 2) Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali. 3) Keluarga. Tidak jarang dijumpai



dalam



suatu



keluarga



terdapat



keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.



4



anggota



4) Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi. b. Faktor Eksternal 1) Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu



dari dalam



makanan



binatang



yang



sedang



hamil,



Warkany



menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at all. 2) Mekanis



(pita



oligohidrmnion).



amniotik,



ektopia,



posisi



fetus



yang



abnormal,



trauma,



Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan



oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga



dianggap



faktor



mekanis



dapat



mengganggu



gizi



embrio



dan



berakibat gangguan pertumbuhan. 3) Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin,



obat kontrasepsi dan lain-lain).



Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial. 4) Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang idak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota



gerak. Kelainan



yang ditemukan akibat



radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.



5



2.1.3 Keunggulan Dan Kelemahan Antropometri a. Keunggulan Antropometri a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah. b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu. d. Biaya relatif murah e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas. f. Secara alamiah diakui kebenaranya. b. Kelemahan Antropometri a. Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat serta tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe. b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri. c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri.



2.1.4 Jenis – Jenis Antropometri yang di Ukur 1. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya yang



belum



diimbangi



asupan



mekonium



dan



air



seni



yang mencukupimisalnya produksi ASI yang belum



lancar. Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh. Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700 –1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 – 600 gram/bulan, pada triwulan III 6



sekitar 350 – 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 – 350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulanberikutnya hanya + 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia(remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat (growth spurt). Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu : Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus : Umur (bulan) + 9 = n + 9 Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus : (Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8 Keterangan : n adalah usia anak Berat badan usia 6 – 12 tahun , menggunakan rumus : Umur (tahun) X 7 – 5 Cara pengukuran berat badan anak adalah : Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi. Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut : BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu 7



Tentukan



hasil



timbangan



sesuai



dengan



jarum



penunjuk



pada



timbangan.Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yangberlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuningatau merah. 2. Tinggi Badan ( Panjang badan) Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir).



Penambahan



tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun. Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu : Perkiraan panjang lahir : 50 cm Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun. Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992): Lahir : 50 cm Umur 1 tahun : 75 cm 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77 Cara pengukuran tinggi badan anak adalah : Usia kurang dari 2 tahun : 8



Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran). Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi)Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur. Untuk lebih jelasnya. Lihat gambar 1 Usia 2 tahun atau lebih : Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2. 3. Lingkar kepala Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama kepala



paling



cepat



ini,



pertumbuhan



dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun



pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm. Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah : Siapkan pita pengukur (meteran). Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian



anterior



menuju



oksiput



pada



bagian



posterior.



Kemudian



tentukan



hasilnya (lihat Gambar 1). Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala 4. Lingkar Lengan Atas (Lila) Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas 9



mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut : Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut



dengan



pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3. Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar (dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur. Catat hasil pada KMS. 5. Lingkar Dada Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah : Siapkan pita pengukur, Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada seperti pada gambar 1. Catat hasil pengukuran pada KMS.



2.1.5 Mengetahui Indeks Masa Tubuh A. Pengertian IMT atau sering juga disebut indeks quatelet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat pengukur komposisi tubuh yang paling umum dan sering dilakukan. Beberapa studi telah mengungkapkan



bahwa



IMT adalah alat pengukuran yang berguna untuk mengukur obesitas, dan telah direkomendasikan untuk evaluasi klinik pada obesitas anak Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:



10



IMT =



Berat Badan (kg) Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m) Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang



membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia.



B. Kategori Indeks Massa Tubuh Untuk orang dewasa yang usianya 20 tahun ke atas, IMT diinterprestasi menggunakan kategori status berat badan standar yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, interpretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin. (CDC, 2009). Secara umum, IMT 25 keatas membawa arti pada obesitas.



Standar



baru



untuk



IMT



telah



dipublikasikan



pada



tahun



1998



mengklasifikasikan BMI dibawah 18,1 sebagai sangat kurus atau underweight, IMT diatas 23 sebagai berat badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang ideal



bagi orang



dewasa



adalah



diantara 18,5







22,9.



Obesitas



dikategorikan pada tiga tingkat : tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), tingkat III (>40). (CDC, 2002). Batas Ambang IMT Indonesia TABEL Keterangan : - IMT < 17,0 : Keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan beratbadan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) -IMT 17,0 – 18,4 : Keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan beratbadan tingkat ringan (KEK Ringan) - IMT 18,5 – 25,0 : Keadaan orang tersebut termasuk kategori normal - IMT 25,1 – 27,0 : Keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan



11



- IMT >27,0 : Keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat. (Direktorat Gizi Masyarakat RI, 2000)



2.2 KONSEP DDST 2.2.1 Pengertian DDST DDST (Denver Devplopmant Screening Test) adalah salah satu dari metode screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnosa atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang Baik. Test ini dikembangkan pada 6 tahun pertama kehidupan anak, dengan penekanan pada 2 tahun pertama mudah dan cepat (15-20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang baik. “Denver scale” adalah test screening untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak pra sekolah. Test ini dikembangkan wlliam K. Frankenburg (yang mengenalkan pertama kali) dan J.B.Doods pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oleh Denver Developmental Material, Inc., di Denver, Colorado. DDST merefleksikan persentase kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Test ini dapat dilakukan oleh dokter spesialis, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau tenaga professional kesehatan dalam layanan social. Dalam perkembangan lainnya DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi dari DDST dan DDST-R (revised denver developmental screening test). Perbedaaan denver II dengan screening terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interprestasi dan rujukan. Pembahasan mengenai DDST dalam sejarahnya tidak terlepas dari denver developmental material. Denver developmental material bermanfaat bagi petugas kesehatan yang memberi perawatan langsung pada anak. Dengan prosedur yang sederhana dan cepat, metoda ini dapat digunakan oleh tenaga professional maupun paraprofessional. Prosedur tersebut dirancang untuk perkembangan anak yang optimal sejak lahir hingga usia 6 tahun melalui panduan dan identifikasi yang memerlukan evaluasi tambahan. Materi pokok, yakni PDQ II, apparent answered questionnaire, dan the denver II, merupakan program surveilans perkembangan yang tepat untuk situasi ketika waktu yang tersedia sempit.



12



2.2.2 Manfaat DDST Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi perkembangan anak usia dini. Menurut study yang dilakukan oleh The public health agency of Canada, DDST adalah metode test yang paling banyak digunakan untuk masalah perkembangan anak. Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain : 1.



Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya



2.



Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat



3.



Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukan gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan



4.



Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan



5.



Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan.



2.2.3 Perkembangan Menurut DDST II Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997). Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit. 1.



Aspek Perkembangan yang dinilai 



Terdiri dari 125 tugas perkembangan.







Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas







Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai : a.



Personal Social (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.



13



b.



Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.



c.



Language (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan



d.



Gross motor (gerakan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.



2.



Cara menghitung usia anak Telah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditunjukan untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan test ini, terlebih dahulu kita harus mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut a.



Tulis tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakan test



b.



Kurangi dengan cara bersusun tanggal, bulan, dan tahun kelahiran anak



c.



Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka bulan didepannya



d.



Hasilnya adalah usia anak dalam tahun,bulan, dan hari



e.



Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu



f.



Jika pada saat pemeriksaan usia anak dibawah 2 tahun, anak lahir kurang dari 2 minggu atau lebih dari HPL, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut Contoh : Rumus menghitung umur anak (pelaksanaan tugas) Rumus : umur = tanggal pada waktu test dikurangi tanggal lahir Tanggal test : 1990 3 13 Tanggal lahir : 1989 1 5 Umur : 1 2 8



3.



Alat yang digunakan a.



Alat peraga :benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ 14



kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa). b.



Lembar formulir DDST II



c.



Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.



4.



Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu: a.



b.



Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia : 



3-6 bulan







9-12 bulan







18-24 bulan







3 tahun







4 tahun







5 tahun



Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.



5.



Pelaksanaan test Penting untuk anak : 



Dibutuhkan kerjasama yang aktif dan anak sehingga anak harus merasa aman dan senang







Anak tidak sedang sakit







Anak tidak ngantuk, lapar,huas, sedang marah, rewel







Ruangan cukup luas, cukup ventilasi dan kesan menyenangkan bagi anak







Ajak anak bermain



Penting untuk orang tua 



Diberitahu bahwa ini bukan test IQ







Beritahu tujuan test







Beritahu ortu bahwa pemeriksaan tidak mengharapkan anak dapat melakukan semua tugas yang diberikan kepada anak



Penting untuk pelaksana test a.



Item-item test sebaiknya disajikan secara fleksibel. Akan tetapi lebih dianjurkan mengukuti petunjuk berikut :



15







Item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya didahulukan, misalnya sektor personal-sosial, baru kemudian dilanjutkan dengan sector motorik halus-adaptif







Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak jika ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga saat ini mampu menyelesaikan tetapi kurang tepat. Ini ditunjukan agar anak tidak segan untuk menjalani test berikutnya







Item dengan alat yang sama sebaiknya dilakukan secara berurutan agar penggunaan watu agar lebih efesien







Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang diletakan diatas meja







Pelaksanaan test untuk semua sector dimulai dari item yang terletak di sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan garis umur



b.



Jumlah item yang dinilai tergantung pada lama waktu tersedia, yang terpenting pelaksanaanya mengacu pada tujuan test, yaitu mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan kemampuan anak yang relatif lebih tinggi



6.



Cara pengukuran : a.



Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan



b.



Tarik garik pada lembar DDST II sesuai dengtanumur yang telah ditentukan



c.



Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada milai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal social



d.



Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal



e.



Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.



f.



Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.



g.



Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.



h.



Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.



16



i.



Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites. 



Abnormal Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih Bila



dalam



1



sektor



atau



lebih



didapatkan



2



atau



lebih



keterlambatanPlus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia 



Meragukan Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan padasektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.







Tidak dapat dites Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.







Normal Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.



j.



Pada anak-anak yang lahir prematur,usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun



7.



Cara penilaian Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia anak, kemudian menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan usia anak. Dilakukan tes pada keempat sektor yang dimulai dari item pada sebelah kiri garis usia, kemudian mulai dilakukan pemeriksaan pada keempat sektor yaitu personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar. Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P), gagal tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah melampaui batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan kesempatan tugas atau anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO). Setelah itu dihitung pada masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D.



17



8.



Penilaian test prilaku Penilaian prilaku dilakukan setelah test selesai. Dengan mengguanakan skala pada lembar test, penilaian ini dapat membandingkan prilaku anak selama test dengan prilaku sebelumnya. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah prilaku anak selama test dengan prilaku sebelumnya, kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakag prilaku anak sehari-hari sama dengan prilakunya saat itu, terkadang anak tengah dalam kondisi, sakit, atau marah sewaktu menjalani tersebut. Jika demikian test dapat ditunda dan dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.



9.



Pemberian nilai untuk setiap itemnya a.



L =lulus /lewat (P= pass). Anak dapat melalkukan item dengan baik atau baik atau orang tua / pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut (item tertanda L)



b.



G= gagal (F=fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua / pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut (khusus yang bertanda L)



c.



M = menolak (R=refusal). Anak menolak atau melakukan test untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukanya (khususnya item tanpa tanda L )



d.



Tak = tak ada kesempatan (NO opportunity). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item kerena ada hambatan (khusus item yang bertanda L)



10. Penilaian Peritem a. Penilaian item “Lebih” (advance) nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam penilaian test secara keseluruhan (karena biasanya hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih tua ) b. Penilaian item “OK“ atau normal. Nilai tidak perlu di perhatikan dalam penilaian test secara keseluruhan. Nilai OK dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut 



Anak “gagal” (G) atua “menolak” (M) melakukan tugas untuk item disebelah kanan garis usia, kondisis ini wajar karena item disebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih tua.



18







Anak “Lulus” / Lewat (L), “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukantugas untuk item didaerah putih kotak (daerah 25 %-75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini dianggap normal



c. Penilaian item P = peringkatan (C=caution) Nilai “Peringatan” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah gelap kotak (daerah 75% - 90%). Hal ini karena hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75% - 90% anak di usia tersebut sudah berhasil (Lulus) melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas dengan baik d. Penilaian item T= “Terlambar” (D = Delayed). Nilai “Terlambat” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang akan seharusnya mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda, yang tentunya berupa tugas-tugas yang lebih ringan. Jika, tugas untuk anak yang leblih muda tidak dapat dilakukan atau ditolak, anak tentu akan mendapatkanpenilaian T (terlambat). Huruf T ditulis di sebelah kanan item dengan hasil penilaian “Terlambar”. Perlu diperhatikan bahwa ada dua macam T. Pertama, terlambat karena anak mengalami kegagalan (G). T jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Suspek”. Kedua, terlambat karena anak menolak melaksanakan tugas (M). T jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Tak dapat diuji” e. Penilaian item “Tak ada kesempatan” (No Opportunity). Nilai “Tak” ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “Tak ada kesempatan” diberikan jika anak mendapat skor “Tak” atau tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.



2.2.4 Test Skrining Perkembangan Dari Denver 1.



Usahakan anak tersenyum dengan memberikan senyum, berbicara atau memberikan isyarat, jangan sentuh anak



2.



Anak harus melihat tangan beberapa detik



3.



Orang tua dapat membantu mengajari menyikat gigi dan menaruh pasta gigi diatas sikat 19



4.



Anak tidak diharapkan mampu mengikat sepatu atau mengancingkan/resleting dibelakang



5.



Gerakan benang perlahan dalam bentuk suatu lengkungan dari satu sisi ke sisi yang lain



6.



Lulus jika anak mencoba melihat terus dimana benang menyilang, benang harus dilepaskan dengan cepat dari tangan pemeriksa



7.



Lulus jika anak mengambil kismis dengan bagian ibu jari dan jari



8.



Menggaris dapat bervariasi hanya 30 derajat



9.



Buat kepalan dengan ibu jari yang menunjuk ke atas dan goyangkan hanya ibu jari, lulus jika anak menirukan dan tidak menggerakan semua jari lain selain ibu jari



10. Lulus bila menggambar selain bentuk tertutup, gagal dalam pergerakan yang terus menerus 11. garis mana yang lebih panjang ?(bukan lebih besar). Putar kertas terbaik dan ulangi (lulus 3 dari 3 atau 5 dari 6) 12. lulus bila garis yang bersilang dekat dengan titik tengah 13. biarkan anak meniru dahulu, dan jika gagal perlihatkan 14. dalam memberikan nilai, setiap pasangan (2 lengan, 2 tungkai dll) dihitung sebagai satu bagian 15. tempatkan satu kubus dalam gelas dan goyangkan perlahan dekat telinga anak, tetapi jangan terlihat ulangi dengan telinga lain 16. tunjuk gambar dan minta anak menyebutkannya 17. dengan menggunakan boneka beritahu anak, tunjukan pada saya hidung, mata,telinga, mulut, tangan, kaki, perut, rambut, 18. dengan menggunakan gambar, tanya kepada anak, yang mana yang terbang ? berbunyi meong ? berbicara ? 19. tanyakan kepada anak apa yang kamu lakukan jika kamu sedang kedinginan 20. lulus jika anak secara benar menempatkan dan mengatakan beberapa bnyak balok pada kertas Observasi : Suatu garis digambar dari atas sampai bawah berdasarkan usia anak, pemeriksa harus menguji masing-masing tonggak yang disilang dengan garis ini. Setiap tongak mempunyai potongan yang menunjukan presentase populasi “standar” yang harus mampu melakukan tugas ini. Kegagalan dalam melakukan suatu hal yang 20



dilalui oleh 90 % anak-anak adalah signifikan, dua kegagalan dari empat hal utama menunjukan keterlambatan perkembangan, haruslah diketahui bahwa test ini merupakan alat skrening untuk keterlambatan perkembangan, tetapi bukan test “intelegensia” Fungsional anak saat ini memberikan pengertian kedalam karakteristik anak sekarang. Perkembangan bahasa, motorik, dan sosial anak dan kematangannya direfleksikan dalam tingkah lakunya sekarang. Tanyakan pertanyaan “ bagaimana anda melukiskan sifat anak anda sebagai pribadi ?



2.3 Konsep KPSP 2.3.1 Pengertian KPSP Formulir KPSP adalah daftar petanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebgaai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3 sampai 6 tahun. 2.3.2 Tujuan Adapun tujuan dari KPSP adalah untuk mengetahui ada tidaknya hambatan dalam perkembangan anak. 2.3.3 Kegunaan KPSP KPSP dapat dipakai untuk mengetahui ada atau tidak adanya hambatan, gangguan atau masalah dalam perkembangan anak. 2.3.4 Cara menggunakan KPSP Petugas kesehatan membaca KPSP terlebih dahulu. Kemudian memberi kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai dengan usia anak. Hasil dicatat di dalam kartu data tumbuh kembang anak. 2.3.5 Cara menghitung usia anak Usia anak ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : anak usia 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan, sedang anak usia 15 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 15 bulan. 2.3.6 Cara memilih pertanyaan KPSP Pertanyaan diajukan kepada para orang tua dan dipilih kelompok pertanyaan yang sesuai dengan usia anak.



21



2.3.7 Cara menilai KPSP a. Meneliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. b. Menghitung jumlah jawaban Ya. c. Apabilah jumlah jawaban Ya = 9 atau 10 bearti anak yang diperiksa normal. d. Apabila jumlah jawaban Ya = kurang dari 9, maka perlu diteliti kembali mengenai : 



Cara menghitung usia anak







Cara memilih pertanyaan KPSP, apakah sesuai dengan usia anak







Apakah jawaban orang tua atau pengasuh anak sesuai dengan yang dimaksudnya







Apabila jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, tentukan jadwal untuk dilakukan pemeriksaan ulang 1 mingu kemudian



Apabila pada pemeriksaan ulang jumlah jawaban Ya tetap 7 atau 8, maka anak tersebut memrlukan pemeriksaan lebih lanjut atau dirujuk. Catatan: pertanyaan KPSP yang dipakai pada pemeriksaan ulang disesuaikan dengan usia anak pada tanggal pemeriksaan ualang tersebut. e. Apabila jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, maka anak tersebut memrlukan pemeriksaan lebih lanjut atau dirujuk. 2.3.8 Cara melakukan pemeriksaan ulang dengan KPSP Pemeriksaan ulang dengan menggunakan dilaksanakan pada 3 keadaan dibawah ini: a. Hasil KPSP negative atau jumlah jawaban Ya = atau 10, pemeriksaan ulang dapat dilakukan. b. Tiap 3 bulan untuk usia dibawah 12 bulan. c. Tiap 6 bulan untuk usia 12 s/d 72 bulan, Walaupun demikian pemeriksaan yang lebih sering akan lebih baik. d. Hasil KPSP dengan jumlah Ya = 7 atau 8, pemeriksaan ulang dilakukan 1 minggu kemudian setelah pemeriksaan pertama. e. Hasil KPSP dengan jumlah Ya = kurang atau pemeriksaan ulang tetap 7-8, anak perlu dirujuk fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.



22



2.3.9 Cara mencatat hasil KPSP Hasil KPSP dicatat dalam kartu data tumbuh kembang anak. Tulis jawaban umur Ya, atau tidak pada kotak yang disediakan untuk tiap pertanyaan menurut golongan umur anak. Kemudian hitunglah jawaban Ya. Apabila penilaian KPSP = 9 atau 10 jawban Ya, bearti perkembangan anak baik (kode N). Apabila penilaian KPSP= 7 atau 8 bearti meragukan dan anak perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Apabila penilaian KPSP = kurang dari 7, bearti positif anak perlu dirujuk (kode TN).



23



BAB 3 PENUTUP



3.1 Kesimpulan Antropometri artinya ukuran dari tubuh. Antropometri merupakan bagian dari ilmu ergonomi yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia yang meliputi bentuk, ukuran



dan



kekuatan



dan



penerapannya



untuk



kebutuhan perancangan fasilitas



aktivitas manusia. Data antropometri sangat diperlukan untuk perancangan peralatan danlingkungan kerja. Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. DDST (Denver Devplopmant Screening Test) adalah salah satu dari metode screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnosa atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang Baik. Test ini mudah dan cepat (15-20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang baik. Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.Deteksi Dini Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Formulir KPSP adalah alat /instrument yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Setiap golongan umur terdapat 10 pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak. 4.1 Saran



Menggali



ilmu



semaksimal



mungkin



untuk



menambah



pengetahuan



dan



keterampilan mahasiswa tentang masalah – masalah dan cara melakukan penilaian DDST dan DDTK anak.



24



DAFTAR PUSTAKA



Nanny, Vivian. 2010. Asuahn Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Pemkot Malang, Dinkes. 2007. Pedoman Pelaksana Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Malang: Dinkes. Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Sudarti, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.



25