Kian Umie Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL AL-IKHLAS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL KARYA ILMIAH AKHIR NERS



Disusun oleh: UMI KULSUM. M. T 1910206034



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2020



LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL AL-IKHLAS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL KARYA ILMIAH AKHIR NERS



Disusun oleh: UMI KULSUM. M. T 1910206034



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2020 i



LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL AL-IKHLAS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Disusun oleh: UMI KULSUM. M. T 1910206034



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2020 ii



HALAMAN PENGESAHAN



LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL AL-IKHLAS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL PROPOSAL PENELITIAN Disusun oleh: UMI KULSUM. M. T 1910206034 Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Ners pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Pada tanggal: 28 Oktober 2020 Dewan Penguji: Penguji I



: Armenia Diah Sari, S.Kep., Ns., M.Kep.



.................................



Penguji II



: Istinengtiyas, S.Kep., Ns., M.Kep.



……………………..



Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis.



LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN iii



RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL AL-IKHLAS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL1 Umi Kulsum. M. T 2, Istinengtyas3, Noviana 4



Abstrak Latar Belakang: Dengue haemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dengan gejala berupa ruam, demam, tidak nafsu makan dan lemah. Banyak keluhan yang dialami oleh pasien dengan DHF, dalam kasus ini adalah Resiko kekurangan volume cairan. Apabila masalah tersebut tidak diatasi maka akan menimbulkan komplikasi yaitu dehidrasi dan jika tidak ditangani akan terjadi syok sehingga dapat menyebabkan kematian. Tujuan: Membandingkan asuhan keperawatan dari dua pasien dengan masalah Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Bangsal Al-Ikhlas RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Metode: Observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Sampel yang digunakan adalah 2 pasien yang terdiagnosa DHF dengan diagnosis keperawatan Resiko kekurangan volume cairan. Hasil: Diagnosis utama yang muncul pada kedua kasus yaitu Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang. Implementasi yang telah dilakukan pada kedua pasien hampir sama, diantaranya adalah menanyakan keluhan pasien, memonitor status cairan, menganjurkan klien banyak minum/ asupan oral, memonitor intake-output pasien dan memantau tanda vital. Masalah Resiko kekurangan volume cairan teratasi ditandai dengan: turgor kulit baik, membran mukosa lembab, intake cairan baik dan output cairan dalam batas normal. Kesimpulan: Defisien volume cairan pada kedua kasus teratasi setelah dilakukan tindakan fluid management dan monitor cairan selama menjalani 3 hari perawatan pada kasus 1 dan 3 hari perawatan pada kasus 2. Perawat diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan resiko kekurangan volume cairan untuk menghindari terjadinya syok pada anak DHF. Implementasi keperawatan seperti terapi cairan dan tindakan lain yang dapat dilakukan mandiri oleh perawat perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Kata kunci: Dengue Hemoragic Fever, Resiko Kekurangan Volume Cairan. Kepustakaan: 18 Buku, 3 Skripsi, 4 Jurnal, 9 Internet.



1



Judul Karya Ilmiah Akhir Ners Mahasiswa CoNers Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 4 Pembimbing Lapangan 2



iv



v



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh Alhamdulillahhirobbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Iman dan Islam tetap terjaga. Berkat berkah, rahmat dan pertolongan-Nyalah sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah akhir ners dengan judul “Laporan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Resiko kekurangan Volume Cairan Pada Dengue Haemoragic Fever (DHF) di Bangsal Al-Ikhlas RSU PKU Muhammadiyah Bantul”. Laporan ini tersusun atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada: 1. Warsiti S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 3. Ns. Suratini, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom. selaku Ketua Program Studi Profei Pendidikan Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 4. Istinengtiyas,, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini. 5. Armenia Diah Sari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan saran dalam penulisan karya tulis ini. 6. Noviana Samodrawati, S.Kep., Ns. selaku perceptor lapangan yang telah membimbing dilapangan dan memberikan masukan demi sempurnanya karya ilmiah ini. 7. Ayah dan Mama tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, dukungan dan semangat. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh



Yogyakarta, 28 Oktober 2020 Penyusun,



Umi Kulsum. M. T vi



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...................................................................................i HALAMAN JUDUL .....................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii ABSTRAK ....................................................................................................iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...........................v KATA PENGANTAR ..................................................................................vi DAFTAR ISI ................................................................................................vii DAFTAR TABEL .......................................................................................viii DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................4 C. Tujuan ...............................................................................................4 D. Manfaat Penelitian.............................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis................................................................................6 B. Pathway ...........................................................................................22 C. Tinjauan Islam..................................................................................23 D. Metodologi Penelitian.......................................................................34 BAB III LAPORAN KASUS A. Data Kasus Kelolaan........................................................................ 27 B. Data Senjang pada Kasus................................................................. 54 BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian.............................................................65 B. Analisis Data Pengkajian..................................................................65 C. Analisis Diagnosis Keperawatan......................................................70 D. Analisis Rencana Asuhan Keperawatan...........................................71 E. Analisis Implementasi dan Evaluasi.................................................75 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ..........................................................................................79 B. Saran.................................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................81 LAMPIRAN



vii



DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16



Klasifikasi Derajat Penyakit DHF..........................................9 Data Umum Pasien.................................................................27 Keluhan Utama.......................................................................27 Riwayat Kesehatan Masa Lampau.........................................28 Riwayat Keluarga...................................................................29 Riwayat Sosial........................................................................30 Kebutuhan Dasar....................................................................31 Kesehatan Saat Ini..................................................................34 Nama Obat, Dosis Obat dan Indikasi Obat............................36 Hasil Pemeriksaan Laboratorium...........................................37 Pemeriksaan Fisik..................................................................38 Ringkasan Riwayat Kesehatan...............................................39 Analisa Data...........................................................................40 Diagnosa Keperawatan...........................................................41 Rencana Asuhan Keperawatan...............................................42 Implementasi dan Evaluasi Kasus 1.......................................45 Implementasi dan Evaluasi Kasus 2.......................................49



viii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Pathway....................................................................................22



ix



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2



Time Schedule Penelitian Format Bimbingan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)



x



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdara Dengue (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes Spp. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016). Virus dengue ditemukan di daerah tropik dan sub tropik kebanyakan di wilayah perkotaan dan pinggiran kota di dunia ini. Untuk Indonesia dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan serta baik bagi tempat berkembangnya beragam penyakit, terutama penyakit yang dibawa oleh vektor, yakni organisme penyebar agen patogen dari inang ke inang, seperti nyamuk yang banyak menularkan penyakit. Data dari World Health Organization (WHO), Asia Pasifik mennggung 75% dari beban dengue di dunia di antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilaya endemis. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia dengan jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penerunan yang signifikan dari tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus. Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di 3 (tiga) Provinsi di Pulau jawa, masing-masing Jawa Barat 10.016 kasus, Jawa Timur sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah 7.400 kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku Utara dengan jumlah 37 kasus (Kemenkes RI, 2018). Kasus kematian demam berdara pada dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia padatahun 2017 berjumlah 493 kematian jika dibandingkan tahun 2016 berjumlah 1.598 kematian, kasus ini mengalami penerunan hampir tiga kali lipat.untuk kematian tertinggi tahun 2017 terjadi di provinsi jawa timur yaitu sebanyak 105 kematian dan tertinggi kedua terjadi di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah kematian sebanyak 92(Kemenkes RI, 2018). Kejadian kasus DHF di Indonesia cenderung fluktuatif pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus jumlah 1



2



kasus meninggal sebanyak 493 orang dan Incidence Rate (IR) 26,12/100.000 penduduk dibandingkan tahun 2016 dengan kasus sebanyak 204.171 serta IR 78,85/100.000 penduduk terjadi penurunan kasus pada tahun 2017. Pada kasus selama kurun waktu 10 tahun trahir mulai tahun 2008 cenderung tinggi sampai tahun 2010 kemudian mengalami penerunan drastis di tahun 2011 sebesar 27,67/100.000 penduduk namun kembali mengalami penurunan drastis pada tahun 2017 dengan angka kesakitan atau Incidence Rate 26,12/100.000 penduduk. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DHF di Indonesia telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vector dan binatang pembawa penyakit serta pengendaliannya, dimana menitik beratkan pada upaya pencegahan dengan pengujian laboraturium dan manajemen resistensi. Pengujian laboratorium sebagaimana dimaksud dilakukan oleh laboratorium yang memiliki kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Manajemen Resistensi sebagaimana dimaksud ditujukan agar pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit terarah dan tepat sasaran. Pencegahan dan pengendalian vektor yang dapat dilakukan dengan pelaksanakan kegiatan PSN 3M Plus (Kemenkes RI, 2018). Dukungan dari berbagai pihak untuk kasus DHF ini menjadi faktor yang sangat penting. Dukungan tersebut merupakan suatu bantuan yang berasal dari perorangan atau kelompok masyarakat kepada pasien atau orang lain. Dukungan Perawat khususnya keperawatan pediatrik yaitu dengan pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada anak dan perawat meningkatkan pengontrolan untuk pasien dalam pelayananan di rumah sakit dengan benar (Ferly, 2013). Keperawatan pediatrik merupakan praktik keperawatan yang terlibat dalam layanan kesehatan anak-anak sejak masa bayi hingga remaja. Tujuan 3 praktik keperawatan pediatrik adalah meningkatkan dan membantu anak dalam mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Prinsip pelayanan keperawatan pada anak harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan anak (Kyle & Carman, 2013).



3



Banyak keluhan yang dialami oleh pasien dengan DHF, tetapi diagnosis keperawatan yang sering muncul menurut Suharsono dan Riyadi (2010) adalah resiko defisien volume cairan. Resiko Kekurangan volume cairan adalah suatu kondisi terjadinya penurunan cairan dalam tubuh karena adanya kegagalan mekanisme fungsi regulasi yaitu berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler atau kebocoran plasma dari endotel yang disebabkan karena peningkatan permiabilitas kapiler sehingga mengakibatkan perembesan plasma didalam sel dan beresiko Kekurangan volume cairan (Setiati dan Soemantri, 2009). Apabila masalah tersebut tidak diatasi maka dalam kondisi cairan yang masuk kedalam tubuh kurang maka akan menimbulkan komplikasi dehidrasi (Tarwoto dan Wartonah, 2004). Anak yang masih dapat minum, berikan minum sebanyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah air putih, sirup, jus buah, susu atau oralit. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, cairan intravena perlu diberikan (Depkes, 2014). Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan selama peneliti praktik di ruang Al-Ikhlas pada tanggal 26 Juli 2020 – 08 Agustus 2020, peneliti menemukan 4 kasus anak dengan DHF dari 19 orang anak yang sakit diruang Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul. Wawancara yang dilakukan kepada orang tua anak, masing-masing orang tua mengatakan bahwa anaknya mengalami keluhan demam, lemah, kurang minum dan nafsu makan berkurang. Perawatan anak dengan DHF yang dilakukan oleh perawat dan tim kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Bantul, meliputi pengkajian yang menyeluruh meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium khusus pasien DHF secara rutin, penetapan diagnosis (berdasarkan hasil pengkajian) dan manajemen penanganan pasien DHF seperti pemberian cairan intravena dan anjuran minum yang sering. Pemeliharaan volume cairan merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DHF. Asupan cairan pada anak harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral anak tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Kekuranga



4



volume cairan pada DHF di Bangsal Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulisan rumusan masalah pada Karya Ilmia Akhir Ners ini “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Resiko Kekurangan volume cairan pada DHF di Bangsal Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul?” C. Tujuan A. Tujuan Umum Membandingkan asukan keperawatan dari dua pasien dengan masalah Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul. B. Tujuan Khusus a.



Mampu menganalisis pengkajian pada pasien anak dengan Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di



Al-Ikhlas RS PKU



Muhammadiyah Bantul. b.



Mampu menganalisis masalah keperawatan berdasarkan data subjektif dan objektif pada pasien anak dengan Resiko ekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul.



c.



Mampu menganalisis Rencana yang diharapkan pada pasien anak dengan Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul.



d.



Mampu menganalisis hasil implementasi pada pasien anak dengan Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul.



e.



Mampu menganalisis hasil evaluasi pada pasien anak dengan Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Muhammadiyah Bantul.



Al-Ikhlas RS PKU



5



D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Karya Ilmia Akhir Ners ini secara teoritis diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang ilmu keperawatan, wawasan dan pengalaman nyata dalam memanfaatkan dan mempraktikkan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan terutama pada pasien anak dengan Resiko Kekurangan Volume Cairan pada DHF. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan terutama pada pasien dengan Resiko Kekurangan Volume Cairan. b. Bagi Pendidikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat menambah referensi dan rujukan mahasiswa keperawatan serta memberi gambaran analisis yang muncul pada pasien anak dengan Resiko Kekurangan Volume Cairan. c. Bagi Perawat Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan informasi tentang penanganan pada pasien dengan Resiko Kekurangan Volume Cairan serta mempertahankan kinerja perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan DHF.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Dengue Haemoragic Fever a. Pengertian DHF Penyakit Dengue Haemoragif Fever (DHF) atau disebut juga Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Indonesia 2017). DHF (Dengue Hemoragi Fever) adalah penyakit demam akut yang di sebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD yang di tularkan nyamuk aedes aegepty lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia serta Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala. Gejala berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan b. Etiologi DHF Dengue Fever (DF) dan Dengue Haemoragic Fever (DHF) disebabkan virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus tersebut akan masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk. Biasanya, jenis nyamuk ini menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang (Hasan, S. Et al. (2016) Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya, keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi (48,6%), disusul 6



7



berturut-turut DEN-2 (28,6%), DEN-1 (20%), DEN-4 (2,9%) (Irianto, 2014). Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi protektif seumur hidup untuk serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Ke-4 serotipe virus tersebut ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan ada hubungannya dengan kasus-kasus berat pada saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) (Usman Hadi,2007). c. Patofisiologi Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan



permeabilitas



dinding



kapiler



mengakibatkan



berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegalpegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali). Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau 22 hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani



8



dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang. d. Manifestasi Klinis Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi. Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu: 1) Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi



perdarahan



dalam



uji



tourniquet



positif,



trombositopenia, himokonsentrasi. 2) Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. 3) Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah. 4) Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur. Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah



9



marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan. Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari. a) Gejala awal termasuk: (1) Nafsu makan menurun (2) Demam (3) Sakit kepala (4) Nyeri sendi atau otot (5) Perasaan sakit umum (6) Muntah b) Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh: (1) Bercak darah di bawah kulit (2) Bintik-bintik kecil darah di kulit 21 (3) Ruam Generalized (4) Memburuknya gejala awal c) Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan: (1) Dingin, lengan dan kaki berkeringat (2) Berkeringat e. Klasifikasi Penyakit Demam Berdarah Dengue Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Infeksi virus Dengue DD/DBD



Derajad



DD



DBD



I



DBD



II



DBD



III



DBD



IV



Derajad



Laboratorium



Demam disertai 2 atau lebih tanda : mialgia, sakit kepala, nyeri retroorbital, artralgia



Leukopenia Trombositopenia , tidak ditemukan bukti ada kebocoran plasma



Gejala diatas ditambah uji bendung positif Gejala diatas ditambah perdarahan Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah) Syberat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak teratur



Trombositopenia ( 48 jam Bermacam-macam obat yang digunakan: obat sedative (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi dan paralisis), hipnotik, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, laksansia/diuretika, narkotik Salah satu dari pengobatan diatas Pengobatan lain



Penggunaan obat



Total Skor Keterangan: Skor 7-11: Resiko Jatuh Rendah Skor ≥ 12: Resiko Jatuh Tinggi



SKOR 1 3



KRITERIA



Penggunaan obat



2 1 9



PARAMETER



SKOR



> 48 jam Bermacam-macam obat yang digunakan: obat sedative (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi dan paralisis), hipnotik, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, laksansia/diuretika, narkotik Salah satu dari pengobatan diatas Pengobatan lain



1 3



Total Skor Keterangan: Skor 7-11: Resiko Jatuh Rendah Skor ≥ 12: Resiko Jatuh Tinggi



7. Kesehatan Saat Ini Tabel 3.7 Kesehatan Saat Ini Pengkajian Diagnosis Medis



DHF



Kasus 1



Kasus 2 DHF, ULKUS APTHOSEL



Tanggal masuk RS Tindakan Operasi Status Nutrisi/Gizi Pengkajian



30 Juli 2020, j. 17.05 Tidak ada tindakan operasi IMT: (BB/TB2) = 45/1,452 = 45/1,45 = 21,40 (Normal) Kasus 1



01 Agustus 2020, j. 10.30 Tidak ada tindakan operasi IMT: (BB/TB2) = 29/1,22 = 29/1,2 = 20,13 (Normal) Kasus 2



2 1 9



35



Status Cairan



Aktivitas Hasil Rontgen



Obat-obatan



Turgor kulit kering, mata tidak cekung, akral Mata tidak cekung, akral hangat, mukosa bibir kering. hangat, mukosa bibir kering. Air metabolisme: 8 cc x 29 = 232 Air metabolisme: 6 cc x 45 = 270 IWL: 30-7x29 = 667 IWL: 30-12x45 = 810 Input cairan Input cairan Minum: 400 cc Minum: 700 cc Infus: 1.500 cc Infus: 1.700 cc Air metabolisme: 232 cc = 2132 cc Air metabolisme: 270 cc = 2670 cc Output cairan Output cairan Urine: 1.300 cc Urine: 1.600 cc BAB: 200 cc BAB: 300 cc IWL: 667 cc = 2167 cc IWL: 810 cc = 2710 cc Balance cairan: Input-Output Balance cairan: Input-Output 2132-216 7= -35 2670-2710 = -40 Aktivitas pasien sebagian besar dilakukan di tempat tidur Seluruh aktivitas pasien dilakukan di tempat tidur dan dan dibantu oleh perawat dan keluarga, namun terkadang dibantu oleh perawat dan keluarga pasien dapat secara mandiri melakukan aktvitasnya. Thorax: Thorax: Dilakukan Pemeriksaan pada 09 Oktoober 2019 dengan Pemeriksaan dilakukan pada 03 Oktober 2019 dengan hasil: hasil: 1. Tampak infiltrat di kedua perihilar 1. Tampak infiltrat di kedua perihilar dan 2. Cor, Sinus dan Diafragma Normal paracardial 3. Tidak terdapat efusi di rongga pleura 2. Cor, Sinus dan Diafragma Normal 3. Tidak terdapat efusi pleura 1. Infus RL 500ml, 20 tpm 1. Infus RL 500ml, 18 tpm 2. Inj. Ceftriaxon 2x1g 2. Paracetamol 250mg 3. Rck Att 3x1 3. Imunos syr 1x5ml 4. Cefixime Kap 100mg 4. Inj. Ceftriaxon 2x1g 5. Paracetamol 500mg 5. Nymiko nystatin 1 ml / 6 jam



8. Farmakologi



36



Tabel 3.8 Nama obat, Dosis Obat dan Indikasi Obat Nama obat Infus RL



Inj. Ceftriaxon



Nama obat



Dosis Pemberian 500 ml 20 tpm



2x1 g



Dosis Pemberian



Indikasi Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob. Obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri, seperti infeksi pernapasan bagian Indikasi



Nama obat Infus RL



Paracetamol



Nama obat



Dosis Pemberian 500 ml 18 tpm



250 mg



Dosis Pemberian



bawah, infeksi saluran kemih, meningitis, dan gonore.



Rck Attc



Cefixime Kap



Nama obat



3x1



100 mg



Dosis



Merupakan obat yang di gunakan untuk mengurangi dan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan sehingga mudah untuk di keluarkan. Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri pada telinga, saluran pernapasan dan saluran kemih.



Indikasi



Imunos syr



1x5 ml



Inj. Ceftriaxon



2x1 g



Nama obat



Dosis



Indikasi Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob. Paracetamol merupakan salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun Indikasi demam). Obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah seperti sakit kepala, sakit gigi dan, mialgia serta menurunkan demam Suplemen yang digunakan untuk meningkatkan kerja sistem imun dan membantu memelihara kesehatan tubuh Obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri, seperti infeksi pernapasan bagian bawah, infeksi saluran kemih, meningitis, dan gonore. Indikasi



37



Paracetamol



Pemberian 500 mg



Paracetamol merupakan salah Nymiko nystatin satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah seperti sakit kepala, sakit gigi dan, mialgia serta menurunkan demam



Pemberian 1 ml Obat ini berguna mengatasi infeksi yang terjadi pada kulit, tenggorokan, mulut dan vagina.



9. Laboratorium Tabel 3.9 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kasus I



Nama Pemeriksaan



Kasus II



Nilai Rujukan



HEMATOLOGI Darah Rutin Hb



13.88 G%



Nomal



12.24 G%



Normal



11-17



2.09 RB/MMK



Rendah



1.98 RB/MMK



Rendah



4-11



DIFF Eosinofil



1.08 %



Rendah



0.62 %



Normal



0-3



DIFF Basofil



0.05 %



Normal



0.14 %



Normal



0-1



DIFF Segmen



62.11 %



Normal



56.46 %



Normal



40-70



DIFF Limfosit



30.05 %



Normal



32.24 %



Normal



20-40



DIFF Monosit



6.71 %



Normal



10.54 %



Tinggi



2-8



39 %



Normal



34 %



Normal



32-52



44 RB/MMK



Rendah



186 RB/MMK



Normal



150-450



4.95 RB/MMK



Normal



4.11 RB/MMK



Normal



3.5-5.5



AL(Lekosit)



HMT (Hematokrit) AT ( Trombosit) AE(Antal Eritrosit)



38



10. Pemerikaan Fisik Tabel 3.10 Pemeriksaan Fisik Pengkajian Data Klinis



Keadaan Umum Kulit Pengkajian Kepala Mata Telinga Hidung Mulut Tenggorok Leher Dada



Kasus 1 Kasus 2 TB:145 cm TB: 120 cm BB: 45 kg BB: 29 kg Kesadadaran: Composmentis Kesadadaran: Composmentis GCS:E4V5M6 GCS:E4V5M6 Nadi: 98x/mnt, Nadi teraba kuat Nadi:110x/mnt, nadi teraba kuat Suhu:38,0oC Suhu: 37,9oC Respirasi: 22x/mnt Respirasi: 24x/mnt Pasien tampak sakit Pasien tampak sakit Pasien tampak lemas Pasien tampak lemas Warna kulit sawo matang. Kulit tampak kering dan Warna kulit sedikit sawo matang. Kulit tampak kering dan Akral teraba hangat. Turgor kulit kembali < 2 detik. Akral teraba hangat. Turgor kulit kembali < 2 detik. Kasus 1 Kasus 2 Bentuk normal, tidak terdapat pembesaran kepala. Bentuk normal, tidak terdapat pembesaran kepala. Rambut Rambut berwarna hitam, Tebal dan Kering berwarna hitam, tampak tipis dan Kering Mata Simetris, Visus 6/6, pupil isokor, ada respon Mata simetris, visus 6/6, pupil isokor, ada respon terhadap terhadap cahaya, konjungtiva merah jambu, sklera tidak cahaya, konjungtiva merah jambu, sklera tidak ikterik ikterik Bentuk simetris, tidak ada cairan yang keluar dari Bentuk simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga, telinga, tidak ada peradangan, pendengaran dalam batas tidak ada peradangan, pendengaran dalam batas normal. normal. Simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak Simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat pembesaran pada hidung, tidak terdapat terdapat pembesaran pada hidung, tidak terdapat sinusitis, sinusitis, anak dapat mencium bau dengan baik anak dapat mencium bau dengan baik Mukosa bibir kering, gusi berwarna merah muda Mukosa bibir sedikit kering, gusi berwarna merah muda, keunguan, gigi berwarna putih kekuningan dan terdapat gigi berwarna putih kekuningan dan terdapat kasies gigi, karies gigi sariawan di bagian ujung bibir. Tidak terdapat pembesaran tonsil Tidak terdapat pembesaran tonsil Bentuk simetris, vena jugularis tidak tampak Bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran vena jugularis Bentuk simetris Bentuk simetris Paru-paru: Paru-paru: I: Pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak I: Pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada terdapat retraksi dinding dada, RR: 24x/mnt, irama nafas retraksi dada, RR: 22x/mnt, irama nafas teratur. teratur P: Tidak ada nyeri tekan P:Tidak ada nyeri tekan P: Sonor



39 P:Sonor Pengkajian



A: Suara dasar vesikuler, irama teratur, tidak ada Kasus 2



Kasus 1



A: Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada wheezing, tidak ada suara nafas tambahan. ronkhi Jantung: Jantung: I: dinding dada simetris I: dinding dada simetris P:tidak teraba ictus cordis, HR: 140x/mnt P:tidak teraba ictus cordis, HR: 130x/mnt P:suara pekak, batas jantung dari atas IC2 dan bawah IC 5 P: suara pekak, batas jantung dari atas IC2 dan bawah ICA: Terdengar suara lupdup (S1 S2 Reguler), irama teratur 5-6 A: Terdengar suara lupdup (S1 S2 Reguler), irama teratur Abdomen Genitalia Ekstremitas



Bentuk simetris, tidak kembung, tidak terdapat pembesaran hati/limpa, Bising Usus 10x/menit Penis normal, scrotum dan testis normal, anus normal, tidak terdapat pelebaran vena Ekstremitas atas: ekstremitas kiri dan kanan simetris, ekstremitas kiri terpasang infus RL 500 ml, 20 tpm, gerakan terbatas, gatal-gatal. ekstremitas bawah : ekstremitas kiri dan kanan simetris. Dapat bergerak bebas



Bentuk simetris, tidak kembung, tidak terdapat pembesaran hati/limpa, bising usus 8x/menit, Penis normal, scrotum dan testis normal, anus normal, tidak terdapat pelebaran vena Ekstremitas atas: ekstremitas kiri dan kanan simetris, ekstremitas kiri terpasang infus RL, 500 ml, 18 tpm, gerakan terbatas, ekstremitas bawah : ekstremitas kiri dan kanan simetris. Dapat bergerak bebas



11. Ringkasan Riwayat Kesehatan Tabel 3.11 Ringkasan Riwayat Kesehatan Ringkasan Riwayat Kesehatan Ringkasan Riwayat Kesehatan



Kasus 1 Pasien datang dengan keluhan demam sejak ahad sore tanggal 26/07/2020. Pasien di periksakan di klinik terdeka dan diberikan obat, setlah itu demamnya turun dan kambuh lagi sehingga di rujuk ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul, pasien masuk disertai dengan batuk sudah 4 hari tertular oleh ayahnya, makan dan minum menurun. Pada malam hari anak demam, berkeringat dan batuk. Pasien sudah diberikan imunisasi lengkap.



Kasus 2 Pasien datang dengan keluhan demam hari Jum’at setelah pulang mengunjungi kakaknya yang sakit di rumah sakit, pasien di periksakan ke klinik terdekat dan diberikan obat tetapi di rumah panas masih naik turun kemudian pasien di rujuk ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Pasien mengalami sariawan di bagian ujung bibir sejak pertama masuk RS. Pasien sudah diberikan imunisasi lengkap.



40



ANALISA DATA Tabel 3.12 Analisa Data KASUS I DATA FOKUS DS:



ETIOLOGI Penyakit



Pasien mengatakan lemes dan pusing DO: a. Akral teraba hangat b. Suhu : 38,0º C c. Nadi : 98x/mnt d. RR : 22x/mnt e. TD : 112/80 mmHg



KASUS II MASALAH KEPERAWATAN Hipertermia



DATA FOKUS DS: -



a.



DS: a.



Ibu pasien mengatakan selama sakit An. D jarang minum baik dirumah maupun dirumah sakit b. An. D mengatakan malas minum karena malas kekamar mandi untuk BAK c. An. D mengatakan ekstremitas atas terasa gatal DO: a. KU sedang b. Mukosa bibir tampak kering dan mengelupas



a. b. c. d. e.



Asupan cairan kurang



Resiko Kekurangan DS: volume cairan a. b. a. b. c. d. e.



Penyakit



MASALAH KEPERAWATAN Hipertermia



Asupan cairan kurang



Resiko Kekurangan volume cairan



ETIOLOGI



DO: Akral teraba hangat Suhu : 37,9º C Nadi : 110x/mnt RR : 24x/mnt TD : 105/70 mmHg



Ibu mengatakan An. B tidak mau minum kalau tidak diingatkan An. B mengatakan capek minum terus DO: KU sedang Turgor kulit