20 0 141 KB
LABORATORIUM SATUAN PROSES SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014
MODUL
: Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
PEMBIMBING
: Dra. Nancy Siti Djenar, MSi.
Praktikum
: 09 Desember 2014
Penyerahan Laporan
: 29 Desember 2014
Oleh Kelompok :
VIII
Nama
Levina Cahyani
131424028
Ridha Nudianti D.
131424029
Kelas
: :
1A- Teknik Kimia Produksi Bersih
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
I.
LATAR BELAKANG Bahan bakar minyak yang semakin langka dan harganya yang terus melambung mendorong berbagai pihak untuk melakukan penghematan dan mencari bahan bakar alternatif. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap kesehatan dan dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui, antara lain kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar dan lainlain. Selain itu dapat pula dibuat dari minyak bekas seperti bekas penggorengan. Biodiesel dapat dibuat melalui proses transesterifikasi, esterifikasi atau proses esterifikasi-transesterifikasi(E. Hambali,2007) TUJUAN PERCOBAAN
II.
Tujuan secara khusus mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami proses transesterifikasi dalam pembuatan alkil ester(biodiesel) 2. Mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi 3. Mampu menguji beberapa sifat fisika biodiesel seperti viskositas dan densitas III.
DASAR TEORI Minyak nabati merupakan triester asam-asam lemak dengan gliserol(trigliserida) yang mempunyai berat molekul besar. Pada umumnya memiliki komposisi asam lemak yang berbeda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyususn utama minyak nabati adalah trigliserida, yaitu triestr gliserol dengan asamasam lemak (C8-C24), asam lemak bebas(FFA), mono dan digliserida serta beberapa komponen lain seperti fosfogliserida, vitamin, mineral atau sulfur(E.Hambali, 2007;Mittlebach, 2004). Antar minyak nabati dan biodiesel terdapat persamaan, yaitu sama-sama mempunyai komponen penyusun utama yang berupa asam-asam lemak dengan konsentrasi ≥90% berat minyak. Perbedaannya terletak pada viskositasnya, minyak nabati mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biodiesel. Dalam hal ini biodiesel merupakan monoester asam lemak dengan metanol(ITB dan PT Rekayasa Industri, 2007; NS Djenar dan L Lintang, 2009). Nilai viskositas yang tinggi akan menyulitkan pemompaan masuknya bahan bakar dari tangki ke ruang bahan bakar mesin dan menyebabkan atomisasi lebih sukar terjadi. Hal ini mengakibatkan pembakaran kurang sempura dan menimbulkan endapan pada nosel(E. Hambali,2007). Kandungan asam lemak bebas (FFA) dari minyak nabati merupakan salah satu faktor penentu jenis pembuatan biodiesel(E. Hambali, 2007, NS Djenar dan N Lintang,2009). Jika kandungan FFA masih tinggi (>5%), maka perlu dilakukan
proses esterifikasi terlebih dahulu. Akan tetapi bila kandungannya cukup rendah (