KEPERAWATAN PALIATIF Kel 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif Dosen Pengampu: Ns. Sapta Rahayu N, S. Pd, S. Kep, M.Kep



Oleh : KELOMPOK 4 1. Alfiana Tirta Ningrum



(P07120521013)



2. Apriliani



(P07120521029)



3. Dewi Puspita Sari



(P07120521014)



4. Ferdinandius Iliomarpaulus



(P07120521028)



5. Heri Susanto



(P07120521010)



6. Luter King James



(P07120521007)



7. Muhammad Sidik



(P07120521032)



8. Nirmala Sari S. Palupessy



(P07120521039)



9. Therevina Aprilia



(P07120521039)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik”. Askep ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dosen mata kuliah dan kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan askep ini tidak menutup kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Dengan lapang dada penulis menerima saran dan kritiknya demi untuk menambah wawasan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi rekanrekan semua pada umumnya.



Penyusun



Kelompok 4



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Tujuan........................................................................................................2 1.



Tujuan Umum.....................................................................................2



2.



Tujuan Khusus....................................................................................2



C. Manfaat......................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keperawatan Palliative Care.........................................................4



B.



1.



Pengertian Keperawatan Paliatif.........................................................4



2.



Prinsip Dasar Perawatan Paliatif.........................................................4



3.



Tempat-tempat Pelayanan Paliatif......................................................5



4.



Langkah- langkah dalam Pelayanan Paliatif.......................................5



5.



Perkembangan Hospice Care..............................................................6



Konsep Gagal Ginjal Kronis......................................................................6 1.



Definisi Gagal Ginjal Kronis..............................................................6



2.



Etiologi................................................................................................7



3.



Stadium Pada Gagal Ginjal Kronis.....................................................8



4.



Patofisiologi........................................................................................9



5.



Manifestasi Klinis.............................................................................10



6.



Pemeriksaan Penunjang....................................................................11



7.



Penatalaksanaan................................................................................12



8.



Pengertian gagal ginjal kronik terminal............................................13



9.



Perawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Terminal......................13



10. System Support Pada Gagal ginjal Kronik Terminal........................14 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Kasus........................................................................................................19 B. Pembahasan Kasus...................................................................................21 1.



Pengkajian Data................................................................................21



ii



2.



Pemeriksaan Fisik.............................................................................25



3.



Pemeriksaan Penunjang....................................................................26



4.



Analisa Data......................................................................................27



5.



Diagnosa Keperawatan ....................................................................30



6.



Intervensi Keperawatan....................................................................31



7.



Evaluasi.............................................................................................31



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan..............................................................................................36 B. Saran........................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................38



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001). Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per 4 juta penduduk pertahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk (Suwitra, 2006). Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien. Pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di 1



Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.



Perawatan paliatif yang



efektif membutuhkan pengkajian yang akurat terkait kebutuhan fisik dan emosional, dan perencanaan yang tepatuntuk mengatasi kebutuhan personal pasien. Mengingat bahwa pelayanan paliatif hendaknya berpusat pada pasien dan diberikan oleh tim multi profesional yang bekerja sama dengan pasien dan keluarganya, maka pendekatan "Patient-Centered Care (PCC)" atau "perawatan berpusat pada pasien sangat cocok untuk diterapkan dalam pelayanan paliatif. Dengan pendekatan ini, pasien akan mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan personalnya dengan melibat kan keluarganya untuk meningkatkan kualitas hidup nya dengan menjunjung tinggi aspek nilai/budaya.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti mata kuliah palliative care dan mendapatkan penjelasan tentang penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami perawatan paliatif pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.



2. Tujuan Khusus a) Mahasiswa mampu memahami konsep palliative care. b) Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik. c) Mahasiswa



mampu



memahami



dan



mengaplikasikan



asuhan



keperawatan palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir. C. Manfaat 1. Bagi Pembaca



2



Makalah



ini



diharapkan



dapat



memberikan



informasi



mengenai



pengetahuan kebijakan perawatan paliatif pada pasien dengan kasus gagal ginjal kronik



2. Bagi Institusi Keperawatan Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebegai referensi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu keperawatan paliatif tentang kebijakan paliaif care pada kasus gagal ginjal kronik.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keperawatan Palliative Care 1. Pengertian Keperawatan Paliatif Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”. Tetapi definisi Perawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda. Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah system perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.



2. Prinsip Dasar Perawatan Paliatif Prinsip dasar perawatan paliatif menurut Committee on Bioethic and Committee on Hospital Care pada tahun 2000 : 1) Menghormati serta menghargai pasien dan keluarganya 2) Kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang pantas 3) Mendukung pemberi perawatan (caregiver) 4



4) Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif Menurut WHO pada tahun 2007, prinsip pelayanan paliatif pasien kanker yaitu menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses yang alami, tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian, mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya dan menghindari tindakan sia-sia.



3. Tempat-tempat Pelayanan Paliatif Berdasarkan



Permenkes



Nomor



812/



Menkes/



SK/VII/2007



dijelaskan tempat untuk layanan paliatif meliputi: a) Rumah Sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan khusus. b) Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan c) Rumah singgah / panti (hospice) : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum dapat dirawat dirumah karena memerlukan pengawasan d) Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat tindakan khsusus atau peralatan khusus atau keterampilan perawatan



yang



tidak



mungkin



dilakukan



oleh



(PERMENKES, 2007). 4. Langkah- langkah dalam Pelayanan Paliatif a) Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien b) Membantu pasien dalam membuat advance care planning c) Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul 5



keluarga



d) Tata laksana gejala. e) Dukungan psikologis, kultural dan sosial f)



Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat.



g) Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita. (KEMENKES, 2013). 5. Perkembangan Hospice Care Di Indonesia, perawatan di hospis atau Hospice care merupakan hal yang baru. Falsafah Hospice Care adalah manusia yang menderita harus dibantu dan diringankan penderitaannya, agar kualitas hidupnya dapat ditingkatkan selama sakit sampai ajal, dan meninggal dengan tenang. Hospice care adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual (Hospice Home Care, 2011). Ruang lingkup : 1. Pasien yg tinggal di daerah pedalaman. 2. Pasien dengan kanker, heart disease, AIDS, kidney and lung disease. 3. Pasien di nursing home. 4. Pasien yg tinggal sendirian



Tujuan Pelayanan Hospice Care : 6



1.



Meringankan pasien dari penderitaannya.



2.



Memberikan dukungan moril, spirituil maupun pelatihan praktis dalam hal perawatan pasienbagi keluarga pasien dan pelaku rawat.



3.



Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka cita.



B. Konsep Gagal Ginjal Kronis 1.



Definisi Gagal Ginjal Kronis Ginjal kronik adalah suatu kerusakan kekurangan fungsi ginjal yang hampir selalu tidak reversibel dan sebabnya bermacam-macam. Uremia adalah istilah yang sudah lama dipakai yang menggambarkan suatu gambaran klinik sebagai akibat gagal ginjal. Sebenarnya pada dewasa ini sudah dipahami bahwa retensi urea di dalam darah bukanlah penyebab utama gejala gagal ginjal bahkan binatang percobaan yang diberi banyak urea secara intravena, tidak menunjukkan gejala-gejala uremia. Meskipun ukurannya kecil, organ ginjal bersifat sangat vital. Ginjal berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta mengatur konsentrasi dan komposisi cairan di dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk membersihkan darah dan berbagai zat hasil metabolisme serta racun di dalam tubuh. Sampah dari dalam tubuh tersebut akan diubah menjadi air seni (urin). Air seni diproduksi terus menerus di ginjal, lalu dialirkan melalui saluran kemih ke kandung kemih. Bila cukup banyak urin di dalam kandung kemih, maka akan timbul rangsangan untuk buang air kecil. Jumlah urin yang dikeluarkan setiap hari sekitar 1-2 liter. Selain itu, ginjal juga berperan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah, mengatur kalsium pada tulang, mengatur produksi sel darah merah, dan menghasilkan hormon seperti erythropoetin, renin, dan vitamin D.



7



Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001). Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001).



2.



Etiologi Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain : a) Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis b) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis c) Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif d) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal e) Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis f)



Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal



g) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: 8



hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra. h) Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis



3.



Stadium Pada Gagal Ginjal Kronis a) Stadium 1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. b) Stadium 2 Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi resiko masalah kesehatan lain. c) Stadium 3 Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini. d) Stadium 4 Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam 9



dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok. e) Stadium 5 Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan ginjal.



4.



Patofisiologi Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup : a) Penurunan cadangan ginjal; Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi. b) Insufisiensi ginjal; Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefronnefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis. 10



c) Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. d) Penyakit gagal ginjal stadium akhir; Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal. (Corwin, 1994).



5.



Manifestasi Klinis a) Kardiovaskuler 1) Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis. 2) Pitting edema (kaki, tangan, sacrum). 3) Edema periorbital. 4) Friction rub pericardial. 5) Pembesaran vena leher. b) Dermatologi 1) Warna kulit abu-abu mengkilat. 2) Kulit kering bersisik. 3) Pruritus. 11



4) Ekimosis. 5) Kuku tipis dan rapuh. 6) Rambut tipis dan kasar. c) Pulmoner 1) Krekels 2) Sputum kental dan liat 3) Nafas dangkal 4) Pernafasan kussmaul d) Gastrointestinal 1) Anoreksia, mual, muntah, cegukan 2) Nafas berbau ammonia 3) Ulserasi dan perdarahan mulut 4) konstipasi dan diare 5) Perdarahan saluran cerna e) Neurologi 1) Tidak mampu konsentrasi 2) Kelemahan dan keletihan 3) Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran 4) Disorientasi 5) Kejang 6) Rasa panas pada telapak kaki 12



7) Perubahan perilaku f)



Muskuloskeletal 1) Kram otot 2) Kekuatan otot hilang 3) Kelemahan pada tungkai 4) Fraktur tulang 5) Foot drop



6.



Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan Laboratorium 1. Laboratorium darah BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin). 2. Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT.



b) Pemeriksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia). 13



c) Pemeriksaan USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate. d) Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.



7.



Penatalaksanaan Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi : a) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat. b) Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia. c) Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan



kecendurungan



perdarahan;



dan



penyembuhan luka. d) Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001). 14



membantu



e) Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema. f)



Mempertahankan



keseimbangan



cairan;



Penatalaksanaan



keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.



8.



Pengertian gagal ginjal kronik terminal Disebut gagal ginjal kronik stadium 'terminal' (akhir) bila fungsi ginjal sudah dibawah 10-15% dan tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian obat-obatan atau diet. Pada stadium ini ginjal sudah tidak mampu lagi beradaptasi/mengkompensasi fungsi-fungsi yang seharusnya diemban oleh ginjal yang sangat dibutuhkan tubuh sehingga memerlukan suatu terapi atau penanganan untuk menggantikan fungsinya yang disebut terapi pengganti ginjal atau Renal Replacement therapy. Terapi Pengganti Ginjal bisa dengan metode dialysis atau metode transpantasi (cangkok) ginjal. Metode dialysis ada 2 jenis yaitu: metode cuci darah 15



(haemodialysis atau disingkat HD) dan cuci perut (peritoneal dialysis, disingkat PD). Keduanya akan diuraikan kemudian.



9.



Perawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Terminal Perawatan yang biasa di gunakan dalam penanganan gangguan ginjal kronik terminal adalah manajemen diet, dialisis dan transplantasi ginjal. Manejemen diet di berikan



kepada penderita sejak dari tahap awal



sampai tahap akhir. a) Manajemen diet bertujuan untuk membantu mempertahankan status gizi yang optimal mencegah faktor- faktor pemberat, mencoba untuk memperlambat



penurunan



menghilangkan



gejala



fungsi



yang



ginjal,



mengganggu



mengurangi dan



dan



mengatur



keseimbangan elektrolit. b) Dialistis merupakan tindakan terapi keperawatan yang harus di lakukan oleh penderita gagal ginjal baik akut atau kronis. Dialisis saat ini hanya mengeluarkan 48 sampai 52% dari toksin urenik, oleh karena itu penderita tetap memerlukan pembatasan pemasukan makanan dan minuman yang ketat serta intervensi obat-obatan untuk mengatur aspek-aspek dari kegagalan fungsi ginjal yang lain serta untuk mencegah terjadinya akumulasi sisa-sisa metabolisme diantaranya waktu dialisa. Transplantasi ginjal merupakan upaya terakhir dalam perawatan penderita gangguan ginjal. Hal ini terutama dilakukan apabila fungsi ginjal yang tersisa sangat sedikit bahkan tidak ada. Prinsip utama nya adalah mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal yang sehat lewat proses operasi. 16



10. System Support Pada Gagal ginjal Kronik Terminal a) Strategi Menghadapi Stres Mengurangi tingkatan stres mengakibatkan kurangnya resiko memburuknya atau kambuhnya suatu penyakit. oleh karena itu, manusia memotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stres yang disebut juga dengan koping. Koping merupakan suatu proses dalam mengatur tuntutan internal dan eksternal yang berat bahkan sangat sulit.



b) Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia di cintai dan di perhatikan, memiliki harga diri dan di hargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.  Sumber Dukungan Sosial Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan



individu



sehingga



individu



tersebut



merasakan



kenyamanan secara fisik dan pisikologis. Orang lain ini terdiri dari: 1. Pasangan hidup 2. Orang tua 3. Saudara 4. Anak 17



5. Kerabat 6. Teman 7. Rekan kerja 8. Staf medis 9. Anggota dalam kelompok kemasyrakatan.  Bentuk Dukungan 1. Dukungan instrumental Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. 2. Dukungan informasional Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, sarana atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. 3. Dukungan emosional Membuat individu memiliki perasaan nyaman, yaki, di perdulikan dan di cintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalahnya dengan lebih baik. 4. Dukungan pada harga diri Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan individu lain.



18



5. Dukungan dari kelompok sosial Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya. c) Dukungan Spiritual  Anjurkan



klien



untuk



melakukan



ibadah



sesuai



dengan



keyakinannya.  Ajak keluarga untuk mengikuti ibadah bersama dengan klien.  Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan ibadah di masyarakat, misalnya pengajian d) Quality Of Life atau Kualitas Hidup Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan/intervensi atau terapi. Disamping itu, data tentang kualitas hidup juga dapat merupakan data awal untuk pertimbangan merumuskan intervensi/tindakan yang tepat bagi pasien. Kualitas hidup adalah persepsi seseorang tentang posisinya dalam hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai di mana ia tinggal dalam hungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya. WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai “the individual’s perception of their life status concerning the context of culture and value system inwhich they live and their goals, expectations, standards,and concerns”. (Nelson & Lotfy, 1999). Penderita GGKT yang menjalani hemodialisis sering diikuti dengan penurunan kualitas hidup (Scot et al., 2007). Dari penelitian sebelumnya beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien antara lain adanya rasa nyeri dan ketidaknyamanan 19



yang diakibatkan dari sakit yang diderita atau tindakan atau prosedur pengobatan terkait sakit yang diderita, gangguan tidur, kualitas pelayanan dan perawatan, penyakit penyerta, status sosial ekonomi dan dukungan keluarga (Cohen et al., 2007, Joan et al., 2004. Scot et al., 2007). Saat ini “health-related quality of life (HRQOL)” atau kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan telah menjadi salah satu ukuran dari keberhasilan pelayanan kesehatan. Pengukuran HRQOL bersifat multidimensi yang meliputi antara lain fungsi fisik, sosial dan



fungsi peran , mental health dan persepsi kesehatan secara



umum (Albert et al., 2004, Bayliss et al., 2005).



Pengukuran



kualitas hidup dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner kualitas hidup dari WHO. Perawatan atau konseling paliatif adalah bentuk perawatan yang bertujuan untuk berusaha meningkatkan kualitas hidup pasien saat menghadapi



penyakitnya. Perawatan paliatif



berfokus untuk



meredakan gejala-gejala seperti rasa sakit dan kondisi seperti kesepian, yang dapat menyebabkan depresi dan mengganggu pasien untuk dapat menjalani hidup. Pengobatan ini juga berusaha memastikan bahwa keluarga dapat tetap berfungsi normal dan utuh serta memberikan dukungan kepada pasien. Adapun bentuk-bentuk perawatan paliatif yang dapat diterapkan kepada pasien antara lain sebagai berikut: 1. Mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya. Hal ini dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter terkait. 2. Memberikan



psikoedukasi



mengenai



arti



kehidupan



memandang kematian sebagai suatu proses yang normal.



20



dan



3. Melakukan terapi kelompok dengan sesama penderita gagal ginjal. Tujuannya antara lain agar peserta terapi, termasuk pasien, dapat saling memberi dukungan, berbagi pengalaman, dan mendapat informasi seputar penyakit gagal ginjal dari sesama anggota kelompok. 4. Meningkatkan kualitas hidup dan memberikan pengaruh positif selama sakit, antara lain dengan mendorong pasien agar tetap aktif dalam berkegiatan (seperti olahraga dan bekerja) dan membuat perencanaan terperinci mengenai rencana masa depan, termasuk bidang pekerjaan yang akan didalami. 5. Memberikan psikoedukasi kepada keluarga pasien mengenai pentingnya dukungan keluarga bagi pasien dalam menghadapi penyakitnya



21



BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Kasus Seorang Pria Bernama Tn D, Suku Sunda, Umur 40 Tahun Masuk Rumah Sakit Pada Tanggal 7 Mei 2021, Dengan diagnosa Gagal Ginjal Kronik Stadium Akhir (V) (Ckd Stadium V), dan menjalani hemodialisa rutin sejak tahun 2018 sampai dengan sekarang, klien mengeluh, sesak nafas sudah dua hari, bengkak dikedua tangan dan kaki, BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh, mual-mual, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu. Klien mengeluh kakinya sering kesemutan Pemeriksaan Fisik : a. Keadaan Umum Klien



: Gelisah, Sesak Nafas



b. Tingkat Kesadaran



: Composmentis



c. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah



: 140/90 mmHg



Nadi



: 100 X/Menit



Pernafasan



: 35x/Menit



Suhu



: 37,6 0c



SPO2



: 80%.



d. BB



: 80 Kg



e. TB



: 165 cm



Pemeriksaan Penunjang Tanggal : 7 Mei 2021 a. Ureum : 202,32 b. Kreatinin : 18,5 mg/dl c. SGOT : 19 d. SGPT : 30 e. WBC : 5,5 X 103 f. RBC : 3,90 22



g. HGB : 10,7 h. HCT : 32,5% i. GDS : 161 j. Pemeriksaan Radiologi : a) Hasil Rontgen Thorax Cor : Apeks Jantung Bergeser Ke Laterokauadal Ctr Tidak Dapat Dinilai Pulmo: Tampak Bercak Keturunan Pada Pulmo Diafragma Kanan Setingi Kosta Ix Posterior Sinus Kostofrenikus Kanan Kiri Lancip Adanya Cairan Dirongga Alveolus Kesan: Suspek Kardiomegali (Cv). Adanya Dalam Pulmo. k. Pemeriksaan USG : Ginjal Kanan



: Bentuk Normal, Batas Kortiko Meduler Tampak Tidak Jelas, Ekogenitas Parenkim Hiperecoic, Tak Tampak Batu.



Ginjal Kiri



: Bentuk Dan Ukura Normal,Tak Tampak Batu.



Diet Yang Diperoleh : a) Uremia 170 Kkal b) Protein 0,6 Hd/Kg Bb c) Rendah Garam Terapi : a) Oksigen 3 Liter (Nasal Kanul) b) Injeksi Lasix Kurang Lebih 3x2 Ampu c) Hemobion 2x1 (250 Mg) Per Oral



23



B. Pembahasan Kasus 1) Pengkajian Data a.



Biodata Identitas Klien Nama Klien



: Tn. D



Umur / Tanggal Lahir



: 40 Tahun / 09 September 1981



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Suku/Bangsa



: Sunda/ Indonesia



Status Pernikahan



: Menikah



Pendidikan



: SLTA



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Jl. Nyengseret Selatan RW 03



No.RM



: 1040274/12012702



Tanggal Masuk RS



: 7 Mei 2021



Tanggal Pengkajian



: 7 Mei 2021



Diagnosa Medis



: CKD Stadium V



b. Penanggung Jawab



c.



Nama



: Ny. M



Umur



: 30 Tahun



Jenis kelamin



: Perempuan



Pendidikan



: SLTA



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Hubungan dengan klien



: Istri



Riwayat Kesehatan a)



Keluhan Utama



: Sesak Nafas 24



Klien mengatakan sesak nafas akan bertambah apabila klien melakukan aktivitas berlebihan, seperti : menaiki tangga, jalanjalan disekitar rumah, dll dan sesak nafas akan berkurang apabila klien berada didepan kipas angin (menghirup angin dari kipas angin), klien merasa sesak nafas terus-menerus selama sehari penuh, klien merasakan sesak sedang, dimana klien masih mampu melakukan aktifitas sendiri seperti mengambil minum sendiri, mandi, walaupun separuh aktivitas dibantu oleh keluarga seperti mengantar ke kamar madi dam toilet,klien merasa sesak nafas pada saat pagi, siang, dan malam hari atau terus menerus merasakan sesak nafas. b) Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan sesak nafas sudah dua hari, bengkak dikedua tangan dan kaki, BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh, mual-mual, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu, pusing. c)



Riwayat Kesehatan Yang Lalu Pasien mengatakan sering kerumah sakit untuk melakukan hemodialisa, dan mengontrolkan diri kedokter.



d) Riwayat kesehatan keluarga Keluarga dan pasien mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit penyakit ginjal, jantung, dan hipertensi, diabetes mellitus, dll. d. Pola Persepsi Pasien mengatakan dirinya mengalami gagal ginjal dan mengetahui tentang gagal ginjal yang dideritanya. Pasien tahu apa yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal, akibat lanjut gagal ginjal dan tahu tentang cara perawatannya. Selama ini pasien mengatakan sering minum minuman keras (alkohol) dan jarang minum air putih.pasien tidak menghiraukan tentang kesehatannya. Setelah sakit,



25



baru menyadari dan menyesali perbuatan buruknya serta berobat ke sarana kesehatan.



e.



Pola nutrisi metabolik a)



Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari, makan habis satu porsi, mengkonsumsi nasi, lauk, buah, nafsu makan baik, minum air putih 6-8 gelas sehari.



b) Setelah sakit : pasien makan 3 kali sehari, porsi sedikit, tidak habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan. Minu, Pasien merasa mual-mual, sehingga nafsu makan menurun. f.



Pola eliminasi a)



Sebelum sakit



: BAB 1 kali sehari, warna kuning,



konsistensi lunak, BAK warna kuning jernih, tidak sakit. b) Selama sakit



: BAB 1 kali / 3 hari, konsistensi sedikit



keras, BAK lewat selang kateter, warna keruh. g.



Pola latihan dan aktivitas a)



Sebelum sakit



: melakukan aktivitas sehari-hari tanpa



bantuan orang lain. b) Selama sakit



: aktivitas dibantu oleh keluarga, karena



sesak nafas, klien kesulitan untuk melakukan aktivitas seharihari dan menegeluh lemah, letih dan lesu. h. Pola istirahat dan tidur a)



Sebelum sakit



: pasien tidur 7 jam pada malam hari dan



kadang-kadang tidur siang, 30 menit – 1 jam perhari. b) Selama sakit



: pasiensusah tidur dan kadang tidak tidur



karena sesak nafas yang dialaminya. i.



Pola persepsi sensori dan kognitif Sebelum sakit dan selama sakit daya ingat klien bagus, tidak ada keluhan nyeri maupun yang berkaitan dengan kemampuan sensasi.



j.



Pola hubungan dengan orang lain 26



Sebelum dan selama sakit, hubungan pasien dengan orang lain baik.



k. Pola reproduksi dan seksual Hubungan seksual dengan istri terganggu, terkait penyakit yang dialami oleh klien, sehingga menghambat hubungan suami istri.Namun



pasien



mengatakan



mampu



mengontrol



nafsu



seksualnya. l.



Riwayat psikososial a) Pola konsep diri Keluarga pasien dan pasien menerima penyakit yang diderita pasien serta berusaha untuk melakukan perawatan yang terbaik demi kesembuhan pasien. b) Pola kognitif Keluarga pasien dan pasienmengetahui tentang penyakit yang diderita pasien. c) Pola koping Keluarga pasien dan pasien sempat khawatir dalam menghadapi penyakit yang diderita pasien terlebih lagi tentang pembiayaan (obat serta cuci darah).



m. Riwayat Spiritual a) Ketaatan Pasien Beribadah Pasien beragama Islam, pasien rajin solat dan berdoa ditempat tidur serta setiap malam pasien membaca Al-quran (pasien mengatakan bahwa Tuhan adalah kekuatannya dan tempatnya mengadu). b) Dukungan Keluarga Pasien Keluarga sering berdoa dan membacakan ayat Al-quran ketika mengunjungi pasien serta mengundang ustadz atau kyai untuk datang mendoakan pasien. 27



c) Ritual Yang Biasa Dijalankan Pasien Solat, berdoa, dan membaca Al-quran.



2) Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Klien



: Gelisah, Sesak Nafas



b. Tingkat kesadaran



: Composmentis



c. Tanda-tanda Vital Tekanan Darah



: 140/90 mmHg



Nadi



: 100 x/menit



Pernafasan



: 35x/menit



Suhu



: 37,6 0C



SPO2



: 80%.



BB



: 80 kg



TB



: 165 cm



d. Sistem Kardivaskuler Jantung berada dibagian depan rongga mediastinum, iktus cordis tak tampak, iktus cordis teraba di IC VI linea mid clavicula, bunyi redup dan bunyi tambahan. e. Sistem Pencernaan Bentuk perut buncit, tidak ada massa, nteri tekan, bising usus 11x/menit. f. Sistem Muskuloskeletal Kekuatan otot menurun, tidak ada kelainan tulang, adanya edema pada kaki dan tangan, kekuatan otot masing – masing tangan dan kaki, pada skala 4 (kekuatan cukup kuat tapi bukan kekuatan penuh). (kekuatan otot skala menggunakan lovette’s, dengan nilai 0 - 5). g. Sistem Endokrin Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada tangan dan kaki, Wajah sedikit bengkak. 28



h. Sistem Integumen Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada tangan dan kaki, CRT > 3 Detik, kulit diraba hangat. i. Sistem Neurologi Tingkat kesadaran pasien apatis. j. Sistem Reproduksi Tidak Ada Masalah. k. Sistem Perkemihan BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh.Pasien menggunakan foley cateter.



3) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium Tgl : 12 Agustus 2014 Ureum : 202,32 Kreatinin : 18,5 mg/dl SGOT : 19 SGPT : 30 WBC : 5,5 x 103 / ?l RBC : 3,90 HGB : 10,7 HCT : 32,5% GDS : 161 2. Pemeriksaan Radiologi : Hasil rontgen thorax COR: Apeks jantung bergeser ke laterokauadal CTR tidak dapat dinilai Pulmo: Tampak bercak keturunan pada pulmo 29



Diafragma kanan setingi kosta IX posterior Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip Adanya cairan dirongga alveolus Kesan: Suspek kardiomegali (CV).Adanya dalam pulmo.



3. Pemeriksaan USG : Ginjal kanan



: Bentuk normal, batas kortiko meduler tampak tidak jelas, ekogenitas parenkim hiperecoic, tak tampak batu.



Ginjal kiri



: Bentuk dan ukura normal,tak tampak batu.



4. Diet yang diperoleh : Uremia 170 kkal Protein 0,6 hd/kg BB Rendah garam 5. Terapi : Oksigen 3 liter (nasal kanul) Injeksi Lasix kurang lebih 3x2 ampul Hemobion 2x1 (250 mg) per oral.



4) Analisa Data



30



NO 1 DS :



DATA



ETIOLOGI Edema



Klien mengatakan sesak nafas



MASALAH Pola nafas tidak efektif



Cairan masuk DO :



ke paru



Tanda-tanda Vital Tekanan Darah: 140/90 mmHg Nadi



: 100 x/menit



Pernafasan



: 35x/menit



Suhu



: 36,6.0c



SPO2



:80% .



Edema paru Difusi 0ksigen dan CO2 paru terganggu



Hasil pemeriksaan fisik paru : - taktil



fremitus



teraba



kanan dan kiri lemah,



Pola nafas tidak efektif



redup, ronkhi basah - Terdapat



pernapasan



cuping hidung - Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan - Pola napas cepat/takipneu hasil rontgen : adanya cairan di 2



rongga alveolus. DS : Klien mengeluh kakinya sering



kerusakan fungsi



Perfusi perifer



ginjal



tidak efektif



kesemutan sekresi eritropoetin DO :



menurun



Tanda-tanda Vital Tekanan Darah: 140/90 mmHg Nadi



: 100 x/menit



Pernafasan



: 35x/menit



Suhu



: 37,6 0c



- Konjungtiva



palpebral



anemis



produksi eritrosit menurun



oksi hemoglobin menurun



- CRT pada ekstremitas atas dan bawah lebih dari 3 detik



suplay oksigen ke 31jaringan menurun



- Hemoglobin 8.4 g/dl (low) - Hematokrit 26.4 % (low) - Eritrosit3.5 juta/mmk (low) - Akral teraba dingin



Perfusi perifer tidak efektif



5) Diagnosa Keperawatan a) Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005) SDKI, Hal 26) ditandai dengan Klien mengatakan sesak nafas, taktil fremitus teraba kanan dan kiri lemah, redup, ronkhi basah, Terdapat pernapasan cuping hidung , Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, RR: 35x/menit, Pola napas cepat/takipneu b) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin. (D.0009) SDKI, hal 37) ditandai dengan Klien mengeluh kakinya sering kesemutan, Konjungtiva palpebral anemis CRT pada ekstremitas atas dan bawah lebih dari 3 detik, Hemoglobin 8.4 g/dl (low), Hematokrit 26.4 % (low), Eritrosit3.5 juta/mmk (low), Akral teraba dingin , Warna kulit pucat c) Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi (D.0022). SDKI, hal 62) ditandai dengan klien mengatakan BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan warna keruh. Tanggan dan kaki membengkak, tampak edema pada tangan dan kaki, Turgor kulit tidak elastis, CRT lebih dari 3 detik, Ureum 202,32 mg/dl d) Deficit nutrisi b.d kurangnyaasupan makanan (D.0019) SDKI, Hal 56) ditandai dengan Klien mengatakan mual-mualn nafsu makan berkurang, Klien makan porsi sedikit, tidak habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan. Ureum : 202,32 - Kreatinin : 0,10 SGOT : 19 - SGPT : 30 WBC : 5,5 x 103 / - RBC : 3,90 HGB : 10,7 - HCT : 32,5% GDS : 161 Diet : Uremia 170 kkal Protein 0,6 hd/kg BBRendah garam



32



6) Intervensi Keperawatan



33



NO



Tanggal ditemukan



TUJUAN DAN



7 Mei 2021



KRITERIA HASIL Setelah dilakukan



DX 1.



a. Monitor pola napas



intervensi 3 x 24 jam



(frekuensi, kedalaman,



maka pola napas



usaha napas)



membaik, dengan kriteria hasil:



b. Monitor bunyi napas



tambahan



- Dipsnea sedang



c. Monitor sputum



- Penggunaan otot



d. Posisikan semifowler



bantu napas sedang - Pernapasan cuping hidung sedang



7 Mei 2021



RENCANA



atau fowler e. Berikan minum air



hangat



- Ortopnea sedang



f. Beri oksigen, jika perlu



Setelah dilakukan



g. Ajarkan batuk efektif a. Periksa sirkulasi



intervensi 3x 24 maka



perifer (mis. Nadi



perfusi perifer



perifer, edema,



meningkat, dengan



pengisian kapiler,



kriteria hasil:



warna, suhu)



- Warna kulit pucat menurun - Edema perifer



b. Identifikasi rencana



transfuse darah c. Monitor panas,



menurun



kemerahan, nyeri atau



- Parestesia menurun



bengkak pada



- Pengisian kapiler



ekstermitas



membaik



d. Monitor hasil



- Akral membaik



laboratorium yang



- Turgor kulit membaik



dibutuhkan e. Monitor terjadinya



parestesia, jika perlu f. Lakukan pencegahan



infeski g. Anjurkan minum obat



pengontrol tekanan darah secara teratur h. Informasikan tanda dan



34



gejala darurat yang harus dilaporkan i. Kolaborasi pemberian



7 Mei 2021



Setelah dilakukan



transfuse darah a. Periksa tanda dan gejala hipervolemi(mis.



7) Evaluasi Hari/Jam



Diagnosa



SOAP



Jum’at,



Keperawatan Pola napas tidak S:



7/5/2021



efektif b.d posisi - Pasien mengatakan masih sesak



Pukul



tubuh



20.00



menghambat



- Irama napas cepat - RR: 35x/menit -



ekspansi paru



Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan



yang O:



- Terdapat cuping hidung A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi: - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) - Monitor bunyi napas tambahan - Monitor sputum - Posisikan semi-fowler atau fowler -Berikan minum air hangat - Beri oksigen, jika perlu Jum’at, 7/5/2021 Pukul 20.05



Perfusi



- Ajarkan batuk efektif perifer S: - Pasien mengatakan kaki masih sering



tidak efektif b.d kesemutan penurunan



O: - Kulit pucat



konsentrasi hb



- Turgor kulit menurun - CRT > 2 detik - , Hemoglobin 8.4 g/dl (low), Hematokrit 26.4 % (low), Eritrosit 3.5 juta/mmk (low) A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi: - Periksa sirkulasi 35



perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu) -



Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas



-



Monitor hasil laboratorium yang dibutihkan



-



Monitor terjadinya parestesia, jika perlu



Jum’at, 7/5/202 1 Pukul 20.10



- Kolaborasi pemberian transfuse darah Hipervolemi b.d S: - Pasien mengatakan napas sesak gangguan



O: - RR: 30x/menit - Terdengar ronkhi



mekanisme



berkurang



regulasi



- Pitting edem kaki kanan +1 - Input ±8 jam: 200ml - Output ±8 jam: 250 ml A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi - Monitor intake dan output cairan - Monitor tanda-tanda vital



Jum’at,



- Kolaborasi pemeberian diuretic Deficit nutrisi b.d S: - Pasien mengatakan mulut terasa pahit



7/5/2021



kurangnya asupan



- Pasien mengatakan suka mual muntah



Pukul



makanan



O:



20.20



- Pasien menghabiskan 4 sendok makan secara perlahan – Pasien mual muntah A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi: -



Monitor asupan makanan



-



Monitor berat badan



-



Monitor laboratorium



36



hasil



pemeriksaan



-



Berikan makanan rendah protein dan rendah garam



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun. Pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien. Laporan ini berisi tentang Palliative Care pada penderita gagal ginjal kronik. Diharapkan perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai Palliative Care dan cara penanganan pada pasien penderita gagal ginjal kronik, tidak hanya tindakan medis tetapi penanganan pada psikis penderita (Meningkatkan kualitas hidup penderita) dan keluarga dan dapat melakukan komunikasi terapeutik. 37



B. Saran 1. Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan pengetahuan tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis serta dapat menjadi pemicu untuk melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Penyakit Gagal Ginjal Kronis. 2. Bagi petugas perawatan diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi tambahan mengenai penyakit Gagal Ginjal Kronis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan dapat menjadi sarana informasi bagi klien/ masyarakat dalam memberikan pendidikan kesehatan. 3. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat ikut serta untuk melakukan promosi kesehatan atau penyuluhan tentang Penyakit Gagal Ginjal Kronis kepada masyarakat.



38



DAFTAR PUSTAKA



Anderson , Ian .D : Care of the Critically Ill Surgical Patient,



1999,



The Royal College of Surgeons of England Hopkinson R.B



: General Care Units, in



Critical Care, Standards –



Audit and Ethics, ED. Tinker, Browne and Sibbald, 1996, Arnold p. 37 – 54 Moore



E.E,



Mattox



K.L,



Feliciano



D.V ; Principles of Critical



Care, in Trauma Manual, ED. Moore E.E, Mattox K.L,



Feliciano



D.V ; 2003, McGraw Hill Book Coy.,p. 441 – 451 Rivet E.B and



Coopersmith



C.M : Critical Care, in The Washington



MANUAL OF surgery, 5th ed. , Ed. Klingensmith



M.E, Lie E.C,



Glasgow S.C et al, 2008, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 134 – 52. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical– surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999) Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992) 38



Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku asli diterbitkan tahun 1999) PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.



39