Konsep Luka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tentang Perawatan Lukan Bersih dan Luka Kotor pada pasien. Makalah ini kami susun untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ns. Monica Saptiningsih, Sp. Kep MB atas bimbingannya dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.



Bandung, 30 Oktober 2013 Penyusun



Kelompok 12



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal. Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai perawatan luka: Luka bersih dan luka kotor dan Uuntuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. 2. Tujuan Khusus a. Memahami pengertian luka



b. Mengetahui proses penyembuhan luka c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka d. Memahami cara perawatan luka



BAB II PERAWATAN KONSEP LUKA MODERN



A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. (Syaifuddin, 2006).



1.



Epidermis Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). 



Stratum Korneum Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.







Stratum Lucidum Terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.







Stratum Granulosum Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.







Stratum Spinosum



Terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki. 



Stratum Basal/Germinativum Merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan.



2.



Dermis Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular. 



Stratum papilare Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar.



Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). 



Stratum retikulare Yaitu yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat



tak teratur (terutama kolagen tipe I).



3.



Subkutis Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang gunanya adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanik yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.



Fisiologi sistem integumen Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.



Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu. Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaan marah akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lainnya. (Syaifuddin, 2006).



B. PENGERTIAN



Kulit memiliki berbagai fungsi, termasuk melindungi individu dari cedera. Gangguan integritas kulit bukan merupakan masalah yang sering terjadi pada sebagian besar orang sehat, tetapi merupakan ancaman bagi lansia dan klien yang sedang menjalani prosedur invasive. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 2009). Ketika kulit tertembus, proses inflamasi imun individu bekerja untuk menyingkirkan materi asing, jika mungkin, dan menyiapkan area tubuh yang cedera untuk penyembuhan. Area tubuh yang cedera tersebut disebut luka. Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005). Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan (Kozier, 2009). Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya



cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,



proses



penyembuhan



dan



lama



penyembuhan.



Luka



adalah



rusaknya



kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: a.



Healing by primary intention Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.



b.



Healing by secondary intention Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.



c.



Delayed primary healing (tertiary healing) Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual. Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi



dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.



C. MEKANISME TERJADINYA LUKA 1



Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)



2



Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.



3



Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.



4



Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.



5



Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.



6



Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.



7



Luka Bakar (Combustio)



D. PROSES PENYEMBUHAN LUKA 1. Fase Inflamasi (Reaksi)  











Hari ke 0 – 5 Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah ntuk mencegah kehilangan darah 24 jam pertama saat terjadi perlukaan, Neutrophil, Monocytes, dan Macrophage bertugas mengontrol pertumbuhan bakteri dan membuang jaringan mati (mempersiapkan dasar luka) Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa



Proses perbaikan yaitu, mengontrol pendarahan (homeostatis)  mengirim darah dan sel ke area yang mengalami cedera (inflamasi)  membentuk sel-sel epitel pada tempat cedera (epitelialisasi)







Bekuan darah membentuk fibrin.







Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.



2. Fase Proliferasi (Regenerasi) 



Dimulai sejak 24 jam setelah terjadi luka dan mungkin berlanjut hingga 21 hari  DItandai dengan 3 keadaan : a) Granulasi b) Epitelisasi c) Pembentukan kolagen







Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka







Masa granulasi luka nampak merah segar, mengkilat







Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid







Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka







Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi



3. Fase Maturasi (Remodeling) 



Tahap akhir proses penyembuhan luka.







Memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (bergantung pada kedalaman dan luas luka).



E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA 1



Status Imunologi



2



Kadar gula darah (impaired white cell function)



3



Hidrasi (slows metabolism)



4



Nutrisi



5



Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)



6



Suplai oksigen dan vaskularisasi



7



Nyeri (causes vasoconstriction)



8



Corticosteroids (depress immune function)



Manajemen Luka Konsep perawatan luka modern



Secara garis besar luka dibagi dua, akut dan kronis. Luka akut adalah luka yang terjadi secara mendadak. Dan yang paling penting, lamanya waktu luka untuk sembuh bisa diperkirakan. Luka kronis adalah luka yang tidak kunjung sembuh, dalam waktu yang telah diperkirakan. Ada luka kronis yang tidak kunjung sembuh, dalam waktu 30 tahun. mempertimbangkan penampilan luka, bukan penyebab luka. Penampilan luka berbeda, penanganan berbeda Paling penting dalam manajemen perawatan luka adalah ”preparasi luka” (persiapan penampilan dasar luka). Untuk itu diperlukan pengetahuan dasar tentang penampilan luka. Pada konsep perawatan luka modern, manajemen perawatan luka akut dan kronis adalah dengan menggunakan metode 3 M, yaitu : 1. Mencuci luka 2. Membuang jaringan mati (nekrotik) 3. Memilih balutan yang tepat Namun semuanya tetap harus melalui proses keperawatan yang komprehensif meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan yang tidak kalah penting adalah dokumentasi.



Tujuan Perawatan        



Support sistem autolisis debridemen Absobsi eksudat/ cairan luka Menghilangkan bau tidak sedap Mengurangi/ menghindari Infeksi Mempertahankan Lingk. Luka dalam keadaan lembab Mempertahankan Suhu luka yang optimal Balutan luka menyerap eksudat Mencegah trauma pada jar. Granulasi/ epitelisasi



Cara Perawatan Luka dengan Modern Dressing Perkembangan perawatan luka (wound care ) berkembang dengan sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance, dimana disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional. Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode tersebut belum begitu familiar bagi perawat di Indonesia Biasanya, tidak banyak yang dilakukan untuk merawat luka. Apalagi jika hanya luka ringan. Langkah pertama yang diambil adalah membersihkannya kemudian langsung diberi obat luka atau yang lebih dikenal dengan obat merah. Sementara pada luka berat, setidaknya langkah yang diambil tidak jauh dari



membersihkannya dahulu, setelah itu diberi obat. Sering orang tidak memperhatikan perlukah luka tersebut dibalut atau tidak. Sementara itu, menurut Anik Enikmawati SKep NS dari Akper Muhammadiyah Surakarta, kepada Joglosemar beberapa waktu lalu mengungkapkan perawatan luka berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan luka tersebut. “Perawatan luka paling sulit tergantung pada derajat luka. Jika luka mendalam sampai ke lapisan kulit paling dalam, proses sembuhnya tentu saja juga paling lama.” ungkapnya. Seperti pada kasus luka akibat penyakit diabetes misalnya, papar Anik, terdapat kasus bahwa luka tersebut harus diamputasi. Namun, tindakan amputasi ternyata bisa digagalkan setelah dirawat dengan saksama dan dengan metode yang benar dan tentunya dilakukan oleh perawat ahli. “Kesembuhan luka pada tingkat tertentu seperti pada kasus luka akibat diabetes tergantung pada kedisiplinan perawatan. Untuk itu harus diperkenalkan pada masyarakat bahwa telah ada program perawatan di rumah atau home care dengan perawat datang ke rumah,” ujar Anik. Namun sekarang, perkembangan perawatan luka atau disebut dengan wound care berkembang sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance, di mana disebutkan dalam beberapa literatur lebih efektif untuk penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional. Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode tersebut memang belum familier bagi perawat di Indonesia. Di sisi lain, metode perawatan luka modern dressing ini telah berkembang di Indonesia terutama rumah sakit besar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Sedangkan di rumah sakit-rumah sakit tingkat kabupaten, perawatan luka menggunakan modern dressing tersebut masih belum berkembang dengan baik. Untuk itu, belum lama Akper Muhammadiyah Surakarta mengadakan workshop dengan tajuk A Half Day Workshop on Wound Management di Balai Muhammadiyah Surakarta. Sebagai pembicara, hadir Widasari SG SKP RN WOC (ET) N WCS, Direktur Wocare Klinik. Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang seimbang kelembabannya memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen di dalam matriks nonselular yang sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines dan chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembabannya. Dikatakan Widasari, terlalu lembab di lingkungan luka dapat merusak proses penyembuhan luka dan merusak sekitar luka, menyebabkan maserasi tepi luka. Sementara itu, kurangnya kondisi kelembaban pada luka menyebabkan kematian sel, dan tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks. Untuk menciptakan suasana lembab, pada cara perawatan luka konvensional memerlukan kasa sebagai balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka dikompres kasa lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal ini, memerlukan penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode



perawatan modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan modern dressing, misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid. Dikatakan Widasari, pada perawatan luka secara modern ini harus tetap diperhatikan pada tiga tahapnya yakni mencuci luka, membuang jaringan mati dan memilih balutan. “Mencuci luka bertujuan untuk menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan dari sisa balutan lama, serta debrimen jaringan nekrotik atau membuang jaringan dari sel yang mati dari permukaan luka. Dalam hal ini harus diperhatikan pada pemilihan cairan pencuci yang tepat, hati-hati terhadap pemakaian antiseptik. Sedangkan teknik pencucian dapat dengan cara perendaman atau irigasi,” tuturnya. Di sisi lain, pemilihan balutan merupakan tahap penting untuk mempercepat proses penyembuhan pada luka. Tujuan dari pemilihan balutan luka ini adalah untuk membuang jaringan mati, benda asing atau partikel dari luka. Belutan juga dapat mengontrol kejadian infeksi atau melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri. Pemilihan balutan harus mampu mempertahankan kelembaban luka, selain juga berfungsi sebagai penyerap cairan luka. Balutan juga harus nyaman digunakan dan steril serta cost effective. Sebagai pengganti perawatan luka secara konvensional yang harus sering mengganti kain kasa dengan Na Cl sebagai pembalut luka, sekarang telah ada metode perawatan luka secara modern yang memiliki prinsip menjaga kelembaban luka. Dalam hal ini, jenis balutan yang digunakan adalah kasa. Metode yang dikenal dengan modern dressing ini beberapa contoh di antaranya yakni dengan penggunaan bahan seperti hydrogel. Hydrogel berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap lembab. Selain itu juga melunakkan dan menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat yang akan terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut. Hydrogel juga dapat meningkatkan autolityk debrimen secara alami. Menurut Widasari SG SKP RN WOC (ET)N WCS, Direktur Wocare Klinik, debrimen berarti proses pembuangan jaringan nekrosis atau kematian sel yang disebabkan oleh penurunan proses enzimatic tubuh dari permukaan luka. “Modern Dressing dengan hydrogel tidak menimbulkan trauma dan sakit pada saat penggantian balutan dan dapat diaplikasikan selama tiga hari sampai lima hari,” tuturnya. Jenis modern dressing lainnya yakni Ca Alginat dimana kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan. Kemudian hydroselulosa dengan fungsi mampu menyerap cairan dua kali lipat dari Ca Alginat. Selanjutnya adalah hydrokoloid yang mampu menjaga dari kontaminasi air dan bakteri serta dapat digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing tentunya disesuaikan dengan jenis indikasi luka. Di sisi lain, Widasari menyarankan untuk penggunaan kasa serta metcovazin dalam perawatan luka dengan kondisi luka yang memiliki warna dasar merah, kuning dan hitam. “ Metcovazin memiliki fungsi untuk mendukung autolytik debrimen, menghindari trauma saat membuka balutan, mengurangi bau tidak sedap yang ditimbulkan luka serta mempertahankan suasana lembab. Bentuknya salep dalam kemasan,” tandasnya. n Triawati Prihatsari Purwanti



1. a. 1) a) b) c) d) e) 2) 3) 4) 5) 6) b. c. d. e. f.



Pengkajian Kondisi luka Warna dasar luka Slough (yellow) Necrotic tissue (black) Infected tissue (green) Granulating tissue (red) Epithelialising (pink) Lokasi, ukuran (panjang, lebar, diameter) dan kedalaman luka Eksudat Odor Tanda-tanda infeksi Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung pengkajian Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin pengkajian Status vascular : Hb, TcO2 Pengkajian Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya



2. Perencanaan Langkah pertama dalam melakukan perencanaan perawatan luka adalah dengan menggunakan TIME Manajemen yang terdiri dari : a. Tissue management (manajemen jaringan dasar luka), b. Inflamation control (control inflamasi), c. Moisture balance (kelembaban seimbang), dan d. Epitelial edge (pembentukan epitel tepi luka) . Tujuan dari perencanaan perawatan luka dengan menggunakan TIME Management ini adalah menyiapkan dasar luka (Wound Bed Preparation) agar luka dapat sembuh secara optimal sesuai dengan prinsip perawatan luka yang lembab. a. Pemilihan Balutan Luka Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter (bapak perawatan luka lembab) pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain: 1) Mempercepat fibrinolisis Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab. 2) Mempercepat angiogenesis Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat. 3) Menurunkan resiko infeksi Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering 4) Mempercepat pembentukan Growth factor Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab. 5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.



Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini: 1) Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing) 2) Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal) 3) Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration) 4) Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan 5) Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999) Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya 1) a) b) c) d) e) f) g)



Film Dressing Semi-permeable primary atau secondary dressings Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive Conformable, anti robek atau tergores Tidak menyerap eksudat Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm



2) a) b) c) d) e) f) g)



Hydrocolloid Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis Waterproof Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel



3) a) b) c) d) e) f) g) h) i)



Alginate Terbuat dari rumput laut Membentuk gel diatas permukaan luka Mudah diangkat dan dibersihkan Bisa menyebabkan nyeri Membantu untuk mengangkat jaringan mati Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan



4) a) b) c) d) e) f) g) h) i)



Foam Dressings Polyurethane Non-adherent wound contact layer Highly absorptive Semi-permeable Jenis bervariasi Adhesive dan non-adhesive Indikasi : eksudat sedang s.d berat Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva



5) a) b) c) d) e) f)



Terapi alternative Zinc Oxide (ZnO cream) Madu (Honey) Sugar paste (gula) Larvae therapy/Maggot Therapy Vacuum Assisted Closure Hyperbaric Oxygen



3. a. 1) 2) 3) 4) 5)



Implementasi Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) – warna dasar luka kuning (yellow) Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue) Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat Untuk merangsang granulasi Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings



b. 1) 2) 3) 4)



Luka Nekrotik – warna dasar luka hitam (black) Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar) Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat Hydrogels, hydrocolloid dressings



c. 1) 2) 3) 4) 5) 6)



Luka terinfeksi – warna dasar luka hijau (green) Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka Wound culture – systemic antibiotics Kontrol eksudat dan bau Ganti balutan tiap hari Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings



d. Luka Granulasi – warna dasar luka merah (red0 1) Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka 2) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat 3) Moist wound surface – non-adherent dressing 4) Treatment overgranulasi 5) Hydrocolloids, foams, alginates e. 1) 2) 3)



Luka epitelisasi – warna dasar luka pink Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing” Transparent films, hydrocolloids Balutan tidak terlalu sering diganti



a. b. c. d. e.



4. Evaluasi dan Monitoring Luka Dimensi luka : size, depth, length, width Photography Wound assessment charts Frekuensi pengkajian Plan of care



5. a. b. c. d. e. f.



Dokumentasi Perawatan Luka Potential masalah Komunikasi yang adekuat Continuity of care Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul Harus bersifat faktual, tidak subjektif Wound assessment charts



F. PERAWATAN LUKA BERSIH 1. Persiapan a. Mencuci tangan b.



Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley -



Pinset anatomis (2 buah)



-



Pinset chirurgis (2 buah)



-



Handscoon steril



-



Kom steril (2 buah)



-



Kassa dan kapas steril secukupnya



-



Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)



Alat Lain: -



Gunting Verband/plester



-



Plester



-



Nierbekken (Bengkok)



-



Lidi kapas



-



Was bensin



-



Alas / Perlak



-



Selimut Mandi



-



Kapas Alkohol dalam tempatnya



-



Betadine dalam tempatnya



-



Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)



-



Lembar catatan klien



-



Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien



2. Melakukan Perawatan Luka



a. Mencuci tangan b. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril. c. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien. d. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan selimut mandi. e. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu) f. Pasang alas/perlak g. Dekatkan nierbekken h. Paket steril dibuka dengan benar i. Kenakan sarung tangan sekali pakai j. Membuka balutan lama -



Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.



-



Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.



-



Kemudian buang balutan ke nierbekken.



-



Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%



k. Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi



jahitan,



bila



perlu



palpasi



luka



denga



tangan



non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss. l. Membersihkan luka: 1) Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1 2) Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis ke-2 3) Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset) 4) Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset chirurgis.



5) Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi. m. Menutup Luka 1) Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan. 2) Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi. 3) Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis). 4) Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal. 5) Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat. n.



Alat-alat dibereskan.



o.



Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah.



p.



Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman.



q.



Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan.



3. Dokumentasi a. Hasil observasi luka b. Balutan dan atau drainase c.



Waktu melakukan penggantian balutan



d.



Respon klien



G. PERAWATAN LUKA KOTOR 1. Persiapan a. Mencuci tangan b. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley -



Pincet anatomi 1



-



Pinchet chirurgie 2



-



Gunting Luka (Lurus dan bengkok)



-



Kapas Lidi



-



Kasa Steril



-



Kasa Penekan (deppers)



-



Sarung Tangan



-



Mangkok / kom Kecil 2



-



Gunting pembalut



-



Plaster



-



Bengkok/ kantong plastic



-



Pembalut



-



Alkohol 70 %



-



Betadine 2 %



-



H2O2, savlon



-



Bensin/ Aseton



-



Obat antiseptic/ desinfektan



-



NaCl 0,9 %



2. Melakukan Perawatan Luka a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari cairan tubuh. b. Buka pembalut lama dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada. c. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah dari dalam ke luar. d. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%. e. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan larutan desinfektan. f. Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon. g. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan. h. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan kasa steril.



i.



Plesterilah verban atau kasa.



j.



Rapikan pasien.



k. Alat bereskan dan cuci tangan. l.



Catat kondisi dan perkembangan luka



Tradisional VS Modern Dulu, penanganan luka mengandalkan antiseptik, kasa dan plester. metode ini sudah lama dianut. sehingga, penggunaan produk-produk perawatan luka modern mendapatkan kendala, terlebih karena harga unitnya yang mahal. Namun, jika dilihat hasil perawatan luka, cara modern ternyata lebih baik dan lebih cepat menyembuhkan dibandingkan cara tradisional. Produk modern juga mudah dilepaskan dan tidak menyebabkan kerusakan pada luka. Penelitian di tiga negara (prancis, Spanyol, dan Inggris) menyebutkan, total biaya yang dikeluarkan lebih rendah dari cara tradisional. "Dulu kepada kita diajarkan membalut luka dengan rapi, tidak terlihat dari luar. sebenarnya, itu adalah tampilan luar. Pada hari ke lima saat pembalut diganti, ternyata kasa melekat pada luka dan menyebabkan trauma saat kasa diganti," kata Prof. David. Jadi yang tadinya luka akan sembuh, malah menjadi ruka dan mengalami inflamasi lagi. Beda dengan dressing modern, pembalut init tidak sengaja ditujukan untuk menutup luka, tetapi untuk mengawal proses penyembuhan luka agar proses penyembuhan luka dapat berjalan secara optimal.



BAB III PENUTUP



KESIMPULAN Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1.



Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ



2.



Respon stres simpatis



3.



Perdarahan dan pembekuan darah



4. 5.



Kontaminasi bakteri Kematian sel



Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas



SARAN Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern yang membuat mahasiswa keperawatan menjadi perawat berkompeten dan berdaya saing untuk masa depan.



DAFTAR PUSTAKA https://steemit.com/health/@munazir/konsep-dasar-perawatan-luka-moderen2017813t04358209z https://jayruhal.blogspot.com/2014/01/konsep-perawatan-luka-modern.html https://perawatklinisi.blogspot.com/2016/11/manajemen-perawatan-lukamodern.html https://nindanurmalasari.blogspot.com/2012/02/perawatan-luka-moderndressing.html