Laporan Asam Basah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan salah satu dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang muncul sejak



munculnya



pemikiran



ilmuan



secara



ilmiah,



kimia



(dari



bahasa



arab: kimiya perubahan benda/zat dan bahasa yunani: khemeia yaitu ilmu yang mempelajari komposisi, struktur dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik (Baharuddin, 2013:2). Asam secara paling sederhana didefenisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefenisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidroksida sebagai ion negatif (Baharuddin, 2013: 16). Praktik laboratorium lazim menyiapkan dan menstandarisasi satu larutan dari asam dan satu larutan dari basa. Kedua larutan ini kemudian selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis sampel-sampel asam dan basa yang tidak diketahui. Karena larutan asam lebih mudah dipertahankandaripada larutan basa, maka asam biasanya dipilih sebagai standar referensi permanen untuk suatu larutan basa (Day dan Underwood. 2002: 153). Titrasi umumnya dikenal sebagai metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Titrasi yang melibatkan asam dan basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik diberbagai produk komersial. penguraian asam dan basa mempunyai pengaruh yang penting dalam proses-proses metabolisme pada sel hidup. Menguji suatu reaksi untuk menetukan bisa atau tidaknya reaksi tersebut digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat suatu kurva titrasi. Titrasi asam basa, suatu



kurva titrasi terdiri dari suatu plot pH atau pOH vs militer titran. Kurva tersebut berguna dalam menentukan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang sesuai (Day dan Underwood. 2002: 126 & 129). Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan percobaan ini yang bertujuan untuk menentukan titik akhir dan titik ekivalen titrasi. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah cara menentukan titik akhir titrasi dan titik eqivalen dari larutan titrasi? 2. Bagaimana menentukan konsentrasi NaOH? 3. Bagaimana menentukan konsentrasi HCl yang? C. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan dari percobaan ini yaitu: 1. Menentukan titik akhir dan titik eqivalen titrasi. 2. Menentukan konsentrasi larutan NaOH yang digunakan. 3. Menentukan konsentrasi larutan HCl yang digunakan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosisasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Kesetimbangan asam merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian (Baharuddin, 2013:16). Adapun beberapa teori asam menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut: 1. Teori Arrhenius Menurut Tim Dosen (2013:16) asam adalah spesi yang mengandung H + dengan asumsi bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat asam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+. Contoh:



HCl



H+ + Cl-



NaOH



Na+ + OH ………………………(II.1)



2. Teori Bronsted-Lowry Menurut Tim Dosen (2013:17) asam adalah spesi yang memberikan H + (donor proton). Suatu asam member H+ kepada molekul basa, maka sisanya akan menjadi basa konjungsi dari asam semula. Contoh:



HCl + H2O



H3O+ + Cl- ………………………(II.2)



3. Teori G.N Lewis Menurut Petrucci, dkk. (2008: 318) asam Lewis adalah spesi (atom, ion, atau molekul) yang merupakan akseptor pasangan elektron. Reaksi asam Lewis menghasilkan pembentukan ikatan kovalen. Produk dari reaksi asam lewis dinamakan produk adisi.



Contoh:



B: + A



B: A ………………………...(II.3)



Menurut Chang (2004:101-102) asam terbagi menjadi dua yaitu asam kuat dan asam lemah, sebagai berikut: 1.



Asam kuat ialah elektrolit kuat yang untuk kebanyakan tujuan praktis, dianggap



terionisasi sempurna dalam air. Kebanyakan asam kuat adalah asam anorganik: asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam peklorat (HClO4) dan asam sulfat (H2SO4) pada saat kesetumbangan, molekul asam kuat terionisasi semua. 2. Asam lemah ialah asam yang terionisasi hanya sedikit dalam air. Pada kesetimbangan, larutan berair dari asam lemah mengandung campuran antara molekul asam yang tidak teionisasi, ion H3O+, dan basa konjurat. Contoh asam lemah antara lain: asam hidrofluoriat (HF), asam asetat (CH+COOH), dan ion ammonium (NH4+). Kekuatan asam lemah sangat beragam karena beragamnya derajat ionisasi. Terbatasnya ionisasi asam lemah berkaitan dengan konstanta kesetimbangan ionisasi. B. Basa Basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidroksida sebagai ion negatif (Tim Dosen, 2013:16). Adapun beberapa teori basa menurut para ahli yaitu sebagai berikut:



1. Teori Arrhenius Menurut Tim Dosen (2013: 17) basa adalah spesi yang mengandung OH - dengan asumsi bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat basa. Sehingga dapat disimoulkan bahwa basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-. Contoh:



HCl



H+ + Cl-



NaOH



Na+ + OH-



2. Teori Bronsted-Lowry



Menurut Tim Dosen (2013: 18) basa adalah spesi yang menerima H+ (akseptor proton). Suatu basa menerima H+ maka sisanya adalah asam konjugasi dari basa semula. Contoh:



HF + H-



H3O+ + F-



3. Teori G.N Lewis Menurut Petrucci, dkk. (2008: 318) basa Lewis adalah spesi yang merupakan donor pasangan elektron. Reaksi basa Lewis menghasilkan pembentukan ikatan kovalen. Produk reaksi basa Lewis dinamakan produk adisi. Contoh:



B: + A



B: A



Menurut Chang (2004:101-102) basa terbagi menjadi dua yaitu basa kuat dan basa lemah, sebagai berikut: 1. Basa kuat ialah semua elektrolit kuat yang terionisasi sempurna di dalam air yang mencakup hidroksida dari logam alkali dan logam alkali tanah tertentu, seperti NaOH, KOH, dan Ba(OH)2. 2. Basa lemah ialah basa yang terionisasi hanya sedikit dalam air. Basa lemah merupakan elektrolit lemah. Salah satu contoh dari basa lemah yaitu amonia yang merupakan basa lemah, yang sangat sedikit terionisasi dalam air. C. Titrasi Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa-volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan



melarutkan suatu zat dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day dan Underwood dalam Padmaningrum, 2006: 1) Pada reaksi asam basa konsentrasi asam basa dapat ditentukan dengan suatu metode kuantitatif dengan cara titrasi, yaitu cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan tepat dengan zat yang terdapat dalam larutan asam atau basa dengan ditandai adanya perubahan warna. Pada saat perubahan warna, titrasi dihentikan dan kadar asam basa dapat ditentukan dengan perhitungan stoikiometri (Tim Dosen, 2013: 25). Menetukan konsentrasi zat terlarut dalam larutan (misalnya HCl) dapat dinyatakan larutan yang tidak diketahui tersebut dengan konsentrasi dan volume yang diketahui (misalnya NaOH) sampai rasio mol tepat seperti yang dipersyaratkan oleh persamaan kimia yang seimbang. Kemudian dari volume yang diketahui dari kedua larutan tersebut, konsentrasi zat terlarut yang tidak diketahui dapat dihitung. Proses yang digunakan disebut titrasi (titration) (Goldberg, 2007: 132). Mengingat asam dalam air menghasilkan ion H+ dan basa dalam air akan menghasilkan ion OH-, maka bila kedua larutan dicampur ion H+ akan bereaksi dengam OH- akan menghasilkan air. Larutan tidak lagi bersifat asam atau basa, reaksi semacam ini disebut reaksi netralisasi (penetralan). Penetralan asam dan basa kuat, mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit,



kemudian



terjadi



perubahan



cukup drastis pada sekitar titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat pH larutan 7, dimana asam



dan



basa



dapat



digunakan



tepat indikator



habis



beraksi.



metal



merah,



Untuk



menunjukkan



bromtimol



biru



titik atau



ekivalen fenoptalein



(Tim Dosen, 2013:24-25). Fhenoptalein lebih sering digunakan karena memberikan perubahan warna yang lebih tajam disekitar titik ekivalen. Sedangkan pada penetralan asam lemah oleh basa kuat titik ekivalen diatas 7, yaitu 8 dan 9. Indikator yang digunakan adalah fhenoptalein, karena jika menggunakan metal merah maka akan terjadi perubahan warna sebelum mencapai titik ekivalen (Tim Dosen, 2013: 25).



Analisis mendapat keuntungan dari perubahan pH yang besar yang terjadi dalam titrasi untuk menentukan kapan titik ekivalen dicapai. Molekul digunakan untuk menentukan waktu penambahan tutrasi telah mencukupi, dan dinamakan indikator visual. Indikator fenopthalein yang sudah dkenal merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian, dengan hilangnya proton kedua, menjadi ion dengan sistem terkonjugat menghasilkan warna merah. Penambahan proton menghasilkan kation yang berwarna merah muda (Day dan Underwood, 1998: 141-142).



D. Macam-macam Titrasi Menurut Rusgiyono, dkk. (2013: 242-244) berdasarkan jenis reaksi yang terjadi pada pelaksanaan titrasi, maka titrasi dapat dibagi sebagai berikut: 1. Reaksi metatetik, yaitu suatu reaksi berdasarkan pertukaran ion tanpa adanya perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk reaksi metatetik, yaitu: a) Titrasi asam-basa Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi, yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan: H+ + OH-



H2O



Bila larutan asam dengan kepekatan tertentu digunakan sebagai penitar maka titrasi ini disebut asidimetri, sedangkan bila yang diketahui sebagai penitarnya adalah basa, maka titrasi ini disebut alkalimetri. b) Titrasi pengendapan (presipitimetri) Dasar penitaran pengendapan adalah reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan yang sukar larut. Yang termasuk titrasi golongan ini antara lain argentometri, yaitu penitaran dengan menggunakan AgNO3 sebagai penitar. c) Titrasi kompleksometri Titrasi kompleksometri disebut juga khelatometri, yaitu pembentukan senyawa rangkai (kompleks) yang mantap dan larut dalam air, bila larutan baku bereaksi dengan kation-kation



yang ditetapkan kadarnya. Sampel pereaksi pengkomplek yang banyak digunakan adalah NaEDTA (Natrium Etilena Diamina Tetra Asetat).



2. Reaksi redoks, dalam reaksi ini terjadi perpindahan elektron atau perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk dalam reaksi redoks, antara lain: a) Titrasi Permanganatometri Sebagai penitar dipakai larutan kaliumpermanganat. Dalam lingkungan asam dua molekul permanganat dapat melepaskan lima atom oksigen (bila ada zat yang dapat dioksidasikan oleh oksigen itu. 2KMnO4 + 3H2SO4



K2SO4 + 2 MnSO4 + 3 H2O + 5 O



Karena larutan KMnO4 mempunyai warna tersendiri, maka tidak diperlukan penunjuk (indikator). Titik akhir ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah muda seulas. b) Titrasi Iodo/Iodimetri Yang dimaksud dengan golongan ini adalah penitaran dengan Iod (Iodimetri) atau Iod dititar dengan Natriumtiosulfat (Iodometri). Zat-zat yang bersifat pereduksi dapat langsung dititar dengan yod, sedangkan zat-zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan asam akan membebaskan yod dari KI yang kemudian dititar dengan Natriumtiosulfat. Pada cara titrasi ini digunakan larutan kanji sebagai penunjuk, yang dengan yod akan menghasilkan warna biru. c) Serimetri Sebagai pengoksidasi dipakai larutan Ce(SO4)2. Serium merupakan zat pengoksidasi yang kuat, yang mengalami reaksi tunggal. Ion serium dipakai dalam larutan yang berkeasaman tinggi karena dalam larutan yang berkonsentrasi hidrogennya rendah terjadi pengendapan akibat hidrolisis. Titrasi ini jarang dipakai karena selain kurang ekonomis juga memerlukan indikator redoks.



d) Dikromatometri Sebagai penitar digunakan larutan kaliumdikromat. Penggunaan utama adalah titrasi besi dalam larutan asam. Senyawa Na/Ba-difenilaminasulfonat merupakan indikator yang sesuai bila besi dititrasi dalam suasana asam sulfat-asam fosfat. Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penitaran: 1) Reaksi berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi yang jelas. Dengan demikian semua sampel bereaksi dengan penitar, tidak ada yang tersisa. 2) Reaksi berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna yang terjadi pada titik akhir. 3) Ada indikator yang sesuai. 4) Ada larutan baku. Menurut Rusgiyono, dkk. (2013: 242-244) berdasarkan jalannya reaksi yang terjadi, titrasi dapat dibedakan atas: a. Titrasi langsung (Direct titration), yaitu larutan sampel dapat langsung dititrasi dengan larutan standar/ baku. b. Titrasi tidak langsung (Indirect titration), yaitu larutan sampel direaksikan dulu dengan pereaksi yang jumlah kepekatannya tertentu, kemudian hasil reaksi dititrasi dengan larutan standar/ baku. c. Titrasi kembali (Back titration), cara ini dilakukan bila sampel tidak bereaksi dengan larutan baku atau reaksinya lambat. Dalam hal ini ditambahkan zat ketiga yang telah diketahui kepekatannya dan jumlahnya diukur tetapi berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan larutan baku. d. Titrasi penggantian (Displacement titration), cara ini dilakukan bila analat atau unsur yang akan ditetapkan tidak bereaksi langsung dengan larutan baku, tidak bereaksi secara stokiometri dengan larutan baku, dan tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan larutan penunjuk.



E. Titran Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui



secara



pasti



konsentrasinya).



Proses



titrasi



suatu



zat



berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi



bila



titik



akhir



titrasi



tidak



tepat



sama



dgn



titik



ekivalen



(≤ 0,1%), yang disebabkan adanya kelebihan titran, indikator bereaksi dgn analit, atau



indikator



bereaksi



dgn



titran,



diatasi



dgn



titrasi



larutan



blanko



(W. Haryadi dalam Padmaningrum, 2006: 1-2). Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali analit.Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log [X-] atau –log [Ag+] atau E (volt) terhadap volume. Suatu titrasi asam basa melibatkan asam atau basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen. Keadaan ini disebut dengan titik ekivalen (W. Haryadi dalam Padmaningrum, 2006: 1-2). F. Titrat Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya



atau



strukturnya.



Titik



akhir



titrasi



adalah



titik



pada



saat



titrasi



diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi dalam Padmaningrum, 2006: 1). Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol (Padmaningrum, 2006: 1).



BAB III METODE PERCOBAAN



A. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilakukan pada hari Kamis, 18Mei 2019 pukul 13.00-15.00 WITA. Bertempat di Laboratorium AnalitikFakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret basa 25 mL,erlenmeyer 250 mL, gelaskimia 250 mL, pipet skala 10 mL, pipet tetes 2 mL, corong, bulp, batang pengaduk, statif dan klem. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O), asam klorida x M (HCl), asamoksalat (H2C2O4), indikator phenolptalein (C2OH14O4), natrium hidroksida 1 M (NaOH) dan tissu. C. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Larutan Baku Primer H2C2O4 Menimbang asam oksalat sebanyak 0,63035 gram, kemudian melarutkannya ke dalam aquades dalam labu takar 100 mL. 2. Penentuan Konsentrasi NaOH dengan Larutan H2C2O4 Memasukkanasamoksalat



0,1000 N



sebanyak 10 mL



ke dalam



erlenmeyer,



kemudianmenambahkan 4 tetes indikator phenolptalein. Lalu menitrasi dengan larutan NaOH 1 M, titrasi dihentikan apabila telah terjadi perubahan warna dari warna bening ke merah muda. Catat volume akhir dan menghitung konsentrasi larutan NaOH kemudian dilakukan hal yang sama sampai 2 kali (duplo).



3. Penentuan Konsentrasi HCl dengan LarutanNaOH Memipetasamkloridasebanyak 10 mL, laludimasukkankedalam erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan 4 tetes indikator phenolptalein. Selanjutnya menitrasi dengan larutan NaOH 0,42 N, titrasi dihentikan jika telah terjadi perubahan warna dari bening ke merah muda. Catat volume akhir dan menghitung konsentrasi larutan HCl. .



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan dari percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Cara Membuat Larutan Baku Primer Asam Oksalat (H2C2O4) Diketahui: Massa H2C2O4



= 6,3035 gram



Volume H2C2O4 = 1,3 mL Mr H2C2O4



= 90,03 gram/mol



Ditanyakan: Konsentrasi asam oksalat H2C2O4 dalam N? Penyelesaian: M= = =



n V gr Mr x V



0,63 90,03 x 4 =



0,63 117,039 = 0,05 Mol/mL



N =Mxa = 0,005 x 2 = 0,1 N 2. Cara Menentukan Konsentrasi Natrium Hidroksida (NaOH) dengan Larutan Asam Oksalat (H2C2O4) Diketahui: Volume NaOH Volume H2C2O4



= 1 mL = 23 mL



Normalitas H2C2O4 = 0,1 N Ditanyakan: Konsentrasi natrium hidroksida NaOH dalam M?



Penyelesaian: N1 x V1 = N2 x V2 N1 x 1ml =0,1N x 23ml 0,1 x 23 N1 = 1 2,3 = 1 = 2,3 N N M= a 0,1 = 1 = 0,1 M 3. Cara Menentukan Konsentrasi HCl dengan Titrai NaOH Diketahui: Volume HCl Volume NaOH



= 10 mL = 1 mL



Normalitas NaOH = 0,43 N Ditanyakan: Konsentrasi asam klorida dalam M?? Penyelesaian: N1 x V1= N2 x V2 N1 x 1,7ml =0,43N x 10 ml 0,43 x 1 N1 = 10 = 0,043 N N 2 M = = =2M a 1 B. Pembahasan Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara oksidimetri dan



reduksimetri melalui proses titrasi. Titrasi oksidimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan standar zat pengoksidasi (oksidator). Titrasi reduksimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar zat pereduksi (reduktor). Dalam reaksi ini oksidator akan direduksi dan reduktor akan dioksidasi sehingga terjadilah suatu reaksi sempurna (Samiha, dkk., 2016: 97). Dalam percobaan pertama bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan natirum hidroksida (NaOH) dengan menggunakan asam oksalat (COOH) 2 sebagai larutan baku primer dan NaOH sebagai larutan yang akan dicari konsentrasinya. Kemudian penambahan phenolptalein digunakan agar dapat diketahui sifat larutan yang akan dititrasi melalui perubahan warna yang terjadi. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan menambahkan titran natrium hidroksida (NaOH) pada buret setetes demi setetes ke erlenmeyer yang berisi titrat asam oksalat (COOH) 2, titrasi ini disebut dengan simplo. Dengan dilakukannya titrasi ini terjadilah perubahan dari berwana bening menjadi warna keunguan dan menghasilkan konsentrasi NaOH sebanyak 0,1 N. Kemudian titrasi dengan bahan titran natrium hidroksida (NaOH) dilakukan dua kali (duplo) agar dieroleh data yang mendekati kebenaran atau data yang akurat. Pada titrasi ini juga mengalami perubahan warna dari warna bening menjadi warna keunguan dengan volume awal 23 mL dan volume akhir 10 mL sehingga didapatkan konsentrasi larutan NaOH sebanyak 2,3 N. Selanjutnya menentuan konsentrasi HCl dengan menitrasi HCl dengan menggunakan NaOH dan 4 tetes indikator phenolptalein. Penambahan phenolptalein dilakukan untuk mengetahui sifat keasaman dan basa dari sutau larutan dengan melihat perubahan warna yang dihasilkan. Titrasi HCl dengan menggunakan NaOH menghasilkan perubahan warna dari tak berwarna menjadi keunguan dan menghasilkan konsentrasi HCl sebanyak 22 N.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan pada percobaan ini adalah: 1. Titik akhir titrasi yaitu apabila telah terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan reaksi antara zat yang dianalisis. Titik akhir titrasi pada percobaan ini perubahan warna bening ke merah muda. Sedangkan titik ekivalen yaitu jumlah mol ekivalen asam setara dengan mol ekuivalen basa, titik ekuivalen tidak dapat diamati karena titik ekuivalen bersifat kuantitatif. 2. Konsentrasi NaOH yang didapatkan pada percobaan ini adalah 0,42 N. 3. Konsentrasi HCl yang didapatkan pada percobaan ini adalah 42 N



B. Saran Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya digunakan indikator lain seperti metal merah agar dapat dibandingkan dengan indikator fhenoptalein.



DAFTAR PUSTAKA Baharuddin, dkk. Kimia Dasar II. Makassar: Alauddin University Press, 2013. Chang, Raymond. General Chemistry: The Essential Concepts Third Edition. Terj. Suminar Setiati Achmadi. Kimia Dasar Konsep–Konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga, 2003. Goldberg. Beginning Chemistry. Terj. Simarmata Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga, 2007. Petrucci, H Ralph. General Chemisty Princples and Modern Applications NinthEdition. Terj. Sumimar Setiati Achmadi. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Sembilan. Jakarta: Erlangga, 2008. Padmaningrum, Regina Tutik. “Titrasi Asidimetri”, FMIPA UNY, (2006), h: 1-9. R.A Day JR dan A.L. Underwood. Quantitative Analusis Sixth edition. Terj. Hilarius. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta: Erlangga, 2002. Rusgiyono, Agus, dkk.”Pemetaan Produksi dan Komposisi Garam”, Universitas Diponegoro, (2013), h: 241-247. Tim dosen. Kimia Dasar II, Makasssar: UIN Alauddin Press, 2013.



SKEMA KERJA REAKSI ASAM BASA



1. Membuat larutan baku primer Asam oksalat Asam Oksalat -



Ditimbang Asam Oksalat 6,3035 gr



-



Dilarutkan air dalam labu takar 100 mL



Hasil



2. Menetukan konsentrasi larutan NaOH dengan bahan baku Asam oksalat NaOH



-



Dicuci bersih buret, dibilas dengan larutan NaOH



-



Diisi kedalam dua erlenmeyer 20 atau 25 mL Asam oksalat



-



Ditetesi Phenoptalein



-



Dicatat keadaan kolom dalam buret, ditetesi NaOH dari buret kedalam larutan Asam



-



Dicatat keadaan akhir buret



-



Dihitung konsentasi NaOH



Hasil



3. Penentuan konsentrasi HCl dengan titrasi NaOH NaOH



-



Dipipet larutan HCl 25 mL kedalam erlenmeyer 250 mL



-



Dimasukkan larutan NaOH kedalam buret



-



Dititrasi HCl menggunakan NaOH dengan indikator Phenoptalein sampai muncul perubahan warna



-



Dicatat volume NaOH pada buret



-



Dihitung Konsentrasi HCl



Hasil