Kriteria Investasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TINGKAT BUNGA DAN HARGA SEKURITAS



OLEH : I GUSTI KADEK WIRA DARMA



1832121415



I GUSTI PUTU ARYA SATYA LAKSMANA



1832121332



I DEWA GEDE PRAMUDITYA TRENGGANA P



1832121331



I PUTU WIDNYANA



1832121322



I KADEK JUNI ANDIKA PRAMANA



1832121350



A. Kriteria Investasi Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Untuk mengetahui kriteria tersebut, digunakan analisis finansial. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Dalam mengukur atau menilai investasi terdapat beberapa kriteria yang digunakan, yaitu :



1. Net Present Value (NPV) NPV adalah kriteria terpenting dalam evaluasi sebuah investasi merupakan tujuan manajemen keuangan semua perusahaan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham. NPV adalah selisih jumlah kas yang yang dihailkan sebuah proyek investasi dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih PV dari sebuah proyek dan investasi awal. Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value) dari keseluruhan proceeds yang diharapkan atas discount rate tertentu. Kemudian jumlah present value dari keseluruhan selama usianya dikurangi dengan present value dari jumlah investasinya  (initial investment). Selisih antara Present Value dari keseluruhan dengan Present Value dari pengeluaran modal (Capital outlays) dinamakan nilai neto sekarang (Net Present Value). Rumus yang digunakan :



Misal jika suku bunga diasumsikan sama tiap tahunnya sebesar 12% dan arus kas masuk bersih pun sama yaitu sebesar Rp. 5.700.000,- serta nilai investasi awal sebesar Rp.18.000.000,- maka dengan perhitungan sederhana nilai NPV didapat sebesar Rp.2.547.110,49,-



Kesulitan penggunan NVP adalah investor atau manajer keuangan harus medapat tingkat diskonto yang representatif untuk setiap proyek investsi. Untuk investor perusahaan, tingkat diskonto ini adalah rata-rata tertimbang dari biaya dana atau rata-rata tertimbang dari struktur modal perusahaan itu. Untuk investor individu, tingkat diskonto yang relevan adalah biaya bunga pinjaman atau biaya modal sendiri. Adapun Kelebihan dari NPV, sebagai berikut: Memperhatikan nilai waktu dari pada uang (time value of money) Mengutamakan aliran kas yang lebih awal Tidak mengabaikan aliran kas selama periode proyek atau investasi Kelemahan dari NPV, sebagai berikut: Memerlukan perhitungan Cost Of  Capital sebagai Discount Rate Lebih sulit penerapannya dari pada Pay Back Period 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal  Rate of  Return (IRR) adalah metode peerhitungan investasi dengan menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang dari penerimaanpenerimaan kas bersih dimasa datang. IRR ialah menentukan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV if capital outlays). Pada dasarnya IRR harus dicari dengan cara “trial dan error”. Yaitu dengan cara coba-coba. Pertama-tama jika menghitung Present Value dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih. Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah Present Value dari outlet-nya.



Contoh: Hitunglah IRR dari sebuah investasi yang dapat memberikan arus kas bersih Rp 5.000.000 secara terus-menerus jika investasi awal yang diperlukan Rp 400.000.000 Jawab:  IRR    = 5.000.000/400.000.000 = 1,25 % per bulan = 15 % p.a



Adapun Kelebihan dari IRR, sebagai berikut: Tidak mengakibatkan aliran kas selama periode proyek Memperhitungkan nilai waktu dari pada uang Mengutamakan aliran kas awal dari pada aliran kas belakangan Kelemahan dari IRR, sebagai berikut : Memerlukan perhitungan COC (Cost Of Capital) sebagai batas minimal dari nilai yang mungkin dicapai.



3. Payback Period (PP) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas netto (net cash flow), atau total arus kas bersih dalam periode tertentu sama dengan pengeluaran investasi di awal periode. Metode payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flow). Payback period adalah periode modal kembali atau lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal atau modal yang sudah dikeluarkan. Metode ini juga sering disebut dengan metode pemulihan investasi yang merupakan metode analisi kelayakan investasi untuk menilai jangka waktu (tahun) pemulihan seluruh modal yang diinvestasikan dalam suatu perusahaan. Cara untuk mengambil keputusan dengan metode ini ialah dengan membandingkan Payback Period investasi yang diusulkan dengan umur ekonomis aktiva, apabila payback period lebih pendek dari umur ekonomisnya maka rencana investasi dapat diterima, serta sebaliknya.



Contoh: Suatu proyek investasi bernilai Rp. 15.000.000,-. Proceed tiap tahunnya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 4.000.000,-, maka periode pengembalian investasi tersebut adalah :



Ini berarti proyek investasi sistem informasi akan tertutup dalam waktu 3 tahun 9 bulan. Bila proceed tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu persatu. Misalnya nilai proyek adalah Rp. 15.000.000,- umur ekonomis proyek adalah 4 tahun dan proceed tiap tahunnya adalah : Proceed tahun 1 sebesar Rp. 5.000.000,Proceed tahun 2 sebesar Rp. 4.000.000,Proceed tahun 3 sebesar Rp. 4.500.000,Proceed tahun 4 sebesar Rp. 6.000.000,Maka Payback Period dapat dihitung sebagai berikut :



Sisa investasi tahun 4 tertutup oleh proceed tahun ke 4, sebagian dari sebesar Rp.6.000.000,- yaitu Rp.1.500.000,-/Rp.6.000.000,- =1/3 bagian. Jadi payback period investasi ini adalah 3 tahun 3 bulan. Adapun Kelebihan dari PP, sebagai berikut: Mudah dipahami (metode yang paling sederhana) Selaras dengan ketidakpastian arus kas di masa mendatang (makin kecil arus kas yang diperoleh maka semakin lama kembali modalnya) Menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan). Kelemahan dari PP, sebagai berikut : Mengabaikan nilai waktu uang Mengabaikan proceeds setelah PP dicapai Mengabaikan nilai sisa Untuk mengatasi metode PP beberapa perusahaan memodifikasi dengan pendekatan DPP (Discounted Payback periode ) yaitu lamanya waktu yang diperlukan agar present value dari arus kas bersih proyek dapat menegembalikan investasi awal. Profitability Index (PI) Profitability Index menghitung nilai tunai arus kas masuk bersih dibagi nilai tunai investasi. Jika nilainya lebih besar dari 1, maka proyek investasi tersebut dianggap layak, dan sebaliknya. Metode ini menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan nilai investasi yang sekarang. Profitability Index harus lebih besar dari 1 baru dikatakan layak. Semakin besar PI, investasi semakin layak.



Contoh: Sebuah proyek investasi membuka kafe baru membutuhkan investasi awal Rp400.000.000 dan mampu menghasilkan arus kas bersih Rp500.00.000 per bulan, berapakah indeks profitabilitasnya? IP =  500.000,00/400.000,00 IP = 1,25 Adapun Kelebihan dari metode PI, sebagai berikut : Memperhitungkan nilai waktu dari pada uang (time value of money) Menentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang akan digunakan Konsisten dengan tujuan perusahaan, yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Kelemahan dari metode PI, sebagai berikut : Dapat memberikan panduan dan pilihan yang salah pada proyek- proyek yang mutually exsclusive yang memiliki unsur ekonomis dan skala yang berbeda.



4. Accounting Rate Of Return (ARR) Accounting Rate Of Return (ARR) menghitung rata-rata laba bersih (earning after tax) dari suatu proyek dibagi nilai tunai investasi. Jika hasil lebih besar daripada biaya modal proyek, maka dianggap proyek tersebut layak dan begitupula sebaliknya. Metode ARR ini mengukur profitabilitas suatu investasi dari segi akuntansi konvensional. Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi. Caranya dengan mambagi EAT (Earning After Tax) dengan initial investment, baik total investment maupun average investment.



Contoh : Proyek butuh dana 280.000.000, umur 3 tahun, nilai sisa 40.000.000. Laba setelah pajak 3 tahun berturutturut. Tahun ke-1  40.000.000, tahun ke-2  50.000.000 dan tahun ke-3  30.000.000 Jawab: (40.000.000+ 50.000.000 + 30.000.000 ) : 3 ARR  = _____________________________________________   x 100% ( 280.000.000 + 40.000.000 ) / 2 = 40.000.000/ 160.000.000 = 0,25 = 25% Adapun Kelebihan dari metode ARR, sebagai berikut : Mudah menghitungnya Informasi yang diperlukan biasanya tersedia Kelemahan dari metode ARR, sebagai berikut : Mengabaikan nilai waktu uang Hanya menitikberatkan masalah akuntansi, kurang memperhatikan aliran kas Pendekatan jangka pendek , angka rata-rata menyesatkan Kurang memperhatikan lamanya jangka waktu investasi



B. Tingkat Bunga Pasar Istilah tingkat bunga mengacu pada biaya dana yang dikeluarkan oleh institusi keuangan, khususnya bank, untuk dana yang dipercayakan kepada mereka (bunga simpanan, lending rate), atau biaya dana yang dibebankan institusi keuangan kepada peminjam (bunga pinjaman, borrowing rate). Tingkat bunga biasanya dinyatakan dalam persentase dari pokok dana dalam satuan tahun. Tentu saja gambaran demikian oversimplified. Karena simpanan masuk ke institusi keuangan dalam berbagai bentuk, tergantung kreativitas institusi keuangan tersebut merancang produk finansial dalam rangka memobilisasi dana dari masyarakat. Yang paling umum di sistem perbankan kita adalah deposito berjangka (sumber utama dana perbankan Indonesia), sertifikat deposito (certificate of deposit, tidak populer di sini, merupakan sumber dana terbesar bank umum di Amerika Serikat), dan demand deposit (simpanan yang bisa diambil atau digunakan untuk transaksi, setiap saat, current and saving account/CASA). Karena CASA merupakan sumber dana perbankan paling murah, maka bank yang memiliki CASA dalam jumlah dan proporsi yang besar akan lebih unggul dari segi pendanaan dari bank pesaingnya. Kredit juga bisa diberikan dalam berbagai bentuk. Ada kredit konsumsi, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit dengan fasilitas untuk insentif sektor tertentu. Di Indonesia ada kredit tanpa agunan (KTA) yang dipasarkan secara agresif, bahkan membabi buta. Tingkat bunga pinjaman masing-masing segmen berbeda satu sama lain. Bahkan tingkat bunga pinjaman untuk segmen industrI yang sama akan berbeda dari satu debitur ke debitur lainnya. Mengikuti Hukum Pasar Disiplin ilmu ekonomi dan keuangan menyediakan banyak argumentasi tentang kenapa simpanan, dan dengan demikian pinjaman, harus dikenakan bunga. Simak beberapa hal berikut ini: Time value of money. Orang lebih suka uang satu juta sekarang ketimbang satu juta tahun yang akan datang. Argumen ini sering juga disebut liquidity preference. Penundaan konsumsi. Uang yang dipinjamkan kepada pihak lain tidak lagi bisa digunakan untuk konsumsi saat ini. Pengorbanan kesenangan punya harga tersendiri. Risiko inflasi. Inflasi akan menurunkan nilai riil uang. Karena itu harus ada biaya yang menutup kerugian dari turunnya nilai uang Tersebut Peluang investasi yang hilang. dan banyak lagi. Tanpa intervensi kebijakan moneter, tingkat bunga akan bergerak mengikuti hukum pasar. Misalnya ketika ekonomi sedang booming, unit usaha melakukan ekspansi, kebutuhan dana meningkat, permintaan akan uang meningkat, dan tingkat bunga sebagai harga uang akan naik pula. Namun, tingkat bunga kemudian dijadikan ‘objek mainan’ oleh otoritas moneter, untuk tujuan-tujuan makro yang lebih bernilai tambah bagi perekonomian negara. Otoritas moneter suatu negara umumnya dipegang oleh bank sentral, menggunakan tingkat bunga sebagai alat kebijakan moneter dalam rangka mencapai target tertentu.



Pacu Pertumbuhan Ekonomi Dari berbagai target itu, kita bahas beberapa di sini: 1. Salah satu target utama pengaturan tingkat bunga adalah ikut membantu memacu pertumbuhan ekonomi. Tingkat bunga yang rendah dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, karena biaya dana yang murah akan mendorong peningkatani kredit. Tentu saja asumsinya perekonomian menyediakan berbagai peluang ekspansi. Tanpa peluang semacam itu, maka zero interest rate pun tidak akan punya daya dorong. Ada dua catatan yang perlu diberikan di sini. Pertama, menekankan kembali bahwa sektor keuangan memainkan fungsi pendukung. Kedua, kebijakan moneter sering tidak bekerja atau tidak optimal. Ketika Bank Indonesia menurunkan bunga acuan BI Rate, pada umumnya tingkat Fasbi (tingkat bunga yang diberikan BI terhadap simpanan perbankan) dan window facility (tingkat bunga yang dibebankan BI kepada perbankan yang meminta bantuan likuiditas BI dalam kerangka lender of the last resort) akan diturunkan pula. Tingkat bunga simpanan perbankan akan otomatis berada diantara Fasbi dan window facility. Bank yang menjanjikan tingkat bunga simpanan di atas tingkat bunga WF harus “dicurigai” sedang mengalami masalah. Tapi tingkat bunga pinjaman yang dibebankan perbankan kepada debitor, khususnya sektor produktif, tidak serta merta menurun. Biaya dana hanya merupakan salah satu unsur yang menentukan tingkat bunga kredit. Bahkan mungkin bukan yang paling dominan. Masih ada faktor iklim usaha sebagai sumber utama risiko kredit, dan efisiensi perbankan sebagai intermediaries. Karena itu, iklim usaha yang kondusif dan institusi keuangan yang efisien sangat menentukan apakah kebijakan tingkat bunga rendah membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2. Target lainnya yang diinginkan oleh otoritas moneter dengan intervensi terhadap tingkat bunga adalah mengerem laju inflasi. Dengan menaikkan tingkat bunga simpanan diharapkan rumah tangga akan mengurangi belanjanya dan menabung dalam porsi yang lebih besar. Perminatan barang dan jasa akan menurun dan harga akan kembali stabil. Kebijakan ini seringkali pula tidak mampu mencapai target, karena inflasi yang bisa direm oleh kenaikan tingkat bunga hanyalah inflasi yang berasal dari demand pull, permintaan yang naik tajam. Inflasi yang disebabkan oleh cost push, misalnya naiknya biaya produksi karena naiknya harha energi tidak bisa dikendalikan lewat kebijakan tingkat bunga. Inflasi di Indonesia, menurut hemat saya, lebih banyak disebabkan oleh kendala distribusi akibat infrastruktur yang tidak memadai. Penyelesaian kendala ini berada di luar yurisdiksi kebijakan moneter. 3. Target lain lagi adalah menjaga nilai tukar mata uang. Dengan menaikkan tingkat bunga rupiah, Bank Indonesia berharap individu dan perusahaan lebih suka memegang rupiah ketimbang mata uang lain. Investor internasional akan memperoleh insentif dari perbedaan tingkat bunga (differential interest rate). Meminjam dalam mata uang dengan tingkat bunga yang lebih rendah untuk diinvestasikan ke dalam instrument keuangan yng diterbitkan dalam denominasi mata uang dengan tingkat bunga lebih tinggi. Kalau seorang investor dapat meminjam dalam yen Jepang dengan tingkat bunga 1% per tahun, lalu mengkonversikan dananya dalam rupiah, lalu ditanamkkan dalam surat utang negara (SUN) dengan yield di atas 8% per tahun, maka transaksi yang populer disebut sebagai yen carry trade, itu akan



menghasilkan keuntungan 7% per tahun. Perhitungan di atas belum memasukkan risiko yang berasal dari depresiasi nilai tukar. Rupiahyen carry trade akan memberikan keuntungan 7% per tahun seandainya nilai tukar yen-rupiah tetap. Penurunan nilai rupiah akan menggerogoti potensi keuntungan itu. Nilai tukar mata uang suatu negara sangat dipengaruhi oleh ekspekstasi. Karena itu, kebijakan BI menaikkan tingkat bunga untuk mengerem laju penurunan rupiah hanyaakan efektif bila masyarakat percaya bahwa nilai rupiah akan stabil. Kebijakan menaikkan tingkat bunga pada saat masyarakat mengalami panik merupakan kebijakan yang terlambat. Nilai tukar tentu saja sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang lebih fundamental, seperti cadangan devisa dan posisi neraca pembayaran. Dua hal yang disebut belakangan ini, apa boleh buat, tidak sepenuhnya berada di bawah kendali otoritas moneter.



 



C. Macam-macam Bunga 1. Suku Bunga Flat Bunga flat adalah perhitungan yang paling mudah, sistem perhitungannya mengacu pada pokok pinjaman awal. Biasanya diterapkan pada kredit barang konsumsi seperti ponsel, membeli KPR, kendaraan dan kredit tanpa agunan. Pada sistem bunga flat porsi bunga dan pokok dalam angsuran selalu sama setiap bulan. Sebab, bunga dihitung dari persentase bunga dikalikan pokok pinjaman awal. Tiap bulan angsurannya sama, bunganya sama, cicilan pokoknya juga sama. Dalam kredit bunga flat atau bunga tetap, plafon kredit dan besarnya bunga akan dihitung secara proposional sesuai dengan jangka waktu kredit. Berikut ini contoh perhitungannya Rumus Bunga Flat: Total Bunga = pokok pinjaman x suku bunga per tahun x Jangka waktu pinjaman Besar Angsuran = pokok pinjaman + total bunga / jangka waktu kredit dalam satuan bulan Perhitungan Bunga Flat Pokok pinjaman: Rp 50.000.000, bunga flat: 5 %/tahun, jangka waktu kredit: 2 tahun Total Bunga = Rp 50.000.000 x 5% x 2 = Rp 5.000.000 Besar Angsuran = (Rp 50.000.000 + Rp 5.000.000) / 24 = Rp 2.291.666



2. Suku Bunga Efektif Bunga efektif atau sering disebut juga sliding rate adalah sistem perhitungan biaya bunga yang diperhitungkan berdasarkan saldo pinjaman bukan dari pokok pinjaman awal. Bunga kredit dihitung dari saldo akhir setiap bulannya dan dilakukan setiap akhir periode angsuran. Jadi bunga per bulan akan berubah-ubah berdasar nilai saldo pinjaman. Nilai bunga yang dibayar debitur setiap bulan akan semakin mengecil. Dengan demikian total angsuran bunga semakin lama akan semakin menurun, Rumus Bunga Efektif: Bunga per Bulan = Saldo akhir priode x bunga tahunan /12



Perhitungan Bunga Efektif: Pokok pinjaman : Rp 50.000.000, Bunga : 10 %/tahun, angsuran pokok per bulan Rp 5.000.000 Bunga bulan I = Rp 50.000.000 x 10% / 12 = Rp 416.666 Bunga bulan II = Rp 49.583.334 x 10% /12 = Rp 413.194 Dan seterusnya sampai jangka waktu pinjaman selesai.



3. Suku Bunga Anuitas Bunga anuitas merupakan modifikasi dari perhitungan kredit bunga efektif. Dalam kredit dengan bunga anuitas, angsuran bulanannya tetap. Namun komposisi bunga dan pokok angsuran akan berubah tiap periodenya. Nilai bunga per bulan akan mengecil, angsuran pokok per bulannya akan membesar. Rumus Bunga Anuitas: Angsuran Bulanan = P x I/12 x 1/(1-(1+i/12)m)  P: PokokKredit  I: Suku bunga per tahun  m: Jumlah periode pembayaran (bulan) Perhitungan Bunga Anuitas: Pokok pinjaman : Rp 50.000.000, Bunga : 10 %/tahun, Angsuran pokok per bulan Rp 5.000.000 Angsuran bulanan = Rp 50.000.000×10%/12×1/(1-(1+10%/12)12 ) = Rp 2.307.246,32



4. Suku Bunga Floating Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan mengikuti naik-turunnya suku bunga pasar. BI Rate tiap tahun bisa berubah, bank pun menyesuaikan suku bunganya. Setiap tahunnya, cicilan per bulan bisa berbeda tergantung bunga yang berlaku pada saat itu. Jika suku bunga pasar naik, maka bunga kredit Anda juga akan ikut naik, demikian pula sebaliknya. Sistem bunga ini diterapkan untuk kredit jangka panjang, seperti kredit kepemilikan rumah, modal kerja, usaha dan investasi.



Dengan menggunakan floating rate, pokok pinjaman tetap sama. Yang beda adalah perhitungan suku bunganya. Misalkan suku bunga di tahun pertama 12%, tahun kedua 15% Perhitungan Bunag Mangambang: Pokok pinjaman : Rp50.000.000, Jangka waktu kredit : 24 bulan. Tahun I Bunga = 12% X Rp50.000.000/12 X 1 = Rp500.000 Pokok pinjaman = Rp50.000.000/24 = Rp2.083.333 Angsuran bulan = Rp2.083.333 + Rp500.000 = Rp2.583.333 Tahun II Bunga = 15% X Rp50.000.000/12 X 1 = Rp625.000 Pokok pinjaman = Rp50.000.000/24 = Rp2.083.333 Angsuran bulan = Rp2.083.333 + Rp625.000 = Rp2.708.333 Dengan mengetahui cara penghitungan jenis bunga bank, dan mencoba simulasinya, diharapkan Anda bisa lebih berhati-hati dan bijak ketika akan mengajukan pinjaman di bank.



D. Hubungan Harga Sekuritas dengan Tingkat Bunga  Sekuritas ini adalah surat berharga yang menunjukan hak investor untuk mendapatkan bagian dari kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut, surat berharga ini biasanya meliputi : saham, obigasi, saham prefer., dan bentuk lain penyertaan modal. Sekuritas perusahaan ini diperjualbelikan di pasar modal. Analisis sekuritas ini sendiri adalah proses menilai menganalisa suatu sekuritas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengetahui karakteristik suatu sekuritas apakah sekuritas tersebut stabil atau tidak karena sekuritas ini memiliki karakteristik mispriced yaitu sekuritas yang harganya bisa sangat tinggi dan bisa sangat rendah. Oleh karena itu penting untuk melakukan analisa sekuritas dengan baik dan teliti. Analisis ini juga sangat dibutuhkan, tidak hanya investor yang membutuhkan tapi manajer perusahaan pun juga sangat membutuhkan analisa sekuritas ini. Karena manajer keuangan ini harus menerti seberapa besar implikasi setiap keputusan yang harus diambil terhadapa aliran kas yang tersedia bagi investor, sebagai contoh, manajer keuangan harus mengerti seberapa besar pengaruh keputusan investasi, keputusan pemenuhan kebutuhan dana dan kebijakan deviden terhadap nilai atau harga pasar saham perusahaan. Tidak hanya investor, manajemen saja yang melakukan analisa sekuritas ini, para broker atau pialang sekuritas ini melakukan analisa sekuritas ini dengan metode yang lebih kompleks, lebih baik, serta didiukung perlatan dan database yang cukup serta tenaga ahli sehingga mamapu mengevaluasi sekuritas secara cepat dan tepat. Biasanya dalam proses penilain sekuritas ini terdapat hubungan antara risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Biasanya pemegang saham ini secara umum menghadapi risiko yang lebih besar daripada pemegang obligasi. Sementara itu semakin tinggi resiko yang dihadapi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemegang saham. Maka ini pentingnya melakukan analisis sekuritas dengan prudent. Sekuritas ini surat hutang yang dapat dengan cepat diubah menjadi uang atau kas, ini maksudnya bahwa sekuritas ini surat hutang yang dapat dijual karena memiliki sifat yang likuid. Banyak perusahaan ataupun investor yang membeli dan memiliki sekuritas, alasannya karena selain sebagai pengganti kas, sekuritas juga merupakan suatu investasi yang dapat memberikan keuntungan yang cukup bagus. Dalam memilih sekuritas yang baik terdapat kriterianya sebagai berikut : 1.      Resiko tingkat bunga 2.      Resiko kemampuan daya beli 3.      Resiko keuangan 4.      Resiko likuidasi



5.      Pajak 6.      Pengembalian atas sekuritas



E. Hubungan Antara Yield dengan Harga Sekuritas Dalam obligasi dikenal teori hubungan antara harga dan suku bunga sebagai berikut “apabila suku



bunga naik maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya apabila suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.” Seiring dengan dinamika pasar, adanya aksi intervensi, dan pengaruh dari asing yang tidak hanya melihat faktor domestik akan tetapi juga global, teori di atas sudah mulai agak ketinggalan. Untuk menyikapi dinamika pasar seperti yang terjadi saat ini, seharusnya teori obligasi diubah menjadi sebagai berikut: “Apabila YIELD Obligasi DIEKSPEKTASIKAN akan NAIK, maka HARGA obligasi akan TURUN, sebaliknya apabila YIELD obligasi DIEKSPEKTASIKAN akan TURUN, maka HARGA obligasi akan NAIK” Dalam zaman dimana perubahan sangat dinamis dan nyaris terjadi setiap hari ini, perubahan suku bunga terkadang sudah dicerminkan jauh-jauh hari dari perubahan yield obligasi. Selain itu, sudah beberapa kali dalam sejarah pasar modal Indonesia, harga obligasi mengalami perubahan yang signifikan meskipun suku bunga cenderung flat. Ekspektasi akan suku bungalah yang menjadi penggerak utama di pasar. Apabila pasar meyakini suku bunga akan naik, maka obligasi akan ditransaksikan pada yield yang lebih tinggi sehingga harga obligasi menjadi turun. Perubahan suku bunga itu sendiri mungkin baru terjadi beberapa bulan kemudian, bisa saja ternyata berbeda dengan ekspektasi pasar. Jadi, dalam melihat / memprediksikan kinerja reksa dana berbasis obligasi, sangat penting bagi investor / Manajer Investasi untuk bisa memprediksi perubahan Yield Obligasi. Kembali ke Kenaikan Yield obligasi Indonesia dimana disebutkan Yield 10 tahun mencapai 6.15% (sebelumnya di bawah 6%), hal ini menandakan bahwa pasar mengekspektasikan bahwa yield akan naik. Sesuai dengan teori yang saya kemukakan, kenaikan Yield akan menyebabkan Penurunan harga Obligasi dan Penurunan harga obligasi akan menyebabkan penurunan pada harga reksa dana pendapatan tetap dan campuran yang basisnya obligasi. Salah satu penyebab naiknya ekspektasi Yield dari sisi domestik antara lain adalah kebijakan pembatasan BBM yang rencananya akan dijalankan pada bulan Mei secara terbatas ini. Dengan adanya pembatasan BBM, maka diperkirakan akan menyebabkan kenaikan tingkat inflasi meskipun efeknya tidak sebesar kenaikan harga BBM secara langsung. Ekspektasi kenaikan inflasi ini, oleh pasar direspon dengan kenaikan Yield. Belum lagi, ancaman kenaikan inflasi juga datang dari faktor kenaikan harga bahan makanan dan pokok yang sudah dinaikkan sebelum kenaikan harga BBM. Dari sisi luar negeri, naiknya ekspektasi yield Indonesia juga disebabkan karena kembali memanasnya krisis utang di Eropa. Spanyol kini diprediksikan sebagai salah satu negara yang akan menjadi sumber krisis berikutnya karena stabilitas fiskal dan tingginya tingkat



pengangguran. Namun, umumnya efek krisis yang terjadi di luar negeri terutama di Eropa memiliki efek yang tidak konsisten terhadap pasar obligasi Indonesia. Buktinya ketika krisis terjadi di Portugal, harga obligasi kita tetap naik. Sama halnya juga ketika krisis menimpa Yunani, pasar saham Indonesia memang sempat terpengaruh, namun pasar obligasi tetap melesat tinggi mengalahkan kinerja reksa dana saham pada tahun 2011. Jadi, kita memang tidak bisa mengesampingkan faktor krisis yang terjadi di Spanyol dan Eropa, namun dalam menyikapi pasar obligasi Indonesia, investor perlu lebih menitikberatkan pada faktor yang lebih fundamental dan berasal dari faktor domestik seperti inflasi dan kebijakan suku bunga. Dari fakta di atas, bisa dilihat bahwa suatu negara dikatakan sedang atau akan krisis ternyata diketahui dari besaran Yield Obligasinya. Sebagai referensi, angka yang benar2 darurat untuk negara di Eropa adalah ketika Yield 10 tahun melewati 7%. Sebab ketika Yield melewati angka tersebut, artinya biaya yang dibutuhkan bagi suatu negara untuk memperoleh pinjaman baru adalah sebesar 7%. Angka ini dianggap sudah terlalu tinggi oleh sebagian negara dimana Irlandia dan Portugal langsung meminta bantuan kepada IMF kala mencapai angka tersebut. Dari 2 berita tentang obligasi di atas, saya berharap kita dapat mempelajari bahwa: 1. Perubahan Yield bisa meramalkan perubahan suku bunga yang akan terjadi di masa mendatang 2. Perubahan Yield bisa menyebabkan kenaikan atau penurunan harga pada reksa dana berbasis obligasi 3. Perubahan Yield bisa mengetahui apakah suatu negara sedang dalam kondisi krisis atau tidak